Vous êtes sur la page 1sur 7

Promotif, Vol.1 No.

2 Apr 2012 Hal 106-112

Artikel VII

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEIKUT SERTAAN BER KB PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS TOWUTI DESA ASULI KABUPATEN LUWU TIMUR TAHUN 2011 Abdul Kadri & Jayanti Japarudin Bagian Administrasi Dan Kebijakan Kesehatan FKM Unismuh Palu ABSTRAK Tujuan penelitian ini untuk memperoleh gambaran mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan keikut sertaan ber-KB pada pasangan Usia Subur (PUS) di wilayah kerja Puskesmas Towuti Desa Asuli Kabupaten Luwu Timur. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan observasional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasangan usia subur (PUS) yang berada diwilayah kerja Puskesmas Towuti. Sampel dalam penelitian ini diabel secara simple random sampling. Jumlah sampel sebanyak 79 responden. Hasil penelitian menunjukan bahwa gambaran keikut sertaan berKB pada pasangan usia subur (PUS) dilihat dari dimensi pengetahuan, menunjukan bahwa dari total 79 responden, seluruhnya (100 %) memiliki tingkat pengetahuan yang cukup. Dilihat dari dimensi tingkat pendapatan, menunjukan bahwa dari total 79 responden, seluruhnya (100 %) memiliki tingkat pendapatan yang cukup. Dilihat dari dimensi efek samping, menunjukan bahwa dari total 79 responden, seluruhnya (100 %) memiliki efek samping dari penggunaan alat kontrasepsi. Sedangakan dilihat dari dimensi ketersediaan alat kontrasepsi, menunjukan bahwa dari total 79 responden, seluruhnya (100 %) menyatakan bahwa alat kontrasepsi yang digunakan sudah cukup tersedia. Berdasarkan hasil penelitian diharapkan kepada petugas kesehatan di Puskesmas Towuti, untuk lebih aktif dalam memberikan pengetahuan mengenai manfaat berKB pada pasangan usia subur PUS), serta mengenalkan tentang pentingnya NKKBS di masyarakat. Diharapkan peran aktif keluarga dan pasangan usia subur (PUS) di desa Asuli untuk dapat menyisihkan sedikit dari pendapatannya untuk digunakan dalam memperoleh alat kontrasepsi. Diharapkan kepada pihak Puskesmas Towuti untuk dapat menyediakan alat kontrasepsi yang lengkap bagi seluruh akseptor KB diwilayah kerja Puskesmas Asuli. Kata Kunci : Keluarga Berencana, pasangan Usia Subur Daftar Pustaka : 18 (1997 2011) Latar Belakang Tujuan Keluarga Berencana Nasional mencakup dua hal yaitu : tujuan kualitatif dan kuantitatif. Tujuan kualitatif adalah untuk menurunkan dan mengendalikan pertumbuhan penduduk. Sedangkan tujuan kuantitatif untuk menciptakan dan mewujudkan norma keluarga kecil yang berkualitas dan bahagia sejahtera. (BKKBN, 2011) Berdasarkan catatan BKKBN diperoleh informasi bahwa di Indonesia jumlah peserta Keluarga Berencana (KB) yaitu 4.668.900 atau sekitar 72,91% dari keseluruhan Pasangan Usia Subur. Sementara itu, jumlah dan persentase komunikatif per mix alat kontrasepsi yaitu alat kontrasepsi IUD 119.259 orang (5,99%), alat kontrasepsi Kondom 36.090 jiwa (1,08%) dan merupakan persentase terkecil penggunaan alat kontrasepsi, Pil 957.035 (28,7%), Morpelan 203.078 (0,009%), Implant 123.738 (5,22%), Suntikan 1.918,606 dan merupakan alat kontrasepsi dengan metode paling banyak digunakan oleh PUS. (BKKBN, 2005).

