Vous êtes sur la page 1sur 22

REFERAT TATALAKSANA CACINGAN PADA ANAK

Disusun oleh : Dadali Jarwaly (0661050132) Pembimbing : Dr. Alfred Siahaan, SpA

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA JAKARTA 2012

Kata Pengantar

Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan referat yang berjudul Down Syndrom. Adapun referat ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak periode 16 Agustus 2008. Pada kesempatan ini saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada dr. Alfred Siahaan, SpA selaku pembimbing saya, dosen-dosen pengajar di bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UKI, asisten pembimbing, dan juga semua pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan referat ini. Saya menyadari bahwa referat ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang dapat membantu dan membangun untuk menyempurnakan di kemudian hari. Akhir kata, saya juga mengharapkan semoga referat ini dapat bermanfaat bagi setiap pembacanya, khususnya untuk para mahasiswa FK UKI. Juni 2008

Penyusun

Tujuan : Mengetahui patogenesis penyakit cacingan Mengetahui penegakkan diagnosis penyakit cacingan Mengetahui penatalaksanaan penyakit cacingan

Pendahuluan

Kecacingan merupakan salah satu mikroorgisme penyebab penyakit dari kelompok helminth (cacing), membesar dan hidup dalam usus halus manusia, Cacing ini terutama tumbuh dan berkembang pada penduduk di daerah yang beriklim panas dan lembab dengan sanitasi yang buruk. Terutamanya pada anak-anak. Cacing-cacing tersebut adalah cacing gelang, cacing cambuk dan cacing tambang dan cacing pita. Diantara cacing tersebut yang terpenting adalah cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus) dan cacing cambuk / C.kremi (Trichuris trichiura). Cacing sebagai hewan parasit tidak saja mengambil zat-zat gizi dalam usus anak, tetapi juga merusak dinding usus sehingga mengganggu penyerapan zat-zat gizi tersebut. Anak anak yang terinfeksi cacingan biasanya mengalami : lesu, pucat / anemia, berat badan menurun, tidak bergairah, konsentrasi belajar kurang, kadang disertai batuk batuk.

Pembahasan

Cacing gelang (Ascaris lumbricoides) Epidemiologi Di Indonesia prevalensi askariasis tinggi, terutama pada anak. Frekuensinya antara 6090%. Kurangnya pemakaian jamban keluarga menimbulkan pencemaran tanah dengan tinja di sekitar halaman rumah, di bawah pohon, di tempat mencuci dan di tempat pembuangan sampah. Hal ini akan memudahkan terjadinya reinfeksi. Di negara-negara tertentu terdapat kebiasaan memakai tinja sebagai pupuk. Tanah liat, kelembaban tinggi dan suhu yang berkisar antara 25-30C merupakan hal-hal yang sangat baik untuk berkembangnya telur A.lumbricoides menjadi bentuk infektif. Anjuran mencuci tangan sebelum makan, menggunting kuku secara teratur, pemakaian jamban keluarga serta pemeliharaan kesehatan pribadi dan lingkungan dapat mencegah askariasis. Morfologi dan daur hidup Cacing jantan berukuran 10-30 cm, sedangkan yang betina 22-35 cm. Stadium dewasa hidup di rongga usus muda. Seekor cacing betina dapat bertelur sebanyak 100.000 200.000 butir sehari; terdiri dari telur yang dibuahi dan yang tidak dibuahi.

