Vous êtes sur la page 1sur 27

KONSEP PENYAKIT DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN SALURAN PERKEMIHAN

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah keperawatan medical bedah v

Disusun oleh:

Ujang Hermanto Candra Lesmana Sri Suharyani Mulyana Safei

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI UMMI


DAFTAR ISI

Kata pengantar ............................................................................ Daftar Isi ............................................................................

BAB I Tinjauan Teoritis I. Benigna Prostat Hipertropi .......................................... a. Definisi .................................................................... b. Etiologi ....................................................................

c. Tanda dan gejala .................................................... d. Patofisiologi ............................................................ e. Penatalaksanaan .................................................... f. Komplikasi .............................................................. II. Urolitiasis a. Definisi .................................................................... b. Etiologi .................................................................... c. Tanda dan gejala .................................................... d. Patofisiologi ............................................................ e. Penatalaksanaan .................................................... f. Komplikasi .............................................................. III. Striktur Uretra a. Definisi .................................................................... b. Etiologi .................................................................... c. Tanda dan gejala .................................................... d. Patofisiologi ............................................................ e. Penatalaksanaan .................................................... f. Komplikasi ..............................................................

BAB II Tinjauan Teoritis Keperawatan I. II. III. IV. V. Definisi Asuhan keperawatan .................................... Pemeriksaan Fisik ....................................................... Masalah keperawatan ................................................. Rencana keperawatan................................................. Dokumentasi ................................................................

KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan taufik dan hidayahnya,serta salawat serta salam semoga dilimpahan kepada nabi besar Muhammad SWT. Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini,yang merupakan salah satu tugas mata kuliah keperawatan medikal bedah.

Tugas makalah ini penulis sadari masih jauh dari sempurna,penulis juga mendapat bantuan dari orang-orang terdekat.untuk itu penulis banyak

mengucapkan banyak terima kasih. Akhirnya penulis berharap semoga tugas makalah ini dapat diterima oleh dosen yang bersangkutan.

Sukabumi, Maret 2007

Penulis

BAB I TINJAUAN TEORITIS

I.

BENIGNA PROSTAT HIPERTROPI a. DEFINISI

Pembesaran Prostat Jinak (BPH, Benign Prostatic Hyperplasia) adalah pertumbuhan jinak pada kelenjar prostat, yang menyebabkan prostat membesar (www.mediscore.com) Hiperplasia kelenjar periuretra yang mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer dan menjadi simpai bedah. (Arif Mansjoer.2000) Jadi BPH (benigna Prostat Hipertropi ) adalah adanya pembesaran kelenjar periuretra sehingga ada penekanan pada kelenjar prostat.

b. ETIOLOGI Penyebabnya tidak diketahui, tetapi mungkin akibat adanya perubahan kadar hormon yang terjadi karena proses penuaan Kelenjar prostat mengeliling uretra (saluran yang membawa air kemih keluar dari tubuh), sehingga pertumbuhan pada kelenjar secara bertahap akan mempersempit uretra. Pada akhirnya aliran air kemih mengalami penyumbatan. Akibatnya, otot-otot pada kandung kemih tumbuh menjadi lebih besar dan lebih kuat untuk mendorong air kemih keluar Jika seorang penderita BPH berkemih, kandung kemihnya tidak sepenuhnya kosong. Air kemih tertahan di dalam kandung kemih, sehingga penderita mudah mengalami infeksi dan membentuk batu Penyumbatan jangka panjang bisa menyebabkan kerusakan pada ginjal Pada penderita BPH, pemakaian obat yang mengganggu aliran air kemih (misalnya antihistamin yang dijual bebas) bisa menyebabkan penyumbatan. (www.mediscore.com)

c. TANDA DAN GEJALA Gejala awal timbul jika prostat yang membesar mulai menyumbat aliran air kemih.

Pada mulanya, penderita memiliki kesulitan untuk memulai berkemih. Penderita juga merasakan bahwa proses berkemihnya belum tuntas. Penderita menjadi lebih sering berkemih pada malam hari (nokturia) dan jika berkemih harus mengedan lebih kuat. Volume dan kekuatan pancaran berkemih juga menjadi berkurang dan pada akhir berkemih air kemih masih menetes. Akibatnya kandung kemih terisi penuh sehingga terjadi

inkontinensia urin (beser). Pada saat penderita mengedan untuk berkemih, vena-vena kecil pada uretra dan kandung kemih bisa pecah sehingga pada air kemih terdapat darah. Penyumbatan total menyebabkan penderita tidak dapat berkemih sehingga penderita merasakan kandung kemihnya penuh dan timbul nyeri hebat di perut bagian bawah. Jika terjadi infeksi kandung kemih, akan timbul rasa terbakar selama berkemih, juga demam. Air kemih yang tertahan di kandung kemih juga menyebabkan bertambahnya tekanan pada ginjal, tetapi jarang menyebabkan kerusakan ginjal yang menetap. (www.mediscore.com)