106

Promotif, Vol.1 No.2 Apr 2012 Hal 106-112

Artikel VII

Jumlah penduduk di Sulawesi Selatan pada tahun 2000 yaitu sebanyak 7,8 juta jiwa. Sedangkan jumlah penduduk di Makassar sendiri mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2000 jumlah penduduk kota Makassar sebanyak 1.100.019 juta jiwa (14,09%), pada tahun 2001 meningkat menjadi 1.116.834 juta jiwa (14,15%), dan meningkat lagi pada tahun 2002 menjadi 1.127.785 juta jiwa (14,16%). Sedangkan jumlah penduduk Makassar tahun 2002 dibedakan atas jenis kelamin yaitu jumlah penduduk laki laki berjumlah 565.889 jiwa (50,17%), sedangkan wanita berjumlah 584.430 jiwa (51,64%). Meskipun peningkatan tiap tahunnya tidak terlalu banyak, tetapi menjadi masalah kependudukan di Indonesia . (Keluarga Berencana, diakses 3 Februari 2011). Di wilayah Puskesmas Towuti Desa Asuli Kabupaten Luwu Timur, faktor budaya sangat mempengaruhi perilaku masyarakat. Walaupun demikian, kehidupan masyarakat sudah semakin berkembang, baik pola pikir maupun cara berperilaku. Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari profil Puskesmas Towuti, terdapat 375 PUS dengan jumlah peserta Keluarga Berencana (KB) sebanyak 17,86 % atau 67 PUS. Distribusi penggunaan jenis alat kontrasepsi adalah sebagai berikut : Suntikan 18 PUS, Pil 42 PUS, IUD 6 PUS, Kondom 1 PUS. (Profil Puskesmas Towuti Desa Asuli Kabupaten Luwu Timur, 2011). Tujuan penelitian ini Untuk memperoleh gambaran mengenai faktorfaktor yang berhubungan dengan keikut sertaan ber-KB pada pasangan Usia Subur (PUS) di wilayah kerja Puskesmas Towuti Desa Asuli Kabupaten Luwu Timur . BAHAN DAN METODE Rancangan dan lokasi Penelitian Jenis penelitian ini adalah Observasional dengan pendekatan

deskriptif, dilaksanakan di salah satu wilayah kerja Puskesmas Towuti yaitu Kelurahan Asuli Kabupaten Luwu Timur tahun 2011. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasangan usia subur (PUS) yang berada di Desa Asuli Kabupaten Luwu Timur, yaitu sebanyak 375 PUS. Besar sampel digunakan rumus : n = N 2 1 + N (d )

Instrumen Penelitian Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) masing-masing untuk responden dan diolah secara elektronik dengan menggunakan computer dan program SPSS. HASIL Karakteristik respondedn kelompok umur responden yang tertinggi adalah berusia antara 21 30 tahun, yaitu sebanyak 49 responden (62 %), sedangkan kelompok umur yang terkecil adalah berusia antara 41 50 tahun (1,3 %). responden perempuan merupakan responden yang terbanyak (98,7 %) dalam penelitian ini, sedangkan responden laki laki hanya berjumlah 1 orang (1,3 %). Tingkat pendidikan responden pada penlitian ini adalah SLTA, yaitu berjumlah 49 orang (62 %), sedangkan responden yang memiliki tingkat pendidikan SD, SLTP, dan Perguruan Tinggi (PT), masing masing berjumlah 10 responden (12,7 %). Sebagian besar responden (64,6 %) dalam penelitian ini memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga (IRT), PNS sebanyak 9 responden (11,4 %), dan jenis pekerjaan yang paling sedikit adalah petani, yaitu sebanyak 1 orang (1,3 %). Usia pernikahan pasangan usia subur (PUS) dalam penelitian ini adalah kurang dari 5 tahun,

