Vous êtes sur la page 1sur 10

Pengukuran Kinerja Sektor Publik Pengukuran Kinerja Sektor Publik

INTERVENSI PEMERINTAH: Apa yang negara harus lakukan - dan tidak lakukan
Ada tiga bentuk intervensi pemerintah: 1. Kepemilikan - negara akan memiliki berbagai badan usaha dan lembaga jasa pengiriman. Pada intinya negara adalah produsen barang dan jasa. 2. Pembelian - negara adalah pembeli besar barang dan jasa atas nama warga negara. Anggaran di sebagian besar negara biasanya dialokasikan sampai dengan 80% untuk pembelian pendidikan, kesehatan dan pelayanan sosial. Pembelian ini didanai oleh pajak, pinjaman dan sampai batas minimal dengan retribusi. 3. Peraturan - negara tidak hanya pemain (pemilik) dan pembeli, tetapi juga wasit. Negara menetapkan aturan main di berbagai aktivitas publik dan swasta. Secara tradisional hai ini telah diasumsikan bahwa intervensi aktif oleh negara dalam tiga bidang tersebut adalah cara terbaik untuk memajukan kepentingan umum, menghasilkan berbagai barang publik dan mempromosikan hasil/dampak (outcome) sosial dan ekonomi yang optimal. Akan tetapi, kenyataannya telah cukup berbeda. Pemerintah sebagai pemilik telah menyia-nyiakan sumber daya, mengurangi nilai bisnis dan pengiriman, terlalu sering, memberikan pelayanan yang buruk kepada warga. Pemerintah sebagai pembeli telah overspent, gagal memperoleh nilai hanya untuk uang, menghasilkan bahaya/risiko moral (moral hazard), menolak pilihan warga dan akuntabilitas terhadap layanan. Pemerintah sebagai regulator/pengatur telah mendistorsi pasar, dilindungi oleh pelaku/performer yang buruk, dan salah mengalokasikan sumber daya. Alasan untuk intervensi menuntut adanya pemikiran kembali yang fundamental, seperti halnya konsep barang publik. Pada pengamatan lebih dekat seringkali terungkap bahwa tidak semua barang yang disediakan pada kenyataannya barang publik. Ada dua jenis utama dari barang - barang publik dan barang swasta/private. Barang publik murni memiliki dua karakter penting, mereka tidak dapat ditiadakan dan mengonsumsi mereka tidak perlu saling bersaing. Konsumsi barang swasta/private adalah sebaliknya. Di

Herlina Samsi (A31108275)

Pengukuran Kinerja Sektor Publik tengah-tengah kontinum/kesatuan ini adalah barang merit. Pendidikan adalah contoh yang paling jelas dari barang merit. Barang publik dan merit dapat disediakan oleh salah sati dari tiga intervensi umum negara, yaitu, produksi, pembelian, dan regulasi/peraturan. Kembali ke prinsip-prinsip pertama, dua pertanyaan penting perlu ditanyakan dari setiap kegiatan pemerintah di awal: Apakah yang disediakan atau diatur merupakan barang publik asli atau barang merit? Atau apakah barang itu benar-benar barang private yang dalam hal ini pemerintah tidak memiliki alasan untuk terlibat. Apakah outcome atau hasil yang pemerintah cari (misalnya pembangunan ekonomi atau sosial ylebih baik) benar-benar dapat ditingkatkan dengan intervensi kepemilikan, pembelian atau peraturan/regulasi?

DI LUAR BIROKRASI: Bagaimana negara tidak boleh beroperasi


Terlepas dari kegagalan mendasar dari birokrasi dalam hal manajemen, sektor publik tradisional mendapatkan dua cacat lainnya. Yang pertama adalah bahwa sebagian besar pegawai negeri direkrut atas dasar kesetiaan politik mereka, bukan karena kualitas profesionalnya. Yang kedua adalah bahwa rezim kepemilikan tetap meniadakan kemampuan untuk mengadakan manajemen strategis sumber daya manusia di sektor publik.

