Vous êtes sur la page 1sur 11

A. HEDGING 1.

Definisi Hedging Hedging merupakan transaksi lindung nilai dimana pihak yang akan melindungi nilai

komoditas/keuangannya membayar sejumlah premi kepada pihak lain untuk melindungi nilai keuangan ataupun komoditasnya terhadap volatilitas pasar. Terdapat beberapa definisi tentang hedging yang disampaikan oleh beberapa ahli: Hedging adalah tindakan yang dilakukan untuk melindungi sebuah perusahaan dari exposure terhadap nilai tukar. Exposure terhadap fluktuasi nilai tukar adalah sejauh mana sebuah perusahaan dapat dipengaruhi oleh fluktuasi nilai tukar.(Madura 2000:275) Hedging adalah suatu tindakan melindungi perusahaan untuk menghindari atau mengurangi risiko kerugian atas valuta asing sebagai akibat dari terjadinya transaksi bisnis. Sehingga perusahaan dapat melakukan penjualan atau pembelian sejumlah mata uang, untuk menghindari risiko kerugian akibat selisih kurs yang terjadi karena adanya transaksi bisnis yang dilakukan perusahaan tersebut . (Faisal 2001 : 8 ) Hedging merupakan sebuah bagian dari currencyexposure yang berarti menentukan sebuah pengganti kerugian kurs mata uang, misalnya kerugian atau keuntungan pada nilai asal currency exposure sebenarnya dapat disamakan dengan keuntungan atau kerugian nilai tukar mata uang

pada currency hedge (Shapiro 1999:144) Hedging merupakan pembelian suatu kontrak (termasuk foward exchange) atau barang nyata yang nilainya akan meningkat dan kerugian dari jatuhnya nilai tersebut dari kontrak lain atau barang nyata. Pelaku hedging berusaha melindungi pemilik dari kerugian.(Eiteman 2003:171-174) 2. Tujuan Penerapan Hedging Dalam setiap kegiatan perdagangan, suatu perusahaan baik di sektor privat maupun sektor publik selalu mengharapkan keuntungan. Namun, di sisi lain perusahaan tersebut juga dihadapkan kepada risiko kerugian yang selalu melekat dalam kegiatan usahanya. Risiko umumnya berasal dari akibat perubahan harga barang, perubahan kurs mata uang, suku bunga, inflasi dan lain sebagainya.Untuk melindungi pengusaha dari risiko tersebut dapat dilakukan melalui penerapan strategi lindung nilai (hedging) di bursa berjangka.Dengan melakukan lindung nilai, risiko tersebut dapat dialihkan (transfer of risk) kepada investor yang mengharapkan keuntungan dari perubahan harga di bursa berjangka. Hedging adalah suatu kegiatan pengambilan posisi di pasar berjangka yang berlawanan dengan posisinya di pasar fisik.Dengan mengambil posisi yang berlawanan antara pasar berjangka dan pasar fisik, maka kerugian yang timbul akibat adanya fluktuasi harga di pasar fisik dapat dikurangi dengan keuntungan yang diperoleh di pasar berjangka, atau sebaliknya.Hedging bukan kegiatan yang bersifat spekulasi karena untuk melakukannya dibutuhkan pengetahuan yang memadai dan perhitungan yang cermat.Dengan demikian sebelum melakukan lindung nilai perlu menentukan strategi yang tepat guna mencegah terjadinya kerugian. Hedging sangat bermanfaat bagi perusahaan atau negara yang memiliki usaha dan sering bertransaksi yang berkaitan dengan suku bunga atau nilai tukar. Jika perusahaan mempunyai hutang dalam valuta asing dan suku bunga mengambang, mereka pasti akan terpengaruh. Menghadapi suku bunga yang cenderung naik dan nilai tukar berfluktuatif, kebutuhan hedging juga dirasakan semakin besar khususnya oleh perusahaanperusahaan umum yang kerap melakukan ekspor dan impor.

Hedging juga dapat

mengurangi kemungkinan bangkrut,

memungkinkan perusahaan untuk

mendapatkan kredit dari kreditor dengan lebih mudah, menjalin kerjasama yang lebih baik dengan pemasok, dan memungkinkan perusahaan untuk mendapatkan pinjaman dengan suku bunga yang lebih rendah karena risiko yang dirasakan oleh pemberi pinjaman lebih rendah. Hedging juga dapat memungkinkan perusahaanatau negara pelaku hedging untuk mampu meramalkan pengeluaran dan penerimaan kas di masa depan dengan lebih akurat, sehingga dapat mempertinggi kualitas dari keputusan penganggaran kas ( Weston dan Copeland, 1995 ). 3. Teori dan Konsep Hedging Teknik penerapan hedging terdiri dari teknik hedging jangka pendek dan teknik hedging jangka panjang. Mengenai teknik mana yang akan digunakan oleh suatu perusahaan atau negara tergantung dari strategi mana yang paling menguntungkan dan memiliki risiko kegagalan paling rendah sesuai dengan review dan peramalan masing-masing perusahaan / negara. Teknik-teknik yang biasanya dapat digunakan dalam meng-hedge sebagian atau seluruh transaksinya dalam jangka pendek antara lain: (Madura 2000:322-333) a. Hedging memakai future contract Future contractadalah kontrak yang menetapkan penukaran suatu valutadalam volume tertentu pada tanggal penyelesaian tertentu. b. Hedging memakai forward contract Suatu kontrak antara nasabah dan bank untuk melakukan sejumlah penjualan atau