d. PATOFISIOLOGI Proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan sehingga perubahan pada saluran kemih juga terjadi secara perlahan-lahan Pada tahap awal setelah terjadi pembesaran prostat, resistensi pada leher buli-buli dan daerah prostat meningkat, serta otot detrusor menebal dan merenggang sehingga timbul sakulasi atau divertikel. Fase penebalan detrusor ini disebut fase kompensasi. Apabila keadaan berlanjut, maka detrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi retensio urine yang selanjutnya

dapat menyebabkan hidronefrosis dan disfungsi

saluran kemih

atas. (kapita selekta kedokteran.Arif Mansjoer.2000). e. PENATALAKSANAAN Obat-obatan Alfa 1-blocker Contohnya doxazosin, prazosin, tamsulosin dan terazosin. Obat-obat tersebut menyebabkan pengenduran (relaksasi) otot-otot pada kandung kemih sehingga penderita lebih mudah berkemih. Finasterid Finasterid menyebabkan berkurangnya kadar hormon prostat sehingga memperkecil ukuran prostat. Obat ini juga menyebabkan meningkatnya laju aliran air kemih dan mengurangi gejala. Tetapi diperlukan waktu sekitar 3-6 bulan sampai terjadinya perbaikan yang berarti. Efek samping dari finasterid adalah berkurangnya gairah seksual dan impotensi.

Obat lainnya Untuk mengobati prostatitis kronis, yang seringkali menyertai BPH, diberikan antibiotik.

Pembedahan Pembedahan biasanya dilakukan terhadap penderita yang mengalami: - inkontinensia uri - hematuria (darah dalam air kemih) - retensio uri (air kemih tertahan di dalam kandung kemih) - infeksi saluran kemih berulang. Pemilihan prosedur pembedahan biasanya tergantung kepada beratnya gejala serta ukuran dan bentuk kelenjar prostat. TURP (trans-urethral resection of the prostate) TURP merupakan pembedahan BPH yang paling sering dilakukan.

Endoskopi dimasukkan melalui penis (uretra). Keuntungan dari TURP adalah tidak dilakukan sayatan sehingga mengurangi resiko terjadinya infeksi. 88% penderita yang menjalani TURP mengalami perbaikan yang berlangsung selama 10-15 tahun. Impotensi terjadi pada 13,6% penderita dan 1% penderita mengalami inkontinensia uri.

TUIP (trans-urethral incision of the prostate) TUIP menyerupai TURP, tetapi biasanya dilakukan pada penderita yang memiliki prostat relatif kecil. Pada jaringan prostat dibuat sebuah sayatan kecil untuk melebarkan lubang uretra dan lubang pada kandung kemih, sehingga terjadi perbaikan laju aliran air kemih dan gejala berkurang. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah perdarahan, infeksi, penyempitan uretra dan impotensi. Prostatektomi terbuka. Sebuah sayatan bisa dibuat di perut (melalui struktur di belakang tulang kemaluan/retropubik dan diatas tulang kemaluan/suprapubik) atau di daerah perineum (dasar panggul yang meliputi daerah skrotum sampai anus). Pendekatan melalui perineum saat ini jarangn digunakan lagi karena angka kejadian impotensi setelah pembedahan mencapai 50%. Pembedahan ini memerlukan waktu dan biasanya penderita harus dirawat selama 5-10 hari. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah impotensi (16-32%, tergantung kepada pendekatan pembedahan) dan inkontinensia uri (kurang dari 1%). Pengobatan lainnya yang efektivitasnya masih dalam penelitian adalah hipertermia, terapi laser dan prostatic stents. Jika derajat penyumbatannya masih minimal, bisa dilakukan tindakan-tindakan sebagai berikut: Mandi air panas

Segera berkemih pada saat keinginan untuk berkemih muncul Melakukan aktivitas seksual (ejakulasi) seperti biasanya Menghindari alkohol Menhindari asupan cairan yang berlebihan (terutama pada malam hari) Untuk mengurangi nokturia, sebaiknya kurangi asupan cairan beberapa jam sebelum tidur Penderita BPH sebaiknya menghindari pemakaian obat flu dan sinus yang dijual bebas, yang mengandung dekongestan karena bisa meningkatkan gejala BPH. (www.mediscore.com)

f. KOMPLIKASI Apabila buli-buli menjadi dekompensasi, akan terjadi retensio urin, karena produksi urin terus berlanjut maka pada suatu saat buli-buli tidak mampu lagi menampung urin sehingga tekanan intravesika meningkat, dapat timbul hidroureter, hidronefrosis dan gagal ginjal. Proses kerusakan ginjal dipercepat jika terjadi infeksi. (Arif mansjoer.2000)

II.