REZIM MANAJEMEN KINERJA SEKTOR PUBLIK REZIM: Gagasan dan Karakteristik Utama
Tujuan reformasi memiliki pusat sekitar efektivitas, efisiensi, akuntabilitas, transparansi dan konsistensi. Elemen-elemen kunci dari proses reformasi termasuk: Korporatisasi dan privatisasi perusahaan perdagangan pemerintah. Restrukturisasi departemen untuk merasionalisasikan fungsi dan bentuk pelayanan publik inti, terutama dengan memisahkan saran kebijakan/policy advice, pengiriman pelayanan dan fungsi regulasi, dan terkait dengan pemisahan peran penyandang dana, penyedia dan pembeli. Desentralisasi manajemen departemen dengan eksekutif kepala bertanggung jawab terhadap pengambilan keputusan yang berkaitan dengan sumber daya manusia serta pemilihan dan pembelian input.

Herlina Samsi (A31108275)

Pengukuran Kinerja Sektor Publik Penggunaan kontrak/perjanjian yang meningkat (misalnya kesepakatan kinerja antara menteri dan kepala eksekutif departemen, perjanjian pembelian antara menteri dan departemen, kontrak antara penyandang dana dan pembeli dan antara pembeli dan penyedia). Perubahan dalam dasar manajemen keuangan sektor negara melalui pengenalan akuntansi akrual, dari fokus pada input ke fokus pada output dan outcome. Outcome Hasil sosial dan ekonomi yang dicari oleh Pemerintah, dan ditentukan oleh menteri. Fokus pada outcome memungkinkan menteri untuk memusatkan usaha mereka pada tingkat strategis, dan menetapkan prioritas alokasi sumber daya publik. Output Barang dan jasa yang dihasilkan oleh lembaga publik inti. Output departemen membantu Pemerintah untuk mencapai hasil yang diinginkan lebih luas. Ouput departemen ditentukan oleh menteri dan ditetapkan dalam perjanjian/kesepakatan pembelian departemen tahunan, yang disepakati antara menteri dan kepala eksekutif departemen. Semua alokasi anggaran terjadi dengan dasar/basis output. Hal ini memungkinkan para menteri untuk melihat dengan jelas apa yang dia departemennya, dan berapa harganya. Input Sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan output. Sebelumnya departemen telah dikenakan berbagai pengendalian atas penggunaan inputnya. Sistem ini lebih terpusat, sewenang-wenang dan tidak efisien. Dengan pergeseran berpikir berdasarkan output, departemen sekarang menikmati kebebasan substansial dalam akuisisi dan campuran input, termasuk staf dan modal. Reformasi manajemen publik yang diimlementasikan pada tahun 1980 didasarkan pada prinsipprinsip terkait, yaitu: Kejelasan tujuan spesifikasi yang jelas mengenai tujuan manajer yang wajib untuk dicapai merupakan suatu kondisi yang penting. Spesifikasi yang jelas juga berarti tujuan seharusnya tidak bertentangan. Kebebasan mengelola manajer, di semua tingkatan, harus diberikan kekuasaan untuk mencapai tujuan tertentu. Manajer kemudian akan mampu membuat alokasi sumber daya yang memungkinkan tercapainya tujuan yang paling efisien. "beli" dari

Herlina Samsi (A31108275)

Pengukuran Kinerja Sektor Publik Akuntabilitas sebagai imbalan atas kebebasan mengelola, manajer harus bertanggung jawab terhadap keputusan yang mereka buat. Arus informasi yang cukup/memadai sistem akuntabilitas harus menyediakan informasi yang memungkinkan untuk penilaian kualitas keputusan sumber daya manajer. Penilaian kinerja yang efektif manajer harus dinilai berdasarkan bagaimana mereka mampu mencapai tujuan mereka dan setiap defisiensi/kelemahan manajemen yang buruk dan sanksinya. MANAJEMEN KINERJA SEKTOR PUBLIK: Perangkat Baru Untuk Melakukan Pekerjaan Elemen-elemen kunci dari sistem manajemen sektor publik yang dirancang ulang adalah: Definisi kinerja yang jelas dan akuntabilitas manajerial yang tidak ambigu. Pelimpahan wewenang/otoritas yang sesuai dengan tanggung jawab. Insentif kinerja yang kuat. Persyaratan untuk pelaporan berkualitas tinggi. dikarenakan pengungkapan