pembelian valuta terhadap valuta lainnya dimasa yang akan datang dengan rate yang telah ditentukan pada saat kontrak dibuat. Keuntungan forward contract antara lain : Menghindari dan memperkecil resiko kurs Dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan nasabah

Tujuan dari forward contract adalah : Forward contract digunakan untuk meng-cover resiko exchange rate untuk

pembelian/penjualan valuta di masa mendatang Jika ada suatu transaksi bisnis, forward contract dapat menghilangkancurrency exposure karena kurs valuta untuk masa yang akan datang telah ditetapkan. Perhitungan kalkulasi biaya yang pasti Untuk tujuan spekulasi

c.

Hedging memakai instrumen pasar uang. Hedging memakai instrumen pasar uang melibatkan pengambilan suatu posisi dalam pasar uang untuk melindungi posisi hutang atau piutang di masa depan.

d.

Hedging memakai opsi (option) valuta Opsi menyediakan hak untuk membeli atau menjual suatu valuta tertentu dengan harga tertentu selama periode waktu tertentu. Tujuan dari option ini untuk hedging. Sedangkan teknik-teknik hedgingyang sering digunakan untuk meng-hedgeexposure jangka panjang

antara lain :(Madura 2000:342-345) a. Kontrak foward jangka panjang (Long foward)

Long Foward adalah forward contractjangka panjang. Sama seperti forward contractjangka pendek, dapat dirancang untuk mengakomodasi kebutuhan-kebutuhan khusus dari perusahaan. Long foward sangat menarik bagi perusahaan yang telah menandatangani kontrak ekspor atau impor bernilai tetap jangka panjang dan melindungi arus kas mereka jangka panjang. b. Currency Swap Currency swap adalah kesempatan untuk mempertukarkan satu valutadengan valuta lain pada kurs dan tanggal tertentu dengan menggunakan bank sebagai perantara antara dua belah pihak yang ingin melakukan currency swap. Tujuan dari currency swap antara lain: c. Meng-cover resiko exchange rate untuk pembelian/penjualan valuta Transaksi swap akan menghilangkan currency exposure karena pertukaran kurs pada masa yang akan datang telah ditetapkan. Perhitungan kalkulasi biaya yang pasti Untuk tujuan spekulasi Strategi gapping

Keuntungan currency swap : Menghindari resiko pertukaran uang Tidak menganggu pos-pos di neraca perusahaan / negara

Parallel Loan Parallel loan adalah kredit yang melibatkan pertukaran valuta antara dua pihak, dengan kesepakatan untuk menukarkan kembali valuta-valuta tersebut pada kurs dan tanggal tertentu di masa depan. Parallel loan bisa diidentikan dengan dua swap yang digabungkan menjadi satu, satu swap terjadi pada permulaan kontrak parallel loan dan satunya lagi pada tanggal tertentu di masa depan.

B. HEDGING SEBAGAI PENGALIH RISIKO 1. Hedging sebagai Mitigasi Risiko Beberapa pengamat ekonomi menyatakan bahwa krisis ekonomi yang pernah terjadi di Indonesia (tahun 1998) diakibatkan karena tidak diterapkannyahedging terhadap beberapa sektor seperti terhadap mata uang dollar (US$) yang notabene Indonesia sangat tergantung terhadap suplai mata uang tersebut. PLN dan BULOG pun diberitakan terus mengalarni kerugian, padahal PLN dan BULOG merupakan penyedia barang publik yang sangat monopolis. Beberapa pengamatpun mencermati hal tersebut karena keduanya tidak

menerapkan strategihedging. BULOG yang selama ini melakukan sistem tender tetap tergantung dari fluktuasi Dollar, yang semakin hari tetap menguat terhadap Rupiah. Hedging adalah membeli dan menjual kontrak berjangka untuk menutupi resiko atas perubahan harga di pasar spot (fisik). Fungsi hedging juga dapat diberlakukan untukjenis komoditi pertanian, seperti kopi dan CPO yang akan diperdagangkan di Bursa Berjangka Jakarta (BBJ). Indonesia yang memiliki potensi di bidang komoditi sangat rentan terhadap adanya fluktuasi harga yang terjadi. Lada, karet, kakao, teh dan banyak lagi, sering mengalami fluktuasi harga yang akhirnya justru merugikan produsen pada saat panen. Hedging yang dilakukan dalam perdagangan berjangka merupakan bentuk lain dari kegiatan asuransi / penjaminan yang diciptakan berdasarkan mekanisme pasar yaitu dengan melakukan pasar turunan atau derivatif dari pasar fisiknya. Dengan melakukan transaksi di dua pasar tersebut (futures dan fisik) secara bersamaan