Sumber : Nelson Textbook of Pediatrics 18th edition

Telur yang dibuahi, besarnya kurang lebih 60x45 mikron dan yang tidak dibuahi 90x40 mikron. Dalam lingkungan yang sesuai, telur yang dibuahi berkembang menjadi bentuk infektif dalam waktu kurang lebih 3 minggu. Bentuk infektif ini, bila tertelan oleh manusia, menetas di usus halus. Larvanya menembus dinding usus halus menuju pembuluh darah atrau saluranlimfe, lalu dialirkan ke jantung, kemudian mengikuti aliran darah ke paru. Larva diparu menembus dinding pembuluh darah, lalu dinding alveolus, masuk rongga alveolus, kemudian naik ke trakea melalui bronkiolus dan bronkus. Dari trakea larva ini menuju faring, sehingga menimbulkan rangsangan pada faring. Penderita batuk karena rangsangan ini dan larva akan tertelan ke dalam esofagus, lalu menuju ke usus halus. Di usus halus larva berubah menjadi cacing dewasa. Sejak telur matang tertelan sampai cacing dewasa bertelur diperlukan waktu kurang lebih 2 bulan.1 Patologi dan gejala klinis Gejala yang timbul pada penderita dapat disebabkan oleh cacing dewasa dan larva. Gangguan karena larva biasanya terjadi pada saat berada di paru. Pada orang yang rentan terjadi perdarahan kecil pada dinding alveolus dan timbul gangguan pada paru yang disertai batuk, demam dan eosinofilia. Pada foto toraks tampak infiltrat yang menghilang dalam waktu 3 minggu. Keadaan ini disebut sindrom Loeffler2. Gangguan yang disebabkan cacing dewasa biasanya ringan. Kadang-kadang penderita mengalami gejala gangguan usus ringan seperti mual, nafsu makan berkurang, diare, atau konstipasi.1 Pada infeksi berat, terutama pada anak dapat terjadi malabsorbsi sehingga memperberat keadaan malnutrisi. Efek yang serius terjadi bila cacing-cacing menggumpal dalam usus sehingga terjadi obstruksi usus (ileus).1 Pada keadaan tertentu cacing dewasa mengembara ke saluran empedu, appendiks, atau ke bronkus dan menimbulkan keadaan gawat darurat sehingga kadang-kadang perlu tindakan operatif.1

Diagnosis Cara menegakkan diagnosis penyakit adalah dengan pemeriksaan secara mikroskopis. Adanya telur dalam tinja memastikan diagnosis askariasis.2 Selain itu diagnosis dapat dibuat bila cacing dewasa keluar sendiri baik melalui mulut atau hidung, maupun melalui tinja.1 Pengobatan Meskipun beberapa agen kemoterapeutik efektif terhadap askariasis, belum ada yang memiliki efek pada fase pulmoner infeksi cacing. Pilihan terapi untuk askariasis gastrointestinal antara lain albendazole (400 mg per oral, untuk semua usia), mebendazole (100 mg x 2 setelah makan selama 3 hari atau 500 mg sekali per oral untuk semua usia), atau pirantel pamoate (11mg/kgBB sekali peroral, maksimal 1 g). Piperazine citrate (dosis awal 150 mg/kgBB per oral, diikuti 6 kali dengan dosis 65 mg/kgBB per oral dengan selang waktu 12 jam), yang menyebabkan paralisis neuromuskular parasit adalah pilihan terapi untuk obstruksi intestinal atau bilier dan diberikan dalam bentuk sirup melalui selang nasogastrik. Pembedahan mungkin diperlukan pada kasus obstruksi yang parah. Nitazoxanide (100 mg x 2 per oral selama 3 hari untuk anak usia 1-3 tahun, 200 mg x 2 per oral selama 3 hari untuk anak usia 4-11 tahun, dan 500 mg x 2 per oral selama 3 hari untuk remaja dan dewasa) memberikan angka kesembuhan yang setara dengan albendazole dosis tunggal.2 Prognosis Pada umumnya askariasis mempunyai prognosis baik. Tanpa pengobatan, infeksi cacing ini dapat sembuh sendiri dalam waktu 1,5 tahun. Dengan pengobatan, kesembuhan diperoleh antara 70-99%.1

Cacing kremi (Enterobius vermicularis) Epidemiologi Penyebaran cacing kremi lebih luas daripada cacing lain. Penularan dapat terjadi pada suatu keluarga atau kelompok-kelompok yang hidup dalam satu lingkungan yang sama (asrama). Telur cacing dapat diisolasi dari debu diruangan sekolah atau kafetaria sekolah dan mungkin ini menjadi sumber infeksi bagi anak-anak sekolah. Di berbagai rumah tangga dengan beberapa anggota keluarga yang mengandung cacing kremi, telur cacing dapat ditemukan (92%) di lantai, meja, kursi, bufet, tempat duduk kakus (toilet seats), bak mandi, alas kasur, pakaian dan tilam. Hasil penelitian menunjukkan angka prevalensi pada berbagai golongan manusia 3-80%.1 Penularan dapat dipengaruhi oleh : 1. Penularan dari tangan ke mulut sesudah menggaruk daerah perinanal (auto-infeksi) atau tangan dapat menyebarkan telur kepada orang lain maupun kepada diri sendiri karena memegang benda-benda maupun pakaian yang terkontaminasi. 2. Debu merupakan sumber infeksi oleh karena mudah diterbangkan oleh angin sehingga telur melalui debu dapat tertelan. 3. Retroinfeksi melalui anus: larva dari telur yang menetas di sekitar anus kembali masuk ke usus. Anjing dan kucing bukan mengandung cacing kremi tetapi dapat menjadi sumber infeksi oleh karena telur dapat menempel pada bulunya. Kebersihan penting untuk pencegahan. Kuku hendaknya selalu dipotong pendek, tangan dicuci bersih sebelum makan. Anak yang mengandung cacing kremi sebaiknya memakai celana panjang jika hendak tidur supaya alas kasur tidak terkontaminasi dan tangan tidak dapat menggaruk daerah perianal.1

