Vous êtes sur la page 1sur 60

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Pemilihan umum (pemilu) merupakan sarana kedaulatan rakyat dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Melalui pemilihan yang digelar itu, rakyat berharap dapat memilih pemimpin yang mampu membawa perubahan kearah kehidupan yang lebih baik. Demokrasi merupakan bentuk atau sistem pemerintahan yang segenap rakyat turut serta memerintah dengan perantaraan wakil-wakilnya atau pemerintahan rakyat (H. Nasuka, 2007:12). Inti dari demokrasi ialah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Sistem pemerintahan yang demokrasi seperti itulah yang tidak akan terhapus dari muka bumi. Dengan kata lain, itulah sistem terbaik bagi masyarakat dimanapun mereka berada. Secara konstitusional, desa atau sebutan lain memperoleh perhatian yang istimewa dalam ketatanegaraan Indonesia. Di desa terdapat dua sumberdaya utama untuk pembangunan bangsa yaitu sumberdaya alam dan sumberdaya manusia. Dalam sistem pemerintahan desa, kepala desa memainkan peranan yang sangat penting. Selain itu kepala desa juga

mempunyai peran sebagai jembatan penghubung antara masyarakat desa dengan pemerintahan supra desa. Untuk mendukung semua kegiatan pemerintahan desa, maka perlu adanya partisipasi aktif dari anggota masyarakat yang merupakan kehendak sukarela dari warga baik individu maupun kelompok dalam mewujudkan kepentingan bersama. Dengan adanya partisipasi politik dari masyarakat maka bisa terlaksana semua kegiatan dan program desa. Karena masyarakat merupakan faktor penentu dalam mewujudkan kepentingan umum, maka yang paling ditekankan disini adalah sikap dan perilaku masyarakat dalam kegiatan politik. Artinya bahwa setiap individu harus menyadari peranan mereka dalam memberikan kontribusinya sebagai insan politik. Misalnya pemberian suara dalam pemilihan kepala desa. Dengan adanya pemilihan kepala desa, maka setiap individu ataupun kelompok masyarakat desa dapat mewujudkan kehendak secara sukarela, tanpa pengaruh dari siapapun, untuk memberikan suaranya dalam pemilihan kepala desa dan aktif dari siapapun, untuk memberikan suaranya dalam pemilihan kepala desa dan aktif disetiap kegiatan politik. Selain itu kesadaran dan motivasi masyarakat dalam kegiatan politik juga penting untuk menopang tingkat partisipasi mereka dalam pemilihan kepala desa. Namun demikian sikap dan perilaku anggota masyarakat dalam kegiatan partisipasi politiknya kadang pada sikap apatis, sinisme dan arogan sehingga dengan sendirinya dapat mempengaruhi partisipasi mereka dalam

pemilihan kepala desa, yang akhirnya mereka tidak ikut memberikan suara dalam pemilihan serta tidak menghadiri kegiatan-kegiatan politik lainnya. Desa Tompas II merupakan salah satu desa di Kecamatan Tompaso Kabupaten Minahasa Propinsi Sulawesi Utara. Di Kabupaten Minahasa, kepala desa disebut dengan Hukum Tua. Pemilihan Hukum Tua merupakan pesta demokrasi, dimana masyarakat desa dapat berpartisipasi dengan memberikan suaranya untuk memilih calon hukum tua yang bertanggung jawab, oleh karena itu pemilihan hukum tua sangat penting dalam mewujudkan prinsip demokrasi di desa. Keberhasilan pelaksanaan pemilihan hukum tua tidak terlepas dari partisipasi aktif anggota masyarakat desa, baik sebagai kesatuan sistem maupun sebagai individu yang merupakan bagian integral dari pada sistem pemerintahan desa. Secara prinsip, pelaksanaan pemilihan hukum tua ditujukan untuk mewujudkan kedaulatan rakyat di desa. Maka keadaan tersebut menimbulkan tanggung jawab penyelenggaraan pemerintahan pemerintahan desa yang tidak saja berada ditangan hukum tua, badan permusyawaratan desa dan aparat pelaksananya, tetapi juga ditangan masyarakat desa. Proses penyelenggaraan pemilihan hukum tua di desa Tompaso II dapat berlangsung seru dalam arena perpolitikan, hal ini dapat dilihat sebelum pelaksanaan pemilihan hukum tua itu berlangsung dimana para calon hukum tua berkompetisi untuk mendapatkan massa sebanyak-banyaknya dari masyarakat desa.

Upaya dalam mendapatkan dukungan massa maka para calon menggunakan berbagai macam cara salah satunya dengan mendekati para tokoh-tokoh masyarakat, tokoh-tokoh agama dan tokoh pemuda. Selain itu para calon hukum tua juga menyebarkan pengaruhnya dengan janjinya akan memberdayakan masyarakat lewat penyediaan sarana dan prasarana untuk kepentingan umum, seperti pembangunan desa jalan, irigasi, jalan ke kebun, dan ada juga yang menggunakan politik uang (money politic) namun dalam bentuk beras dan gula pasir (sembako). Ini dilakukan para calon untuk mendapatkan dukungan. Salah satu wujud dari partisipasi politik masyarakat diatas yaitu dengan adanya sikap dukungan terhadap penyelenggaraan pemerintahan desa yang ditujukan melalui partisipasi aktif dari anggota masyarakat lewat

penyelenggaraan pemilihan hukum tua desa Tompaso II tahun 2011. Namun yang menjadi catatan penulis bahwa, dalam pelaksanaan pemilihan hukum tua desa Tompaso II Kecamatan Tompaso pada bulan Juni Tahun 2011 mengalami beberapa masalah karena ada masyarakat yang tidak ikut memilih (Golput), hal ini disebabkan beberapa faktor antara lain : Kurangnya maksimalnya pendidikan politik terhadap masyarakat oleh pemerintah, Masyarakat merasa jenuh terlibat dalam pemilihan umum presiden, gubernur, bupati maupun anggota DPR dan DPD, menurunya kepercayaan masyarakat terhadap calon pemimpin yang diusulkan BPD sehingga masyarakat mengalami krisis kader pemimpin sehingga calon yang

diusung tidak sesuai dengan keinginan masyarakat, serta faktor pekerjaan yang menyebabkan masyarakat tidak menggunakan hak pilih, karena adanya masyarakat desa Tompaso II yang bekerja dan sekolah diluar desa seperti Manado, Tondano dan daerah lainnya. Untuk mengetahui bagaimana kebenaran dari latar belakang masalah diatas, tentu harus dilakukan suatu penelitian yang lebih lanjut sesuai dengan kajian ilmiah. Oleh sebab itu berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk mendalami dan meneliti tentang Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Pemilihan Hukum Tua desa Tompaso II . (Suatu Studi di Desa Tompaso II Kecamatan Tompaso Kabupaten Minahasa)

B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana Patisipasi Politik Dalam Penyelenggaraan Pemilihan Hukum Tua di Desa Tompaso II Kecamatan Tompaso Kabupaten Minahasa.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah : untuk mengetahui bagaimana Bagaimana Patisipasi Politik Dalam Penyelenggaraan

Pemilihan Hukum Tua di Desa Tompaso II Kecamatan Tompaso Kabupaten Minahasa. 2. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan : a. Diharapkan dapat memberikan manfaat bagi keberhasilan

pelaksanaan pembangunan politik yang demokratis melalui proses pelaksanaan pemilihan hukum tua di desa Tompaso II Kecamatan Tompaso Kabupaten Minahasa dalam kaitannya dengan partisipasi politik masyarakat. b. Secara ilmiah ini diharapkan sebagai bahan masukan atau sumbangan pemikiran di bidang pengetahuan lebih khusus yang berkaitan dengan penelitian ini.