UROLITIASIS (BATU GINJAL) a. DEFINISI

Batu di dalam saluran kemih (kalkulus uriner) adalah massa keras seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung kemih (batu kandung kemih). Proses pembentukan batu ini disebut urolitiasis (litiasis renalis, nefrolitiasis). (www.mediscore.com) Urolithiasis mengacu pada adanya batu (kalkuli) ditraktus urinarius. Batu berbentuk ditraktus urinarius ketika konsentrasi subtansi tertentu seperti kalsium oksalat, kalsium fosgat, dan asam urat meningkat. Batu juga dapat terbentuk ketika terdapat difisiensi subtansi tertentu, seperti sitrat yang secara normal mencegah kristalisasi dalam urin. Kondisi lain mempengaruhi laju pembentukan batu mencakup pH urin dan status cairan pasien (batu cenderung terjadi pada pasien dehidrasi). (Swearing,RN. Keperawatan medical bedah. 2002) Batu dapat ditemukan di setiap bagian ginjal sampai ke kandung kemih dan ukurannya bervariasi dari deposit granurel yang kecil, yang disebut pasir atau kerikil, sampai batu yang sebesar kandung kemih yang berwarna orange. Faktor tertentu yang mempengaruhi pembentukan batu, mencakup infeksi, stasis urin, periode imobilitas (drainase renal yang lambat dan perubahan metabolisme kalsium). (Swearing,RN. Keperawatan

medical bedah. 2002) Hiperkalsemia dan Hiperkalsuria dapat disebabkan oleh : Hiperparatiroidisme Asidosis tubular renal Malignansi Penyakit gralomatosa Masukan vitamin D yang berlebihan Masukan susu dan alkali

Penyakit mieloproliferatif (leukemia, polisetemia, mieloma multiple) yang menyebabkan proliferasi abnormal sel darah merah sumsum tulang. Pembentukan batu urinarius juga dapat terjadi pada penyakit

inflamasi usus dan pada individu dengan ileostomi atau reseksi usus, karena individu ini mengabsorpsi oksalat secara berlebihan. Beberapa medikasi yang diketahui menyebabkan batu pada banyak pasien mencakup antasida, diamox, vitamin D, laksatif, and aspirin dosis tinggi. Namun demikian pada bnyak pasien, mungkin tidak ditemukan penyebabnya. Batu renal terjadi terutama pada dekade ketiga atau kelima kehidupan yang lebih banyak menyerang pria dari pada wanita. Sekitar 50 % pasien dengan batu ginjaltunggal akan mengalami episode ini dalam waktu 10 tahun. Batu terutama mengandung kalsium atau magnesium dalam kombinasinya dengan fostat atau oksalat.

Kebanyakan batu adalah radiopaq dan dapat diteksi melalui sinar-X. (Swearing,RN. Keperawatan medical bedah. 2002) Urolitiasis yaitu adanya kumpulan masa atau benda yang menghalangi saluran kemih, biasanya terdapat pada ginjal maupun kemih, dan dengan ukuran batu yang berbeda-beda.

b. ETIOLOGI Terbentuknya batu bisa terjadi karena air kemih jenuh dengan garam-garam yang dapat membentuk batu atau karena air kemih kekurangan penghambat pembentukan batu yang normal. Sekitar 80% batu terdiri dari kalsium, sisanya mengandung berbagai bahan, termasuk asam urat, sistin dan mineral struvit. Batu struvit (campuran dari magnesium, amonium dan fosfat) juga disebut batu infeksi karena batu ini hanya terbentuk di dalam air kemih yang terinfeksi. Ukuran batu bervariasi, mulai dari yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang sampai yang sebesar 2,5 sentimeter atau lebih.

Batu yang besar disebut kalkulus staghorn. Batu ini bisa mengisi hampir keseluruhan pelvis renalis dan kalises renalis.

(www.mediscore.com)

c. TANDA DAN GEJALA Batu, terutama yang kecil, bisa tidak menimbulkan gejala. Batu di dalam kandung kemih bisa menyebabkan nyeri di perut bagian bawah. Batu yang menyumbat ureter, pelvis renalis maupun tubulus renalis bisa menyebabkan nyeri punggung atau kolik renalis (nyeri kolik yang hebat). Kolik renalis ditandai dengan nyeri hebat yang hilang-timbul, biasanya di daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggang, yang menjalar ke perut, daerah kemaluan dan paha sebelah dalam. Gejala lainnya adalah mual dan muntah, perut menggelembung, demam, menggigil dan darah di dalam air kemih. Penderita mungkin menjadi sering berkemih, terutama ketika batu melewati ureter. Batu bisa menyebabkan infeksi saluran kemih. Jika batu menyumbat aliran kemih, bakteri akan terperangkap di dalam air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan, sehingga terjadilah infeksi. Jika penyumbatan ini berlangsung lama, air kemih akan mengalir balik ke saluran di dalam ginjal, menyebabkan penekanan yang akan menggelembungkan ginjal (hidronefrosis) dan pada akhirnya bisa terjadi kerusakan ginjal.(www.mediscore.com)