Morfologi dan daur hidup Cacing betina berukuran 8-13 mm x 0,4 mm. Pada ujung anterior ada pelebaran kutikulum seperti sayap yang disebut alae. Bulubus esofagus jelas sekali, ekornya panjang dan runcing. Uterus cacing yang gravid melebar dan penuh dengan telur. Cacing jantan berukuran 25 mm, jugam mempunyai sayap dan ekornya melingkar sehingga bentuknya seperti tanda tanya; spikulum pada ekor jarang ditemukan. Habitat cacing dewasa biasanya di rongga sekum, usus besar dan di usus halus yang berdekatan dengan rongga sekum. Makanannya adalah isi dari usus.1

Sumber : Nelson Textbook of Pediatrics 18th edition

Cacing betina yang gravid mengandung 11.000 15.000 butir telur, bermigrasi ke daerah perianal untuk bertelur dengan cara kontraksi uterus dan vaginanya. Telur-telur jarang dikeluarkan di usus, sehingga jarang ditemukan di dalam tinja. Telur berbentuk lonjong dan lebih datar pada satu sisi (asimetrik) dalam tinja. Dinding telur bening dan agak lebih tebal dari dinding telur cacing tambang. Telur menjadi matang dalam waktu kira-kira 6 jam setelah dikeluarkan, pada suhu badan. Telur resisten terhadap disinfektan dan udara dingin. Dalam keadaan lembab telur dapat hidup sampai 13 hari. Kopulasi cacing jantan dan betina mungkin terjadi di sekum. Cacing jantan mati setelah kopulasi dan cacing betina mati setelah bertelur. Infeksi cacing kremi terjadi bila menelan telur matang, atau bila larva dari telur yang menetas di daerah perianal bermigrasi kembali ke usus besar. Bila telur matang yang tertelan,

telur menetas di duodenum dan larva rabfitiform berubah dua kali sebelum menjadi dewasa di jejujum dan bagian atas ileum. Waktu yang diperlukan untuk daur hidupnya, mulai dari tertelannya telur matang sampai menjadi cacaing dewasa gravid yang bermigrasi ke daerah perianal, berlangsung kirakira 2 minggu sampai 2 bulan. Mungkin daurnya hanya berlangsung kira-kira 1 bulan karena telur-telur cacaing dapat ditemukan kembali pada anus paling cepat 5 minggu sesudah pengobatan. Infeksi cacing kremi dapat sembuh sendiri (self limited). Bila tidak ada reinfeksi, tanpa pengobatan pun infeksi dapat berakhir.1 Patologi dan gejala klinis Enterobiasis relatif tidak berbahaya, jarang menimbulkan lesi yang berarti. Gejala klinis yang menonjol disebabkan iritasi di sekitar anus, perineum dan vagina oleh cacing betina gravid yang bermigrasi ke daerah anus dan vagina sehingga menimbulkan pruritus lokal. Oleh karena cacing bermigrasi ke daerah anus dan menyebabkan pruritus ani, maka penderita menggaruk daerah sekitar anus sehingga timbul luka garuk di sekitar anus.1,3 Keadaan ini sering terjadi pada waktu malam hari hingga penderita terganggu tidurnya dan menjadi lemah. Kadang-kadang cacing dewasa muda dapat bergerak ke usus halus bagian proksimal sampai ke lambung, esofagus dan hidung sehingga menyebabkan gangguan di daerah tersebut. Cacing betina gravid mengembara dan dapat bersarang di vagina dan di tuba Fallopii sehingga menyebabkan radang di saluran telur. Cacing sering ditemukan di apendiks tetapi jarang menyebabkan apendisitis.1 Beberapa gejala karena infeksi cacing Enterobius vermicularis dikemukakan oleh beberapa penyelidik yaitu kurang nafsu makan, berat badan turun, aktivitas meninggi, enuresis, cepat marah, gigi menggeretak, insomnia.1 Diagnosis Infeksi cacing sering diduga pada anak yang menunjukkan rasa gatal di sekitar anus pada waktu malam hari.3 Diagnosis dibuat dengan menemukan telur dan cacing dewasa. Telur cacing