Definisi Kinerja dan Akuntabilitas Manajerial Kinerja yang diharapkan dari manajer departemen didefinisikan dalam dua dimensi: Output (barang atau jasa) yang diproduksi oleh manajemen, dan Kinerja finansial/keuangan departemen.

Orientasi output memfokuskan manajer tentang apa yang mereka produksi dan bukan hanya sumber daya yang mereka kelola. Biaya diukur berdasarkan dasar akrual (accrual basis)dan ditentukan dengan mengalokasikan semua biaya input departemen (biaya staf, biaya operasional, dll) ke golongan output menggunakan teknik akuntansi manajemen standar. Keuntungan lain dari fokus output adalah bahwa hal ini memungkinkan biaya output yang diproduksi secara internal bisa dibandingkan dengan output sejenis yang diproduksi secara eksternal. Hal ini memberikan kesempatan untuk meningkatkan/memperbaiki kinerja melalui persaingan. Kinerja finansial/keuangan biasanya didefinisikan dalam istilah komersial yang cukup konvensional. Dalam kasus departemen tertentu, kinerja finansial ini terdiri dari target: Penerimaan, beban, dan net surplus.

Herlina Samsi (A31108275)

Pengukuran Kinerja Sektor Publik Arus kas. Modal kerja. Penggunaan aset fisik.

Seperti dengan kinerja output, merupakan hal yang biasa bagi para kepala eksekutif untuk membagi-bagi target/sasaran kinerja keuangan perusahaan secara keseluruhan ke dalam target untuk setiap manajer senior. Hal ini juga tercakup dalam kesepakatan kinerja tahunan, memastikan bahwa kinerja keuangan/finansial merupakan suatu bagian integral/tidak terpisahkan dari sistem manajemen departemen. Otoritas/Kewenangan yang Didelegasikan Elemen yang kedua dari sistem manajemen adalah pendelegasian/pelimpahan wewenang terhadap input (personil, peralatan, dll). Hal ini memungkinkan manajer untuk menyeleksi bauran/gabungan input yang optimal untuk memproduksi output mereka keputusan adalah inti dari fungsi produksi. Pendelegasian ini tidak selalu berarti adanya pengurangan dalam pengendalian keuangan/finansial. Menyediakan semua biaya input yang dialokasikan ke output (dan ada persyaratan agar hal ini terjadi) kemudian semua keputusan input tercermin dalam biaya output. Kenaikan dalam biaya input atau penggunaan input yang buruk akan tercermin dalam biaya output yang meningkat. Tingkat pendelegasian dari kepala eksekutif ke manajer bervariasi dari departemen ke departemen tetapi biasanya mencakup pendelegasian biaya operasional global dan pendelegasian modal yang lebih terbatas. Insentif Kinerja Sistem manajemen kinerja dengan sengaja berusaha untuk menciptakan insentif yang kuat bagi manajer untuk menyampaikan kinerja yang harus dipenuhi oleh manajer. Hal ini terjadi dalam beberapa cara. Sistem kesepakatan/perjanjian kinerja menciptakan proses formal untuk menentukan dan menyetujui ekspektasi kinerja setiap tahunnya. Pada akhir tahun sistem penilaian kinerja formal mengharuskan kinerja dinilai terhadap output dan kinerja keuangan/finansial ditetapkan dalam kesepakatan/perjanjian kinerja. Sistem penganggaran dan pelaporan sengaja disesuaikan dengan persyaratan kinerja departemen. Sistem penganggaran, contohnya, mengalokasikan sumber daya untuk output daripada input. Selain itu,

