Vous êtes sur la page 1sur 4

Algoritma Gajah Mada dan Skor Siriraj sebagai Alat Menegakkan Diagnosis Stroke Hemoragik dengan Parese N.

VII dan N. XII UMN Dextra disertai Riwayat Hipertensi


Dibuat oleh: Yulia Niswatul F,Modifikasi terakhir pada Fri 04 of May, 2012 [00:21] Abstrak Menurut WHO, stroke adalah tanda tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal, atau global, dengan gejala gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih atau menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular. Menurut taksiran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sebanyak 20,5 juta jiwa di dunia sudah terjangkit stroke pada tahun 2001. Dari jumlah itu 5,5 juta telah meninggal dunia. Penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi menyumbangkan 17,5 juta kasus stroke di dunia. Untuk menegakkan diagnosis pada stroke dapat menggunakan algoritma stroke Gajah Mada dan skor siriraj. kata kunci: Stroke Hemoragik, Algoritma Stroke Gajah Mada, Skor Siriraj, Hipertensi History Seorang laki-laki 74 tahun datang dengan keluhan kelemahan anggota gerak bagian kanan secara tiba tiba. Pasien masih dapat menggerakkan tangan dan kaki kanannya tapi tidak sekuat tangan kirinya. Keluhan mulai timbul saat sedang ngobrol bareng tetangga. Pasien mengeluh sering pusing 1 bulan terakhir ini, lokasi diseluruh kepala, berdenyut dan dapat sembuh dengan obat nyeri kepala ataupun dengan beristirahat. Keluhan tidak disertai mual, muntah, demam, perubahan perilaku, kesemutan ataupun kejang. Selain itu pasien juga mengeluh bicara pelo dan perot pada bibirnya kearah kiri. Pandangan kabur pada mata kanan dan pada mata kiri pandangan mata gelap sejak sebelum terjadi kelemahan anggota gerak kanan. Riwayat hipertensi (+), DM (-), Jantung (-). Keadaan umum lemah dengan GCS E4V5M6, tekanan darah= 210/150 mmHg, nadi= 90 x/menit, pernafasan= 22 x/menit, temperatur = 36,7 OC Status Neurologis Kesadaran : kompos mentis, GCS E4-V5-M6 Orientasi tempat : baik Orientasi waktu : baik Orientasi orang : baik Daya ingat : baik Sikap tubuh : lurus Gerakan abnormal : tidak ada Kepala : pupil isokor; 3 mm/3 mm, RC (+/+), refleks kornea (+/+) Dari pemeriksaan nervus cranialis didapatkan adanya parese N.VII dan N.XII dextra UMN. Pemeriksaan keempat ekstremitas didapatkan kelemahan anggota gerak kanan dengan reflek fisiologis di semua ekstremitas normal dan tidak didapatkan adanya perluasan. Reflek patologis (-), Klonus (-), Tonus normal. Pemeriksaan penunjang laboratorium dalam batas normal dan pemeriksaan EKG didapatkan adanya IHD. Diagnosis Stroke Hemoragik