dapat diambil dengan mudah dengan alat anal swab yang ditempelkan di sekitar anus pada waktu pagi hari sebelum anak buang air besar dan mencuci pantat.1,3 Anal swab adalah suatu alat dari batang gelas atatu spatel lidah yang pada ujungnya dilekatkan Scotch adhesive tape. Bila adhesive tape ini ditempelkan di daerah sekitar anus, telur cacing akan menempel pada perekatnya. Kemudian adhesive tape diratakan pada kaca benda dan dibubuhi sedikit toluol untuk pemeriksaan mikroskopik. Sebaiknya pemeriksaan dilakukan tiga hari berturut-turut.1 Pengobatan Obat anticacing harus diberikan pada individu yang terinfeksi dan anggota keluarganya. Dosis tunggal mebendazole (100 mg peroral untuk semua usia) diulang dalam 2 minggu menghasilkan angka kesembuhan 90-100%. Pilihan regimen terapi lain termasuk dosis tunggal albendazole (400 mg peroral untuk semua usia) diulang dalam 2 minggu atau dosis tunggal pirantel pamoate (11 mg/kgBB peroral, maksimal 1 g). Mandi pagi menghilangkan telur dalam jumlah besar. Penggantian pakaian yang sering, baju tidur, dan seprai menurunkan kontaminasi telur dan dapat menurunkan resiko terjadi autoinfeksi.3

Cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus) Morfologi dan daur hidup Cacing dewasa hidup di rongga usus halus, dengan mulut yang besar melekat pada mukosa dinding usus. Cacing betina N.americanus tiap hari mengeluarkan telur kira-kira 9000 butir, sedangkan A.duodenale kira-kira 10.000 butir. Cacing betina berukuran panjang kurang lebih 1 cm, cacing jantan kurang lebih 0,8 cm. Bentuk badan N.americanus biasanya menyerupai huruf S, sedangkan A.duodenale menyerupai huruf C. Rongga mulut kedua jenis cacing ini besar. N.americanus mempunyai benda kitin, sedangkan pada A.duodenale ada dua pasang gigi. Cacing jantan mempunyai bursa kopulatriks.1

Telur dikeluarkan dengan tinja dan setelah menetas dalam waktu1 1,5 hari, keluarlah larva rabditiform. Dalam waktu kira-kira 3 hari larva rabditiform tumbuh menjadi larva filatiform, yang dapat menembus kulit dan dapat hidup selama 7 8 minggu di tanah.

Sumber : Nelson Textbook of Pediatrics 18th edition

Telur cacing tambang yang besarnya kira-kira 60x40 mikron, berbentuk bujur dan mempunyai dinding tipis. Di dalamnya terdapat 4-8 sel. Larva rabditiform panjangnya kira-kira 250 mikron, sedangkan larva filariform panjangnya kira-kira 600 mikron. Daur hidup ialah sebagai berikut :1 Telur larva rabditiform larva filariform menembus kulit kapiler darah jantung kanan paru bronkus trakea laring usus halus Infeksi terjadi bila larva filariform menembus kulit. Infeksi A.duodenale juga mungkin dengan menelan larva filariform. Patologi dan gejala klinis Gejala nekatoriasis dan ankilostomiasis 1. Stadium larva Bila banyak larva filariform sekaligus menembus kulit, maka terjadi perubahan kulit yang disebut ground itch.1,4 Perubahan pada paru biasanya ringan.

2.

Stadium dewasa Gejala tergantung pada (a) spesies dan jumlah cacing dan (b) keadaan gizi penderita (Fe dan protein). Tiap cacing N.americanus menyebabkan kehilangan darah sebanyak 0,005 0,1 cc sehari, sedangkan A.duodenale 0,08 0,34 cc. Biasanya terjadi anemia hipokrom mikrositer. Di samping itu juga terdapat eosinofilia. Bukti adanya toksin yang menyebabkan anemia belum ada. Biasanya tidak menyebabkan kematian, tetapi daya tahan berkurang. Menurut Noerhajati, sejumlah penderita penyakit cacing tambang yang dirawat di Yogyakarta mempunyai kadar hemoglobin yang semakin rendah bilamana penyakit semakin berat. Golongan ringan, sedang, berat dan sangat berat mempunyai kadar Hb rata-rata berturut-turut 11,3 g%, 8,8 g %, 4,8 %, dan 2,6 g%.1