Herlina Samsi (A31108275)

Pengukuran Kinerja Sektor Publik format laporan anggaran dan laporan hasil actual mencerminkan satu sama lain sehingga kinerja yang diharapkan dan yang aktual/sebenarnya dapat dengan mudah dibandingkan. Manajer-manajer departemen diharapkan untuk mengelola semua sumber daya dan biaya mereka. Ini mencakup penyusutan dan biaya modal yang diinvestasikan dalam departemen. Biaya modal menciptakan insentif bagi manajer untuk mengoptimalkan penggunaan modal mereka. Jika sebuah departemen mampu memanfaatkan asset-asetnya dengan lebih baik, menjual asset yang tidak diperlukan, dan mengembalikan modal surplus ke pemerintah, biaya modalnya akan berkurang. Persyaratan untuk Pelaporan Berkualitas Tinggi Komponen keempat dari sistem manajemen sektor publik Selandia Baru adalah menyediakan laporan dengan kualitas tinggi secara berkala pada kinerja manajer departemen. Laporan ini mencakup dua dimensi kinerja yang diuraikan di atas: penyerahan output dan kinerja keuangan. Pelaporan kinerja keuangan biasanya mengambil bentuk dari sekumpulan laporan keuangan. Ini mirip dengan sekumpulan laporan keuangan komersial dan biasanya terdiri dari: pernyataan kebijakan akuntansi laporan kinerja keuangan (laporan operasi) laporan posisi keuangan (neraca) laporan arus kas laporan perubahan ekuitas laporan komitmen laporan kewajiban kontinjensi catatan-catatan

Meskipun laporan keuangan terlihat mirip dengan kumpulan rekening/akun-akun komersial, tidak berarti bahwa mereka harus ditafsirkan sama. Sebagai contoh, fakta bahwa laporan operasi melaporkan surplus atau defisit tidak berarti bahwa departemen memiliki, atau harus memiliki tujuan Herlina Samsi (A31108275) 6

Pengukuran Kinerja Sektor Publik memaksimalkan keuntungan. Sebaliknya, itu mencerminkan fakta bahwa bahkan di sektor non-profit, perbedaan antara pendapatan dan biaya masih menjadi ukuran penting dari sebuah kinerja keuangan entitas. Hal yang biasa bagi departemen untuk menyediakan laporan keuangan bulanan dan laporan penyerahan output secara triwulan ke Menteri mereka. Laporan tahunan Departemen, yang ditunda di parlemen termasuk kumpulan lengkap laporan keuangan yang diaudit dan pernyataan audit atas kinerja pelayanan (output). Pelaporan internal dalam departemen mengikuti pola yang sama. Laporan keuangan bulanan disusun untuk setiap pusat tanggung jawab / akuntabilitas dalam departemen. Hal ini juga biasa untuk laporan biaya output bulanan dan pengiriman output triwulanan yang akan diproduksi untuk keperluan manajemen internal. Peran Akuntansi Berbasis Akrual Akuntansi berbasis Akrual (accrual accounting) jelas memiliki peran penting dalam sistem manajemen. Tentu saja akuntansi berbasis akrual diperlukan untuk kinerja manajerial yang akan diukur dan dinilai dalam cara yang dijelaskan di atas. Sebagai contoh: Full costing output mewajibkan akuntansi berbasis akrual. Akuntansi berbasis kas gagal untuk mencatat penggunaan sumber daya non kas yang signifikan seperti penyusutan, biaya modal,dll. Kinerja keuangan hanya dapat diukur secara akurat jika pengeluaran operasional dan modal dengan benar dapat dibedakan. Akuntansi Akrual melakukannya ketika akuntansi berbasis kas tidak melakukannya. Akuntansi berbasis akrual lebih lanjut menyediakan informasi lengkap tentang aset dan kewajiban departemen, manajemen yang merupakan bagian penting dari kinerja keuangan seorang chief executive. Dengan tidak adanya daftar aset dan neraca, manajer memiliki informasi yang sangat sedikit untuk mengelola aset segera. Singkatnya akuntansi berbaisis akrual menyediakan informasi yang diperlukan untuk tingkat pengelolaan keuangan yang dibutuhkan manajer sektor publik modern. Akuntansi berbasis akrual telah digunakan di Selandia Baru karena memberikan informasi yang lebih baik untuk pengambilan keputusan manajerial dan akuntabilitas. Informasi akrual lebih unggul