BAB II KERANGKA KONSEP

A. Konsep Partisipasi Politik Pada abad 14 hak untuk berpartisipasi dalam hal pembuatan keputusan politik, untuk memberi suara, atau menduduki jabatan pemerintah telah dibatasi hanya untuk sekelompok kecil orang yang berkuasa, kaya dan keturunan orang terpandang (Masoed, 2001:45). Kecenderungan kearah partisipasi rakyat yang lebih luas dalam politik bermula pada masa renaisance dan reformasi abad ke 15 sampai abad 17 dan abad 18 dan 19. Tetapi cara-cara bagaimana berbagai golongan masyarakat (pedagang, tukang, orang-orang profesional, buruh kota, wiraswasta industri, petani desa dan sebagainya), menuntut hak mereka untuk berpartisipasi lebih luas dalam pembuatan keputusan politik sangat berbeda di berbagai negara. Menurut Myron Weiner seperti dikutip oleh Masoed, paling tidak terdapat lima hal yang menyebabkan timbulnya gerakan kearah partisipasi lebih luas dalam proses politik. 1. Modernisasi Ketika penduduk kota baru (yaitu buruh dan pedagang, kaum profesional) melakukan komersialisasi pertanian, industrialisasi, urbanisasi yang meningkat, penyebaran kepandaian baca tulis, perbaikan pendidikan, dan pengembangan media massa, mereka merasa dapat mempengaruhi nasib mereka sendiri, makin banyak menuntut untuk ikut dalam kekuasaan politik.

2 . Pengaruh-pengaruh struktur kelas sosial Begitu terbentuk suatu kelas pekerja baru dan kelas menengah yang meluas dan berubah selama proses industrialisasi dan modernisasi, masalah tentang siapa yang berhak berpartisipasi dalam pembuatan keputusan politik menjadi penting dan mengakibatkan perubahan-perubahan dalam pola partisipasi politik. 3 . Pengaruh kaum intelektual dan komunikasi massa modern Kaum intelektual (sarjana, filosof, pengarang, waartawan) sering mengemukakan ide-ide seperti egaliterisme dan nasionalisme kepada masyarakat untuk membangkitkan tuntutan akan partisipasi massa yang luas dalam pembuatan keputusan politik. Sistem-sistem transportasi dan

komunikasi modern memudahkan dan mempercepat penyebaran ide-ide baru. 4 . Konflik diantara kelompok-kelompok pemimpin politik Kalau timbul kompetisi memperebutkan kekuasaan, strategi yang biasa digunakan oleh kelompok-kelompok yang saling berhadapan adalah mencari dukungan rakyat. Dalam hal ini mereka tentu menganggap sah dan memperjuangkan ide-ide partisipasi massa dan akibatnya menimbulkan gerakangerakan yang menuntut agar hak-hak ini dipenuhi. Jadi kelas-kelas menengah dalam perjuangannya melawan kaum buruh dan membantu memperluas hak pilih rakyat.

5. Keterlibatan pemerintah yang meluas dalam urusan sosial, ekonomi dan kebudayaan Perluasan kegiatan pemerintah dalam bidang-bidang kebijaksanaan baru biasanya berarti bahwa konsekuensi tindakan-tindakan pemerintah menjadi semakin menyusup pada kehidupan sehari-hari rakyat. Tanpa hak-hak sah atas partisipasi politik, individu-individu betul-betul tidak berdaya menghadapi dan dengan mudah dapat dipengaruhi oleh tindakan-tindakan pemerintah yang mungkin dapat merugikan kepentingannya. Maka dari itu, meluasnya ruang lingkup aktivitas pemerintah sering merangsang timbulnya tuntutan-tuntutan yang terorganisir untuk ikut serta dalam pembuatan keputusan politik. Istilah partisipasi seringkali digunakan untuk memberi kesan

mengambil bagian dalam sebuah aktivitas. Mengambil bagian dalam sebuah aktivitas dapat mengandung pengertian ikut serta tanpa ikut menentukan bagaimana pelaksanaan aktivitas tersebut tetapi dapat juga berarti ikut serta dalam menentukan jalannya aktivitas tersebut, dalam artian ikut menentukan perencanaan dan pelaksanaan aktivitas tersebut. Syarat utama warga negara yang disebut berpartisipasi dalam kegiatan berbangsa, bernegara, dan berpemerintahan yaitu: ada rasa kesukarelaan (tanpa paksaan), ada keterlibatan secara emosional, dan memperoleh manfaat secara langsung maupun tidak langsung dari keterlibatannya.

Beberapa ahli berpendapat yaitu Samuel P. Huntington & Joan M. Nelson (1984:5) bahwa citizen) yang Partisipasi politik...kegiatan warga preman (private mempengaruhi pengambilan kebijakan oleh

bertujuan

pemerintah. Michael Rush & Philip Althoff (2003: 23) Partisipasi politik adalah keterlibatan individu sampai macam-macam tingkatan di dalam sistem politik Herbert Mc Closky (dalam Miriam, 1994: 183-184) Partisipasi politik adalah kegiatankegiatan sukarela (voluntary) dari warga masyarakat melalui cara mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa, dan secara langsung atau tidak langsung, dalam proses pembuatan atau pembentukan kebijakan umum. Miriam Budiarjo (1994: 183) Partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, yakni dengan cara memilih pimpinan Negara dan, secara langsung atau tidak langsung, mempengaruhi kebijakan pemerintah (public policy) Ramlan Surbakti (1992: 140-1410) Partisipasi politik ialah

keikutsertaan warga Negara biasa dalam menentukan segala keputusan menyangkut atau mempengaruhi hidupnya. Dapat disimpulkan bahwa partisipasi politik adalah suatu rangkaian kegiatan yang melibatkan peran serta masyarakat baik langsung maupun tidak langsung yang bertujuan untuk memengaruhi kebijakan pemerintah yang menyangkut kepentingan masyarakat.

10

B. Konsep Masyarakat Masyarakat merupakan istilah yang sudah lazim digunakan untuk kesatuan-kesatuan hidup manusia, baik dalam tulisan-tulisan bahasa seharihari. Dalam bahasa Inggris dipakai istilah society yang berasal dari kata latin sicius yang berarti bergaul. Maka istilah masyarakat yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul atau dengan istilah ilmiah saling berinteraksi (pengantar antropologi Fisip Unsrat, 1990: 30-32). Berikut ini akan dikemukakan beberapa definisi mengenai masyarakat oleh beberapa sarjana sosial dan hukum berdasarkan sudut pandangnya masing-masing yaitu sebagai berikut : J.L Gillin dan J.P Gillin (dalam Koentjaningrat, 1980) menyatakan bahwa masyarakat itu adalah kelompok manusia yang terbesar yang mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan persatuan yang sama dan masyarakat itu meliputi pengelompokan-pengelompokan yang lebih kecil. Menurut Prof. Bushar Muhammad, SH (2006:29), beliau

mengemukakan bahwa masyarakat adalah golongan atau sekumpulan orang yang hidup berama berdasarkan pandangan hidup, cara hidup dan sistem kepercayaan yang sama yang menetap pada suatu tempat kediaman bersama yang merupakan satu kesatuan keluar maupun kedalam. Koentjaningrat juga mengemukakan pengeritian masyarakat dalam buku beberapa metode antropologi dalam penyelidikan-penyelidikan

11

masyarakat dan kebudayaan di indonesia (1958: 29). Tiga jenis masyarakat yang bersifat teritorial yaitu, pertama : masyarakat desa adalah segolongan atau sekelompok orang yang hidup bersama dan memiliki latar belakang kepercayaan yang sama. Kedua: masyarakat wilayah yaitu, suatu kesatuan sosial yang teritorialnya meliputi beberapa masyarakat desa dan masingmasing tetap merupakan suatu kesatuan-kesatuan yang berdiri sendiri. Ketiga : masyarakat serikat desa adalah suatu kesatuan yang teritotialnya melingkupi beberapa masyarakat desa yang tergabung dalam masyarkat serikat desa. Menurut Solo Sumardjan masyarakat adalah orang-orang yang hidup dan menghasilkan kebudayaan. Menurut Karl Marx, masyarakat adalah suatu struktur yang menderita suatu ketegangan organisasi atau perkembangan akibat adanya pertentangan antara kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi. Menurut Emile Durkeim masyarakat merupakan suatu kenyataan objektif pribadi-pribadi yang merupakan anggota. Menurut Paul B, Horton & Hunt, masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri, hifup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal disuatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar kegiatan didalam kelompok/kumpulan manusia tersebut . C. Konsep Pemilihan Hukum Tua

