Vous êtes sur la page 1sur 12

Bab I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2012 jumlah penduduk miskin Indonesia tercatat 16,4 juta jiwa. Sekitar 63,4% dari jumlah tersebut berada di perdesaan dengan mata pencaharian utama di sektor pertanian dan 80% berada pada skala usaha mikro yang memiliki luas lahan lebih kecil dari 0,3 hektar. Kemiskinan di perdesaan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat ditunda dan harus menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan kesejahteraan sosial. Oleh karena itu pembangunan ekonomi nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak pada pengurangan penduduk miskin. Permasalahan mendasar yang dihadapi petani adalah kurangnya akses kepada sumber permodalan, pasar dan teknologi, serta organisasi tani yang masih lemah. Untuk mengatasi dan menyelesaikan permasalahan tersebut Pemerintah menetapkan Program Jangka Menengah yang fokus pada pembangunan pertanian perdesaan. Salah satunya ditempuh melalui pendekatan mengembangkan usaha agrbisnis dan memperkuat kelembagaan pertanian di perdesaan. Oleh karena permasalahan tersebut, pada tanggal 30 April 2007 di Palu, Sulawesi Tengah telah mencanangkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-M). Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) yang dilaksanakan oleh Departemen Pertanian pada tahun 2008 dilakukan secara terintegrasi dengan program PNPM-M Tapi dalam pelaksanaan dan prakteknya, tidak di pungkiri masih banyak kekurangan, antara lain control yang kurang dan mengakibatkan banyak terjadinya penggelapan uang, bahkan yang

lebih parah lagi dana PNPM ini tidak dikembalikan ke pemerintah sebagai kreditur dan pemberi dana. bahkan permasalahan yang timbul tidak hanya ada di satu daerah saja, banyak daerah di seluruh Indonesia yang didapatiberbagai masalah seperti manipulasi dan penggelapan seperti itu. Rumusan Masalah Sesuai dengan tujuan umum PNPM untuk mensejahterakan rakyat Indonesia dan tujuan khususnya memandirikan rakyat Indonesia. PNPM seringkali mengalami kendala pengendalian karena otonomi daerah sehingga control sulit dilakukan. Selain itu masalah lain yang lebih rumit adalah kurangnya SDM dalam pengelolaan PNPM di daerah, karenapengelolaan di serahkan kepada masyarakat daerah tersebut, sehingga timbul permasalahan: 1. Apakah pengelolaan PNPM-pedesaan sudah sesuai dengan value for money dilihat dari efektifitas dan efesiensi dari kinerja? 2. Apakah PNPM sudah berjalan sesuai dengan tujuan yang di tetapkan?

Bab II Kajian Pustaka

Apa itu PNPM Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM Mandiri Perdesaan atau PNPM-Perdesaan atau Rural PNPM) merupakan salah satu program pemberdayaan masyarakat yang mendukung PNPM Mandiri yang wilayah kerja dan target sasarannya adalah masyarakat perdesaan. PNPM Mandiri Perdesaan mengadopsi sepenuhnya mekanisme dan prosedur Program Pengembangan Kecamatan (PPK) yang telah dilaksanakan sejak 1998.

Program pemberdayaan masyarakat ini dapat dikatakan sebagai program pemberdayaan masyarakat terbesar di tanah air, bahkan terbesar di dunia. Dalam pelaksanaannya, program ini memprioritaskan kegiatan bidang infrastruktur desa, pengelolaan dana bergulir bagi kelompok perempuan, kegiatan pendidikan dan kesehatan bagi masyarakat di wilayah perdesaan. Program ini terdiri dari tiga komponen utama, yaitu : a) Dana BLM (Bantuan Langsung Masyarakat) untuk kegiatan pembangunan, b) Dana Operasional Kegiatan (DOK) untuk kegiatan perencanaan pembangunan partisipatif dan kegiatan pelatihan masyarakat (capacity building), dan c)