Diagnosis Diagnosis ditegakkan dengan menemukan telur dalam tinja segar. Dalam tinja yang lama mungkin ditemukan larva. Untuk membedakan N.americanus dan A.duodenale dapat dilakukan biakan tinja misalnya dengan cara Harada-Mori.1 Pengobatan Tujuan terapi adalah dengan menhilangkan cacing tambang dewasa dengan obat antihelmintik. Antihelmintik golongan benzimidazole, mebendazole dan albendazole, efektif untuk mengeliminasi cacing tambang dari usus, meskipun dosis multipel terkadang diperlukan. Albendazole (400 mg sekali peroral, untuk semua usia) biasanya memberikan angka kesembuhan yang tinggi, meskipun cacing N.americanus dewasa terkadang lebih refrakter dan memerlukan tambahan dosis. Mebendazole (100 mg x 2 peroral selama 3 hari, untuk semua usia) juga efektif. Pada banyak negara berkembang, mebendazole diberikan dalam dosis tunggal 500 mg; dengan regimen terapi ini angka kesembuhan hanya 20-30%. Mebendazole juga direkomendasikan untuk enteritis A.caninum terkait eosinofilia, meskipun rekurensi

sering terjadi. Karena golongan benzimidazole dilaporkan memiliki efek embriotoksik dan teratogenik dalam percobaan hewan, keamanan selama kehamilan dan anak usia dini menjadi perhatian khusus dan penentuan resiko-benefit harus dipikirkan secara matang. WHO dan organisasi kesehatan internasional lainnya sepakat untuk penggunaan benzimidazole pada anak usia 1 tahun, tetapi dosis yang lebih kecil diberikan untuk anak berusia lebih dini. Pirantel pamoate (11mg/kgBB sekali sehari selama 3 hari, dosis maksimal 1 g) tersedia dalam bentuk cair dan dapat digunakan sebagai alternatif benzimidazole yang efektif. Terapi preparat besi oral tidak selalu dibutuhkan untuk mengatasi defisiensi besi terkait infeksi cacing tambang pada anak. 4

Cacing cambuk (Trichinella spiralis) Morfologi dan daur hidup Cacing dewasa bentuknya halus seperti ramnbut. Cacing betina berukuran 3-4 mm dan cacing jantan kira0kira 1,5 mm. Ujung anterior langsing dengan mulut kecil, bulat tanpa papil. Ujung posterior pada cacing betina membulat dan tumpul, pada cacing jantan melengkung ke ventral dengan dua buah papel. Cacing betina bersifat vivipar dan biasanya masuk ke mukosa vilus usus, mulai dari duodenum sampai ke sekum. Seekor cacing betina dapat mengeluarkan kira-kira 1500 larva. Larva tersebut dilepaskan di jaringan, mukosa, masuk ke dalam limfe dan peredaran darah, ekmudian disebarkan keseluruh tubuh, terutama otot diafragma, iga, lidah, laring, mata, perut biseps dan lain-lain. Kira-kira pada awal minggu ke 4 larva yang telah tumbuh hanya menjadi kista dalam otot bergaris lintang.

Sumber : Nelson Textbook of Pediatrics 18th edition

Kista dapat hidup di otot selama kira-kira 18 bulan, kemudian terjadi perkapuran dalam waktu 6 bulan sampai 2 tahun. Infeksi terjadi bila daging babi yang mengandung larva infektif yang terdapat di dalam kista di makan. Di usus halus bagian proksimal dinding kista dicernakan dan dalam waktu beberapa jam larva dilepaskan dan segera masuk mukosa, kemudian menjadi dewasa dalam waktu 1,5-2 hari. Patologi dan gejala klinis Gejala trikinosis tergantung pada beratnya infeksi yang disebabkan ileh cacing stadium dewasa dan stadium larva. Pada saat cacing dewasa mengadakan invasi ke mukosa usus, timbul gejala usus seperti sakit perut, diare, mual dan muntah. Masa tunas gejala usus ini kira-kira 1-2 hari sesudah infeksi. Larva tersebar di otot kira-kira 7-28 hari sesudah infeksi. Pada saat ini timbul gejala nyeri otot (mialgia) dan radang otot (miositis) yang disertai demam, eosinofilia, dan hipereosinofilia. Gejala yang disebabkan oleh stadium larva tergantung juga pada alat yang dihinggapi misalnya dapat menyebabkan sembab sekitar mata, sakit persendian gejala pernapasan dan kelemahan umum. Dapat juga menyebabkan gejala akhir kelainan jantung dan susunan saraf