dengan posisi yang berlawanan untuk jumlah dan jenis komoditi yang sama, maka kedua pasar akan saling menutupi kerugian yang diderita pada salah satu pasar. Dengan demikian perdagangan berjangka memberikan manfaat ekonomi berupa pengalihan resiko yang tidak diinginkan melalui kegiatan hedging. 2. Strategi Hedging Secara umum dapat dikemukakan bahwa langkah-langkah yang sangat diperlukan para hedger (perusahaan atau negara pelaku hedging) baik produsen maupunkonsumen untuk menyusun strategi hedging dalam pasar berjangka komoditi antara lain sebagai berikut : a. Meneliti dan menghitung perkembangan harga komoditi yang bersangkutan baik pada pasar fisik maupun pasar berjangka. b. Menghitung biaya operasi yang termasuk di dalarnnya, biaya penyimpanan, biaya asuransi, beban bunga. c. Memperhitungkan kemungkinan pergerakan harga yang terjadi dengan menganalisa pasar, baik secara pendekatan fundamental maupun teknikal. d. e. f. Menghitung basis yang terjadi antara pasar fisik dan pasar berjangka. Menelaah sumber-sumber informasi lain yang diterima. Segera melikuidasi (offset) setiap posisi pada saat harga mulai bergerak ke arah yang tidak diharapkan, sehingga kerugian yang harus ditanggung tidak terlalu besar. Salah satu strategi yang sering dilakukan adalah menganalisa pasar secara fundamental dan teknikal. Analisa fundamental menitik beratkan pada faktor-faktor permintaan dan penawaran yang menjadi dasar dari pergerakan harga. Dalam analisa fundamental ini biasanya selalu berkaitan dengan karakteristik komoditi dan faktor-faktor ekonomi.Karakteristik komoditi merupakan faktor-faktor alarni yang dimiliki oleh setiap komoditi yang berpengaruh terhadap pola produksi, mutu produksi, teknologi produksi dan sumber produksi dari komoditi yang bersangkutan. Sedangkan faktor-faktor ekonomi yang mempengaruhi tingkat harga yaitu meliputi permintaan, penawaran dan keseimbangan harga. Sedangkan analisa teknikal tidak terlepas dari analisa fundamental. Apabila analisa fundamental

memusatkan perhatiannya pada faktor-faktor supply dan demand yang menjadi dasar pergerakan harga, maka pada teknikallebih menitik beratkan pada pergerakan analisa harga itu sendiri. Analisa teknikal disebut juga dengan charting karena pergerakan chart, merupakan perubahan harga yang sesungguhnya terjadi. Charting dapat dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan peramalan hargadan fluktuasi pasar dengan penggunaan data pasar seperti harga, volume, dan open interest untuk menentukan harga komoditi di pasar futures atau kontrak di financial futures.

1. Penerapan Hedging di Beberapa Negara Pioneer Meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mempermudah perdagangan antar negara yang mengakibatkan meningkatnya perdagangan internasional. Perdagangan internasional ini menhadapkan setiap negara pada suatu risiko yang tidak dapat dihindari, yaitu risiko nilai tukar. Agar dapat mengurangi dampak resiko tersebut maka para investor mengalihkan sebagian atau seluruh resiko tersebut dengan melakukan hedging. Bila berbicara mengenai hedging maka kita perlu kembali ke masa Aristoteles. Pada masa Aristoteles telah melakukan transaksi yang sebenarnya merupakan transaksi hedging. Transaksi tersebut bermula ketika 4