pendampingan masyarakat yang dilakukan oleh para fasilitator pemberdayaan, fasilitator teknik dan fasilitator keuangan. Dalam PNPM Mandiri Perdesaan, seluruh anggota masyarakat didorong untuk terlibat dalam setiap tahapan kegiatan secara partisipatif, mulai dari proses perencanaan, pengambilan keputusan dalam penggunaan dan pengelolaan dana sesuai kebutuhan paling prioritas di desanya, sampai pada pelaksanaan kegiatan dan pelestariannya. Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan berada di bawah binaan Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD), Departemen/Kementrian Dalam Negeri. Program ini didukung dengan pembiayaan yang bersumber dari alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), apartisipasi dari CSR (Corporante Social Responcibility) dan dari dana hibah serta pinjaman dari sejumlah lembaga dan negara pemberi bantuan dibawah koordinasi Bank Dunia.(www.PNPM-perdesaan.or.id)

Teori Value for Money Audit.

Moh Mahsun, 2010 berkata Kinerja suatu organisasi dinilai baik jika organisasi yang bersangkuan mampu melaksanakan tugas-tugas dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan pada standar yang tinggi dengan biaya yang rendah. Secara teknis kinerja yang baik bagi suatu organisasi dicapai ketika administrasi dan penyediaan jasa oleh organisasi yang bersangkutan dilakukan pada tingkat yang ekonomis, efisien dan efektif. Audit kinerja atau value for money audit meliputi audit ekonomi, efisiensi, dan efektivitas. Salah satu hal yang membedakan VFM audit dengan conventional audit adalah dalam hal laporan auditnya.

1. Audit Ekonomi dan Efisiensi

The General Accounting Office Standards (1994) menegaskan bahwa audit ekonomi dan efisiensi dilakukan dengan mempertimbangkan apakah entitas yang diaudit: Mengikuti ketentuan pelaksanaan pengadaan yang sehat Melakukan pengadaan sumber daya sesuai dengan kebutuhan pada biaya terendah Melindungi dan memelihara semua sumber daya yang ada secara memadai Menghindari duplikasi pekerjaan atau kegiatan yang tanpa tujuan atau kurang jelas tujuannya. Menghindari adanya pengangguran sumberdaya atau jumlah pegawai yang berlebihan Menggunakan prosedur kerja yang efisien Menggunakan sumber daya yang minimum dalam menghasilkan atau menyerahkan barang /jasa dengan kuantitas dan kualitas yang tepat Mematuhi peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan perolehan, pemeliharaan dan penggunaan sumber daya negara

Melaporkan ukuran yang sah dan dapat dipertanggungjawabkan mengenai kehematan dan efisiensi.

2. Audit Efektivitas

Menurut Audit Commisions (1986) efektivitas berarti menyediakan jasa-jasa yang benar sehingga memungkinkan pihak yang berwenang untuk mengimplementasikan kebijkan dan tujuannya. Audit efektivitas bertujuan untuk menentukan 1) tingkat pencapaian hasil atau manfaat yang diinginkan, 2) kesesuaian hasil dengan tujuan yang ditetapkan sebelumnya, 3) apakah entitas yang daudit telah mempertimbangkan alternatif lain yang memberikan hasil sama dengan biaya yang paling rendah.Evaluasi terhadap pelaksanaan suatu program hendaknya senantiasa mempertimbangkan hal-hal berikut: 1) Apakag program tersebut relevan atau realistik, 2) Apakah ada pengaruh dari program tersebut, 3) Apakah program telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dan 4) Apakah ada cara-cara yang lebih baik dalam mencapai hasil.

Beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam audit kinerja antara lain 1) Auditor (orang/lembaga yang melakukan audit), auditee (pihak yang diaudit), recipent (pihak yang menerima hasil audit), 2) Hubungan akuntabilitas antara auditee dengan audit recipent, 3) Independensi antara auditor dan auditee, dan 4) Pengujian dan evaluasi tertentu atas aktivitas yang menjadi tanggung jawab auditee oleh auditor untuk audit recipent.