d. PATOFISIOLOGI

e. PENATALAKSANAAN Tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan batu, menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mencegah infeksi, dan mengurangi obstruksi yang terjadi. Pengurangan nyeri Tujuan segera dari penanganan kolik renal atau ureteral adalah untuk mengurangi nyeri sampai penyebabnya dapat dihilangkan morfin atau meperiden di begerikan untuk mencegah syok dan sinkop akibat nyeri yang luar biasa. Pengangkatan Batu Pemeriksaan sistoskopik dan pasase kateter ureteral kecil untuk menghilangkan batu yang menyebabkan obstruksi (jika mungkin), akan mengurangi tekanan belakang pada ginjal dan mengurangi nyeri. Ketika batu telah ditemukan, analisis kimiawi dilakukan untuk menentukan komposisinya. Analisis batu dapat membuktikan indikasi yang jelas membuktikan indikasi yang jelas mengenai penyakit yang mendasari.

Terapi Nutrisi dan Medikasi Terapi nutrisi berperan penting dalam memncegah batu renal. Masukan cairan yang adekuat dan menghindari makanan yang tertentu dalam diet yang merupakan bahan utama pembentuk batu atau lebuh jauh meningkatkan ukuran batu yang telah ada. Setoap pasien batu renal harus minum paling sedikit 8 gelas air sehari untuk mempertahankan urin encer kecuali dikontraindikasikan.

Ureteroskopi Ureteroskopi mencakup visualisasi dan akses ureter dengan memasukan suatu alat ureteroskopi melalui sistokop. Batu dapat dihancurkan dengan menggunakan laser, lithotripsi elektrohidraulik, atau ultra sound kemudian diangkat. Satu sten dapat dimasukan dan dibiarkan selama 48 jam atau lebih setelah prosedur untuk menjaga

kepatenan ureter. Lama rawat biasanya singkat, dan beberapa pasien dapat ditangani secara rawat jalan. (Brunner and Suddarth.2002) Batu kecil yang tidak menyebabkan gejala, penyumbatan atau infeksi, biasanya tidak perlu diobati. Minum banyak cairan akan meningkatkan pembentukan air kemih dan membantu membuang beberapa batu; jika batu telah terbuang, maka tidak perlu lagi dilakukan pengobatan segera. Kolik renalis bisa dikurangi dengan obat pereda nyeri golongan narkotik. Batu di dalam pelvis renalis atau bagian ureter paling atas yang berukuran 1 sentimeter atau kurang seringkali bisa dipecahkan oleh gelombang ultrasonik (extracorporeal shock wave lithotripsy, ESWL). Pecahan batu selanjutnya akan dibuang dalam air kemih. Kadang sebuah batu diangkat melalui suatu sayatan kecil di kulit (percutaneous nephrolithotomy, nefrolitotomi perkutaneus), yang diikuti dengan pengobatan ultrasonik. Batu kecil di dalam ureter bagian bawah bisa diangkat dengan endoskopi yang dimasukkan melalui uretra dan masuk ke dalam kandung kemih. Batu asam urat kadang akan larut secara bertahap pada suasana air kemih yang basa (misalnya dengan memberikan kalium sitrat), tetapi batu lainnya tidak dapat diatasi dengan cara ini. Batu asam urat yang lebih besar, yang menyebabkan penyumbatan, perlu diangkat melalui pembedahan. Adanya batu struvit menunjukkan terjadinya infeksi saluran kemih, karena itu diberikan antibiotik. (www.mediscore.com )

f. KOMPLIKASI

III.

STRIKTUR URETRA (GAGAL GINJAL)

a. DEFINISI Gagal Ginjal Kronis adalah kemunduran perlahan dari fungsi ginjal yang menyebabkan penimbunan limbah metabolik di dalam darah (azotemia). (www.mediscore.com ) Gagal Ginjal Akut adalah sebagai sindrom klinis akibat kerusakan metabolik atau patologik pada ginjal yang ditandai dengan penurunan fungsi yang nyata dan cepat serta terjadinya azotemia.

(Davidson,1984) Stritur uretra adalah penyempitan lumen uretra akibat adanya jaringan parut dan kontraksi. Penyebab striktur uretra umumnya adalah cedera uretral (akibat insersi peralatan bedah selama oprasi tranyretral, kateter indwelling, atau prosedur sistoskopi), cedera akibat peregangan dan cedera yang berhubungan dengan kecelakaan mobil, uretritis gonorrheal yang tidak ditangani, dan abnormalitas kongenital. Kekuatan pancaran dan jumlah urin berkurang dan gejala infeksi dan retensi urinarius terjadi. Striktur menyebabkan urin mengalir balik dan mencetuskan sistisis, prostitis, dan pielonefritis. (Brunner and suddarth.2002)

b. ETIOLOGI Penyebab dari gagal ginjal kronis adalah: Tekanan darah tinggi (hipertensi) Penyumbatan saluran kemih Glomerulonefritis Kelainan ginjal, misalnya penyakit ginjal polikista Diabetes melitus (kencing manis) Kelainan autoimun, misalnya lupus eritematosus sistemik

