Vous êtes sur la page 1sur 13

1

BAB I
PENDAHULUAN


Sumber-sumber yang dipakai acuan dalam istimbat (menentukan) hukum
Islam adalah Al-Quran, As-Sunnah, Ijma, Qiyas, Istihsan, Maslahah Mursalah,
Urf, Syariat Umat sebelum Islam, dan Istishab. Sumber-sumber hukum Islam
tersebut harusnya menjadi kesepakatan para ulama, tetapi ada sebagian yang
diperselisihkan, baik dalam hal pengertiannya maupun dalam hal dijadikannya
sebagai sumber hukum Islam.
Dalil-dalil naqli masih memerlukan akal untuk memahami dan mengambil
hukum darinya. Sebaliknya, dalil akal tidak diperlukan oleh syariat, kecuali jika
bersandar kepada naqli, karena akal saja tidak mampu mengetahui hukum-hukum
syariat. Dalam makalah ini, penulis akan menjelaskan sumber hukum Islam yang
pertama dan paling utama yaitu Al-Quran sebagai sumber hukum Islam pertama.

2

BAB II
PEMBAHASAN
AL-QURAN SEBAGAI SUMBER HUKUM


A. PENGERTIAN AL-QURAN
Secara etimologis, Al-Quran adalah Masdar dari kata qaraa,
setimbangan dengan kata fulan. Ada dua pengertian Al-Quran dalam bahasa
Arab, yaitu Quran berarti bacaan dan apa yang tertulsi padanya, Maqru, serta
Ismu al-fail (subjek) dari kata Qaraa. Arti yang disebutkan terakhir ini
adalah dijumpai dalam firman Allah SWT yang berbunyi:
ET 4L^1U4N +OEu-
+O4^-47O~4 ^_ -OT
+O4^4O~ ^7TlE>
+O4^-47O~ ^l

Artinya: Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di
dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila kami Telah selesai
membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu. (Q.S. Al-Qiyamah: 17-18).

Al-Quran merupakan nama kitab suci yang diturunkan oleh Allah kepada
Nabi Muhammad SAW. Dalam kajian Ushul Fiqih, Al-Quran juga disebut
dengan kata Al-Kitab, sebagaimana terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 2
yang berbunyi:
ElRO CU4-:^- =UuC4O O
ROOR O O1- =T1+URm ^=

Artinya: "Kitab
1
(Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi
mereka yang bertaqwa
2
. (Q.S. Al-Baqarah: 2).

1
Tuhan menamakan Al Quran dengan Al Kitab yang di sini berarti yang ditulis, sebagai
isyarat bahwa Al Quran diperintahkan untuk ditulis.
3

Dari segi terminology, ditemukan beberapa definisi yang dikemukakan
para ulama ushul fiqih, diantaranya yaitu Kalam Allah mengandung mukjizat
dan diturunkan kepada Rasulullah, Muhammad SAW dalam bahasa Arab yang
dinukilkan kepada generasi sesudahnya secara mutawatir, yang membacanya
merupakan ibadah, terdapat dalam mushaf dimulai dari surat Al-Fatihah dan
ditutup dengan surat An-Nas.
Dari definisi diatas, maka para ulama ushul fiqih menyimpulkan cirri-ciri
khas Al-Quran, sebagai berikut:
1. Al-Quran merupakan kalam yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW.
2. Al-Quran diturunkan dalam bahasa Arab Quraisy. Hal ini ditunjukan
oleh beberapa ayat Al-Quran, seperti dalam surat Asy-syuara ayat
192-195.
3. Al-Quran itu dinukilkan kepada beberapa generasi sesudahnya secara
mutawatir (diturunkan oleh orang banyak kepada orang banyak sampai
sekarang yang tidak mungkin sepakat untuk berdusta), tanpa ada
perubahan dan penggantinya satu katapun.
3


B. KEDUDUKAN AL-QURAN
Para ulama ushul fiqih dan lainnya sepakat bahwa Al-Quran itu
merupakan sumber utama hukum Islam yang diturunkan Allah SWT. Dan
wajib diamalkan. Seorang mujtahid tidak dibenarkan menjadikan dalil lain
sebagai hujjah sebelum membahas dan meneliti ayat-ayat Al-Quran. Apabila
hukum permasalahan yang ia cari tidak ditemukan dalam Al-Quran, Mujtahid
tersebut boleh mempergunakan dalil lain.

2
Takwa yaitu memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-
perintah-Nya; dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya; tidak cukup diartikan dengan takut
saja.
3
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran: Fungsi dan Peran Wahyu dalam
KehidupanMasyarakat, Bandung: Mizan, 1992, hal. 58.
4

Ada beberapa alasan yang dikemukakan ulama ushul fiqih tentnag
kewajiban berhujjah dengan Al-Quran, diantaranya adalah:
1. Al-Quran diturunkan kepada Rasulullah SAW. Diketahui secara
mutawatir, dan ini memberi keyakinan bahwa Al-Quran itu benar-
benar datang dari Allah melalui Malaikat Jibril kepada Muhammad
SAW.
2. Mukjizat Al-Quran juga merupakan dalil yang mengenai kebenaran
Al-Quran datang dari Allah swt. Mukjizat Al-Quran bertujuan untuk
menjelaskan kebenaran Nabi Muhammad SAW. Yang membawa
risalah ilahi dengan suatu perbuatan diluar kebiasaan umat manusia.
Mukjizat Al-Quran, menurut para ahli ushul fiqih dan tafsir, terlihat
ketika ada tantangan dari berbagai pihak untuk menandingi Al-Quran
itu sendiri, sehingga para ahli sastra Arab dimana dan kapanpun tidak
dapat menandinginya.
3. Kemukjizatan Al-Quran menurut para ushul fiqih terlihat jelas
apabila:
a) Adanya tantangan dari pihak manapun
b) Adanya unsure-unsur yang menyebabkan munculnya tantangan
tersebut seperti tantangan orang kafir yang tidak percaya akan
kebenaran Al-Quran dan kerasulan Muhammad SAW.
c) Tidak adanya penghalang bagi munculnya tantangan tersebut.
4