Bab III Pembahasan

Kinerja dalam pengelolaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan PNPM mandiri pada dasarnya adalah upaya pemerintah guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan memberikan hibah maupun kredit bagi masyarakat. Namun ada oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab berusaha untuk mengambil keuntungan dari program pemerintah ini. Banyak hal yang masalah yang perlu diselesaikan guna mencapai efektifitas, efisiensi, dan ekonomis. PNPM mandiri sendiri berasaskan DOUM, yaitu dari, oleh, dan untuk masyarakat. Hal ini memberikan keleluasaan lebih kepada masyarakat untuk menggunakan anggaran yang sudah disediakan pemerintah untuk pengembangan daerah tersebut. Namun hal ini tidak dipungkiri justru memberi celah dan peluang adanya penggelapan dan pencurian uang oleh pihak yang tidak bertangung jawab. Lalu bagaimana pelaksanaan PNPM selama ini? Apakah sudah sesuai dengan Value for Money yang mencakup efisiensi, ekonomi, dan efektifitas. Dari data yang diambil di www.pnpmperdesaaan.or.id dapat ditemui berbagai masalah yang timbul, antara lain:

Dari kasus diatas dapat dilihat adanya penyimpangan sebesar Rp. 21.746.100 yang dilakukan oleh oknum perangkat desa. Jika di amati, perangkat desa tersebut adalah pengelola PNPM yang seharusnya menjaga dana yang sudah diberi oleh pemerintah dan mempertanggungjawabkan dana yang sudah diberikan. Kasus diatas hanya sebagian kecil kasus yang terdapat di program ini, banyak kasus yang jumlahnya lebih besar lagi dan pastinya sangat merugikan masyarakat sendiri sebagai pemegang hak atas dana yang diberikan. Dengan kinerja seperti itu, masyarakat akan bisa mengubah pandangan mereka terhadap program PNPM sendiri yang justru akan merugikan masyarakat. Hal ini berimbas kepada kurangnya rasa percaya terhadap program ini. Fakta lain yang saya dapatkan adalah adanya konspirasi antara pengelola PNPM mandiri. Dari wawancara eksklusif saya dengan seorang pengelola PNPM mandiri . Di sebuah daerah yang bahkan pengelola menetapkan tarif bunga kredit diatas dari tariff yang semestinya ditetapkan oleh pemerintah yaitu sebesar 1.5%, mereka menaikkan tarif bunga kredit PNPM sebesar 1% menjadi sebesar 2,5%. Kemanakah jumlah selisih bunga yang sebesar 1%? Kemana aliran dananya? Jumlah ini dinikmati sendiri oleh pengelola yang tidak bertanggung jawab. Ironisnya, masalah ini bahkan tidak diketahui oleh pemerintah. Control yang kurang terhadap program ini mengakibatkan banyak masyarakat yang dirugikan oleh oknum-oknum pengelola itu. Dana PNPM yang seharusnya mempermudah rakyat guna mencari tambahan modal, disulap oleh onum tidak ubahnya seperti bank dengan tariff tinggi dan memberatkan masyarakat. Dimana control dari pemerintah? Tidak hanya disini saja, masih banyak keluhan yang muncul terkait dengan pengelolaan PNPM akibat dari buruknya kinerja pengelola seperti:

Masalah diatas juga perlu disoroti karena masalah ini bukan hanya terdapat di satu daerah saja, tetapi banyak daerah yang mengalami hal serupa. Masalah kesalahan penghitungan adalah salah satu masalah yangkerap muncul, salah satunya di Indragiri Hulu. Kesalahan penghitungan senilai Rp. 7.698.950 bukanlah nilai yang kecil. Masalah ini timbul karena kurangnya kemampuan SDM pengelola PNPM mandiri yang menyebabkan pelaksanaan PNPM menjadi kurang efisien dan ekonomis. Hal ini perlu dicermati pemerintah dalam pelaksanaan program ini. Karena tanpa kinerja yang bagus tidak mungkin sebuah program bisa berjalan menuju tujuan yang diharapkan. Bayangkan bila tidak hanya 1 daerah yang mengalami kesalahan hitung, dan biasanya kesalahan hitung lebih merugikan pemerintah, hal ini akan menimbulkan deficit yang lebih banyak lagi. Wajah cantik program ini ternyata telah dinodai oleh segelintir orang yang mengatasnamakan Pengurus PNPM. Masalah lain yang timbul dikutip dari (http://waspadamedan.com/index.php? option=com_content&view=article&id=7217:masalah-dalam-pnpm-mandiri&catid=63:suratpembaca&Itemid=234)

Cerita ini didapat dari pengaduan salah seorang masarakat Desa Kota Rantang. Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang. Dikampungnya akan digulirkan program PNPM pembuatan drainase (parit jalan air limbah) Tapi oleh Pengurus PNPM parit tersebut dibuat dibelakang rumah. Lokasi parit inilah yang memberatkan Bapak tersebut. Dia ingin lokasi parit berada didepan rumah, di sisi setiap gang. Dengan rela hati dia akan membebaskan tanahnya jika lokasi didepan rumah. Melalui musyawarah, bapak ini kalah suara. Banyak warga yang setuju lokasi drainase dibelakang. Alasan mereka, jarak dapur rumah ke parit belakang yang dekat menghindari mereka membeli pipa yang panjang. Mereka hanya memikirkan keuntungan sesaat tanpa mempelajari kesulitan yang didapat. PNPM menganulir keputusan warga, sepertinya PNPM kekurangan tenaga ahli rancang bangun tata drainase yang benar. PNPM hanya berangkat dari suara terbanyak saja. Beberapa warga yang kalah suara mencemaskan berbagai masalah yang muncul jika PNPM memaksakan kehendak membuat parit di belakang rumah. Bapak yang kalah suara menemui penulis. Dia menguraikan banyak masalah yang akan diributkan jika parit dibuat dibelakang rumah, delapan diantaranya adalah: Akan mengundang pembuangan sampah dan kotoran bukan cairan yang akan menimbulkan penyumbatan.

Mengundang dijadikan WC pada malam hari yang akan memungkinkan kotoran tersangkut dirumah tetangga.

Mengundang pertengkaran antar warga karena tidak mengakui perbuatan dan sullitnya mengidentifikasi jenis kotoran.

Menyulitkan gotong royong warga karena lokasi parit yang sempit dan lain-lain. Menimbulkan bau/aroma tak sedap sangat dekat dengan rumah. Memberi kesempatan kepada warga untuk memperluas dapur rumahnya dengan menutup permukaan parit.

Menimbulkan sumber penyakit Menciptakan budaya hidup kurang sehat.

Masalah diatas menunjukkan betapa suara rakyat kecil tidak diperhatikan, bahkan seakan suara pengelola lah yang akan sangat berpengaruh terhadap eksekusi program. Bagi pihak yang dirugikan hal ini akan sangat mengecewakan, bukankah benar atau salah tidak ditentukan oleh seberapa banyak orang yang menganggapnya benar atau salah? Tetapi kasus ini benar-benar terjadi karena kurangnya pengendalian dari pemerintah terhadap pelaksanaan program PNPM. Tidak dipungkiri apabila hal ini tidak ditindaklanjuti akan mengakibatkan banyak konflik yang bisa merusak kesatuan bangsa Indonesia, dan akan PNPM akan melenceng dari haluan tujuan yang sudah dirancang dan diharapkan bisa direalisasi. Dimanakah pemerintah yang seharusnya menjadi mediator sekaligus regulator? Hanya karena kesalahan pemilihan SDM dan kinerja yang buruk akan memberi dampak ke banyak factor dalam masyarakat. Bagaimana seharusnya pemerintah meningkatkan kinerja terhadap program PNPM ini dilihat dari efektifitas, ekonomis, dan efisiensi?