12

1. Konsep Hukum Tua Hukum tua berasal dari kata Ukung (adal kata Kungkung : lindungi atau pelindung) lalu berkembang menjadi ukung tua : Hukum Tua kepala kampung yang artinya kepala pemerintahan dan penjaga adat. Untuk menjadi seorang pemimpin dilingkungan masyarakat Minahasa diisyaratkan sebagaimana yang ditulis oleh Sondakh bahwa: Seorang Tonaas (sebagai pemimpin, pelindung dan pelopor) harus memiliki kualitas hidup yang berosialisasi sehingga diakui dan diterima sebagai Kepala, Tua dan menjadi suri teladan serta harus memiliki kualitas etik sebagai berikut : 1. Tetap jujur dalam segala tindakan 2. Tidak boleh mendustai orang 3. Tidak boleh memperkaya diri 4. Tidak boleh mempermainkan wanita 5. Tidak boleh memaki-maki (Sondakh, 2002: 92-53) Selanjutnya, berdasarkan sejarah masa lalu Minahasa, maka pemerintah Kabupaten Minahasa dalam era otonomi daerah ini mengembalikan pemerintahan desa sesuai dengan adat istiadat setempat. Kebijakan itu dapat dilihat dala Peraturan Daerah (perda) Kabupaten Minahasa Nomor 1 tahun 2000 pasal 1 huruf (g), yang berisi : hukum Tua adalah Kepala Desa Minahasa menurut ada. Kemudia dalam penjelasan umum poin 4 (empat), hukum Tua adalah sebutan adat untuk Kepala desa di Kabupaten Minahasa. Perubahan sebutan ini bukan hanya sekedar perubahan tetapi memiliki makna dan arti

13

yang sangat dalam dimana sebutan Hukum Tua memiliki makna untuk lebih mendekatkan antara masyarakat dan pemimpinnya serta untuk tegaknya kembali wibawa Pemerintah desa. Sebutan Hukum Tua lebih menyentuh pada karakteristik masyarakat desa. Dasar perubahan nama Kepala Desa menjadi Hukum Tua juga sesuai dengan pasal 18b ayat 2 UUD 1945 bahwa Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indoesia, yang diatur dalam undangundang. Adapun dalam penjelasan Umum Perda Kabupaten Minahasa No. 1 Tahun 2000 poin (5) bahwa untuk menjadi Hukum Tua seseorang diharuskan memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu yang intinya bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki etikan dan moral. Berpengetahuan dan berkemampuan sebagai pemimpin pemerintahan sekaligus pemimpin desa dan pengayom masyrakat. Selanjutnya Hukum tua harus mampu berpikir, bertindak dan bersikap lebih mengutamakan kepentingan masyarakat umum dari kepentingan pribadi, golingan dan aliran. Sebagai suatu organisasi kekuasaan, Hukum Tua menjadi pusat struktur pemerintahan Desa yang didampingi oleh suatu badan penasehat (misalnya dewan morokaki, dewan tetua Desa dan kerapatan Adat). Pada zaman dahulu di Minahasa nama aslinya adalah tua in taranak mereka umumnya adalah

14

orang-orang yang berkedudukan baik, dihormati dan disegani oleh seisi roong/wanua. Penasehat yang lain adalah patuusan (yang dapat dijadikan contoh), mereka para tetua (yang dituakan) yang dianggap bijaksana tidak mempunyai cacat dan dapat dijadikan contoh (Supit, 1986:51) Sebagai pemimpin, Kepala Desa berwenang membua keputusankeputusan desa, baik secara sendiri atau dengan pertimbangan penasehat yang ada. Dalam hal ini yang sangat penting sebelum mengambil keputusan, Kepala Desa harus mengadakan musyawarah dengan seluruh warga desa. Tugas dan kewajiba Kepala desa terdapat dalam pasal 101 UU no, 22 tahun 1999 yaitu : a. Memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa b. Membina kehidupa masyarakat desa c. Membina perekonomian desa d. Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat desa e. Mendamaikan perselisihan masyarakat desa dan f. Mewakili desanya didalam dan luar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa hukumnya. Selanjutnya Perda Kabupatenn Minahasa No. 3 tahun 2000 pasal 6 dan pasal 7 menyebutkan tugas dan fungsi Hukum tua di Kabupaten Minahasa sebagai berikut : Pasal 6 sebagai Pemerintah Desa tugasya adalah :

15

Menyelenggarakan urusn pemerintahan Desa dan rumah tangga Desa, meningkatkan dan kelestarian budaya dan adat istiadat yang hidup dan berkembang di desa, serta memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat desa Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, pasal 7 menyebutkan Pemerintah Desa mempunyai fungsi : a. Melakukan koordinasi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan desa b. Melakukan kegiatan dalam rangka penyelenggaraan urusan rumah tangga c. Melakukan tugas di bidang pembangunan dan pembinaan kesejahteraan bimbingan dibidang keagamaan, kesehatan, keluarga

d. Melakukan

berencana dan pendidikan masyarakat e. Melakukan usaha dalam rangka peningkatakn partisipasi dan swadaya gotong royong masyarakat dan mapalus f. Melakukan usaha pelestarian budaya dan adat istiadat di desa

g. Melakukan perdamaian perselisihan masyarakat di desa h. Melakukan kegiatan dalam rangka pembinaan ketentraman dan ketertiban masyarakat i. Melakukan tugas lain yang dilimpahkan kepada pemerintah desa Adapun sekarang dalam perkembangannya, Kepala Desa selaku Kepala Pemerintah Desa bersama BPD menjadi mitra untuk membantu Desa, seperti pada pasal 105 ayat 3 UU No. 22 tahun 1999. Dikatakan bahwa Badan

16

Perwakilan Desa bersama dengan Kepala Desa ditetapkan denan Keputusan Kepala Desa. 2. Pemilihan Hukum Tua Pemilihan kepala desa adalah suatu pemilihan Kepala Desa secara langsung oleh warga desa setempat. Berbeda dengan lurah yang merupakan Pegawai Negeri Sipil, Kepala Desa merupakan jabatan yang dapat diduduki oleh warga biasa. Pemilihan kepala desa dapat dilakukan dengan mencoblos tanda gambar calon kepala desa. Pilkades telah ada jauh sebelum era pilkada langsung. Akhir-akhir ini ada kecenderungan dari pemerintah untuk melakukan pilkades secara serentak dalam satu kabupaten, yang difasilitasi oleh pemerintah daerah. Hal ini dilakukan agar pelaksanaannya lebih efektif, efesien dan lebih terkoordinasi dari sisi keamanan. Di kabupaten Minahasa, kata Kepala Desa diganti dengan Hukum Tua. Dasar perubahan nama Kepala Desa menjadi Hukum Tua juga sesuai dengan pasal 18b ayat 2 UUD 1945 dimana negara mengakui dan menghormati adat istiadat dan hakr-hak tradisional suatu daerah. Sebagai tindak lanjut dari pengaturan mengenai desa dalam UU No. 32 Tahun 2004, maka ditetapkan Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005 tentang Desa, yang merupakan pedoman dalam penyelenggaraan pemerintahan desa, serta Peraturan Daerah Kabupaten Minahasa No. 4 Tahun 2006 tentang tatacara pencalonan,

pemilihan, pelantikan dan pemberhentian hukum tua

17

Pada Bab II pasal 3 Perda No. 4 Tahun 2006 mengatakan bahwa BPD membentuk Panitia pemilihan Hukum Tua terdiri dari unsur perangkat desa, pengurus lembaga kemasyarakatan dan tokoh masyarakat. Setelah terbentuk, panitia pemilihan melaksanakan musyawarah untuk menentukan usunan kepengurusan yang terdiri dari ketua, wakil ketua, sekretaris, bendahara dan anggota serta unsur lain bila diperlukan. Adapun tugas dan fungsi panitia pemilihan Hukum Tua dalam penyelenggaraan pemilihan Hukum tua adalah : a. Merencanakan penyelenggaraan pemilihan Hukum Tua b. pemilihan Hukum Tua 1. Tugas dan tanggungjawab masing-masing unsur dalam kepanitiaan dirumuskan dan ditetapkan oleh panitia melalui keputusan ketua panitia pemilihan kepala desa. 2. Panitia berkewajiban : a. Mengumunkan tentang dibukanya pencalonan Hukum Tua kepada masyarakat desa dengan menentukan batas waktu pendaftaran b. Melakukan penjaringan dan penyaringan bakal calon hukum tua c. Menerima pendaftaran dan melakukan penelitian administrasi

persyaratan bakal calon hukum tua d. Bakal calon hukum tua yang memnuhi syarat oleh panitia pemilihan hukum tua diajukan kepada BPD untuk ditetapkan sebagai calon yang berhak dipilih

18

e. Melaksanakan pendaftaran pemilih dan pengesahan daftar pemilih f. Mengajukan rencana biaya pemilihan kepada pemerintah desa g. Melaksanakan pemungutan suara dan melaporkan pelaksanaan

pemilihan hukum tua kepada BPD h. Membuat berita acara pemilihan i. Mengumumkan dipapan yang terbuka daftar pemilih sementara dan nama-nama calon hukum tua j. Menyiapkan surat suara atau sejenisnya sesuai dengan daftar nama calon yang ditetapkan k. Mengadakan persiapan untuk menjamin supaya pelaksanaan pemilihan berjalan tertib, aman dan teratur dan l. Apabila dipandang perlu dapat melakukan konsultasi tentang proses pemilihan hukum tua dengan Bupati. Tujuh (7) hari sebelum pelaksanaan pemilihan, panitia pemilihan mengumumkan seluas-luasnya kepada penduduk desa mengenai waktu pelaksanaan pemilihan. Calon hukum tua dapat melakukan kampanye sesuai kondisi sosial budaya desa yang bersangkutan.

