Vous êtes sur la page 1sur 6

Aturan Penggunaan Kata Serapan

Penulisan Kata Serapan


Kata serapan adalah kata-kata yang berasal dari bahasa asing atau bahasa daerah,lalu digunakan dalam Bahasa Indonesia. Dilihat dari tarap penyerapannya ada 3 macam kata serapan. Yaitu: Kata-kata yang sudah sepenuhnya diserap ke dalam bahasa Indonesia. Kata-kata ini sudah lazim dieja secara Indonesia, sehingga sudah tidak dirasakan lagi kehadirannya sebagai kata serapan. Misalnya kata-kata sabar,sirsak,iklan,perlu,hadir,badan,waktu,kamae,botol,dan ember. Kata-kata yang masih asing, tetapi digunakan dalam konteks Bahasa Indonesia. Ejaan dan pengucapannya masih mengikuti cara asing. Misalnya shuttle cock,knock out,time out,check in,door to door. Dalam kelompok ini termasuk kata-kata yang dipertahankan keasingannya karena sifat keinternasionalannya,seperti istilah-istilah musik: andante,moderate,adagio,dan sebagainya. Kata-kata asing yang untuk kepentingan peristilahan,ucapan dan ejaannya disesuaikan dengan kaidah-kaidah Bahasa Indonesia. Hal ini perubahan ejaan itu dibuat seperlunya saja sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk bahasa aslinya. Misalnya aki (accu),komisi (commission),psikologi(psychology),dan fase (phase).

1.

2.

3. 4.

2.2.Kaidah Penyesuaian Ejaan Kata Serapan


Penyesuaian ejaan unsure serapan dilakukan dengan kaidah sebagai berikut: 1. Aa menjadi a Paal pal Octaaf oktaf 2. ae tetap ae, jika tidak bervariasi dengan e aerobe aerob aerodynamics aerodinamika 3. ae menjadi e jika bervariasi dengan e haemoglobin hemoglobin haematite hematif 4. ai tetap ai trailer trailer caisson kaison 5. au tetap au audiogram audiogram hydraulic hidralik 6. c di muka a, u, o dan konsonan menjadi k cubic kubik crystal kristal coupe kup calomel kalomel

7. c di muka e, i, dan y menjadi s central sentral cent sen circulation sirkulasi 8. cc di muka o, u, dan konsonan menjadi k accommodation akomodasi acclamation aklamasi 9. cc di muka e dan i menjadi ks accent aksen vaccine vaksin 10. ch dan cch di muka, a, o, dan konsonan menjadi k saccharin sakarin 11. ch yang lafalnya s atau sy, menjadi s echelon eselon machine mesin 12. ch, yang lafalnya c menjadi c china cina check cek 13. c (Sansekerta) menjadi s cabda sabda castra sastra 14. e dan ee menjadi e system system apotheek apotek 15. ea tetap ea idealist idealis 16. ei tetap ei eicisane eikosan einsteinium einsteinium 17. eo tetap eo stereo stereo geometry geometri 18. eu tetap eu neutron neutron eugenol eugenol 19. f tetap f factor faktor fossil fosil 20. gh menjadi g sorghum sorgum 21. pada awal suku kata di muka vocal, tetap i Ion ion Iota iota 22. ie jika lafalnya i menjadi i politiek politik riem rim

23. ie tetap ie jika lafalnya bukan i patient pasien carrier karier 24. kh (Arab) tetap kh akhir akhir tarikh tarikh 25. ng tetap ng congress kongres contingent kontingen 26. oo (Belanda) menjadi o komfoor komfor provoost provos 27. oo (Inggris) menjadi u cartoon kartun proof pruf 28. oo (vokal ganda) tetap oo coordination koordinasi zoology zoologi 29. ou, jika lafalnya au, menjadi au bout baut counter kaunter 30. ou, jika lafalnya u, menjadi u coupon kupon

Kaidah Penyesuaian Akhiran Asing


Akhiran-akhiran dari bahasa asing diserap sebagai bagian kata yang utuh. Jadi,. Kata seperti standardisasi, implementasi, dan objektif diserap secara utuh di samping diserap juga kata standar, implement, dan objek. Kaidah Penyesuaian akhiran asing adalah sebagi berikut: 1) -aat menjadi at Advokaat advokat 2) -age menjadi ase Percentage persentase 3) -air, -ary menjadi er Primair, primary primer 4) -ant menjadi an Informant informan 5) -archie, archy menjadi arki Monarchie monarki 6) -(a)tie, (a)tion, menjadi asi, -si Publicatie, publication publikasi

7) -eel, -aal, -el menjadi al Structureel, structural struktural 8) -ein tetap ein Protein protein 9) -eur, or menjadi ur Directeur direktur 10) -or tetap or Dictator diktator