Herlina Samsi (A31108275)

Pengukuran Kinerja Sektor Publik untuk data kas karena memberikan informasi tentang semua sumber daya yang digunakan, bukan hanya pengeluaran kas. Demikian pula, memisahkan arus modal dan operasi yang pada gilirannya memberikan gambaran yang lebih baik dari yang mendasari posisi keuangan entitas. Akuntansi berbasis akrual melaporkan mengenai aset dan kewajiban, dengan demikian memfokuskan perhatian manajemen pada isu-isu seperti pemanfaatan aset, pengelolaan modal kerja, dan manajemen kewajiban. Akuntansi berbasis Akrual bisa sangat kuat ketika menjadi bagian dari sistem manajemen kinerja terpadu karena memungkinkan berbagai elemen kinerja departemen untuk diukur lebih jelas. Di Selandia Baru dua dimensi kinerja telah dibedakan: pelayanan (output) dan kinerja keuangan. Akuntansi berbasis akrual perlu untuk mengukur kedua dimensi tersebut. Hal ini memungkinkan penetapan biaya penuh (full cost) output dan, jika perlu dibandingkan dengan biaya output sejenis yang diproduksi di tempat lain. Ini juga memastikan bahwa kinerja keuangan departemen diukur secara komprehensif dan akurat. Pada akhirnya sistem akuntansi, dan informasi yang berikannya, hanya alat manajerial. Apakah mereka merupakan alat yang berhasil akan tergantung pada apakah mereka merupakan bagian terpadu dari sistem manajemen. Apakah merupakan sistem manajemen kinerja, akan tergantung pada apakah mendefinisikan kinerja yang diharapkan dari manajer secara jelas, memberikan mereka wewenang yang mereka butuhkan untuk memberikan kinerja tersebut, mendorong mereka untuk memberikan kinerja dan kemudian memastikan mereka bertanggung jawab sesuai dengan kinerja tersebut.

PERGESERAN BESAR: Untuk politisi dan pegawai negeri


Model manajemen kinerja serta kontrak pembelian dan kinerja yang mengalir dari dalamnya didasarkan atas dasar bahwa: Eksekutif mampu dan bersedia untuk menetapkan tujuan strategis utama mereka Menteri individual, konsisten dengan strategi utama, mampu mengartikulasikan tujuan yang jelas untuk diikuti oleh agen/instansi mereka . Menteri akan mengambil tanggung jawab untuk menentukan tujuan-tujuan dan mengevaluasi pencapaian mereka Manajer akan dibuat untuk mengelola dan bertanggung jawab untuk memproduksi output yang ditetapkan.

Herlina Samsi (A31108275)

Pengukuran Kinerja Sektor Publik Perilaku menteri akan membatasi diri mereka untuk mengendalikan strategi dan meninggalkan isu-isu eksekusi untuk accountable manager . Hal ini melibatkan perubahan besar dalam demokrasi akuntabilitas. Politisi di banyak negara ikut mengambil peranan atas tindakan administratif dan mencari-cari untuk melibatkan diri dalam keputusan administratif terperinci. Model modern melihat bahwa pemerintah harusnya mengarahkan. Ada hubungan yang tidak dapat dipungkiri antara kemiskinan dan pencapaian pendidikan anak, pengangguran dan kejahatan, kesehatan dan pendapatan. Kebijakan politik dan publik harus mencerminkan hubungan tersebut. Pergeseran dari aturan berdasarkan pengendalian input menjadi pengendalian strategis memastikan bahwa hubungan vital dapat dibuat; bahwa koherensi strategis dapat ditampilkan di semua struktur kebijakan, anggaran dan program.

