Vous êtes sur la page 1sur 12

MAKALAH ASUHAN NEONATUS, BAYI DAN BALITA ATRESIA ANI DAN ATRESIA REKTAL

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kulia Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita Dosen : Yuliasti Eka Purwaningrum SST, MPH

Disusun oleh : Riska Rahmawati (P07124111033)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA JURUSAN KEBIDANAN 2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami telah berhasil menyelesaikan makalah tentang atresia ani dan atresia rekti tepat pada waktunya. Makalah ini ditulis untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan sebaga mahasiswa yang baik dalam melakukan pembelajaran sehari-hari. Makalah ini ditulis berdasarkan penetilian-penelitian yang telah dilakukan oleh berbagai sumber. Selain sebagai tugas kuliah makalah ini juga ditujukan untuk mahasiswa kebidanan yang masih kekurangan rujukan tentang atresia ani dan atresia rekti. Makalah ini berisikan tentang informasi pengertian, insiden, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, komplikasi, penanganan serta peran bidan baik asuhan maupun konseling pada keluarga. Melalui penulisan makalah ini, penulis mengharapkan semua pembaca dapat memahami atresia ani dan atresia rekti secara umum dan dapat memberikan manfaat. Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Yogyakarta, September 2012

Penulis

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Bayi baru lahir ( neonatus ) adalah bayi, dari lahir sampai usia 4 minggu lahir biasanya dengan usia gestasi 38-42 minggu. ( Donna L. Wong, 2003 ) Cacat bawaan merupakan suatu keadaan cacat lahir pada neonatus yang tidak diinginkan kehadirannya oleh orang tua maupun petugas medis. Cacat bawaan adalah keadaan cacat yang terjadi sebelum terjadi kelahiran. Istilah anomali kongenital adalah cacat fisik maupun non fisik, sedangkan malformasi dan dismorfi kongenital diartikan berupa cacat fisik saja Atresia ani dan atresia rekti adalah salah satu cacat congenital yang bisa terjadi pada neonates. Makalah ini akan membahas lebih jauh mengenai atresia ani dan atresia rekti. B. Rumusan Masalah a. Apakah pengertian dari atresia ani dan atresia rekti? b. Bagaimana etiologi terjadinya atresia ani dan atresia rekti? c. Berapa besar insiden dari atresia ani dan atresia rekti? d. Bagaimana patofisiologi dari atresia ani dan atresia rekti? e. Bagaimana tanda dan gejala dari atresia ani dan atresia rekti? f. Komplikasi apa sajakah yang bisa terjadi pada neonates dengan atresia ani dan atresia rekti? g. Bagaimana penatalaksanaan neonatus dengan atresia ani dan atresia rekti?

h. Bagaimana peran bidan dalam menangani neonatus dengan atresia ani dan atresia rekti? C. Tujuan a. Mengerti mengenai Pengertian, etiologi, insiden, patofisiologi, tanda dan gejala, komplikasi serta penatalaksanaan, dari Atresia ani dan atresia rekti b. Dapat mencurigai, melakukan pemeriksaan untuk mendiagnosa, dan memberi penatalaksanaan sementara untuk mencegah komplikasi, untuk selanjutnya merujuk pasien dengan atresia ani dan atresia rekti

BAB II ISI

A. PENGERTIAN Atresia rekti adalah obstruksi pada rectum (sekitar 2cm dari batas kulit anus). Pada pasien ini, umunya memiliki kanal dan anus normal. Atreisa ani adalah obstruksi pada anus. Atresia ani adalah dimana tidak ada lubang secara tetap pada daerah anus, merupakan kelainan malformasi kongenital dimana terjadi ketidaklengkapan perkembangan embrionik pada bagiananus atau tertutupnya anus secara abnormal. Lokasi terjadinya anus imperforate meliputi bagian anus, rectum, atau keduanya (hidayat 2008). B. ETIOLOGI Atresia anorektal terjadi karena ketidaksempurnaan dalam proses pemisahan. Secara embriologis hindgut dari apparatus genitourinarius yang terletak di depannya atau mekanisme pemisahan struktur yang melakukan penetrasi sampai perineum. Pada atresia letak tinggi atau supra levator, septum urorectal turun secara tidak sempurna atau berhenti pada suatu tempat jalan penurunannya. Atresia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: 1. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur. 2. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu ( + 3 bulan)

3. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik di daerah usus, rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat sampai keenam usia kehamilan. C. INSIDEN Atresia ani terdapat pada satu dari 4000 sampai 5000 kelahiran hidup. D. PATOFISIOLOGI Atresia ani terjadi akibat kegagalan penurunan septum anorektal pada kehidupan embrional. Manifestasi klinis diakibatkan adanya obstruksi dan adanya fistula. Obstruksi ini mengakibatkan distensi abdomen, sekuestrasi cairan, muntah dengan segala akibatnya. Apabila urin mengalir melalui fistel menuju rektum, maka urin akan diabsorbsi sehingga terjadi asidosis hiperchloremia, sebaliknya fase mengalir ke arah traktus urinarius menyebabkan infeksi berulang. Pada keadaan ini biasanya akan terbentuk fistula antara rektum dengan organ sekitarnya. Pada wanita 90% dengan fistula ke vagina (rektovagina) atau perineum (rektovestibuler). Pada laki laki biasanya letak tinggi, umumnya fistula menuju ke urethra (rektourethralis). E. TANDA DAN GEJALA Gejala atresia ani diantaranya adalah tidak ditemukannya anus dengan ada atau tidaknya fistula, mekonium atau feses pertama bayi tidak keluar dalam waktu 24-48 jam setelah lahir. Kadang feses justru keluar dari vagina atau uretra. Selain itu perut bayi kembung, jika bayi disusui bayi akan muntah dan bayi cepat kembung setelah lahir. F. KOMPLIKASI

Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita atresia ani antara lain : a. Asidosis hiperkioremia. b. Infeksi saluran kemih yang bisa berkepanjangan. c. Kerusakan uretra (akibat prosedur bedah). d. Komplikasi jangka panjang. - Eversi mukosa anal Stenosis (akibat kontriksi jaringan perut dianastomosis): penyempitan saluran e. Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet training. f. Inkontinensia (akibat stenosis awal atau impaksi): mengompol/ tidak mampu mengendalikan pembuangan air seni g. Prolaps mukosa anorektal. h. Fistula kambuan (karena ketegangan diare pembedahan dan infeksi) G. PENANGANAN Penanganan terhadap atresia ani maupun atresia rectal adalah dengan melakukan pembedahan untuk membentuk lubang anus, jika terdapat fistula maka juga dilakukan penutupan fistula. Penanganan pasca operasi adalah dengan memberikan antibiotika secara intravena selama 3 hari, salep antibiotika selama 810 hari. Setelah 2 minggu pasca operasi dilakukan anal dilatasi dengan hegar dilatation 2 kali sehari, dan anal dilatator setiap minggu sampai hegar ukuran 13-14 mudah masuk. H. PERAN BIDAN a. Asuhan Peran bidan jika menemukan bayi dengan masalah atresia ani maupun atresia rectum adalah jangan memberikan apapun lewat mulut, menutup organ yang menonjol dengan kasa salin normal,

menjaga kasa tetap basah dan memastikan bayi tetap hangat. Bidan sesegera mungkin merujuk bayi tersebut ke rumah sakit. b. Konseling Konseling yang dilakukan bidan adalah: a) Memberikan dukungan psikologis kepada ibu dan keluarga bayi. b) Menjelaskan keadaan bayi kepada keluarga secara lengkap dan mudah dimengerti c) Memberikan saran tentang langkah-langkah yang bisa dilakukan keluarga selanjutnya d) Menjelaskan dan meminta inform concern keluarga untuk melakukan rujukan segera

BAB III KESIMPULAN

Kesimpulan yang didapat dari makalah ini adalah: 1. Atresia ani merupakan obstruksi pada anus 2. Atresia rectum merupakan obstruksi pada rectum 3. Penyebab terjadinya atresia ani dan atresia rekti adalah akibat ketidaksempurnaan proses pemisahan septum anorektal 4. Gejala dari atresia ani dan atresia rekti adalah tidak keluaranya mekonium dalam 24-48 jam setelah lahir atau keluar tapi melalui vagina atau uretra 5. Keadaan atresia ani dan antresia rekti akan menimbulkan komplikasi pada bayi atau neonates 6. Penangan pada bayi dengan atresia ani dan atresia rekti adalah dengan melakukan pembedahan untuk membentuk lubang anus 7. Peran bidan dalam hal ini adalah dengan memberikan dukungan psikologis pada keluarga, perawatan dini dan merujuk.

SUMBER

http://melisa-ayu-praptiwi.blogspot.com/p/atresia-rekti-dan-atresiaanus.html?m=1 http://midwifenana.blogspot.com/2012/01/atresia-rekti-dan-anus.html?m=1 http://dc179.4shared.com/doc/AQltO0Tg/preview.html http://vdvalentinadewi.blogspot.com/2010/01/kelainan-bawaan-kelainanbawaan-adalah.html http://arny-midwife.blogspot.com/2011/01/makalah-asuhan-neonatus-bayidan-balita.html Sudarti. 2010. Kelainan dan Penyakit pada Bayi dan Anak. Yogyakarta: Numed. Purnamaningrum, Yuliasti Eka. 2010. Penyakit pada Neonatus, Bayi dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya. Muslihatun, Wafi Nur. 2011. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Yogyakarta : Fitramaya.

LAMPIRAN 1

Gambar1. Hegar dilator

Gambar2. Anal dilataor

Vous aimerez peut-être aussi