107

Promotif, Vol.1 No.2 Apr 2012 Hal 106-112

Artikel VII

yaitu sebanyak 37 responden (46,8%), sedangkan yang terkecil adalah pasangan yang telah menikah lebih dari 16 tahun, yaitu berjumlah 7 responden (8,9%). Tingkat penghasilan responden dalam penelitian ini adalah cukup, yaitu berjumlah 61 responden (77,2 %), sedangkan sisanya sebanyak 18 responden (22,8 %) memiliki tingkat penghasilan yang kurang. Alat kontrasepsi yang digunakan oleh pasangan usia subur (PUS) dalam penelitian ini adalah jenis PIL, yaitu sebanyak 39 responden (49,4 %), sedangkan jenis alat kontrasepsi yang paling sedikit digunakan adalah jenis kondom, yaitu sebanyak 1 responden (1,3 %). Jumlah anak yang ideal (1 2 anak), yaitu berjumlah 53 responden (67,1 %), sedangkan sisanya sebanyak 26 responden (32,9 %), memiliki jumlah anak yang tidak ideal (>2 anak). Pasangan usia subur (PUS) dalam penelitian ini telah menggunakan alat kontrasepsi kurang dari 5 tahun, yaitu berjumlah 57 responden (72,2 %), sedangkan yang terkecil adalah penggunaan alat kontrasepsi diatas 11 tahun, yaitu sebanyak 2 responden (2,5%). Seluruh responden (100 %) dalam penelitian ini memiliki tingkat pengetahuan yang cukup mengenai jenis serta manfaat alat kontrasepsi, dan 100 % responden dalam penelitian ini memiliki tingkat pendapatan yang cukup, jenis alat kontrasepsi yang digunakan oleh responden dalam penelitian ini, seluruhnya (100 %) memiliki efek samping. Jenis alat kontrasepsi yang digunakan oleh responden, cukup tersedia di Puskesmas. PEMBAHASAN Pengetahuan Pengetahuan seorang individu terhadap sesuatu dapat berubah dan berkembang sesuai kemampuan, kebutuhan pengalaman dan tinggi rendahnya mobilitas informasi terhadap

sesuatu dilingkungannya. Sedangkan yang dimaksud pengetahuan dalam penelitian ini adalah adalah apa yang diketahui oleh responden mengenai jenis serta manfaaf alat kontrasepsi. Tanggapan responden terhadap kuesioner menunjukan bahwa seluruh responden (100 %) mengetahui tentang keluarga berencana (KB). Dimana, (96,2 %) responden tersebut mengetahui mengenai manfaat keluarga berencana (KB). Selain mengenai keluarga berencana (KB), sebagian besar responden (91,1 %) juga mengetahui mengenai jenis jenis alat kontrasepsi yang digunakan. Hal ini menunjukan bahwa tingkat pengetahuan merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi keikut sertaan seseorang, khususnya pasangan usia subur (PUS) dalam berKB. Semakin besar tingkat pengetahuan seseorang mengenai manfaat ber-KB, maka semakin besar pula motivasi orang tersebut untuk ber-KB. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahidah (2005) di PT. Indofood Sukses Makmur Makassar, yang menyimpulkan bahwa sebagian besar responden (55,8 %) yang memakai alat kontrasepsi, memiliki tingkat pengetahuan yang cukup. Tingginya pengetahuan masyarakat mengenai keluarga berencana (KB), tidak sejalan dengan tingkat pengetahuan masyarakat mengenai norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera (NKKBS). Hasil tanggapan responden terhadap kuesioner menunjukan bahwa 46,8 % pasangan usia subur (PUS) tidak mengetahui mengenai NKKBS. Notoatmodjo (2003), menyebutkan bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang Overt behavior. Pengetahuan tersebut merupakan bagian dari kognitif domain dan mempunyai enam tingkatan yaitu Know,

108

Promotif, Vol.1 No.2 Apr 2012 Hal 106-112

Artikel VII

Comprehension, Application, Analisis, Sythesis dan Evaluation. Dari teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo tersebut, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa tingginya tingkat pengetahuan masyarakat, khususnya pasangan usia ubur (PUS) mengenai keluarga berencana (KB), disebabkan karena sebagian besar masyarakat sudah mengetahui, memahami, melaksanakan, serta menilai hasil dari keberhasilan program KB yang mereka terapkan selama ini. Sedangkan rendahnya tingkat pemahaman masyarakat mengenai NKKBS, disebabkan karena selama ini sebagian besar masyarakat tidak mengetahui, memahami, serta melaksanakan progaram NKKBS dilingkungan keluarganya. Pendapatan Keterjangkauan pelayanan kesehatan erat hubungannya dengan pendapatan. Hal ini akan didasarkan pada kenyataan bahwa setiap tindakan kesehatan baik promotif, preventif, maupun kuratif tidak terlepas dari biaya baik langsung maupun tidak langsung.Tingkat pendapatan yang memadai akan memberikan kemungkinan yang lebih besar untuk datang ke fasilitas kesehatan, memeriksakan diri, serta mengambil obat. Jadi dengan tingkat pendapatan yang memadai, diharapkan akseptor KB akan berkonsultasi secara teratur walaupun jarak ke tempat pelayanan kesehatan jauh. (Fahriah, 2006). Pendapatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seluruh penghasilan keluarga yang dihitung dalam satu bulan. Hasil penelitian menunjukan bahwa 70,9 % responden pasangan usia subur (PUS), menyisihkan penghasilan keluarganya untuk membeli alat kontrasepsi, serta 12,7 % responden lainnya menyisihkan penghasilan tambahan dari anggota keluarga yang lain untuk membeli alat kontrasepsi. Hal ini menunjukan bahwa