pusat bila larva T.spiralis tersebar di alat-alat tersebut. Bila masa akut telah lalu, biasanya penderita sembuh secara perlahan-lahan bersamaan dengan dibentuknya kista dalam otot. Pada infeksi berat (kira-kira 5000 ekor larva/kg berat badan) penderita mungkin meninggal dalam waktu 2-3 minggu, tetapi biasanya kematian terjadi dalam waktu 4-8 minggu sebagai akibat kelainan paru, kelainan otak atau kelainan jantung.1 Diagnosis Di samping diagnosis klinis yang tidak dapat diabaikan, diagnosis pasti sering tergantung pada pemeriksaan laboratorium.5 Tes kulit dengan memakai antigen yang terbuat dari larva Trichinella dapat memberikan reaksi positif kira-kira pada minggu ke 3 atau ke 4. Reaksi ini berupa benjolan memutih pada kulit dengan diameter sebesar 5 mm atau lebih yang dikelilingi daerah eritema. Reaksi imunologi lainnya seperti ter ikat komplemen dan ter presipitin dapat juga dilakukan. Mencari larva di dalam darah dancairan otak dapat dilakukan pada hari ke 8-14 sesudah infeksi. Dengan biopsi otot, larva Trichinella dapat ditemukan pada minggu ke 3 atau ke 4 sesudah infeksi.1 Pengobatan Terapi yang direkomendasikan untuk trikinosis adalah mebendazole (200-400 mg x 3 peroral selama 3 hari daripada 400-500 mg x 3 peroral selama 10 hari, untuk semua usia) untuk eradikasi cacing dewasa jika pasien telah memakan daging yang terkontaminasi dalam 1 minggu yang lalu. Alternatif yang lain adalah mebendazole (400 mg x 2 peroral selama 8-14 hari, untuk semua usia). Tidak ada konsensus untuk penatalaksanaan trikinosis stadium otot. Kortikosteroid sistemik dengan mebendazole dapat digunakan, meskipun bukti efek terapi masih diragukan. Tiabendazole (25 mg/kgBB x 2 peroral selama 10 hari) dan mebendazole (200 mg x 2 peroral selama 10 hari) efektif terhadap larva di otot.5

Cacing pita (Taenia saginata dan Taenia solium) Taenia saginata Morfologi dan daur hidup Cacing pita Taenia saginata adalah salah satu cacing pita yang berukuran besar dan panjang; terdiri dari kepala yang disebut skoleks, leher dan strobila yang merupakan rangkaian ruas-ruas proglotid, sebanyak 1000-2000 buah. Panjang cacing 4-12 meter atau lebih. Skoleks hanya berukuran 1-2 milimeter, mempunyai empat batil isap dengan otot-otot yang kuat, tanpa kait-kait. Bentuk leher sempit, ruas-ruas tidak jelas dan di dalamnya tidak terlihat struktur tertentu. Strobila terdiri dari rangkaian proglotid yang belum dewasa (imatur) dan yang dewasa (matur) dan yang mengandung telur atau disebut gravid. Pada proglotid yang belum dewasa, belum terlihat struktur alat kelamin seperti folikel testis yang berjumlah 300 400 buah, tersebar di bidang dorsal. Vasa eferensnya bergabung untuk masuk ke rongga kelamin (genital atrium), yang berakhir di lubang kelamin (genital pore). Lubang kelamin ini letaknya selangseling pada sisi kanan atau kiri strobila. Di bagian posterior lubang kelamin, dekat vas deferens, terdapat tabung vagina yang berpangkal pada ootip. Ovarium terdiri dari 2 loobus, berbentuk kipas, besarnya hampir sama. Letak ovarium di sepertiga bagian posterior dari proglotid. Vitelaria letaknya di belakang ovarium dan merupakan kumpulan folikel yang eliptik. Uterus tumbuh dari bagian anterior ootip dan menjulur ke bagian anterior proglotid. Setelah uterus ini penuh dengan telur, maka cabang-cabangnya akan tumbuh, yang berjumlah 15 30 buah pada satu sisinya dan tidak memilki lubang uterus (porus internus). Proglotid yang sudah gravid letaknya terminal dan sering terlepas dari stobila. Proglotid ini dapat bergerak aktif, keluar dengan tinja atau keluar sendiri dari lubang dubur (spontan). Setiap harinya kirakira 9 buah proglotid dilepas. Proglotid ini bentuknya lebih panjang daripada lebar. Telur dibungkus embriofor, yang bergaris-garis radial, berukuran 30-40 x 20-30 mikron, berisi suatu embrio heksakan atau onkosfer. Telur yang baru keluar dari uterus masih diliputi selaput tipis yang disebut lapisan luar telur. Sebuah proglotid gravid berisi kira-kira 100.000 buah telur.