PELAJARAN DARI PENGALAMAN SELANDIA BARU


Membenahi Para Politisi Pengalaman Selandia Baru dalam kebijakan moneter dan fiskal telah menunjukkan bahwa perubahan terhadap aturan kelembagaan, dan penekanan pada proses yang transparan dan akuntabel, secara radikal dapat mengubah sifat perdebatan politik dan bahkan perilaku politik. Dalam kasus kebijakan moneter outcome yang dicari jelas - pencapaian dan pemeliharaan stabilitas harga. Karakteristik utama dari aturan-aturan kelembagaan diabadikan dalam hukum adalah sebagai berikut: Independensi operasional bagi bank sentral Tujuan tunggal dan ditetapkan untuk kebijakan moneter - stabilitas harga Pelaksanaan yang transparan dan akuntabel terhadap kebijakan moneter

Pelaksanaan kebijakan moneter secara efektif telah dibawa keluar dari arena politik, dengan konten para politisi bahwa tujuan stabilitas harga mereka paling baik dicapai dalam kerangka kerja institusional. Demikian juga kerangka kelembagaan telah dikembangkan untuk ketertiban pelaksanaan kebijakan fiskal. Tanggung Jawab Fiskal Undang-Undang yang diperkenalkan sebagai Menteri Keuangan pada tahun 1993 adalah rezim dengan tiga ciri mendasar: Lima karakteristik tanggung jawab fiskal yang ditetapkan oleh hukum

Herlina Samsi (A31108275)

Pengukuran Kinerja Sektor Publik Pemerintah diwajibkan untuk menerbitkan tujuan jangka panjang dan konkret untuk indikator kritis terhadap kebijakan fiskal. Pelaksanaan kebijakan fiskal dibuat akuntabel dengan kebutuhan untuk pengungkapan penuh dan berkala (frequent and full disclosure). Undang-undang telah secara radikal mengubah perilaku politisi anggaran. Karena UU sudah berlaku, Selandia Baru telah menjalankan enam surplus anggaran berturut-turut. Tanggung jawab fiskal dianggap sebagai norma politik dan kebutuhan untuk mengumumkan strategi fiskal selama jangka panjang telah membantu untuk membatasi persyaratan jangka pendek bertahun-tahun yang umumnya mencirikan pengambilan keputusan politik. Masalahnya adalah apakah perubahan kelembagaan dan perilaku yang sama dapat dibuat di berbagai kebijakan yang lebih luas, khususnya di tingkat mikro dan di bidang sosial. Membenahi proses politik Kerangka kelembagaan yang berbeda akan membutuhkan perilaku politik yang berbeda. Biasanya Eksekutif dipimpin oleh Presiden atau Perdana Menteri yang pada gilirannya mengalokasikan tanggung jawab portofolio sepanjang batasan konvensional - Menteri Keuangan atau Ekonomi, Menteri Pendidikan, Menteri Pertanian, Menteri Kehakiman/Peradilan dan sebagainya.

Hasil klasik yang paling ingin dicapai oleh sebagian besar negara dikelompokkan di sekitar: Kemajuan Ekonomi Kesempatan dan kesejahteraan individu Keamanan diri dan bangsa Lingkungan yang aman dan menarik Pemenuhan hak-hak individu, sipil dan politik

Menteri kemudian akan lebih baik ditempatkan untuk memastikan bahwa semua intervensi berlangsung atau dimaksudkan konsisten dengan memajukan tujuan lain.

Herlina Samsi (A31108275)

10

Vous aimerez peut-être aussi