2.4.Daftar Kata Serapan dari Bahasa Sanskerta dalam Bahasa Melayu dan Bahasa IndonesiaModern
Bahasa Sanskerta sudah ribuan tahun dikenal di Nusantara. Bukti tertua yang sekarang masih ada ialah prasasti-prasasti yang ada di Kutai, Kalimantan Timur dan kurang lebih berasal dari abad ke-4 atau abad ke-5Masehi. Karena keberadaan bahasa Sanskerta di Nusantara sudah lama, sudah tentu banyak kata-kata dari bahasa ini yang diserap dalam bahasa-bahasa setempat. Artikel ini membicarakan kata-kata serapan dalam bahasa Melayu tradisional dan dalam bahasa Indonesia modern. Kosakata dasar Karena sudah sangat lama dikenal di Nusantara, kata-kata Sanskerta ini seringkali sudah tidak dikenali lagi dan sudah masuk ke kosakata dasar. Oleh karena itu seseorang bisa menulis sebuah cerita pendek yang hanya menggunakan katakata Sanskerta saja. Di bawah ini disajikan sebuah cerita kecil terdiri dari kurang lebih 80 kata-kata dalam bahasa Indonesia yang ditulis hanya menggunakan katakata Sansekerta saja, kecuali beberapa partikel-partikel. Kata-kata Sanskerta di bawah dicetak tebal: Karena semua dibiayai dana negara jutaan rupiah, sang mahagurusastra bahasa Kawi dan mahasiswa-mahasiswinya, duta-duta negeri mitra, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata suami-istri, beserta karyawan-karyawati lembaga nirlaba segera berdharmawisata ke pedesaan di utara kota kabupaten Wonosobo antara candi-candi purba, berwahana keledai di kala senja dan bersama kepala desamenyaksikan para tani yang berjiwa bersahaja serta berbudi nirmalasecara berbahagia berupacara, seraya merdu menyuarakan gita-gita mantra, yang merupakan sarana pujian mereka memuja nama suci Pertiwi, Dewi Bumi yang bersedia menganugerahi mereka karunia danrestu, meraksa dari bahaya, mala petaka dan bencana. Penyesuaian fonologi

Fonologi bahasa Sanskerta dan bahasa Melayu agak berbeda. Di dalam bahasa Sanskerta dikenal ada 7 vokal pendek dan 6 vokal panjang (secara teoretis ada 7 vokal panjang pula). Lalu ada 26 konsonan. Vokal Pendek: /a/, /i/, /u/, //, //, /e/, dan /o/ Panjang: /a:/, /I:/, /u:/, /:/, /:/, /ai/, dan /au/. Konsonan Letupan /k/, /g/, /c/, /j/, //, //, /t/, /d/, /p/, /b/ Letupan yang disertai hembusan /kh/, /gh/, /ch/, /jh/, /h/, /h/, /th/, /dh/, /ph/, /bh/ Sengau /ng/, //, //, /n/, /m/ Semivokal /y/, /r/, /l/, /w/ Sibilan //, //, /s/, /h/ Lain-lain //, // Dalam bahasa Melayu tidak ada permasalahan berarti dalam menyesuaikan vokalvokal Sanskerta. Namun karena dalam bahasa Melayu tidak ada vokal panjang, maka semua vokal panjang berubah menjadi pendek. Selain itu ada hal menarik dalam penyesuaian vokal /r/. Vokal ini sekarang di India dilafazkan sebagai /ri/ sementara zaman dahulu diperkirakan vokal ini dilafazkan sebagai /r/ atau /'r/, mirip seperti dalam bahasa Jawa. Inilah sebabnya mengapa nama bahasa Samskrta di Indonesia dilafazkan sebagai Sanskerta, tetapi di India sebagai Sanskrit. Dalam bahasa Melayu pada beberapa kasus vokal ini dilafazkan sebagai /ri/, namun pada kasus-kasus lainnya dilafazkan sebagai /'r/. Selain itu katakata Sanskerta yang diserap dari bahasa Jawa seringkali juga memuat pelafazan /'r/ atau /r/. Beberapa contoh: Sebagai /ri/ -> berita, berida. Sebagai /r/ -> bareksa Serapan dari bahasa Jawa /'r/ -> werda

Kemudian perbendaharaan konsonan bahasa Melayu tidak sebanyak bahasa Sanskerta. Konsonan retrofleks tidak ada padanannya dalam bahasa Melayu sehingga disesuaikan menjadi konsonan dental. Lalu dari tiga sibilan dalam bahasa Melayu yang tersisa hanya satu sibilan saja, meski dalam huruf Jawi seringkali sibilan retrofleks atau palatal ini ditulis menggunakan huruf syin .Misalkan kata kesatria yang dalam bahasa Sanskerta dieja sebagai katriya (kshatriya) dalam tulisan Jawi dieja sebagai . Lalu kasus menarik selanjutnya ialah penyesuaian konsonan yang disertai dengan aspirasi atau hembusan. Dalam bahasa Melayu seringkali hembusan ini juga dilestarikan. Sebagai contoh diambil kata-kata: bha -> bahasa chaya -> cahaya phala -> pahala Hal ini justru tidak dilestarikan dalam bahasa Nusantara lainnya, misalkan bahasa Jawa dan bahasa Bali. Di sisi lain nampaknya hal ini justru ada dalam bahasa Madura di mana aspirasi ini terlestarikan pula pada konsonan eksplosiva bersuara. Kemudian semivokal /y/ dan /w/ pada posisi awal berubah menjadi /j/ dan /b/. Contohnya ialah kata-kata jantera, bareksa, berita, dan bicara. Lalu anusvara // (/m./) dalam bahasa Melayu dilafazkan sebagai /ng/ atau sebagai sengau homorgan

Vous aimerez peut-être aussi