Aristolteles bertaruh tentang bumper tanaman zaitun, ia bertengkar dengan pemilih pemeras zaitunsampai ia memperoleh hak eksklusif untuk menggunakan peralatan di panen mendatang. Hal itu dilakukan demi untuk mendapatkan kemungkinan keuntungan yang lebih di masa datang. Istilah hedging atau lindung nilai umumnya lebih dikenal dalam rangka transaksi yang terkait dengan perbankan. Sebenarnya, hedging ini juga banyak dipakai pada transaksi perdagangan komoditas. Dalam sejarahnya selanjutnya, CBOT (Chicago Board of Trade) yang dibentuk tahun 1848 oleh para pengusaha pertanian di Amerika digunakan sebagai solusi atas fluktuasi harga komoditas biji-bijian (grains). Saat itu diperkenalkan transaksi forward contract yang kemudian berkembang menjadi futures contract (kontrak berjangka). Hal ini merupakan salah satu cikal bakal sistem hedging mulai berkembang. Lalu pada tahun 1949, Alfred Winslow Jones, seorang akademisi dan jurnalis, menulis sebuah artikel di Fortune tentang model baru dalam peramalan keuangan. Karena terpikat atas subjek tulisannya tersebut maka ia mencoba melakukan model tersebut dengan mendirikan AW Jones. Dasar investasi pendekatan Jones adalah dengan menjual saham pendek lainnya untuk melindungi saham panjang terhadap risiko pasar yang timbul. Yang kemudian timbul istilah dana hedging. Sejak era jones tersebut maka banyak berdiri entitas- entitas baru yang bergerak di bidang pengelolaan dana hedging. Tetapi pada era tersebut yang menjadi komoditas hedging adalah pasar saham. Pada era 1990-an baru lah berkembang hedging pada valuta asing. Fenomena yang terkenal adalah hal yang dilakukan oleh George Soros yang terkenal dengan quantum fund. Spekulasi nakal yang dilakukan oleh Soros pada tahun 1992 pada mata uang inggris yaitu Poundsterling telah menyebabkan guncangan hebat bagi ekonomi Inggris. Sehingga memaksa Inggris untuk menarik diri sementara dari mekanisme nilai kurs demi menstabilkan mata uangnya dengan biaya yang sangat besar tentunya. Pada tahun 1998, Soros dituding sebagai biang keladi terjadinya krisis di asia dan menghancurkan tiang ekonomi negara asia yang dibangun dalam puluhan tahun. Saat ini hedging tidak hanya memberikan efek negatif bagi perekonomian, tetapi juga memberikan dampak positif bagi perekonomian. Antara lain dilakukan untuk menjaga ekonomi suatu negara dengan menjaga harga suatu komoditas yang merupakan kebutuhan yang vital bagi keberlangsungan ekonomi suatu negara. Misalnya perdagangan minyak bumi dan proyek-proyek pembangunan serta juga komoditas pertanian yang merupakan kebutuhan utama hampir bagi setiap negara. Dalam hal ini kita bisa melihat negara jepang. Jepang sebagai salah satu negara termaju di asia merupakan negara dengan mobilitas transaksi internasional yang tinggi. Tidak hanya dalam bidang industri dan teknologi, bidang pertanian Jepang telah berkembang dengan pesat. Perkembangan dengan baik ini telah mendorong futures market komoditas sebagai media untuk melakukan hedging komoditas berkembang dengan pesat. Hedging dilakukan bukan hanya melakukan lindung nilai dengan mata uang saja tetapi juga dilakukan dengan melindungi nilai suatu komoditas dengan komoditas lain yang pergerakan harganya relatif stabildalam periode waktu tertentu. Alternatif hedging yang dilakukan di Jepang ini diharapkan mempunyai nilai lebih dibandingkan hedging valuta asing karena setiap negara dapat meng-hedge menggunakan komoditas yang banyak diproduksi di negara asalnya sendiri dimana dengan sendirinya pergerakn nilai komoditas tersebut dapat dikendalikan. A. HEDGING SEBAGAI PENGALIHAN RISIKO DALAM PERDAGANGAN BEBAS 1. Peran Hedging dalam Menghindari Risiko Perdagangan Bebas