19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan untuk menjawab penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif memberikan pengertian penelitian deskriptif sebagai penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang beradasarkan data-data, jadi ini juga menyajikan data, menganalisis dan menginterpretasi; ini juga bisa bersifat komperatif dan korelatif. Danim (2002: 41) memberikan beberapa ciri dominan dari penelitian deskriptif yaitu: 1. Bersifat mendeskripsikan kejadian atau peristiwa yang bersifat faktual. Adakalanya penelitian ini dimaksudkan hanya membuat deskripsi atau narasi semata-mata dari suatu fenomena, tidak untuk mencari hubungan antaivariabel, menguji hipotesis, atau membuat ramalan; 2. Dilakukan secara suivei. Oleh karena itu penelitian deskriptif sering disebut juga sebagai penelitian survei. Dalam anti bias, penelitian deskriptif dapat mencakup seluruh metode penelitian, kecuali yang bersifat histories dan eksperimental; 3.Bersifat mencari informasi faktual dan dilakukan secara mendetail 4. Mengidentifikasi masalah-inasalah atau untuk mendapatkan justifikasi keadaan dan praktik-praktik yang sedang berlangsung; dan 5. Mendeskripsikan subjek yang sedang dikelola oleh kelompok orang tertentu
20

dalam waktu yang bersamaan.

B. Informan Metode yang digunakan dalam. penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif, maka dalam penelitian ini tidak dikenal adanya sampel, melainkan informan. Hal ini dibutuhkan untuk dapat memperoleh informasi yang lebih jelas mengenai permasalahan penelitian yang sedang dibahas. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan informan kunci (key informan) dan informan biasa. Informan kunci adalah informan yang mengetahui secara mendalam permasalahan yang sedang diteliti, sedangkan informan biasa

adalah informan yang ditentukan dengan dasar pertimbangan mengetahui dan berhubungan dengan permasalahan. Dalam hal ini penulis menggunakan metode purposive sampling. Purposive sampling adalah pengainbilan sampel yang disesuaikan dengan tujuan dan syarat tertentu yang ditetapkan berdasarkan tujuan dan masalah penelitian (Nawawi, 1987:157). Berdasarkan penjelasan di atas, maka yang menjadi informan kunci dalam penelitian ini adalah: Panita Pemilihan Hukum Tua Desa Tompaso II, Ketua Badan Perwakilan Desa (BPD), dan Tokoh Masyarakat. Salain itu, untuk memperkaya data yang akan diolah, maka peneliti juga mengambil informan biasa atau partisipan yaitu masyarakat Desa Tompaso II yang dianggap mengetahui dan paham akan permasalahan penelitian sebanyak 45 partisipan. Jumlah partisipan sebanyak 45 orang tersebut penulis ambil karena

21

telah mencapai suatu titik kejenuhan, yaitu jawaban-jawaban para partisipan telah mengarah pada jawaban yang sama dalam penelitian ini dan telah dapat diambil suatu kesimpulan.

C. Fokus Penelitian Adapun yang menjadi fokus penelitian dalam penelitian ini adalah partisipasi politik masyrakat dalam pemilihan Hukum Tua di Desa Tompaso II Kecamatan Tompaso. D. Teknik Pengumpulan Data Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. a. Data Primer, yaitu data yang langsung diperoleh dari lapangan yang diperoleh melalui: 1. Wawancara mendalam (Depth-Interview), yaitu teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung dan terbuka kepada informan kunci atau pihak yang berhubungan dan memiliki relevansi terhadap masalah yang berhubungan dengan penelitian. 2. Observasi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan mengamati berbagai fenomena dan peristiwa yang terjadi menyangkut objek penelitian yaitu pelaksanaan musyawarah perencanaan pembangunan di Kelurahan.

22

b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh baik yang belum diolah maupun telah diolah, baik dalam bentuk angka maupun uraian. Dalam penelitian ini data-data sekunder yang diperlukan antara lain literatur yang relevan dengan judul penelitian seperti buku-buku, artikel, makalah, perarutanperaturan,stniktur organisasi, jadwal, waktu, petunjuk pelaksana, petunjuk teknis dan lain-lain yang memiliki relevansi dengan makalah yang diteliti.

E. Teknik Analisa Data Dalam penelitian ini, penulis menggunakian teknik analisa data yang berifat deskriptif, dimana suatu jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas fakta-fakta berdasarkan data yang terkumpul di lapangan yang berkaitan erat dengan objek penelitian, kemudian data tersebut dipadukan dan dianalisa secara kualitatif dengan memberikan gambaran-gambaran,

interpretasi atau penafsiran atau fakta-fakta tersebut. Menurut Nawawi, penelitian deskriptif yaitu sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki denga menggambarkan keadaan objek penelitian pada saat sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (1994:73). Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisa data yang ada adalah sebagai berikut :

23

a. Kategorisasi, dalam hal ini data-data yang diperoleh dari lapangan di kategorisasikan berdasarkan data prioritas yang dianalisa dan data yang tidak diprioritaskan untuk dianalisa. b. Reduksi, adalah sebuah langkah dengan menghilangkan atau

menegasikan data tertentu yang dinilai tidak perlu untuk dianalisa secara lebih lanjut untuk kepentingan penelitian. c. Interpretasi, adalah tahapan akhir dari proses analisa data, dimana pada tahap ini penulis memberikan tafsiran dan penjelasan-penjelasan yang berkaitan erat dengan data-data yang menjadi isu dalam penelitian ini.

24

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Desa Tompaso II secara administrasi adalah bagian dari kecamatan Tompaso kabupaten Minahasa dan jarak dari ibu kota propinsi Sulawesi Utaea kurang lebih 46 km. A. Keadaan Geografis 1. Batas wilayah Secara administrasi wilayah ini berbatasan dengan
a. sebelah timur dengan desa Tempok Kecamatan Tompaso b. sebelah selatan dengan desa Talikuran Kecamatan Tompaso c. sebelah utara dengan Kecamatan Kawangkoan d. sebelah barat dengan Desa Kanonang Kecamatan Kawangkoan

2. Luas wilayah
a. Luas wilayah desa Tompaso II b. Luas kebun 3. Keadaan Tanah dan Iklim.

: 2.510.Ha : 92 Ha

Keadaan tanah desa yensawai sangat subur dan cocok untuk di buat perkebunan yang di dukung oleh udara dingin.

25

B. Keadaan penduduk 1. Jumlah Penduduk Berdasarkan data pada tahun 2006 s/d 2011, maka jumlah penduduk yang mendiami desa Tompaso II adalah berjumlah 1872 jiwa dan terdapat 515 kepala keluarga yang terdiri dari jumlah jiwa laki-laki 932 dan jumlah jiwa perempuan 840. Jumlah penduduk disetiap Jaga dapat dilihat pada tabel 1 Tabel 1 Jumlah Penduduk Desa Tompaso II JUMLAH PENDUDUK NO NAMA RT JUMLAH L KK 1 2 3 4 5 Jaga I Jaga II Jaga III Jaga IV Jaga V JUMLAH 153 104 105 35 153 515 215 225 219 50 273 932 196 193 190 52 253 840 P

Sumber : Kantor Desa Tompaso II 2011

26

2. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian Gambaran mengenai keadaan penduduk menurut jenis mata pencaharian di desa Tompaso II, penduduknya memiliki profesi yang berbeda-beda. Ada yang bekerja sebagai petani, perkebunan, nelayan, pengusaha, pedagang, peternak, tukang pegawai negeri sipil dan TNI. Untuk mengetahui keadaan penduduk dan jumlahnya menurut mata pencahariannya, maka dapat dilihat pada tabel 2 berikut :

Table 2 Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian Di Desa Tompaso II