Waktu proglotid terlepas dari rangkaiannya dan menjadi koyak; cairan putih susu yang mengandung banyak telur mengalir keluar dari sisi anterior proglotid tersebut, terutama bila proglotid berkontraksi waktu gerak. Telur-telur ini melekat pada rumput bersama tinja, bila orang berdefekasi di padang rumput; atau karena tinja yang hanyut dari sungai di waktu banjir. Ternak yang makan rumput yang terkontaminasi dihinggapi caacing gelembung, oleh karena telur yang tertelan dicerna dan embrio heksakan menetas. Embrio heksakan disaluran pencernaan ternak menembus dinding usus, masuk kesaluran getah bening atau darah dan ikut dengan aliran darah ke jaringan ikat di sela-sela otot untuk tumbuh menjadi cacing gelembung, disebut sisterkus bovis, yaitu larva Taenia saginata. Peristiwa ini terjadi setelah 12 15 minggu. Bagian tubuh ternak yang sering dihinggapi larva tersebut adalah otot maseter, paha belakang dan punggung. Otot di bagian lain juga dapat dihinggapi. Setelah 1 tahun cacing gelembung ini biasanya mengalami degenerasi, walaupun ada yang dapat hidup sampai 3 tahun. Bila cacing gelembung yang terdapat di daging sapi yang dimasak kurang matang termakan oleh manusia, skoleksnya keluar dari cacing gelembung dengan vara evaginasi dan melekat pada mukosa usus halus seperti jejunum. Cacing gelembung tersebut dalam waktu 8 10 minggu menjadi dewasa.1 Patologi dan gejala klinis Cacing dewasa Taenia saginata, biasanya menyebabkan gejala klinis yang ringan, seperti sakit ulu hati, perut merasa tidak enak, mual, muntah, mencret, pusing atau gugup. Gejalagejala tersebut disertai dengan ditemukannya proglotid cacing yang bergerak-gerak lewat dubur bersama dengan atau tanpa tinja. Gejala yang lebih berat dapat terjadi, yaitu apabila proglotid menyasar masuk apendiks, atau terdapat ileus yang disebabkan obstruksi usus oleh strobila cacing.6 Berat badan tidak jelas menurun. Eosinofilia dapat ditemukan di darah tepi.

Diagnosis Diagnosis ditegakkan dengan ditemukannya proflotid yang aktif bergerak dalam tinja, atau keluar spontan; juga dengan ditemukannya telur dalam tinja atau usap anus. Proglotid kemudian dapat diidentifikasi dengan mrendamnya dalam cairan laktofenol sampai jernih. Setelah uterus dengan cabang-cabangnya terlihat jelas, jumlah cabang-cabang dapat dihitung.1

Taenia solium Morfologi dan daur hidup Cacing pita Taenia solium, berukuran panjang kira-kira 2 4 meter dan kadang-kadang sampai 8 meter. Cacing ini seperti cacing Taenia saginata, terdiri dari skoleks, leher dan stobila, yang terdiri dari 800 1000 ruas proglotid. Skoleks yang bulat berukuran kira-kira 1 milimeter, mempunyai 4 buah batil isap dengan rostelum yang mempunyai 2 baris kait-kait, masingmasing sebanyak 25 30 buah. Seperti Taenia saginata, strobila terdiri dari rangkaian proglotid yang belum dewasa (imatur), dewasa (matur) dan mengandung telur (gravid). Gambaran alat kelamin pada proglotid dewasa sama dengan Taenia saginata, kecuali jumlah folikel testisnya lebih sedikit, yaitu 150 200 buah. Bentuk prolotid gravid mempunyai ukuran panjang hampir sama dengan lebarnya. Kumlah cabang uterus pada proglotid gravid adalah 7 12 buah pada satu sisi. Lubang kelamin letaknya bergantian selang-seling pada sisi kanan atau kiri strobila secara tidak beraturan. Proglotid gravid berisi kira-kira 30.000 50.000 buah telur. Seperti pada Taenia saginata, telurnya keluar melalui celah robekan pada proglotid. Telur tersebut bila termakan oleh hospes prantara yang sesuai, maka dindingnya dicerna dan embrio heksakan keluar dari telur, menembus dinding usus dan masuk ke saluran getah bening atau darah. Embrio heksakan kemudian ikut aliran darah dan menyangkut di jaringan otot babi. Embrio heksakan cacing gelembung (sistiserkus) babi, dapat dibedakan dari cacing gelembung sapi, disebut sistiserkus selulose biasanya ditemukan pada otot lidah, punggung dan pundak babi. Hospes perantara lain kecuali babi, adalah monyet, onta, anjing, babi hutan, domba, kucing, tikus dan manusia. Larva