variabel pendapatan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keikut sertaan pasangan usia subur (PUS) dalam ber-KB. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dikemukakan oleh Sunarti (2003), di wilayah kerja Puskesmas Sibulung, Kelurahan Sibulung Kabupaten Bone, yang menyimpulkan bahwa penghasilan memiliki hubungan dengan pemakaian alat kontrasepsi. Didalam penelitian ini, Hubungan penggunaan alat kontrasepsi dengan pendapatan bagi sebagian pasangan usia subur (PUS) didasarkan karena ada sebagian ibu didalam sebuah keluarga yang memiliki pekerjaan. Hasil penelitian menunjukan bahwa 35,4 % responden wanita usia subur dalam penelitian ini memiliki pekerjaan. Sehingga penggunaan alat kontrasepsi dalam membatasi jumlah kelahiran sangat dibutuhkan untuk memudahkan dalam melakukan aktivitas pekerjaannya. Menurut Singarimbun (1996), Saat ini terdapat kemajuan kemajuan dalam berbagai segi kehidupan perempuan Indonesia. Dalam lapangan pekerjaan, wanita mempunyai tempat dan kedudukan yang sama dengan laki laki. Bekerjanya seorang ibu dalam sebuah keluarga akan menambah penghasilan sehingga keluarga sejahtera dapat terwujud sesuai dengan tujuan program Keluarga Berencana (KB). Dengan demikian seorang Ibu yang mempunyai pekerjaan cenderung akan menggunakan alat kontrasepsi agar dapat membatasi jumlah kelahiran dan memudahkan dalam melakukan aktivitasnya karena waktunya untuk mengasuh anak sedikit. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Agustinus (2006) di Desa Karandu Kecamatan Wawotobi Kabupaten Konawe Propinsi Sulawesi Tenggara, yang menyimpulkan bahwa tingkat pendapatan tidak berhubungan dengan pemakaian alat kontrasepsi.

109

Promotif, Vol.1 No.2 Apr 2012 Hal 106-112

Artikel VII

Dari hasil penelitian yang dikemukakan diatas, serta hubungannya dengan teori yang ada, maka dapat disimpulkan bahwa hubungan antara tingkat pendapatan dengan keikut sertaan ber-KB pada pasangan usia subur (PUS), dipengaruhi pula oleh status pekerjaan ibu, dan hubungan ini berbeda beda pada setiap daerah. Efek Samping Efek samping merupakan gejala timbulnya efek pada saat penggunaan alat kontrasepsi yang menyebabkan menurunnya permintaan PUS untuk menggunakan alat kontrasepsi. Hal ini penting, karena bagaimanapun manjurnya cara kontrasepsi tersebut untuk mencegah kehamilan, bila ada efek samping maka sebagian besar aseptor akan berhenti memakai alat kontrasepsi tersebut. Sebaliknya apabila alat kontrasepsi tersebut nyaman dan tidak banyak menimbulkan efek samping, maka pemakaian alat kontersepsi akan berlangsung lama. Efek samping kontrasepsi dalam penelitian ini adalah gejala yang dikeluhkan akibat penggunaan alat kontrasepsi seperti mual, muntah, sakit kepala, gangguan menstruasi, berat badan bertambah, dan lain lain berdasarkan pengakuan responden. Hasil penelitian secara umum menunjukan bahwa seluruh responden (100%) pasangan usia subur (PUS) yang menggunakan alat kontrasepsi, menyatakan bahwa jenis alat kontrasepsi yang mereka gunakan memiliki efek samping. Hubungan antara efek samping dari alat kontrasepsi dengan keikutsertaan ber-KB pada pasangan usia subur (PUS), dapat dilihat dari tanggapan responden terhadap kuesioner. Hasil penelitian menunjukan bahwa 64,6 % responden yang memiliki efek samping dari penggunaan alat kontrasepsi, mempengaruhi pemilihan jenis alat kontrasepsi yang mereka gunakan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Taufani (2004) di wilayah kerja Puskesmas Kota, Kecamatan Dompu, Kabupaten Dompu Propinsi NTT, yang menyimpulkan bahwa efek samping obat atau keluhan selama penggunaan alat kontrasepsi merupakan faktor yang berhubungan dengan drop out akseptor KB pada pasangan usia subur (PUS), dimana responden yang mempunyai keluhan selama menggunakan alat kontrasepsi, semuanya (100 %) berhenti (drop out). Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sunarti (2003), di wilayah kerja Puskesmas Sibulung Kecamatan Sibulung Kabupaten Bone, yang menyimpulkan bahwa efek samping penggunaan alat kontrasepsi tidak berhubungan dengan pemakaian alat kontrasepsi. Hasil penelitian yang sama juga ditemukan oleh Safriani (2006), yang melakukan penelitian di kalangan istri TNI Kaveleri Makassar. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa, tidak ada hubungan antara efek samping dengan penggunaan alat kontrasepsi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Irma (2006) menyimpulkan bahwa alasan para responden menggunakan alat kontrasepsi karena pemakaiannya terasa aman, nyaman, murah, dan sebagian besar lagi karena pemakaiannya praktis. Berdasarkan hasil penelitian yang dikemukakan sebelumnya serta hubungannya dengan teori teori yang ada, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa, efek samping pengunaan alat kontrasepsi merupakan salah satu faktor dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi akseptor dalam penggunaan alat kontrasepsi. Namun, pengaruh efek samping terhadap penggunaan alat kontrasepsi, berbeda beda pada setiap akseptor KB.