(www.mediscore.com)

c. TANDA DAN GEJALA

Pada gagal ginjal kronis, gejala-gejalanya berkembang secara perlahan. Pada awalnya tidak ada gejala sama sekali, kelainan fungsi ginjal hanya dapat diketahui dari pemeriksaan laboratorium. Pada gagal ginjal kronis ringan sampai sedang, gejalanya ringan meskipun terdapat peningkatan urea dalam darah. Pada stadium ini terdapat: nokturia, penderita sering berkemih di malam hari karena ginjal tidak dapat menyerap air dari air kemih, sebagai akibatnya volume air kemih bertambah tekanan darah tinggi, karena ginjal tidak mampu membuang kelebihan garam dan air. Tekanan darah tinggi bisa menyebabkan stroke atau gagal jantung. Sejalan dengan perkembangan penyakit, maka lama-lama limbah metabolik yang tertimbun di darah semakin banyak. Pada stadium ini, penderita menunjukkan gejala-gejala: letih, mudah lelah, kurang siaga kedutan otot, kelemahan otot, kram perasaan tertusuk jarum pada anggota gerak hilangnya rasa di daerah tertentu kejang terjadi jika tekanan darah tinggi atau kelainan kimia darah menyebabkan kelainan fungsi otak nafsu makan menurun, mual, muntah peradangan lapisan mulut (stomatitis) rasa tidak enak di mulut malnutrisi penurunan berat badan. Pada stadium yang sudah sangat lanjut, penderita bisa menderita ulkus dan perdarahan saluran pencernaan. Kulitnya berwarna kuning kecoklatan dan kadang konsentrasi urea sangat tinggi sehingga terkristalisasi dari keringat dan membentuk serbuk putih di kulit (bekuan uremik).

Beberapa penderita merasakan gatal di seluruh tubuh. (www.mediscore.com) d. PATOFISIOLOGI Iskemia atau nefrotoksin

Penurunan aliran darah ginjal

kerusakan sel tubulus

kerusakan gromerulus

Penurunan aliran darah glomerulus

Peningkatan pelepasan NaCl ke makula densa

obstruksi tubulus

kebocoran filtrat

penurunan

ultrafiltrasi glomerulus

Penurunan GFR

e. PENATALAKSANAAN Penangan dapat mencakup dilatasi secara bertahap terhadap area yang menyempit ( menggunakan logam yang kuat)atau secara bedah. Jika striktur menghambat pasase kateter, ahli urologi menggunakan benberapa filiform bougis untuk membuka jalan. Ketika salah satu bougie mampu mencapai kandung kemih, maka dilakukan fiksasi dan urin akan di drainase dari kandung kemih. Jalan yang telah terbuka tersebut kemudian didilatasi dengan memasukan alat pendilatasi yang mengikuti filiform sebagai petunjuk. Setelah didilatasi, rendam duduk menggunakan air panas dan analgesik non-narkotik diberikan untuk

mengendalikan nyeri. Medikasi antimicrobial direspkan untuk beberapa hari setelah dilatasi untuk mencegah infeksi. Eksisi bedah atau uretroplasti mungkin diperlukan untuk kasus yang parah. Sistotomi suprapubis mungkin di perlukan untuk beberapa pasien. Tujuan pengobatan adalah dan untuk mengendalikan gejala,

meminimalkan penyakit.

komplikasi

memperlambat

perkembangan

Penyebab dan berbagai keadaan yang memperburuk gagal ginjal harus segera dikoreksi. Diet rendah protein (0,4-0,8 gram/kg BB) bisa memperlambat perkembangan gagal ginjal kronis. Tambahan vitamin B dan C diberikan jika penderita menjalani diet ketat atau menjalani dialisa. Pada penderita gagal ginjal kronis biasanya kadar trigliserida dalam darah tinggi. Hal ini akan meningkatkan resiko terjadinya komplikasi, seperti stroke dan serangan jantung. Untuk menurunkan kadar trigliserida, diberikan gemfibrozil. Kadang asupan cairan dibatasi untuk mencegah terlalu rendahnya kadar garam (natrium) dalam darah. Asupan garam biasanya tidak dibatasi kecuali jika terjadi edema (penimbunan cairan di dalam jaringan) atau hipertensi. Makanan kaya kalium harus dihindari. Hiperkalemia (tingginya kadar kalium dalam darah) sangat berbahaya karena meningkatkan resiko terjadinya gangguan irama jantung dan cardiac arrest. Jika kadar kalium terlalu tinggi, maka diberikan natrium polisteren sulfonat untuk mengikat kalium, sehingga kalium dapat dibuang bersama tinja. Kadar fosfat dalam darah dikendalikan dengan membatasi asupan makanan kaya fosfat (misalnya produk olahan susu, hati, polong, kacang-kacangan dan minuman ringan). Bisa diberikan obat-obatan yang bisa mengikat fosfat, seperti kalsium karbonat, kalsium asetat dan alumunium hidroksida.