Sebagaimana telah disinggung sebelumnya bahwa perdagangan bebas, sebagai salah satu ciri globalisasi, memberikan dampak terhadap perilaku perdagangan pada dunia internasional. Dimana pada masa lalu persaingan yang terdapat dipasar tidaklah terlalu kompleks membuat pengaruh ekonomi suatu negara atau entitas ekonomi tidak terlalu terpengaruh oleh entitas ekonomi lain, namun sejalan dengan adanya perdagangan bebas dimana kemampuan ekonomi suatu entitas dapat sangat mempengaruhi entitas lain, mengakibatkan adanya gejolak harga pada pasar dan timbulnya ketidakpastian. Perdagangan bebas memungkinkan dua negara atau lebih yang memiliki mata uang, serta sistem ekonomi yang berbeda dapat berinteraksi secara lebih luas. Dimana pada perdagangan bebas, pasar dari suatu barang dapat terdapat dimana saja dinegara manapun. Sehingga mengakibatkan, pengaruh dari kemampuan ekonomi suatu negara sangat berperan. Hal ini menimbulkan adanya ketidakpastian terutama, seperti yang telah disinggung diawal, bahwa dampak yang paling terlihat adalah timbulnya hutang-piutang dalam mata uang yang berbeda. Dimana tingkat kemampuan mata uang negara yang berbeda tersebut dalam pasar ekonomi memiliki kemampuan yang berbeda. Hal ini membuka suatu resiko yang tidak hanya dialami oleh sektor privat, namun juga dialami oleh sektor publik. Perbedaan nilai tukar mata uang hanyalah salah satu risiko yang harus dihadapi perusahaan atau negara dalam melaksanakan perdagangan bebas. Hal ini menjadi suatu resiko yang nyata karena perbedaan nilai antara mata uang satu dengan yang lain sangat tergantung pada banyak faktor, yang mengakibatkan dinamisnya fluktuasi dari nilai mata uang yang satu terhadap mata uang yang lain. Ketidakpastian inilah yang dapat menimbulkan kerugian bagi suatu entitas ekonomi dalam melakukan perdagangan bebas terutama yang berkaitan dengan negara lain. Selain itu resiko lain yang terdapat akibat adanya perbedaan sistem ekonomi suatu negara adalah adanya perbedaan nilai suku bunga antar suatu negara dengan negara lain. Hal yang satu ini sangat tergantung pada kebijakan ekonomi makro dari negara tersebut. Perdagangan bebas yang dilakukan tanpa memperhitungkan resiko-resiko yang terdapat pada transaksi tersebut, dapat mengakibatkan entitas ekonomi yang terlibat mengalami kerugian yang besar atau bahkan kebangkrutan. Hal ini disebabkan sangat tingginya pengaruh resiko-resiko yang telah dijabarkan tadi terhadap nilai dari transaksi yang dilakukan. Untuk menanggulangi resiko tersebut, hedging sebagai salah satu alat (tools)ekonomi yang ada dapat dipergunakan untuk meminimalisir risiko. Tujuan utama penggunaan hedging pada perdagangan bebas bukanlah ditujukan untuk mendapatkan keuntungan atas pelaksanaan hedging itu sendiri, namun lebih kepada pengurangan resiko yang ada, yang diakibatkan oleh suatu faktor yang dinamis dan sulit untuk dapat dipastikan nilainya dimasa mendatang pada saat melakukan transaksi. Dengan menggunakan hedging maka entitas ekonomi dapat berperan serta lebih pada perdagangan bebas, hal ini dikarenakan dengan hedging, entitas tersebut dapat mengurangi resiko atas faktor-faktor yang disebabkan karena perbedaan antar negara tersebut. Penting bagi entitas tersebut untuk mendapatkan keuntungan ini, karena dengan berpartisipasi lebih banyak pada era perdagangan bebas, maka kemampuan entitas tersebut dalam berkompetisi menjadi lebih tinggi serta meningkatkan survivabilitas dari entitas tersebut. Salah satu hal mengakibatkan hedging sebagai alat yang efektif dalam mengurangi resiko yang disebutkan tadi adalah, bahwa di dalamnya memilki banyak instrumen yang mencakup hampir seluruh resiko yang terjadi karena adanya perdagangan bebas. Dimana instrument yang dimiliki (derivatif) memilki karakteristik dan keunggulan masing-masing yang dapat digunakan sesuai dengan keperluan dari entitas yang

bertransaksi. Dengan adanya hal ini, entitas memiliki pilihan lebih banyak dalam menyiasati risiko yang terdapat pada transaksi diperdagangan bebas. Instrumenhedging sendiri, memang dirancang sesuai untuk mengatasi atau menanggulangi resiko yang disebabkan ata faktor penting yang sifatnya dinamis dan sulit diukur. Terdapat beberapa macam instrument hedging seperti futures, forward, dan option. Penggunaan instrumen-instrumen ini pada praktiknya disesuaikan dengan karakter dari item yang akan dilindungi nilainya atau sering disebut objek hedging. Hal ini dikarenakan tidak seluruh objek hedging memiliki karakter yang sama. Yang mengakibatkan entitas ekonomi perlu untuk menyiasati adanya resiko yang dapat terjadi. 2. Strategi Penerapan Hedging yang Efektif Hal yang timbul selanjutnya, setelah mengetahui adanya risiko karena perdagangan bebas adalah bagaimana menerapkan strategi hedging agar efektif. Penerapan hedging yang efektif sangat dipengaruhi oleh tingkat penerapan manajemen risiko dari entitas yang bersangkutan. Dimana hedging merupakan tindak lanjut daru proses manajemen risiko. Untuk dapat melakukan hedging yang efektif, manajemen risiko harus mempelajari objek yang akan di lindungi nilainya. Hal ini sangat berkaitan dengan adanya perbedaan karakter dari objek yang akan di hedging atau dilindungi nilainya dengan karakter dari resiko yang dapat terjadi pada objek tersebut. Hal pertama yang perlu dilakukan adalah dengan membuat profil resiko dari item yang akan dihedging tersebut. Berdasarkan beberapa artikel yang diperoleh penyusun, dapat simpulkan bahwa untuk membuat profil resiko diperlukan beberapa langkah, yaitu : a. Inventarisasi risiko yang mungkin ada Dilakukannya inventarisi atas risiko yang mungkin terjadi, hal ini dilakukan agar tidak ada risiko yang tidak terlindungi nantinya. Sehingga hedging yang dilakukan dapat efisien b. Mengkategorikan risiko Hal ini dilakukan agar dapat memperhitungkan langkah yang perlu dilakukan untuk mengurangi risiko yang ada. Dengan mengelompokan risiko, entitas dapat mempertimbangkan alat apa yang instrument apa yang pas guna mengurangi risiko tersebut. c. Mengukur tingkat eksposur pada setiap risiko Hal ini ditujukan agar terdapat prioritas atas risiko yang dimiliki oleh objek yang akan di-hedge, sehingga pelaksanaannya dapat tepat pada sasaran risiko. d. Menganalisa risiko Setelah mengkategorikan dan mengukur setiap resiko, maka langkah selanjutnya adalah menentukan langkah guna mengatasi resiko yang ada. Pilihan-pilihan ini nantinya akan memetukan penggunaan alat yang cocok untuk melindungi nilai suatu transaksi. Setelah pembentukan profil risiko dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah dengan