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Petani

Jenis Mata Pencaharian

Jumlah 328 105 140 30 45 60 708

Peternak Tukang Pedagang Pegawai Negeri Sipil/TNI Lainnya Jumlah Sumber : Kantor Desa Tompaso II 2011

C. Keadaan Sosial Budaya 1. Pendidikan

27

Tingkat pendidikan suatu masyarakat mutlak diperlukan karena dengan pendidikan, masyarakat tidak dapat dibodohi. Pendidikan juga merupakan salah satu faktor dalam menunjang kemajuan suatu bangsa. Dalam bidang pemerintahan dan pembangunan, sangat membutuhkan orang-orang yang memiliki sumber daya manusia (SDM) yang tentunya bisa diperoleh apabila menempuh pendidikan yang tinggi. Suatu bangsa dalam membangun juga memberikan ketrampilan dan pengetahuan yang cukup dari masyarakat sebagai pelaksanaan pembangunan agar pembangunan yang cukup dari masyarakat sebagai pelaksanaan pembangunan agar pembangunan dapat berhasil dengan baik dan sesuai dengan rencana. Dari pengertian diatas, jelas bahwa sasaran pendidikan itu tidaklah semata-mata pendistribusian

pengetahuan dan ketrampilan saja, tetapi dari pada itu adalah untuk pembinaan kecakapan dan mental pembinaan watak atau karakter. Keadaan pendidikan di desa Tompaso II adalah merupakan dari integrasi dalam system pendidikan nasioanal yaitu berdasarkan pancasila dan bertujuan untuk meningkatkan dan mempertimbangkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecermatan, semangat kebangsaan sehingga di tumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang mampu mengembangkan dirinya serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.

Tabel 3 Keadaan Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Tompaso II

28

NO

TINGKAT PENDIDIKAN

JUMLAH

PRESENTASE

1. 2. 3. 4. 5.

TIDAK SEKOLAH SD SMP SMU /SEDERAJAT SARJANA/D3 JUMLAH

55 205 200 310 35 805

8 25 25 40 2 100

Sumber : Kantor Desa Tompaso II Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa penduduk desa Tompaso II

sebagian besar masih berpendidikan menegah atau dapat menyeleasikan pendidikan tingkat SLTA/sederajat. Hal ini disebabkan karena kesadaran masyarkat akan pentingnya pendidikan wajib 9 tahun. Tingkat pendidikan dapat ditunjang oleh fasilitas persekolahan yang ada,fasilitas pendidikan sangat berpengaruh terhadap tingkat pendidikan dan kualitas suatu daerah. Adapun fasilitas gedung pendidikan desa Tompaso II dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4 Prasarana Pendidikan Formal Yang Tersedia Di Desa Tompaso II NO 1. 2. 3. 4. PRASARANA TK SD SMP SMU /SEDERAJAT
29

JUMLAH 1 2 1 1

JUMLAH SISWA 30 118 150 176

JUMLAH Sumber : Kantor Desa Tompaso II

474

Dapat dilihat pada tabel 4 diatas, prasarana yang ada di desa Tompaso II sebenarnya sudah cukup memadai untuk ukuran sebuah desa, fasilitasnya pun sudah tergolong sangat baik. 2. Agama Masyarakat desa Tompaso II pada secara keseluruhan menganut agama Kristen Protestan. Kehidupan antar umat beraga di Desa Tompaso II, Kecamatan Tompaso tetap berjalan dengan baik. Dalam kehidupan masyarakat, hubungan antara sesama pemeluk agama tetap terjalin dengan harmonis dan tidak terjadi pertentangan antara pemeluk agama lain. Salah satu yang turut menunjang kegiatan ibadah adalah ketersediaan sarana peribadatan itu sendiri. Untuk mengetahui keadaan penduduk menurut agama dan kepercayaan maka dilihat pada tabel 5 berikut ini : Tabel 5 Prosentase Jumlah Pemeluk Agama dan Prasarana Yang Tersedia Di Desa Tompaso II NO 1. GOLONGAN AGAMA Kristen Protestan
30

JUMLAH 1209

SARANA IBADAH 8

2. 3.

Kristen Katolik Islam JUMLAH Sumber : Kantor Desa Tompaso II

258 62 100

1 0 9

3. Kesehatan Faktor kesehatan merupakan hal yang penting bagi kehidupan setiap manusia karena dengan kesehatan yang baik manusia akan dapat melakukan aktivitasnya sehari-hari. Kemudian tingkat pelayanan petugas kesehatan kepada pasiennya perlu diperhatikan dan diutamakan. Karena itu pemerintah terus berupaya melakukan penyediaan sarana-prasarana kesehatan yang memadai kepada masyarakat seiring dengan upaya peningkatan pelayanan kesehatan yang harus terus ditingkatkan. Pelayanan Kesehatan Desa Tompaso II sudah baik. Sarana dan fasilitas kesehatan serta tenaga medis telah tersedia walaupun dalam jumlah yang masih terbatas. Dimana telah terdapat puskesmas dan balai pengobatan didesa ini. Adapun jenis sarana kesehatan yang ada diwilayah Desa Tompaso II dapat dilihat pada tabel 6 berikut : Tabel 6 Keadaan Sarana Kesehatan Dan Tenaga Medis No Sarana dan Prasarana Jumlah Tenaga

31

Kesehatan 1. 2. 3 4 Polindes Posyandu Praktek Dokter Praktek Bidan Jumlah Sumber : Kantor Desa Tompaso II 1 1 1 1 4

Medis 2 2 1 2 7

32

D.Keadaan Pemerintahan Penyelenggaraan pemerintahan Desa Tompaso II dilaksanakan

berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah disebutkan mengenai hal-hal menyangkut Desa yaitu sebagai berikut : Pemerintah Desa Pasal 202 (1) Pemerintah desa terdiri atas kepala desa dan perangkat desa. (2) Perangkat desa terdiri dari sekretaris desa dan perangkat desa lainnya. (3) Sekretaris desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diisi dari pegawai negeri sipil yang memenuhi persyaratan. Pasal 203 (1) Kepala desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 202 ayat (1) dipilih langsung oleh dan dari penduduk desa warga negara Republik Indonesia yang syarat selanjutnya dan tata cara pemilihannya diatur dengan Perda yang berpedoman kepada Peraturan Pemerintah. (2) Calon kepala desa yang memperoleh suara terbanyak dalam pemilihan kepala desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan sebagai kepala desa. (3) Pemilihan kepala desa dalam kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan yang diakui keberadaannya berlaku

33

ketentuan hukum adat setempat yang ditetapkan dalam Perda dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah. Pasal 204 Masa jabatan kepala desa adalah 6 (enam) tahun dan dapat dipilih kembali hanya untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya. Pasal 205 (1) Kepala desa terpilih dilantik oleh Bupati/Walikota paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah pemilihan. (2) Sebelum memangku jabatannya, kepala desa mengucapkan sumpah/janji. (3) Susunan kata-kata sumpah/janji dimaksud adalah sebagai berikut: Demi Allah (Tuhan), saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan memenuhi kewajiban saya selaku kepala desa dengan sebaik-baiknya, sejujur-jujurnya, dan seadil-adilnya; bahwa saya akan selalu taat dalam mengamalkan dan mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara; dan bahwa saya akan menegakkan kehidupan demokrasi dan Undang-Undang Dasar 1945 serta melaksanakan segala peraturan perundang-undangan dengan selurus-lurusnya yang berlaku bagi desa, daerah, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia . Pasal 206 Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa mencakup: a. urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal-usul desa;

34

b. urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa; c. tugas pembantuan dari Pemerintah, pemerintah provinsi, dan/atau pemerintah kabupaten/kota; d. urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang-perundangan diserahkan kepada desa. Pasal 207 Tugas pembantuan dari Pemerintah, pemerintah provinsi, dan/atau pemerintah kabupaten/kota kepada desa disertai dengan pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia. Pasal 208 Tugas dan kewajiban kepala desa dalam memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa diatur lebih lanjut dengan Perda berdasarkan Peraturan Pemerintah. Bagian Ketiga Badan Permusyawaratan Desa Badan Permusyawaratan Desa Pasal 209 Badan Permusyawaratan Desa berfungsi menetapkan peraturan desa bersama kepala desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat.