Anemia terjadi karena ginjal gagal menghasilkan eritropoeitin dalam jumlah yang mencukupi. Eritropoietin adalah hormon yang merangsang pembentukan sel darah merah. Respon terhadap penyuntikan poietin sangat lambat. Transfusi darah hanya diberikan jika anemianya berat menimbulkan gejala. Kecenderungan mudahnya terjadi perdarahan untuk sementara waktu bisa diatasi dengan transfusi sel darah merah atau platelet atau dengan obat-obatan (misalnya desmopresin atau estrogen). Tindakan tersebut mungkin perlu dilakukan setelah penderita mengalami cedera atau sebelum menjalani prosedur pembedahan maupun pencabutan gigi. Gejala gagal jantung biasanya terjadi akibat penimbunan cairan dan natrium. Pada keadaan ini dilakukan pembatasan asupan natrium atau diberikan diuretik (misalnya furosemid, bumetanid dan torsemid). Hipertensi sedang maupun hipertensi berat diatasi dengan obat hipertensi standar. Jika pengobatan awal untuk gagal ginjal tersebut tidak lagi efektif, maka dilakukan dialisa jangka panjang atau pencangkokan ginjal. (www.mediscore.com) f. KOMPLIKASI atau

BAB II TINJAUAN TEORITIS KEPERAWATAN

I.

DEFINISI ASUHAN KEPERAWATAN

Proses keperawatan adalah metoda dimana suatu konsep diterapkan dalam praktek keperawatan, hal ini disebut sebagai pendekatan problem solving yang memerlukan ilmu, teknik dan keterampilan interpersonal dan ditujukan untukj memenuhi kebutuhan klien/keluarga. Proses keperawatan terdiri dari lima tahap yang sequensial dan berhubungan pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. (Nursalam, 2001 ; 1)

II.

PENGKAJIAN FISIK Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2001 ; 17). a. Pengumpulan Data Pengumpulan informasi pasien dilakukan secara sistematis 1) Identitas Klien Robert Priharjo (1996 : 12) mengemukakan tentang biografi pasien yang meliputi : nama, usia, alamat, tempat tanggal lahir, agama, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, kewarganegaraan, suku bangsa. 2) Penanggung jawab, meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, hubungan dengan klien. 3) Riwayat Kesehatan Klien a) Keluhan utama Pada pasien dengan kelanan saluran kemih biasanya akan mendapat keluhan berupa rasa nyeri b) Riwayat Kesehatan Sekarang Pada riwayat kesehatan dapat mempergunakan suatu pendekatan yaitu dengan P, Q, R, S, T. P : Paliatif/proaktif yang memperberat dan memperingan keluhan. Q : Qualitas/quantitas bagaimana keluhan dirasakan.

R : Region/radiasi daerah mana yang dirasakan ada bagaimana penyebarannya. S : Skala tingkat berat masalahnya dengan menggunakan skala 1-5. T : Time kapan terjadinya, bagaimana kejadiannya tibatiba atau bertahap.

c) Riwayat Kesehatan Terdahulu Pada riwayat kesehatan terdahulu ajukan pertanyaan apakah klien pernah mengalami/mempunyai riwayat

penyakit saluran perkemihan, kebiasaan mengkonsumsi makanan, riwayat sakit atau pernah dirawat sebelumnya. d) Riwayat Kesehatan Keluarga Data riwayat keluarga dikumpulkan dengan cara mengajukan pertanyaan apakah ada anggota keluarga pasien yang pernah menderita seperti yang dialami oleh klien ataupun penyakit kronis maupun penyakit keturunan. 4) Pemeriksaan Fisik a) Keadaan umum dan tanda-tanda vital Keadaan umum mencakup penampilan, tingkat

kesadaran, tekanan darah, suhu, denyut nadi, pernafasan, BB dan TB. b) Sistem pernafasan Kaji pola pernafasan, penggunaan otot pernafasan tambahan, sianosis, auskultasi bunyi nafas : normal, peningkatan frekuensi, cepat dan dangkal, irama reguler, bunyi nafas vesikuler.

