Vous êtes sur la page 1sur 3

Alfisol Tanah alfisol berkembang di daerah hutan humid, dimana perpindahan lempung menghasilkan horizon B1 yang mengandung 20%

atau lebih lempung dari horizon A, dan tanahnya cukup mengalami pencucian dan pelapukan. Dalam waktu yang terbatas, dengan pelapukan dan pencucian yang terus menerus. Alfisol yang mengalami pencucian dan pelapukan terakhir membentuk Ultisol (Foth.H.D., 1988) Alfisol memiliki horizon argilik dan terjadi di daerah dimana tanah hanya sebentar lembab. Kebutuhan kejenuhan basa 35% atau lebih pada horizon alfisol terbawah, berarti bahwa basa yang dilepaskan dalam tanah karena pelapukan kurang lebih sama dengan cepatnya pencucian (Foth.H.D., 1988) Alfisol merupakan order yang dicirikan oleh adanya horizon argilik dan mempunyai kejenuhan basa yang tinggi. Alfisol pada umumnya berkembang dari batu kapur, olivine, tufa, dan lahar. Bentuk wilayah beragam dan bergelombang hingga tertoreh, tekstur berkisar antara sedang hingga halus, drainasenya baik. Reaksi tanah berkisar antara agak masam hingga netral, kapasitas tukar kation dan basa-basanya beragam dari rendah hingga tinggi, bahan organic pada umumnya sedang hingga rendah (Munir, 1996) Secara potensial tanah alfisol termasuk tanah yang subur meskipun bahaya erosi perlu mendapat perhatian. Untuk peningkatan produksi masih diperlukan usaha-usaha intensifikasi antara lain pemupukan dan pemeliharaan tanah serta tanaman yang sebaik-baiknya (Hardjowigeno. S,1987)

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan yang dilakukan pada tanggal 1 April 2007 di Laboratorium Experimental Tanah, maka diperoleh hasil sebagai berikut: Table 1. Hasil pengamatan pada lapisan I, dan II untuk profil dangkal pada tanah alfisol. Lapisan Kedalaman Lapisan (cm) Batasan Lapisan Topografi Batas Lapisan Tekstur I 0 - 18 Nyata Rata Lempung berpasir II 18 29 Nyata Rata Lempung berpasir

Struktur Konsistensi Karatan

Kasar Plastis Fe&Mn

Kasar Plastis Fe&Mn

Table 2. Hasil pengamatan pada lapisan I, II, dan III untuk profil dalam pada tanah alfisol Lapisan Kedalaman Lapisan (cm) Batasan Lapisan Topografi Batas Lapisan Tekstur Struktur Konsistensi Karatan I 0 - 36 Berangsur Berombak Lempung berliat Sedang Lepas II 36 - 121 Berangsur Berombak Lempung berliat Sedang lepas III 121 135 Baur Rata Liat Halus Gembur -

Pembahasan Berdasarkan hasil pengamatan pada profil tanah di lapangan, terlihat adanya lapisan yang terdiri dari lapisan I, lapisan II, dan lapisan III pada profil I dan II. Dari kedua profil tersebut pada daerah yang berbeda, lapisan-lapisan tersebut terdapat perbedaan baik segi fisik, kimia, dan biologi. Perbedaan yang tampak dari lapisan-lapisan tanah pada profil I dan II yakni, dari segi warna, ukuran, dsb. Dapat dikatakan, baik pada tanah profil I maupun pada tanah profil II yang diamati dilapangan masih dalam tahap pembentukan awal, karena faktor pembentukan berhubungan dengan peristiwa erosi dimana tanah dapat berkembang menjadi sangat tebal setelah mencapai beberapa meter jika kecepatan erosi lebih kecil daripada pelapukan batuan. Sedangkan pada hasil yang didapatkan yaitu pada profil I yang terdapat didaerah perkebunan lapisan I 0 18 , lapisan II 19 36, lapisan III 37 139. Pada profil II yang terdapat di daerah persawahan lapisan I 0 36, lapisan II 36 85, dan pada profil III 121 135 dengan kedalaman yang masih tipis. Batas suatu horizon dalam suatu profil tanah dapat dilihat dengan nyata/jelas atau baur, baik pada lapisan profil I maupun lapisan profil II. Hal ini

disebabkan karena adanya perbedaan kedalaman tanah pada tiap lapisan dalam proses pencucian dimana pada saat hujan, air tersebut akan mengalir turun kelapisan bawah bersama

dengan mineral tanah dengan kecepatan yang tinggi sehingga menyebabkan adanya perbedaan horizon, ada yang baur dan ada yang nyata. (Hakim dkk, 1986) Bentuk topografi batas lapisan pada masing-masing lapisan tanah baik pada profil I maupun pada profil II yaitu, ada yang berombak adapun yang rata, hal ini disebabkan karena pada saat pelapukan terjadi suatu pelapukan, apakah itu pelapukan secara fisik ataupun secara biologi, terjadi dalam waktu yang relative sama. Hal ini sesuai dengan pendapat Hakim, dkk (1986) bahwa bentuk topografi dari suatu tanah dipengaruhi oleh waktu pelapukan baik secara fisik, kimia, maupun biologi. Tekstur tanah pada profil I dan profil II berbeda, karena pada profil I drainasenya baik sehingga terjadi proses pencucian yang baik pula, sedangkan pada profil II drainasenya buruk sehingga proses pencuciannya tidak berjalan dengan baik. (Pairunan, dkk 1985). Struktur tanah profil I dan profil II pada tiap lapisan adalah kasar dan sedang. Hal ini disebabkan karena tanah pada profil I merupakan tanah tidak tergenang sehingga struktur tanahnya sedang, sedangkan pada profil II merupakan tanah tergenang sehingga strukturnya kasar. Pairunan dkk (1985) mengatakan bahwa struktur glanular adalah struktur tanah yang sangat ideal untuk pertanian lahan kering karena struktur ini diperoleh dengan keadaan aerasi baik, kemampuan menyimpan air yang tersedia bagi tanaman yang besar, kegemburan tanah memudahkan pengolahan dan pertumbuhan akar yang optimum, serta drainase yang baik. Konsistensi tanah menunjukkan daya kohesi dan adhesi butir-butir tanah. Konsistensi tanah profil I dan tanah profil II pada lapisan satu dan lainnya adalah tanah yang plastis lekat. Hal ini disebabkan karena tanah profil I dan tanah profil II kaya akan fraksi liat, plastida dan juga kandungan liat lainnya yang cukup besar. Buckman dan Brady (1982) mengatakan bahwa daya lekat tanah bertambah besar dengan besarnya kandungan liat. Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa tidak terdapat karatan pada profil I karena pada tanah ini terjadi proses pencucian yang tinggi sehingga bahan yang membuat terjadinya karatan pada tanah separti Fe dan Mn habis tercuci. Sedangkan pada profil II terdapat karatan hal ini disebabkan karena tanah pada tanah ini tidak terjadi proses pencucian sehingga Fe dan Mn mengalami reduksi dan oksidasi.

Vous aimerez peut-être aussi