mempertimbangkan faktor pasar atau environment, yang mempengaruhi transaksi yang rentan akan adanya perubahan nilai. Hal ini sangat mempengaruhi keputusan entitas dalam penerapkan hedging atau tidak. Seperti yang ditulis dalam nota keuangan pemerintah tahun 2009 mengenai pengelolaan risiko melalui kontrak lindung nilai ... penggunaan instrumen derivatif akan menuntut Pemerintah mencermati dan memperhatikan semua faktor yang akan mempengaruhi pergerakan pasar. Pentingnya memperhitungkan faktor-faktor ynag terdapat dipasar bagi penerapan startegi hedging yang efektif berkaitan dengan adanya perbedaan faktor antara pasar

yang satu dengan yang lain. Contoh faktor-faktor pasar yang perlu dipertimbangkan, pada pasar berjangka komoditi : Harga komoditi yang bersangkutan baik pada pasar fisik maupun pasar berjangka Biaya operasi : biaya penyimpanan, asuransi Kemungkinan pergerakan harga Sumber sumber informasi lain yang diterima Pada akhirnya penetapan hedging atau tidak haruslah dilakukan dengan mempertimbangkan bahwa biaya untuk melakukan hedging lebih sedikit daripada manfaat yang akan diperoleh dengan melakukan hedging.

3. Beberapa Manfaat Lain Secara umum manfaat hedging adalah untuk mengurangi pengaruh terjadinya risiko dari suatu transaksi yang memiliki faktor ketidakpastian. Namun diluar hal tersebut terdapat beberapa manfaat lain yaitu : Memeberikan kepastian atas biaya yang seharusnya dikeluarkan oleh entitas Entitas dapat mengelola biaya dan risiko dari portofolio atas transaksi yang di-hedging Pengurangan kemungkinan beberapa tipe risiko, menimbulkan kebebasan bagientitas untuk mengelola struktur modal mereka. Dengan adanya hedging, investor dapat memperoleh lebih banyak informasi dalam laporan keuangan mengenai risiko yang mereka hadapi. Mencegah kebangkrutan

B. PENERAPAN HEDGING DI BEBERAPA NEGARA 1. Contoh Penerapan Hedging di Beberapa Negara Saat ini penerapan hedging telah banyak dilakukan oleh berbagai perusahaan multinasional di seluruh dunia. Bahkan tidak hanya perusahaan swasta yang mempraktekkan hedging, namun juga perusahaan yang dimiliki oleh negara. Tujuan dari penerapan hedging ini secara umum adalah untuk meredam dampak fluktuasi harga dari suatu komoditi sehingga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya risiko yang tidak diinginkan. Jenis kontrak hedging yang banyak dipraktekkan adalah terhadap harga minyak mentah. Hal ini dilakukan karena tingkat volatilitas (ketidakstabilan) harga minyak yang sangat tinggi sehingga perusahaan yang banyak mengkonsumsi minyak rentan terhadap risiko kerugian yang diakibatkan oleh perubahan harga minyak ini. Berbagai perusahaan dan negara berusaha untuk meminimalisir risiko dengan mengikat suatu perjanjian hedging dengan pihak spekulator yang sering kali adalah berupa bank-bank besar. Salah satu jenis perusahaan yang menerapkan hedging terhadap harga minyak adalah perusahaan penerbangan. Perusahaan penerbangan menggunakan kontrak hedging untuk menstabilkan harga yang harus mereka bayar untuk bahan bakar pesawat terbang. Kontrak hedging ini biasanya berupa perjanjian untuk membeli bahan bakar pesawat pada harga dan periode tertentu yang telah ditentukan. Kontrak hedging ini dapat juga disebut sebagai perjudian melawan ketidakstabilan harga minyak. Jika suatu perusahaan penerbangan memperkirakan bahwa harga minyak di masa depan akan mengalami kenaikan, maka mereka dapat mengikat kontrak hedging untuk membeli bahan bakar dengan harga saat ini dalam waktu beberapa bulan atau tahun ke depan. Apabila ternyata dalam beberapa waktu kemudian harga minyak meningkat, maka perusahaan dapat membeli minyak dengan harga lama yang sudah terkunci dalam perjanjian kontrak sehingga perusahaan dapat menghemat selisih harga lama dan harga baru tersebut. Namun apabila