110

Promotif, Vol.1 No.2 Apr 2012 Hal 106-112

Artikel VII

Ketersediaan Alat Kontrasepsi ketersediaan alat kontrasepsi merupakan salah satu factor penyebab pemakaian alat kontrasepsi. Hal ini penting oleh karena akseptor KB yang terlindungi dari kehamilan yang tidak diinginkan. Ketersediaan alat kontrasepsi dalam penelitian ini adalah tersedianya alat kontrasepsi yang memberi keleluasaan pada akseptor KB untuk memilih sendiri kontrasepsi yang sesuai dengan keinginannya. Alat kontrasepsi yang digunakan sangat mudah didapatkan, baik di Puskesmas maupun di tempat lain seperti toko obat. Hal ini dapat dilihat dari tanggapan responden terhadap kuesioner. Hasil penelitian menunjukan bahwa 50,6 % responden pasangan usia subur (PUS) menyatakan bahwa alat kontrasepsi yang digunakan juga tersedia ditempat lain selain di Puskesmas. Hal ini menunjukan bahwa salah satu alasan yang mempengaruhi pemilihan alat kontrasepsi bagi akseptor KB adalah faktor ketersediaan alat kontrasepsi. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Hartanto (2002), yang menyatakan bahwa ada beberapa hal yang mempengaruhi akseptor dalam memilih alat KB, yaitu selain kepraktisan dalam pemakaian, juga harus ditunjang dengan kemudahan dalam mendapatkan sebuah alat kontrasepsi sesuai dengan metode yang digunakan oleh akseptor. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Agustinus (2006), di Desa Karandu, Kecamatan Wawotobi, Kabupaten Konawe Propinsi Sulawesi Tenggara, yang menyimpulkan bahwa ketersediaan alat kontrasepsi, berhubungan dengan pemakaian alat kontrasepsi. Namun, hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh wahidah (2005), di PT. Indofood Sukses Makmur Makassar, yang menyimpulkan bahwa ketersediaan alat kontrasepsi di klinik perusahaan tidak mempengaruhi pemakaian alat