35

Pasal 210 (1) Anggota badan permusyawaratan desa adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat. (2) Pimpinan badan permusyawaratan desa dipilih dari dan oleh anggota badan permusyawaratan desa. (3) Masa jabatan anggota badan permusyawaratan desa adalah 6 (enam) tahun dan dapat dipilih lagi untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya. (4) Syarat dan tata cara penetapan anggota dan pimpinan badan permusyawaratan desa diatur dalam Perda yang berpedoman pada Peraturan Pemerintah. Keuangan Desa Pasal 212 (1) Keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik desa berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban. (2) Hak dan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menimbulkan pendapatan, belanja dan pengelolaan keuangan desa. (3) Sumber pendapatan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas: a. pendapatan asli desa;

36

b. bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten/kota; c. bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten/kota; d. bantuan dari Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah

kabupaten/kota; e. hibah dan sumbangan dari pihak ketiga. (4) Belanja desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan untuk mendanai penyelenggaraan pemerintahan desa dan pemberdayaan masyarakat desa. (5) Pengelolaan keuangan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh kepala desa yang dituangkan dalam peraturan desa tentang anggaran pendapatan dan belanja desa. (6) Pedoman pengelolaan keuangan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (5) ditetapkan oleh Bupati/Walikota dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan. Pasal 213 (1) Desa dapat mendirikan badan usaha milik desa sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa. (2) Badan usaha milik desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

37

(3) Badan usaha milik desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat melakukan pinjaman sesuai peraturan perundang-undangan.

38

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pemilihan Hukum Tua Desa Tompaso II Kecamatan Tompaso 1. Partisipasi Politik Berdasarkan hasil penelitian bahwa partisipasi politik masyarakat dalam pelaksanaan hukum tua desa tompaso II dapat dilihat pada uraian tabel-tabel dari hasil pengumpulan dara yang diperoleh dari panitia pengumpulan data yang diperoleh dari panitian pemungutan suara pemilihan Hukum Tua Desa Tompaso II dan yang dilakukan terhadap sampel responden. Dalam pelaksanaan pemilihan hukum tua merupakan suatu kegiatan demokrasi yang digelar berdasarkan undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 tentang Desa kemudian dijabarkan dalam Perda Kabupaten Minahasa No. 4 Tahun 2006 tentang tatacara pencalonan, pemilihan, pelantikan dan

pemberhentian hukum tua disana menjelaskan bahwa pemilu dilaksanakan secara terbuka, jujur, adil dan rahasia. Dalam kerangka demokrasi, partisipasi dipandang sebagai inti demokrasi, karena itu pada awalnya konsep partisipasi dikaitkan dengan proses-proses politik yang demokratis. Ada dua pendekatan terhadap demokrasi yaitu pendekatan normatif dan pendekatan empirik. Pendekatan

39

normatif menekankan pada ide dasar dari demokrasi yaitu kedaulatan ada di tangan rakyat dan oleh karenanya pemerintah diselenggarakan dari, oleh dan untuk rakyat. Sedangkan pendekatan empirik menekankan pada perwujudan demokrasi dalam kehidupan politik. Secara empiris kita sulit menerapkan kedaulatan rakyat secara utuh. Oleh karena itu partisipasi politik masyarakat di Desa Tompaso II Kecamatan Tompaso Pasca pemilihan hukum Tua yang dilakukan pada tanggal 10 Juni 2011 dapat berjalan dengan baik dimana anggota masyarakat berpatisipasi dalam melakukan hak pilihnya seperti melalui pemberian suara. Maka partisipasi politik yang dapat dilakukan oleh masyarakat ini dilakukan oleh masyarakat ini ditimbulkan berdasarkan berkeyakinan sendiri bahwa melalui partisipasi pemilihan hukum tua ini kebutuhan dan kepentingan masyarakat dapat tersalur dan diperhatikan. Dengan demikian partisipasi politik masyarakat adalah kegiatan seseorang orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, dengan jalan memilih pemimpin desa secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kebijakan pemerintah. Tabel 7 Partisipasi Politik Masyarakat No 1. 2. 3. Pernyataan Sangat berpartisipasi Cukup berpartisipasi Kurang berpartisipasi Frekuensi 31 2 12 Prosentase (%) 69 4 27

40

Jumlah Sumber : Data Hasil Penelitian

45

100

Berdasarkan data penelitian dalam tabel 7 diatas, menunjukkan bahwa masyarakat desa Tompaso II Kecamatan Tompaso, 31 responden atau 69 % menyatakan sangat berpartisipasi dalam pelaksanaan pemilihan hukum tua, sedangkan 10 responden atau 22 % menyatakan cukup berpartisipasi dalam pelaksanaan pemilihan hukum tua dan sisanya yaitu 4 responden atau 9 % menyatakan kurang berpartisipasi dalam pelaksanaan pemilihan hukum tua. Hal ini sejalan dengan hasil wawancara dengan Ketua Panitia Pemilihan Hukum Tua Desa Tompaso II Bapak JS dimana beliau mengatakan : partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan hukum tua pada bulan Juni 2011 lalu sangat baik dimana dari 1538 pemilih terdaftar/wajib pilih ada 1315 pemilih yang menggunakan hak pilihnya di TPS dan ada 223 pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya, sebagian masyarakat terhalang dengan pekerjaan mereka yang ada diluar daerah ataupun pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan dan ada beberapa masyarakat yang kuliah di manado dan tondano hanya sebagian kecil masyaraka yang kurang paham karena kurangnya pendidikan politik berdasarkan hasil tersebut tentunya

menunjukkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya berpartisipasi dalam pemilihan umum khususnya dalam pemilihan hukum tua. Berdasarkan hasil penyebaran kuisioner dan hasil wawancara dengan ketua panitia pemilihan hukum tua desa tompaso II dapat dikatakan partisipasi

41

politik masyarakat dalam pemilihan hukum tua desa tompaso sangat baik. Berarti pelaksanaan demokrasi di desa tompaso II berjalan dengan baik.

Tabel 8 Partisipasi Masyarakat Dalam Kampanye Pada Pemilihan Hukum Tua Desa Tompaso II Kecamatan Tompaso No 1. 2. 3. Pernyataan Sering Jarang Frekuensi 7 30 8 45 Prosentase (%) 15 66 19 100

Tidak pernah Jumlah Sumber : Data Hasil Penelitian

Dari tabel 8 diatas terlihat dari 45 responden yang dipilih, 30 responden atau 66% menyatakan jarang ikut berpartisipasi dalam kampanye pada pemilihan hukum tua, sedangkan 8 responden atau 19 % menyatakan tidak pernah mengikuti kampanye dan 7 responden atau 15 % menyatakan sering mengikuti kampanye pemilihan hukum tua. Ternyata masyarakat di desa Tompaso II jarang mengikut kampanye pemilihan hukum tua, hal ini disebabkan sebagian masyarakat menganggap kegiatan kampanye di desa kebanyakan hanya melakukan pertemuan terbatas, tatap muka dan dialog namun disisi lain ada beberapa kegiatan kampanye yang menyenangkan seperti kunjungan ke rumah calon hukum tua dimana terdapat banyak makanan dan minuman.

42

Hasil diatas sesuai dengan hasil wawancara dengan Sekretaris Pemilihan Hukum Tua Desa Tompaso II Dra. NR, dimana beliau mengatakan : Partisipasi Politik Masyarakat dalam pemilihan hukum tua desa tompaso II khususnya dalam kegiatan kampanye tidak menentu, dalam kegiatan tertentu masyarakat kurang berpartisipasi, contohnya dalam kegiatan rapat umum dan pertemuan terbatas, masyarakat menganggap hal ini hanya buang- buang waktu saja padahal dalam kegiatan ini merupakan salah satu unsur untuk mendapatkan pendidikan politik bagi masyarakat, namun dikegiatan lain partisipasi masyarakat sangat tinggi, contohnya dalam kegiatan debat terbuka atau kegiatan dirumah bakal calon hukum tua hal ini disebabkan karena kesiapan calon hukum tua dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam hal hiburan. Untuk mendapatkan hasil yang lebih nyata dan lebih mendalam,

penulis melanjutkan wawancara dengan salah satu tokoh masyarakat mengenai partisipasi masyarakat dalam kampanye pemilihan hukum tua, Bapak MT, beliau mengatakan sebagai masyarakat tentunya kami menginginkan mendapatkan pemimpin yang terbaik yang dapat mengayomi masyarakat, sebenarnya lewat kampanye ini sudah mulai dapat dilihat calon pemimpin yang baik atau tidak, namun disisi lain kondisi pekerjaan menghambat kami untuk mengikuti beberapa kegiatan apalagi kegiatan tersebut diadakan pada siang hari atau sore hari dimana pada jam tersebut kami bekerja, tapi pada kegiatan pada malam hari yang tidak mengganggu aktivitas dapat kami ikuti.