ternyata setelah kontrak ditandatangani harga minyak ternyata turun, maka perusahaan akan menglami kerugian karena harus membayar harga beli di atas rata-rata harga pasar. Jadi suatu kontrak hedging dapat menguntungkan atau merugikan perusahaan tergantung bagaimana kemampuan perusahaan tersebut untuk mamprediksi naik-turunnya harga di masa depan. Salah satu contoh penerapan hedging minyak di perusahaan penerbangan adalah seperti yang dilakukan oleh Southwest Airlines yang merupakan sebuah perusahaan penerbangan yang melayani rute domestik di Amerika Serikat. Maskapai penerbangan ini mampu menghemat hingga sebesar 3,5 milyar dolar dengan mengikat perjanjian hedging minyak antara tahun 1998 dan 2008. Kontrak ini berperan sebagai mekanisme kontrol biaya bagi Southwest Airlines, melindungi perusahaan dari dampak kenaikan harga minyak mentah. Kebijakan hedging yang agresif dari Southwest dimulai sekitar tahun 1990-an dimana perusahaan mengikat kontrak hedging atas 20-30 persen dari total kebutuhan bahan bakar perusahaan untuk tiga sampai enam bulan ke depan. Saat itu hedging masih dianggap tidak terlalu penting bagi perusahaan penerbangan lain mengingat harga bahan bakar yang masih relatif rendah. Pandangan ini berubah seiring terjadinya krisis di pasar ekonomi Asia pada tahun 1998. Southwest mengikat kontrak hedging untuk membeli minyak seharga 12,50 dolar per barel di tahun 1999, dan tidak lama setelahnya, harga minyak meroket menjadi 26,10 dolar per barel kemudian meningkat lagi menjadi 34,00 Dollar per barel. Hasilnya, antara 1999 dan 2003 Southwest membayar harga bahan bakar antara 25-40 persen lebih rendah dari yang harus oleh perusahaan kompeitor yang tidak melakukan praktik hedging. Southwest Airlines juga tetap menghasikan keuntungan selama tahun 2001-2005 ketika industri penerbangan Amerika Serikat mengalami penurunan dan menderita kerugian total sebesar lebih dari 35 milyar Dollar. 2. Risiko Kegagalan Penerapan Hedging Di sisi lain, kontrak hedging yang dilakukan secara agresif mendatangkan kemungkinan terjadinya dampak negatif bagi perusahaan ketika terjadi penurunan tajam harga minyak dan bahan bakar. Southwest merasakan hal ini ketika pada 2008 mengikat kontrak hedging atas 70 persen dari total kebutuhan bahan bakarnya dengan harga 51,00 dolar per barel. Kontrak ini terlihat menguntungkan pada awal 2008 saat harga minyak di atas 125,00 dolar per barel, namun harga minyak lalu jatuh di paruh kedua tahun 2008. Total kerugian yang diderita Southwest Airlines pada 3 bulan terakhir tahun 2008 mencapai 117 juta dolar. Kerugian ini sebagai akibat dari penurunan tajam harga minyak dan bahan bakar hingga di bawah harga yang telah

disepakati oleh perusahaan dalam kontrak. Peristiwa ini memberikan pelajaran bahwa perusahaan yang selama ini selalu mendapatkan keuntungan dari praktek hedging minyak ternyata juga masih rentan terhadap volatilitas harga minyak dan bahan bakar. Contoh lain dari kerugian yang disebabkan oleh penerapan kontrak hedging terjadi di Sri Lanka. Sebuah perusahaan minyak milik pemerintah Sri Lanka, Ceylon Petroleum Corporation (CPC) menyepakati kontrak dengan 5 bank besar diantaranya adalah Standard Chartered Bank, Citibank dan Deutsche Bank untuk melindungi perusahaan dari fluktuasi harga minyak dunia yang terjadi pada saat itu. Pada saat harga minyak dunia berada pada kisaran 135 Dollar per barel pada pertengahan 2008, perusahaan memperoleh keuntungan karena mendapat perlindungan harga dari kontrak hedging tersebut. Namun ketika harga minyak dunia jatuh hingga menyentuh 41 Dollar per barel, CPC terancam menderita kerugian dan harus membayar hutang yang sangat besar kepada bank-bank tersebut yaitu hingga mencapai kisaran 1 milyar Dollar. Hal ini diperparah dengan adanya indikasi korupsi yang dilakukan oleh pejabat negara Sri Lanka dalam proses perundingan