c) Sistem kardiovaskuler

Inpeksi

: Konjungtiva

anemis/tidak,

mukosa

bibir

merah/sianosis, leher apakah ada peningkatan vena jugalaris. Palpasi : Adakah oedema pada ekstremitas pada pasien kelainan saluran kemih biasanya teraba denyut nadi lemah. Auskultasi : Mendengar bunyi jantung di daerah aorta, pulmonalis, katup trikuspidalis, katup miytral, apakah bunyi jantung tambahan. Perkusi : Perkusi daerah jantung

d) Sistem pencernaan Pada kasus kelainan saluran kemih biasanya ada kelainan pada saluran pencernaan e) Sistem Perkemihan Kaji adanya retensi urine akibat efek anestesi dan keadaan imobil sebelum atau setelah dioperasi f) Sistem Persyarafan Kaji tingkat kesadaran (GCS), test fungsi nervus cranial, fungsi sensorik dan motorik serta reflek. g) Sistem Muskuloskeletal Kaji kemampuan melakukan rentang gerak sendi, kaji adanya pembengkakan, deformitas, nyeri, kekakuan,

kondisi jaringan. h) Sistem Endokrin Kaji adanya pembesaran kelenjar tyroid, keluhan poliuri, polidipsi dan polipagi. i) Sistem Integumen Kaji keadaan kulit, turgor testur, lesi, kuku dan rambut.

5) Pola kebiasaan sehari-hari

Kaji terhadap pola aktivitas sehari-hari mencakup pola makan, pola minum, pola istirahat tidur, personal hygiene, pola aktifitas 6) Data Psikososial a) Penampilan b) Status emosi c) Konsep diri d) Kecemasan e) Interaksi sosial 7) Data Spiritual Kaji bagaimana klien melaksanakan ibadahnya. 8) Data Penunjang Laboratorium 9) Therapi Tindakan medis jika didiagnosa sudah ditegakan, obatobatan antibiotik dan analgetik Darah dan urin

III.

MASALAH KEPERAWATAN Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara akontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurutkan, membatasi, mencegah dan merubah (Nursalam, 2001 ; 35). Beberapa diagnosa yang mungkin timbul pada pasien dengan gangguan saluran kemih yaitu : a. Defisit perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan gerak mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri sekunder terhadap pembedahan. b. c. Nyeri berhubungan dengan adanya luka operasi atau insisi bedah. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri pasca operasi.

d.

Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembedahan pasca operasi, status hiper metabolik.

e.

Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur infasif, insisi bedah.

f.

Resiko tinggi kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan di rumah berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang perawatan diri saat pasien pulang.

IV.

PERENCANAAN KEPERAWATAN Rencana asuhan keperawatan adalah merupakan pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi atau mengoreksi masalahmasalah yang diidentifikasi pada diagnosa keperawatan, tahap ini dimulai setelah menentukan diagnosa keperawatan dan menyimpulkan rencana dokumentasi (Nursalam, 2001 ; 51)

Rencana tindakan yang dapat dirumuskan pada klien post herniorafi antara lain : a. Diagnosa keperawatan : Defisit perawatan diri Tujuan Kriteria : Kebutuhan perawatan klien terpenuhi : Klien mampu mengidentifikasikan area kebutuhan

Diagnosa Keperawatan : Defisit Perawatan Diri


INTERVENSI - Tentukan tingkatan bantuan yang diperlukan, berikan bantuan sesuai kebutuhan membiarkan pasien melakukan sebanyak mungkin untuk dirinya. - Berikan waktu yang cukup bagi pasien untuk melakukan aktivitas. - Instruksikan pasien adaptasi yang diperlukan yang dimulai dengan tugas yang mudah dilakukan sampai tugas yang sulit, berikan pujian untuk kerhasilan tersebut. - Menaruh bel ditempat yang mudah dijangkau. - Untuk memberikan rasa aman - Membebani pasien dengan aktivitas RASIONALISASI - Untuk mendorong kemandirian

menyebabkan frustasi - Untuk mendorong kemandirian, pujian

memotivasi untuk terus belajar.

b.

Diagnosa Keperawatan : Nyeri Tujuan : Kriteria : Nyeri Teratasi atau hilang Klien tampak rileks, mampu tidur atau istirahat dengan tepat, peningkatan dalam aktivitas.

Diagnosa Keperawatan : Nyeri

INTERVENSI Kaji nyeri, catat lokasi, beratnya (skala 0-5), selidiki dan catat setiap perubahan nyeri dengan tepat. Pertahankan istirahat dengan semi Fowler

RASIONALISASI Berguna dalam kemajuan penyembuhan luka, perubahan pada karakteristik nyeri menunjukan terjadinya abses atau peritonitis. Gravitasi melokalisasi eksudat implementasi dalam

abdomen bawah, menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi terlentang Memberikan latihan gerak mobilisasi Klien mungkin akan membatasi gerak oleh persepsi tentang keterbatasan gerak dan memerlukan informasi atatu

intervensi untuk meningkatkan kesehatan. Ajarkan latihan pernafasan, teknik relaksasi Latihan pernafasan dan tehnik relaksasi menurunkan kosumsi oksigen frekuensi pernafasan, frekuensi jantung dan ketegangan otot yang memberikan siklus nyeri ansietas ketegangan otot.

c.