BAB IV PENUTUP

Kesimpulan dan Saran

Tidak dipungkiri lagi, program PNPM ini adalah program yang sangat bermanfaat bagi masyarakat luas. Keberadaanya cukup mampu untuk menanggulangi dan meminimalkan angka kemiskinan di Indonesia. Dari data pemerintah, bahkan diakui tingkat persentase kemiskinan turun hingga menjadi 12,36%,. Ini memperlihatkan bahwa sebenarnya tujuan PNPM sudah terpenuhi guna mengurangi angka kemiskinan. Tapi efektif saja belum cukup karena efektif belum bisa sebagai standar keberhasilan. Efektif pun juga harus diimbangi dengan keefisienan. Masih banyak terdapat masalah dalam pelaksanaan program ini, antara lain kredit macet, pengakuan biaya yang berbeda dengan fakta pembelian, kesalahan perhitungan, pemberian kredit dengan bunga yang tinggi sampai dengan pelaksanaan kebijakan pengelola yang salah. Tentu hal ini perlu dibenahi guna meningkatkan kinerja yang nantinya akan memberi dampak positif kepada output dan outcome. Salah satu permasalahan yang harus dibenahi adalah masalah controlling dari pemerintah, hal ini akan meminimalkan resiko terjadinya hal-hal tersebut. Tanpa control yang jelas, maka akan banyak muncul peluang terjadinya KKN yang justru akan sangat merugikan Negara. Sangat disayangkan apabila program yang sangat baik ini harus berjalan tanpa pengarahan.
Hal kedua yang perlu diperhatikan adalah SDM atau pengelola PNPM-pedesaan ini. Sesuai yang pernah saya dapat ketika mengikuti kuliah umum ASP dengan dosen tamu dari bali, beliau sebagi ketua sebuah PKM di bali mengatakan bahwa PKM yang beliau pimpin merekrut staff asli dari daerahnya tetapi

tetap selektif dalam memilih, bahkan seleksinya tidak hanya diiikuti oleh lulusan SMA tetapi juga banyak sarjana yang mendaftar. Hal ini sepertinya perlu dicontoh oleh pemerintah dalam pemilihan pengelola daerah PNPM. Karena SDM sangat diperlukan guna meminimalkan error yang terjadi dalam pencatatan, selain itu guna meminimalkan complain dari masyarakat. Hal lain yang tidak kalah penting adalah setiap kebijakan dari pengelola harusnya melalui persetujuan dari pemerintah, semisal masyarakat setuju mendirikan bangunan, seharusnya pemerintah ikut campur seperti pemberian gambar bangunan, pengutusan arsitek. Sebab hal tersebut akan sangat berpengaruh terhadap tata kota dan hal tersebut juga rawan konflik karena tidak semua orang menyetujui suatu kebijakan, pasti ada pro dan kontra, dan pihak pemerintah menjadi penengah. Saat ini, focus dari pendanaan PNPM hanya sebatas pembangunan fasilitas saja, pemberian dana kepada petani yang membutuhkan sangat sedikit. Padahal justru pemberian modal kerja inilah yang akan sangat dibutuhkan oleh rakyat miskin guna memperbaiki nasib mereka. Modal ini diharapkan yang akan berdampak mengurangi kemiskinan di Indonesia. Sedangkan fasilitas tidak berpengaruh langsung terhadap nasib rakyat, bahkan hanya digunakan oleh pihak berkepentingan saja. Saya rasa masih banyak hal lagi yang perlu dibenahi dari program ini, sebagai program yang sangat mulia sudah sepantasnya PNPM ini dijalankan dengan sepenuh hati oleh pemerintah, selain karena membutuhkan dana yang besar, PNPM juga sangat vital fungsinya bagi pembangunan ekonomi di Indonesia

Vous aimerez peut-être aussi