perjanjian hedging tersebut. Dugaan korupsi yang terjadi membuat pemerintah Sri Lanka memutuskan untuk menghentikan sementara pembayaran hutang CPC kepada pihak bank sementara menunggu proses penyidikan lebih lanjut. Konsekuensi dari penundaan pembayaran ini menyebabkan bank-bank yang menjadi lawan transaksi hedging CPC tersebut terancam akan mengalami kerugian hingga mencapai 8,93 juta Dollar. Di samping itu nama baik pemerintah Sri Lanka juga menjadi taruhan apabila ternyata mereka gagal membayar kewajiban mereka kepada pihak bank. Dari kedua contoh penerapan kontrak hedging di dunia internasional tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa hedging tidak dapat sama sekali menghilangkan risiko bisnis yang dihadapi oleh suatu perusahaan. Hedging dapat menjadi bumerang apabila tidak didukung dengan kemampuan analisa atas tren harga yang kemugkinan akan terjadi di masa yang akan datang. C. PENERAPAN HEDGING DI INDONESIA 1. Dasar Hukum yang mengatur Praktik Hedging di Indonesia Transaksi Lindung nilai (hedging) merupakan salah satu bentuk skema pengelolaan risiko harga melalui instrument pasar (derivatives contract). Bersama dengan forward contract, future market, option dan swap, hedging di Indonesia digolongkan ke dalam skema Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK). Di

Indonesia, pelaksanaan transaksi di PBK, diatur oleh peraturan-peraturan berikut ini: a. b. Undang-Undang Nonor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK) c. Keputusan Presiden Nomor 119 tahun 2001 tentang Komoditi yang dijadikan sebagai subyek perdagangan berjangka d. e. f. Peraturan peraturan yang diterbitkan Bapebti (Badan Pelaksana Bursa Komoditi); Perturan Tata Tertib (PTT) Bursa Berjangka Peraturan Tata Tertib (PTT) Lembaga Kliring Berjangka

2. Permasalahan Ekonomi di Indonesia terkait Perdagangan Bebas Di era perdagangan bebas seperti sekarang ini, ketidakpastian kondisi ekonomi global menjadi ancaman besar bagi hampir seluruh negara di dunia. Secara umum, dalam beberapa tahun ke depan, ketidakpastian ekonomi tersebut disebabkan oleh tiga faktor utama, yaitu: a. Ketidakpastian Makroekonomi Hal ini dipicu oleh merosotnya ekonomi Amerika sebagai pilar ekonomi dunia yang disebabkan oleh melonjaknya deficit anggaran dalam beberapa bulan terakhir. Menurut data MonthlyTreasury Statement, hingga 31 Agustus 2009, defisit anggaran AS mencapai US$1.378 Miliar. Seiring ketidakpastian kondisi ekonomi AS tersebut, secara langsung berimbas kepada tidak pastinya kondisi makro ekonomi secara global. Contoh yang paling mutakhir adalah bagaimana krisis mortgage subprime yang terjadi di AS secara sporadis merembet dengan cepat dan memukul perekonomian negara-negara lain di dunia. b. Harga Minyak Yang Sulit Diprediksi Dalam tiga tahun terakhir, harga minyak sulit diprediksi. Hal ini ditunjukkan dengan rentang prediksi harga minyak yang sangat lebar, yakni antara US$45 sampai US$120 per barel. Berfluktuasinya harga minyak tersebut membawa masalah yang hampir sama bagi seluruh Negara di dunia. Bila harga naik dengan tajam, maka persoalan subsidi akan membebani anggaran Negara mereka.

10

c.

Dampak Perubahan Iklim & Bencana Alam Periode abad 21 adalah periode penuh bencana bagi Indonesia secara khusus, dan dunia secara umum.

Dampak bencana tersebut bukan hanya secara sosial, namun juga secara ekonomi. Secara sosial, sudah barang tentu bencana tersebut menimbulkan korban jiwa yang tak sedikit. Dari sisi ekonomi, bencana yang menghancurkan harta benda dan infrastruktur menciptakan masalah ekonomi yang besar terkait hancurnya berbagai potensi ekonomi yang ada, melumpuhkan kegiatan ekonomi dan pada akhirnya meningkatkan angka kemiskinan dan pengangguran. Ketiga faktor tersebut ditambah dengan persaingan usaha yang semakin ketat di tengah harga komoditas (seperti kopi, minyak kelapa sawit, plywood, karet, kakao, lada, gula pasir, kacang tanah, kedelai, cengkeh, udang, ikan, bahan bakar minyak, gas alam, tenaga listrik, emas, batubara, timah, pulp dan kertas, benang, semen, dan pupuk) yang mudah berfluktuasi, membuat aktifitas perdagangan internasional yang dilakukan pemerintah Indonesia penuh dengan resiko tinggi. Oleh karena itu, pengelolaan risiko terkait hal-hal di atas wajib dilakukan dengan sebaik-baiknya agar tidak merugikan APBN. Secara umum, transaksi lindung nilai yang baru akan dilakukan pemerintah Indonesia, sebagaimana dimuat dalam Nota Keuangan RUU APBN 2011, masih sebatas pada lindung nilai untuk mengantisipasi refinancing risk, yaitu risiko potensi naiknya tingkat biaya utang pada saat melakukan pembayaran kembali utang luar negeri. Sedangkan untuk mengelola risiko harga barang komoditas pada perdagangan global, pemerintah belum melakukannya.

11

Vous aimerez peut-être aussi