43

Tabel 9 Partisipasi Masyarakat Dalam Mengawasi Perhitungan Suara Pada Pemilihan Hukum Tua No 1. 2. 3. Pernyataan Sangat aktif Cukup aktif Frekuensi 35 5 5 45 Prosentase (%) 76 12 12 100

Kurang aktif Jumlah Sumber : Data Hasil Penelitian

Berdasarkan data penelitian pada tabel diatas menunjukkan bahwa masyarakat desa Tompaso II, 35 responden atau 76 % menyatakan sangat aktif dalam mengawasi perhitungan suara pada pelaksanaan pemilihan hukum tua, 5 responden atau 12 % menyatakan cukup aktif dalam mengawasi perhitungan suara pada pemilihan hukum tua dan 5 responden lainnya atau 12 % menyatakan tidak aktif dalam mengawasi perhitungan suara pada pemilihan hukum tua. Hasil diatas sesuai dengan hasil wawancara dengan seorang masyarakat Bapak JP dimana beliau mengatakan : untuk pengawasan perhitungan suara sangat berpengaruh terhadap hasil, agar hasil yang dicapai dengan jujur, adil dan terbuka. Hal ini sangat penting mengingat proses perhitungan merupakan puncak dari semua kegiatan pemilihan hukum tua, dimana disinilah akan didapatkan hasil pemilihan, pada tahap ini sangat diharapkan kejujuran dan keadilan makanya sangat perlu ada pengawasan dalam perhitungan suara agar tidak terjadi kecurangan.

44

2. Penggunaan Hak Pilih Pada Pelaksanaan Pemungutan Suara Pemilihan adalah suatu hak yang dapat melekat terhadap setiap manusia dimana mereka dapat menentukan suatu keinginannya secara individu-individu tanpa paksaan dari unsur manapun dan dalam pelaksanaan pemilihan hukum tua dengan sukarela tanpa ada unsur paksaan dari pihak manapun. Namun yang penting dalam pelaksanaan pemilihan hukum tua ini adalah adanya kesadaran, kemauan dan rasa tanggung jawab dalam pelaksanaan pemilihan hukum tua. Dalam partisipasi politik masyarakat seperti dalam pemilihan hukum tua pada dasarnya untuk menciptakan suatu keberadaan daerah yang beradab, maka dari itu dalam pergaulan antar sesama saling ketergantungan dimana dalam pesta demokrasi seperti dalam pemilihan hukum tuapun demikian karena adanya dukungan moral dan luhur yang baik. Untuk jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut :

45

Tabel 10 Penggunaan Hak Pilih Pada Pemungutan Suara No 1. 2. 3. Pernyataan Sangat terpaksa terpaksa Frekuensi 0 1 44 45 diatas, ini Prosentase (%) 0 2 98 100 menunjukkan bahwa

tidak terpaksa Jumlah Sumber : Data Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian

masyarakan di desa Tompaso II kecamatan Tompaso, 44 responden atau 98% menyatakan bahwa tidak terpaksa dalam penggunaan hak pilihnya pada pemungutan suara, sedangkan 1 responden atau 2% menyatakan terpaksa dalam penggunaan hak pilihnya pada pemungutan suara. Ternyata sebagian besar masyarakat desa Tompaso II tidak terpaksa dalam penggunaan hak pilihnya pada pemungutan suara karena masyarakat dapat mengerti tentang tata cara pelaksanaan pemilihan hukum tua dan sesuai dengan keinginan dan suara hati masyarakat. sedangkan sebagian kecil masyarakat menyatakan terpaksa terhadap penggunaan hak pilih pada pelaksanaan pemungutan suara karena masyarakat tersebut ikut memilih karena tuntutan profesi.

B. Pendidikan Politik Masyarakat

46

Sesuai dengan strategi pembangunan nasional, antara lain masyarakat perlu diberi pengetahuan politik, dalam hal ini adalah pemberian pendidikan politik. Adalah suatu kenyataan setiap masyarakat selalu mempunyai kekuatan dan kelemahan sendiri yang dibawa oleh pengaruh lingkungan dan keadaan sosial, ekonomi dan politik pada saat tertentu. Oleh karena itu masyarakat harus diberi pembekalan selain berupa bimbingan dan pengarahan sesuai prinsip kebersamaan juga pembekalan ideologis yang harus dimulai sejak kecil baik melalui pendidikan formal maupun pendidikan non formal, juga melalui kursus-kursus dan lokakarya. Dengan rangkaian usaha ini pada hakekatnya adalah dalam rangka proses peralihan dari pelestarian nilai-nilai pancasila. Namun yang paling penting adalah adanya kesadaran, kemauan dan tekad dari masyarakat untuk berani maju dan tampil kedepan, dalam melaksanakan tanggung jawab nasional yang lebih besar berdasarkan identitas dan kepercayaan kepada kekuatan sendiri. Dengan demikian pendidikan politik masyarakat pada dasarnya untuk menciptakan suatu keberadaan bangsa yang beradab, dimana dalam pergaulan hidup antar sesama sebagai anggota masyarakat terdapat kasih sayang, hormat menghormati, tolong menolong, mengetahui akan hak dan tanggung jawab masing-masing, menunjunjung tinggi hukum, menunaikan agama dan luhur budi yang baik. Pendidikan politik, mengandung makna mempertajam nalar seseorang dengan bekal pedoman-pedoman kehidupan sebagai anggota masyarakat dan

47

sebagai warga negara yang hidupnya tak terpisahkan dari pertumbuhan dan perkembangan dunia internasional pada umumnya dan pemilihan hukum tua khususnya. Sasaran dari pendidikan politik, yakni kesadaran moral luhur yang tumbuh sejak revolusi kemerdekaan yaitu semangat dan nilai-nilai perjuangan hidup bangsa sebagai pancasila yang menjiwai seluruh masyarakat kita, dengan tujuan menciptakan masyarakat yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menciptakan suatu masyarakat yang adil dan makmur. Tabel 11 Penilaian Masyarakat Terhadap Pendidikan Politik Yang Diberikan Oleh Pemerintah No 1. 2. 3. Pernyataan Sangat baik Cukup baik Frekuensi 3 20 22 45 Prosentase (%) 7 44 49 100

Kurang baik Jumlah Sumber : Data Hasil Penelitian

Berdasarkan data penelitian dalam tabel diatas menunjukkan bahwa masyarakat di desa Tompaso II Kecamatan Tompaso, 20 responden atau 44 % menyatakan bahwa pendidikan politik yang diberikan pemerintah cukup baik, sedangkan 22 respondenn atau 49 % menyatakan kurang baik terhadap pendidikan politik yang diberikan pemerintah dan sisanya 3 responden atau 7 % menyatakan sangat baik terhadap pendidikan politik yang diberikan

48

pemerintah. Ternyata sebagian besar masyaraka di desa Tompaso II kurang mendapatkan pendidikan politik dari pemerintah. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ketua BPD desa Tompaso II Kecamatan Tompaso, Bapak AT, beliau mengatakan : Pendidikan politik di desa Tompaso II oleh pemerintah masih dirasa kurang baik oleh masyarakat dimana kegiatan-kegiatan yang mendidik masyarakat seperti lokakarya, sosialisasi masih kurang dilakukan oleh pemerintah, hal ini menyebabkan sebagian masyarakat yang pendidikan Sekolah Menengah Pertama kebawah kurang mengerti tentang politik hanya sebagian masyarakat yang merasa pendidikan politik yang diberikan oleh pemerintah sudah cukup. Diharapkan kepada pemerintah mengingat pendidikan masyarakat yang berbeda-beda perlu adanya peningkatan pendidikan politik kepada masyarakat. hal ini akan sangat berguna pada pemilihan umum yang akan dilakukan di tahun-tahun berikut, agar supaya masyarakat mengerti tentang pentingnya berpartisipasi dalam pemilihan umum.