Penatalaksanaan 1. Awasi KU dan VS 2. IVFD Ringer Asetat : D5 S = 1 : 1 3. Aminofusin L 600 1fl/hari 4. Inj. Citicolin 2 x 500 mg 5. Inj. Ranitidin 2 x 1 amp 6. Thiamin 1 amp/hari 7. Nifedipin 2x10mg 8. Fisioterapi Diskusi Stroke adalah gangguan fungsional otak yang bersifat lokal dan atau global, terjadi secara akut berlangsung selama 24 jam atau lebih yang disebabkan oleh gangguan aliran darah otak. (Sidharta, 1999). Stroke adalah penyebab cacat nomor satu dan penyebab kematian nomor dua di dunia. Penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin penting, dengan dua pertiga stroke sekarang terjadi di negara-negara yang sedang berkembang. Di Indonesia penyakit ini menduduki posisi ketiga setelah jantung dan kanker. Sebanyak 28,5 persen penderita stroke meninggal dunia. Sisanya menderita kelumpuhan sebagian maupun total. Hanya 15 persen saja yang dapat sembuh total dari serangan stroke dan kecacatan. Berdasarkan etiologi Hinton (1995) membagi stroke menjadi dua : 1. Stroke hemoragik yaitu suatu gangguan fungsi saraf yang disebabkan kerusakan pembuluh darah otak sehingga menyebabkan pendarahan pada area tersebut. 2. Stroke non hemoragik, yaitu gangguan fungsi saraf yang disebabkan oleh tersumbatnya pembuluh darah otak sehingga distribusi oksigen dan nutrient ke area yang mendapat suplai terganggu. Faktor resiko stroke menurut Feigin dibagi menjadi dua yaitu faktor resiko mayor (hipertensi, diabetes mellitus dan penyakit jantung) dan faktor resiko minor (TIA, usia, jenis kelamin, peningkatan hematokrit, hiperlipidemia, hiperuricemia, kenaikan fibrinogen, obesitas, merokok, kontrasepsi, stress dan faktor genetic). Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang yang memberikan gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal di otak, disertai dengan pemeriksaan penunjang seperti cairan serebrospinal, CT scan kepala atau MRI serta arteriografi bila perlu. CT scan merupakan gold standar pemeriksaan penunjang untuk membedakan stroke perdarahan dan stroke infark. Untuk membedakan jenis atau penyebab stroke bisa menggunakan algoritma stroke Gadjah Mada (ASGM) dan penilaian skor Siriraj. Pada ASGM hal yang dinilai adalah penurunan kesadaran, nyeri kepala dan reflek babinski. Menurut ASGM, jika terdapat 2 atau 3 dari ketiga kriteria tersebut, maka dapat ditegakkan diagnosis stroke perdarahan. Jika ditemukan 1 kriteria yaitu penurunan kesadaran atau nyeri kepala saja, maka dapat ditegakkan diagnosis stroke perdarahan. Jika hanya didapatkan uji babinski positif atau dari ketiga kriteria tidak ada yang terpenuhi, maka dapat ditegakkan diagnosis stroke iskemik. Jadi pada pasien stroke jika terjadi penurunan kesadaran atau nyeri kepala, maka dapat ditegakkan stroke perdarahan. Jika tidak didapatkan kedua gejala tesebut dan hanya terdapat reflek babinski yang positif ataupun negatif, maka diagnosisnya adalah stroke iskemik. Berdasarkan ASGM, maka pasien diatas dapat ditegakkan diagnosis stroke perdarahan. Sedangkan Siriraj stroke score dapat dihitung menggunakan rumus berikut:

(2.5 x tingkat kesadaran) + (2 x muntah) + (2 x pusing) + (0.1 x tekanan darah diastolik) - (3 x atheroma markers) - 12. Keterangan: Derajat kesadaran: Sadar penuh = 0, Somnolen = 1, Koma = 2 Nyeri kepala: Tidak ada = 0, Ada = 1 Vomitus: Tidak ada = 0, Ada = 1 Ateroma : Tidak ada penyakit jantung, DM = 0, Ada = 1 Dengan hasil sebagai berikut: SS > 1 = Stroke Hemoragik -1 > SS > 1 = Perlu pemeriksaan penunjang (Ct- Scan) SS < -1 = Stroke Non Hemoragik Berdasarkan Algoritma stroke Gajah Mada, pada pasien ini hanya didapatkan satu dari tiga kriteria yakni nyeri kepala positif sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami stroke hemoragik. Demikian pula berdasarkan Siriraj skor, pasien ini memiliki skor 2, sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien ini mengalami stroke hemoragik. Kesimpulan Stroke adalah sindrom klinis yang awalnya timbulnya mendadak, progresi cepat, berupa defisit neurologis fokal atau global, yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan semata mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik. Stroke dibagi menjadi yaitu stroke hemoragik dan stroke non hemoragik. Gold standart untuk membedakan kedua jenis stroke tersebut adalah dengan CT scan. Berhubung pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan CT scan maka kita dapat menggunakan algoritma gajah mada dan skor siriraj. Setelah dilakukan pemeriksaan dapat diambil kesimpulan bahwa pasien tersebut menderita stroke hemoragik. Referensi 1. Harsono. 2000. Kapita Selekta Neurologi. Gadjah Mada University: Yogyakarta. 2. Lamsudin, R. 1997. Algoritma Stroke Gadjah Mada Penerapan Klinis Untuk Membedakan Stroke Perdarahan Intraserebral dengan Stroke Iskemik Akut atau Stroke Infark. Berkala Ilmu Kedokteran, vol.29, no.1: 11 16. 3. Mansjoer, Arief. 2000. Stroke dalam Kapita Selekta Kedokteran, Ed 3. Media Aeuculapius: Jakarta. 4. Setiawan. 2002. Assesment pada Penderita Stroke; Pelatihan FT IV: Optimalisasi Fungsi Senso-Motorik pada Penderita Stroke. Jakarta. 5. Sidharta. 2004. Stroke dalam Neurologi Klinis dalam Praktek umum, ED 5. Dian Rakyat: Jakarta. 6. Sidharta, Priguna. 1999. Tata Pemeriksaan Klinis dalam Neurologi, cetakan ketiga. Dian Rakyat: Jakarta.

Penulis Yulia Niswatul Fauziah (20060310101), Bagian Ilmu Penyakit Saraf, RSUD Saras Husada, Purworejo.

Vous aimerez peut-être aussi