tersebut berukuran 0,6 1,8 cm. Bila daging babi yang mengandung larva sistiserkus dimakan setengah matang atau mentah oleh manusia, dinding kista decerna, skoleks mengalami evaginasi untuk kemudian melekat pada dinding usus halus seperti jejunum. Dalam waktu 3 bula cacing tersebut menjadi dewasa dan melepaskan proglotid dengan telur. 1 Patologi dan gejala klinis Cacing dewasa, yang biasanya berjumlah seekor, tidak menyebabkan gejala klinis yang berarti. Bila ada, dapat berupa nyeri ulu hati, mencret, mual, obstipasi dan skit kepala. Darah tepi dapat menunjukkan eosinofilia. Gejala klinis yang lebih berarti dan sering diderita, disebabkan oleh larva dan disebut sistiserkosis. Infeksi ringan biasanya tidak menunjukkan gejala, kucali bila alat yang dihinggapi adalah alat tubuh yang penting. Pada manusia, sistiserkus atau larva Taenia solium sering menghinggapi jaringan subkutis, mata, jaringan otak, otot, otot jantung, hati, paru dan rongga perut. Walaupun sering dijumpai, kalsifikasi (perkapuran) pada sistiserkus tidak menimbulkan gejala, akan tetapi sewaktu-waktu terdapat pseudohipertrofi otot, disertai gejala, miositis, demam tinggi dan eosinofilia. Pada jaringan otak atau medula spinalis, sistiserkus jarang mengalami kalsifikasi. Keadaan ini serin menimbulkan reaksi jaringan dan dapat mengakibatkan serangan ayan (epilepsi), meningo-ensefalitis, gejala yang disebabkan oleh tekanan intrakranial yang tinggi seperti nyeri kepala dan kadang-kadang kelainan jiwa. Hidrosefalus internus dapat terjadi, bila timbul sumbatan aliran cairan serebrospinal. Sebuah laporan menyatakan, bahwa sebuah sistiserkus tunggal yang ditemukan dalam ventrikel IV dari otak, dapat menyebabkan kematian.1 Diagnosis

Diagnosis taeniasis solium dilakukan dengan menemukan telur dan proglotid. Telur sukar dibedakan dengan telur Taenia saginata. Diagnosis sistiserkosis dapat dilakukan dfengan cara :1 1. 2. 3. 4. 5. Ekstirpasi benjolan yang kemudian diperiksa secara histopatologi. Radiologis dengan CT scan atau MRI. Deteksi antibodi dengan teknik ELISA, Western Blot, uji hemaglutinasi, CIE. Deteksi coproantigen pada tinja. Deteksi DNA dengan teknik PCR

Pengobatan Infeksi cacing dewasa dapat dieliminasi dengan praziquantel (5-10 mg/kgBB sekali peroral). Alternatif lain adalah niclosamide (50 mg/kgBB sekali peroral untuk anak, 2 g sekali peroral untuk dewasa). Parasit biasanya menghilang sehari setelah pemberian obat. 6 Prognosis Prognosis untuk taeniasis solium cukup baik, dapat disembuhkan dengan pengobatan. Pada sistiserkosis, prognosis tergantung berat ringannya infeksi dan alat tubuh yang dihinggapi. Bila yang dihinggapi alat penting, prognosis kurang baik.1

Daftar Pustaka

1. Srisasi Gandahusada, H.Herry D. Ilahude, Wita Pribadi. 2003. Parasitologi Kedokteran, Edisi Ketiga. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2. Arlene E. Dent, James W. Kazura. 2007. Nelson Textbook of Pediatrics 18th : Chapter 288 (Ascariasis). Philadelphia : Saunders. 3. Arlene E. Dent, James W. Kazura. 2007. Nelson Textbook of Pediatrics 18 th : Chapter 291 (Enterobiasis). Philadelphia : Saunders. 4. Peter J. Hotez. 2007. Nelson Textbook of Pediatrics 18 th : Chapter 289 (Hookworms). Philadelphia : Saunders. 5. Arlene E. Dent, James W. Kazura. 2007. Nelson Textbook of Pediatrics 18 th : Chapter 296 (Trichinosis). Philadelphia : Saunders. 6. Ronald Blanton. 2007. Nelson Textbook of Pediatrics 18th : Chapter 299 (Adult Tapeworm Infections). Philadelphia : Saunders.

Vous aimerez peut-être aussi