Diagnosa Keperawatan : Resiko Tinggi Terjadi Infeksi Tujuan Kriteria : Meningkatkan penyembuhan luka dengan benar : Tidak terjadi tanpa infeksi demam eritema

Diagnosa Keperawatan : Resiko Tinggi Terjadinya Infeksi

INTERVENSI Monitor tanda-tanda vital, perhatikan demam menggigil, berkeringat, perubahan mental, dan meningkatkan nyeri abdomen. Melakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan luka ansietas Lihat insisi dan balutan catat karakteristik luka. Berikan informasi yang tepat, jujur pada

RASIONALISASI Dugaan adanya infeksi atau terjadinya sepsis, abses, peritoritis

Menurunkan resiko penyebaran nyeri

Memberikan deteksi diri, terjadinya proses infeksi

Pengetahuan tentang kemajuan situasi memberikan

pasien orang terdekat Berikan antibiotik sesuai indikasi. -

dukungan emosi dan membantu penurunan ansietas. Menurunkan jumlah organisme (pada infeksi yang telah ada sebelumnya) untuk menurunkan

penyebarannya pada rongga abdomen.

d. Diagnosa Keperawatan : Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan pasca operasi (contoh puasa) dan satatus hepermetabolik (contoh demam, proses peyembuhan) Tujuan Kriteria : Mempertahankan keseimbangan cairan : Membran mukosa lembab, turgor kulit baik, tanda vital, stabil dan pengeluaran urine adekuat.

Diagnosa Keperawatan : Resiko Tinggi Terhadap Kekurangan Volume Cairan Berhubungan Dengan Pembatasan Pasca Operasi

INTERVENSI Awasi tanda-tanda vital terutama nadi dan tekanan darah

RASIONALISASI Tanda yang membatu mengidentifikasi fruktuasi volume

intravaskuler Awasi masuknya dan pengeluaran urine atau kosentrasi, berat jenis. Lihat membran mukosa, kaji turgor kulit dan pengisian kapiler Auskultasi bising usus Indikator kembalinya peristaltik kesiapan, kesiapan untuk pemasukan per oral Berikan sejumlah kecil minuman jernih bila pemasukan per oral dimulai dan dilanjutkan diet sesuai toleransi. Menurunkan iritasi gaster atau muntah untuk meminimalkan kekurangan cairan. Penurunan pengeluaran urine pekak dengan peningkatan berat jenis diduga dehidrasi. Indikator kedekatan sirkulasi perifer dan hidrasi seluler

e. Diagnosa Perawatan Tujuan : Mendemontrasikan kemampuan untuk melaksanakan aktivitas perawatan diri saat pasien pulang Kriteria : Mengatakan mengerti tentang instruksi : Melaksanakan dengan tepat keterampilan perawatan diri yang diperlukan. : Mengidentifikasi bagian-bagian yang memerlukan perawatan. Diagnosa Keperawatan : Kerusakan Penatalaksanaan Pemeliharaan di Rumah Berhubungan Dengan Kurangnya Pengetahuan Tentang Perawatan Diri Saat Pasien Pulang

INTERVENSI Ajar dan biarkan pasien merawat luka klien jika penggantian verband perlu dilakukan di rumah dan tekankan pentingnya cuci tangan sebelum melakukan tindakan.

RASIONALISASI Praktek akan membantu pasien mengembangkan keyakinan dalam perawatan diri dan memungkinkan perawat mengevaluasi kemampuan pasien melaksanakan keterampilan tersebut sendiri dan menentukan apakah diperlukan bantuan, tindakan untuk mencegah infeksi harus dilanjutkan sampai luka benar-benar sembuh

Beritahukan oleh pasien jika terjadi infeksi luka, kemerahan nyeri tekan dan demam.

Diperlukan antibiotik untuk mengatasi infeksi.

Pastikan pasien mempunyai persediaan yang cukup untuk perawatan luka dan resep untuk analgetik.

Persediaan penting untuk mengurangi kecemasan yang umumnya berhubungan dengan pemulangan pasien, analgetik memberikan

kenyamanan dan mendorong untuk tidur. Instruksikan agar pasien beristirahat sepanjang hari, secara bertahap melakukan aktivitas serta menghindari mengangkat benda-benda berat dan latihan yang berlebihan. Pembedahan adalah stressor

2.

Implementasi Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan spesifik (Nursalam, 2001 ; 63).

3.

Evaluasi Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan pelaksanaan sudah berhasil dicapai (Nursalam, 2001 ; 71). a. b. c. d. e. Apakah kebutuhan perawatan diri klien terpenuhi Apakah nyeri teratasi atau hilang Apakah terjadi infeksi atau tidak Apakah terjadi kekurangan cairan atau tidak Apakah klien dapat melakukan aktivitas secara mandiri

V.

DOKUMENTASI Dokumentasi adalah aspek yang penting dalam pengkajian data riwayat kesehatan dan pengkajian fisik setelah pengumpulan data selesai dilakukan, maka perawat harus dapat mengorganisasikan data dan mencatatnya dengan cara yang tepat dan benar (Robert Prhiharjo, 1996 ; 20).

Vous aimerez peut-être aussi