kontrasepsi pada tenaga kerja wanita PT. Indofood. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, serta hubungannya dengan teori yang ada, maka dapat disimpulkan bahwa salah satu alasan pemilihan alat kontrasepsi pada pasangan usia subur (PUS) di Desa Asuli adalah faktor ketersediaan alat kontrasepsi. Kesimpulan 1. Gambaran keikut sertaan ber KB pada pasangan usia subur (PUS) dilihat dari dimensi pengetahuan, menunjukan bahwa dari total 79 responden, seluruhnya (100 %) memiliki tingkat pengetahuan yang cukup. 2. Gambaran keikut sertaan ber KB pada pasangan usia subur (PUS) dilihat dari dimensi tingkat pendapatan, menunjukan bahwa dari total 79 responden, seluruhnya (100 %) memiliki tingkat pendapatan yang cukup. 3. Gambaran keikut sertaan ber KB pada pasangan usia subur (PUS) dilihat dari dimensi efek samping, menunjukan bahwa dari total 79 responden, seluruhnya (100 %) memiliki efek samping dari penggunaan alat kontrasepsi. 4. Gambaran keikut sertaan ber KB pada pasangan usia subur (PUS) dilihat dari dimensi ketersediaan alat kontrasepsi, menunjukan bahwa dari total 79 responden, seluruhnya (100 %) menyatakan bahwa alat kontrasepsi yang digunakan sudah cukup tersedia. Saran 1. Diharapkan kepada petugas kesehatan di Puskesmas Towuti, untuk lebih aktif dalam memberikan pengetahuan mengenai manfaat berKB pada pasangan usia subur PUS), serta mengenalkan tentang pentingnya NKKBS di masyarakat. 2. Diharapkan peran aktif keluarga dan pasangan usia subur (PUS) di desa

111

Promotif, Vol.1 No.2 Apr 2012 Hal 106-112

Artikel VII

Asuli untuk dapat menyisihkan sedikit dari pendapatannya untuk digunakan dalam memperoleh alat kontrasepsi. 3. Diharapkan kepada pihak Puskesmas Towuti untuk dapat menyediakan alat kontrasepsi yang lengkap bagi seluruh akseptor KB diwilayah kerja Puskesmas Towuti.

DAFTAR PUSTAKA Agustinus,. 2006. Faktor Faktor yang Berhubungan Dengan Pemakaian Alat KB Pada Pasangan Usia Subur Di Desa Karandu Kecamatan Wawotobi Kabupaten Konawe Propinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2006. Skripsi STIK Tamalate. Asniya,. 2004., Studi Tentang Jumlah Anak Yang Diinginkan Pada Wanita Pasangan Usia Muda di Kelurahan Bonto Makkio Kecamatan Rappocini Kota Makassar Tahun 2004. STIK TAMALATEA. BKKBN. 2005., Metode Penggunaan Alat Kontrasepsi, Sub Dinas Penyuluhan Kesehatan. Buraerah. A.H. 2002., Catatan Metodologi Penelitian, makassar. Entjang. I. 2000., Ilmu Kesehatan Masyarakat. PT. Citra Aditya bakti, bandung. Fahriah, A.R., Studi Penggunaan Alat Kontrasepsi Pada Akseptor KB di Wilayah Kerja Puskesmas Caile Kelurahan Caile Kabupaten Bulukumba Tahun 2006. UNHAS. Hartanto. 2002., Keluarga Berencana dan ALat Kontrasepsi. Pustaka Belajar, Jakarta.

Kusnadi, C.H,. 2001., Metode Penelitian Kesehatan, Makassar. Mulyanto. 2000., Pendapatan dan Pangan, Jakarta. Rahmawati., 2005., Materi Ajar Modul Safe Motherhood, Makassar. Razak, A., 2000., Permintaan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Pesisir, kalamedia Pustaka, Makassar. Rismawati,. 2004., Hubungan Faktor Perilaku dan Perkawinan Usia Muda Pada Wanita di daerah Transmigrasi Kecamatan Angkona Kabupaten Luwu Timur. Safariani,. 2006. Faktor Faktor yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Di Kalangan Istri TNI Kavaleri Makassar Tahun 2006. Skripsi STIK Tamalate. Sunarti,. 2003. Faktor Faktor yang Berhubungan Dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi Pada Pasangan Usia Subur (PUS) di Wilayah Kerja Puskesmas Sibulung Kecamatan Sibulung Kabupaten Bone Tahun 2003. Skripsi STIK Tamalate Taufani, S,. 2004. Faktor Faktor yang Berhubungan Dengan Drop Out Akseptor KB Pada Pasangan Usia Subur di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Kecamatan Dompu Kabupaten Dompu Propinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2004. Sripsi STIK Tamalate Wahidah,. 2005., Gambaran Pemakaian Alat Kontrasepsi Pada Tenaga Kerja Wanita di PT. Indofood Sukses makmur Makassar Tahun 2005. UNHAS. Kesrepro.Info.com. diakses 3 Februari 2011.

112

Vous aimerez peut-être aussi