C. Hasil Pemilihan Hukum Tua Desa Tompaso II Kecamatan Tompaso

49

Berikut ini diuraikan rekapitulasi hasil pemilihan hukum tua desa Tompaso II, yang diikuti oleh 3 calon hukum tua yakni Feybe F. Tampunguma, Gresje Rorimpandey, dan Welly Oroh, SmH. Berdasarkan berita acara hasil perhitungan suara pemilihan hukum tua desa Tompaso II tanggal 10 Juni tahun 2011 didapatkan hasil sebagai berikut : Pemilih terdafar / wajib pilih Yang menggunakan hak pilih Yang tidak menggunakan hak pilih 1. Feybe F. Tampanguma 2. Gresje Rorimpandey 3. Welly Oroh, SmH
4. Suara rusak 5. Blanko

: 1538 Pemilih : 1315 pemilih : 223 pemilih : 112 suara : 764 suara : 431 suara :7 :1 suara suara

Hasil diatas diterima dan disetujui oleh setiap calon hukum tua dan tanda tangani oleh oleh panitia pemilihan hukum tua desa tompaso II dihadapan Camat Kecamatan Tompaso Pengawas Pemilihan Hukum Tua Kabupaten Minahasa.

50

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Munculnya kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi politik secara aktif bukan hanya datang dan tumbuh begitu saja, tetapi ada banyak faktor pendukung diantaranya adalah memberikan penjelasan tentang pentingnya partisipasi politik, sosialisasi politik dan pendidikan politik terhadap masyarakat, agar masyarakat di Desa Tompaso II dapat mengerti masalahmasalah politik seperti pelaksanaan pemilihan Hukum Tua dan masyarakat akan sangat berpartisipasi dalam proses pemilihan hukum tua desa Tompaso II dikarenakan kesadaran politik masyarakat itu sendiri bukan karena paksaan dari pihak lain. 2. Masyarakat di desa Tompaso II ternyata sangat antusias dan memberikan respons yang begitu besar terhadap pelaksanaan pemilihan hukum tua karena meskipun masyarakat kurang mendapatkan pemahaman politik tetapi masyarakat sangat memahami arti dan makna pelaksanaan pemilihan hukum tua dan pengaruhnya partisipasi masyarakat dalam kegiatan tersebut.

51

3. Partisipasi politik masyarakat bukan hanya dalam bentuk ide-ide saja, tetapi lebih ditekankan kepada bentuk konkrit dalam pelaksanaan pemilihan hukum tua, agar tingkat partisipasi politik masyarakat dalam bentuk kampanye, penggunaan hak pilih pada pelaksanaan pemungutan suara, mengawasi perhitungan suara pemilihan hukum tua benar-benar terealisasi dalam proses pemilihan itu sendiri.

B. Saran 1. Diharapkan melalui pelaksanaan pemilihan hukum tua lebih dapat mengarahkan bentuk atau pola partisipasi politik masyarakat yang mencerminkan nilai-nilai demokrasi pancasila 2. Diharapkan dalam pelaksanaan pemilihan hukum tua, masyarakat mampu mewujudkan pemilih sebagai manusia yang sadar akan hak-hak dan kewajibannya sebagai warga negara dalam partisipasi politik khususnya dalam pelaksanaan pemilihan hukum tua desa tompaso II kecamatan Tompaso. 3. Karena masyarakat di Desa Tompaso II kurang mendapatkan pendidikan politik dari pemerintah, maka diharapkan masyarakat mampu

menumbuhkan semangat untuk memperoleh informasi atau pendidikan politik melalui ceramah, majalah dan sarana-sarana lainnya yang bersifat publikasi massa, siaran-siaran radio maupun televisi dan organisasi-

52

organisasi yang ada dalam masyarakat itu, apakah merupakan organisasi yang bersifat sosial, agama maupu bersifat politik.

53

DAFTAR PUSTAKA

Budiarjo, Meriam 2007. Dasar-dasar Ilmu Politik, Gramedia, Jakarta Danim, Sudarwan. 2002, Menjadi Peneliti Kualitatif, Bandung: Pustaka Setia. HAW. Widjaja. 2003. Otonomi Desa. Rajawali pers H.A.W. Widjaja. Pemerintahan Desa/Marga.Rajawali Pers Hadari, Nawawi. 1990, Metode Penelitian Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada Press. Huntington. P, Samuel. Nelson, Joan., 1990. Partisipasi Politik Di Negara Irianti, 2008, Dinamika Politik Lokal Era Otonomi Daerah. Pustaka Pelajar Masoed, Mohtar dan MacAndrews., 2001. Perbandingan Sistem Politik. Muhammad, Bushar, 2006, Azas-asaz hukum adat, pradya paramita, Jakarta Sondakh A.J, Si tou Tumou Tou (Tou Minahasa): Refleksi Atas Revolusi NilaiRudy May, 2003, Pengantar Ilmu Politik. Refika Bandung Rush, Michael dan Althoff, Philip., 2001. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.. Surbakti, Ramlan., 1992. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: PT. Grasindo. Supit Bert, Minahasa Dari Amanat Watu Pinabetengan Sampai Gelora Minawanua, Sinar Harapan, 1986. Wasistiono, MS, 1993, Kepala Desa dan Dinamika Pemilihannya, Mekar rahayu Soemantri B,T, 2010, Pedoman penyelenggaraan pemerintahan desa. Fokus media bandung

54

Sumber-sumber lain : Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005 tentang Desa Peraturan Pemerintah Kabupaten Minahasa No. 4 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pencalonan, Pemilihan, Pelantikan dan Pemberhentian Hukum Tua;

55

DAFTAR ISI Lembar Persetujuan................................... Daftar Isi..................................................................................................... Daftar Tabel................................................................................................ BAB I PENDAHULUAN 1 5 5 6 i ii iv

A. Latar Belakang............... B. Perumusan Masalah................ C. Tujuan Penelitian................................................ D. Manfaat Penelitian....................................................................... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Partisipasi Politik.......... B. Konsep Masyarakat..................................... C. Konsep Pemilihan Hukum Tua.................................................... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

7 11 12

A. Jenis Penelitian............................................................................. B. Informan....................................................................................... C. Fokus Penelitian........................................................................... D. Teknik Pengumpulan Data........................................................... E. Teknik Analisa Data..................................................................... BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Geografis............................................................................ B. Keadaan Penduduk............................................................................ C. Keadaan Sosial Budaya.....................................................................

20 21 22 22 23

25 26 28

i 56

D. Keadaan Pemerintahan..................................................................... BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

33

A. Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pemilihan Hukum Tua Desa Tompaso II Kecamatan Tompaso.............................................................................. B. Pendidikan Politik Masyarakat......................................................... C. Hasil Pemilihan Hukum Tua Desa Tompaso II................................ BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan....................................................................................... B. Saran.................................................................................................. DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 51 52 53 39 47 50

ii 57 i i

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jumlah Penduduk Desa Tompaso II..................................................... Tabel 2 Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian.................................. Tabel 3 Keadaan Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Tompaso II.................. Tabel 4 Prasarana Pendidikan Formal yang tersedia di.................................... Tabel 5 Prosentase jumlah pemeluk agama dan prasarana yang tersedia......... Tabel 6 Keadaan Sarana Kesehatan dan Tenaga Medis.................................... Tabel 7 Partisipasi Politik Masyarakat.............................................................. Tabel 8 Partisipasi Masyarakat dalam kampanye pada pemilihan hukum tua. 42

26 27 29 30 31 32 40

Tabel 9 Partisipaso Masyarakat dalam mengawasi perhitungan suara pada pemilihan hukum tua.................................................................................... Tabel 10 Penggunaan Hak Pilih pada Pemungutan Suara................................ 44 46

Tabel 11 Penilaian masyarakat terhadap pendidikan politik yang diberikan oleh Pemerintah.......................................................................................................... 48

iv 58

PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN HUKUM TUA


(Suatu Studi diDesa Tompaso II Kecamatan Tompaso Kabupaten Minahasa)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Pemerintahan Program Studi Ilmu Pemerintahan

Oleh :

ARMANDO RORI NIM. 0908135271 Jurusan Ilmu Pemerintahan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO 2012

59

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI Disetujui Oleh : Dosen Pembimbing Materi/Teknis : Pembimbing I,

Drs. Markus Kaunang, MSi NIP. 19550116 198703 1 001

Pembimbing II,

Welly Wawor undeng, S.Sos, M.Si NIP. 19710423 200112 1 002

Mengetahui, Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sam Ratulangi Manado, Ketua Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sam Ratulangi Manado,

Drs. Markus Kaunang, MSi NIP. 19550116 198703 1 001

Welly Waworundeng, S.Sos, M.Si NIP. 19710423 200112 1 002

i 60

Vous aimerez peut-être aussi