Vous êtes sur la page 1sur 3

Asal Terjadinya Kebangkitan Nasional

Sunday, October 24, 2010


Pergerakan nasional dapat dirtikan sebagai gerakan perjuangan nasional yang bertujuan memperbaiki kesejahteraan rakyat dan mencapai kemerdekaan indonesia.Perkembangan pergerakan nasional yang berarti ketika secara resmi Budi Utomo diakui pemerintahan Belanda pada tahun 1908. Menurut A.K Pringgodo tahapan perkembangan pergerakan nasional indonesia meliputi : Tahap awal pergerakan (1908-1920) Tahap nasionalisme radikal (1920-1930) Tahap nasionalisme moderat (1930-1942) Pergerakan nasional indonesia bukan hanya ditujukan untuk memperbaiki derajat bangsa, tetapi juga memperbaiki dalam bidang pendidikan, keagamaan, kewanitaan, dan kepemudaan. Oleh karena itu, muncullah organisasi-organisasi pergerakan yang bersifat etnik, kedaerahan, keagamaan, dan kewanitaan di indonesia. Semua organisasi tersebut berjuang dengan corak, gaya dan strategi yang berbeda-beda, tetapi memiliki muara yang sama, yaitu mencapai indonesia merdeka. Timbulnya pergerakan nasional indonesia didorong oleh dua faktor, yaitu : Faktor in ternal : 1. Penderitaan lahir batin rakyat indonesia karena penjajahan 2. Lahir nya kaum pelajar di indonesia Faktor eksternal : 1. Kemenangan jepang atas rusia pada tahun 1904-1905 2. Munculnya gerakan nasional di berbagai negara, seperti di india, filipina, cina, turki, dan mesir.

Tanggal 20 Mei 1908 lalu, berdiri sebuah organisasi bernama Boedi Oetomo, yang merupakan perkumpulan kaum muda berpendidikan yang peduli terhadap nasib bangsa. Hari itu pun dikenang sebagai hari bersejarah yang sarat simbol patriotisme kaum intelektual melawan hegemoni kolonialisme. Pada masa itu, bangkit kesadaran kesatuan kebangsaan kaum terpelajar untuk menentang penjajahan Belanda yang telah berabad-abad lamanya berlangsung di tanah air. Karena dinilai sebagai cikal bakal kebangkitan nasional bangsa Indonesia, maka tanggal 20 Mei dijadikan sebagai Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas). Boedi Oetomo tidak hanya membangkitkan nasionalisme di Hindia Belanda, tetapi pengaruhnya mencapai Asia Tenggara dan bahkan Asia secara umum. Sebab nasionalisme dipandang sejarawan Dr SarDesai dari Universitas California sebagai elemen tunggal paling kuat, dinamik, menggugah yang telah mengubah konfigurasi politik Asia dan Afrika pada abad ke-20. Nasionalisme

merupakan respons atas ekspolitasi politik dan ekonomi atas pihak yang diperintah (Kompas, 12 Mei 2008). Kini setelah lebih 100 tahun, Harkitnas tetap diperingati meskipun sebatas seremonial. Makna kebangkitan nasional tidak lagi menjadi jiwa yang sakral. Kalau dulu kebangkitan nasional muncul karena adanya kesadaran bersama melawan tekanan kolonialisme pihak asing, kini ketika tekanan tersebut dalam bentuk hegemoni kapitalisme global, semangat itu tidak muncul lagi. Padahal efek yang ditimbulkan oleh kapitalisme global tidak kalah dahsyat dengan kolonialisme. Kolonialis ekonomi yang menerobos batas-batas ekonomi dan politik Indonesia, kini menjadi ancaman serius bagi kedaulatan bangsa. Tidak salah kalau banyak pihak menilai makna kebangkitan nasional dari tahun ke tahun semakin luntur. Terlebih bila dikaitkan dengan otonomi daerah, yang dalam tataran praktis cenderung kepada otonomi kedaerahan. Pendapat ini muncul setelah melihat kecenderungan masyarakat untuk kembali pada sifat kedaerahannya. Otonomi daerah seyogianya memunculkan kebangkitan lokal untuk meningkatkan kapasitas pemerintahan yang menyejahterakan rakyat. Bukan justru memunculkan raja-raja kecil yang saling bersaing memperkaya diri sendiri, sementara masyarakatnya masih melarat dan terbelakang. Melihat awal kebangkitan nasional yang didasari rasa keprihatinan terhadap kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan, seharusnya pemerintah daerah terinspirasi semangat tersebut. Dulu, Belanda yang menelantarkan bangsa Indonesia, dengan membiarkan rakyat bodoh, melarat dan menderita. Kemudian setelah Indonesia merdeka, giliran pemerintahan sentralistik yang sering menelantarkan pembangunan di daerah. Setelah kran otonomi daerah dibuka, kebangkitan lokal yang diharapkan masih belum begitu terlihat. Padahal dulu, kebangkitan nasional muncul karena kesadaran bersama, bukan pemberian pemerintah kolonial Belanda.

Pada 1912 berdirilah Partai Politik pertama Indische Partij. Pada tahun ini juga Haji Samanhudi mendirikan Sarekat Dagang Islam (Solo), KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah (Yogyakarta) dan Dwijo Sewoyo dan kawan-kawan mendirikan Asuransi Jiwa Bersama Boemi Poetra di Magelang.Kebangkitan pergerakan nasional Indonesia bukan berawal dari berdirinya Boedi Oetomo, tapi diawalai dengan berdirinya Sarekat Dagang Islam pada tahun 1905 di Pasar Laweyan, Solo.Sarekat ini awalnya berdiri untuk menandingi dominasi pedagang Cina pada waktu itu.Kemudian berkembang menjadi organisasi pergerakan sehingga pada tahun 1906 berubah nama menjadi Sarekat Islam. Suwardi Suryaningrat yang tergabung dalam Komite Boemi Poetera, menulis Als ik eens Nederlander was (Seandainya aku orang Belanda), 20 Juli 1913 yang memprotes keras rencana pemerintah Hindia Belanda merayakan 100 tahun kemerdekaan Belanda di Hindia Belanda. Karena tulisan inilah dr. Tjipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat dihukum dan diasingkan ke Banda dan Bangka, tetapi karena "boleh memilih", keduanya dibuang ke Negeri Belanda. Di sana Suwardi justru belajar ilmu pendidikan dan dr. Tjipto karena sakit dipulangkan ke Hindia Belanda.

Kebangkitan Nasional adalah Masa dimana Bangkitnya Rasa dan Semangat Persatuan, Kesatuan, dan Nasionalisme serta kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia, yang sebelumnya tidak pernah muncul selama penjajahan Belanda dan Jepang. Masa ini ditandai dengan dua peristiwa penting yaitu berdirinya Boedi Oetomo (20 Mei 1908) dan ikrar Sumpah Pemuda (28 Oktober 1928). Masa ini merupakan salah satu dampak politik etis yang mulai diperjuangkan sejak masa Multatuli.

Vous aimerez peut-être aussi