4
Burhanuddin, Fiqih Ibadah, Bandung: Pustaka Setia, 2010, hal.41-42.
5

C. FUNGSI AL-QURAN
Al-Quran berfungsi sebagai pedoman bagi kehidupan dan penghidupan
manusia untuk mencapai kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat. Umat
Islam membutuhkan Al-Quran karena Al-Quran:
1. Mengajak umat manusia untuk menggali isinya
2. Menjadi peringatan untuk seluruh manusia yang bersifat universal
3. Sebagai sumber informasi untuk segala hal
5


D. POKOK-POKOK ISI KANDUNGAN AL-QURAN
Pokok-pokok isi kandungan Al-Quran mencakup beberapa hal,
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Tauhid, sebagai inti dari seluruh akidah (kepercayaan) karena ada
manusia yang menyembah berhala dan ada pula yang menyembah
Allah.
2. Ibadah, menghidupkan rasa ketauhidan dalam hati dan menetapkannya
dalam jiwa dengan arti hubungan antara makhluk dengan Khaliknya.
3. Janji baik dan janji buruk, janji baik terhadap orang yang dikehendaki,
Allah memberi kabar gembira dengan kebaikan pahalanya (hasil
amalanya). Janji buruk terhadap orang yang tidak berpegang dengan
Al-Quran dan diberi berita ketakutan dengan akibat-akibatnya.
4. Menjelaskan jalan kebahagiaan dan cara-cara melaluinya, untuk
memperoleh kesenangan dunia dan akhirat.
5. Cerita-cerita dan sejarah-sejarah. Sejarah orang yang berpegang
kepada peraturan Allah dan hukum-hukum agama, yaitu para Rasul

5
Ibid, hal. 44
6

dan orang-orang shaleh. Selain itu, sejarah orang-orang yang
melampaui peraturan-peraturan Allah dan tidak mengindahkan hukum-
hukum agamanya secara zahir, sedangkan Allah memberikan pedoman
menurut cara yang baik dan menetapkan peraturan kepada manusia.
6


Adapun macam-macam hukum yang dikandung Al-Quran adalah sebagai
berikut:
1. Hukum mengenai iktiqadiyah (mengesakan Allah), yang berhubungan
dengan semua kewajiban bagi mukallaf untuk meyakini Allah swt,
Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, dan hari Akhir-Nya.
2. Hukum-hukum mengenai akhlak, yang berhubungan dengan tingkah laku
mukallaf tentang perbuatannya, perkataanya, pergaulan dengan
sesamanya, dan bagaimana seharusnya manusia memiliki budi pekerti
yang baik dan dapat terhindar dari perbuatan-perbuatan yang keji.
3. Hukum yang mengenai amaliyah (perbuatan yang bersumber dari
Mukallaf) baik yang berhubungan dengan perkataan, perbuatan, perjanjian
dan lain-lain. Hukum-hukum amaliyah yang dicakup Al-Quran terbagi
atas dua bagian yaitu:
a. Hukum-hukum mengenai ibadah yang terdiri dari shalat lima waktu,
puasa ramadhan, zakat, haji, nazar, dan ibadah lainnya yang
merupakan upaya pendekatan seorang hamba kepada Tuhannya.
b. Hukum-hukum mengenai muamalat yang terdiri atas akad/transaksi,
ukubat, jinayat/pidana, dan lain-lainnya yang membentuk hubungan
antara para mukallaf satu dengan lainnya, baik perseorangan atau pun
kelompok.


6
Nazar Bakri, Fiqih dan Ushul Fiqih, Jakarta: Rajawali Press, 1993, hal. 37
7

Hukum-hukum muamalah terbagi atas tujuh hukum, diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Ahwalusy-syakhsiyyah (hukum keluarga) yang meliputi
perkawinan, talak, rujuk pembentukan secara umum.
2. Cabang keperdataan berupa jual-beli, sewa menyewa, gadai-
menggadai, perserikatan, perdagangan, utang-piutang, dan lain-lain
sejumlah 70 ayat.
3. Cabang kepidanaan kurang lebih 30 ayat.
4. Bidang peradilan dan persaksian dan hal-hal yang bersangkutan
denganya lebih kurang 13 ayat.
5. Hukum tata Negara lebih kurang 10 ayat.
6. Hukum internasional, yang meliputi hubungan antara satu Negara
dan Negara lain, baik dalam keadaan damai atau perang, lebih
kurang 25 ayat.
7. Hukum-hukum ekonomi dan keuangan sebanyak 10 ayat.
7


E. CARA AL-QURAN DALAM MENETAPKAN HUKUM
Al-Quran diturunkan untuk memperbaiki sikap hidup manusia. Oleh
karena itu, didalamnya disebutkan perintah dan larangan, perbuatan
memerintahkan yang baik dan melarang perbuatan yang keji. Didalam
mengerjakan perintah dan larangan, Al-Quran selalu berpedoman pada tiga
hal, yaitu:


7
Ibid,hal. 46
8

1. Tidak memberatkan atau menyusahkan
Misalnya, mengqasar sholat (dari empat menjadi dua, salat dalam
perjalanan) tidak berpuasa karena musafir, bertayamum sebagai ganti
air untuk berwudhu, memakan makanan yang terlarang dalam keadaan
darurat.
2. Tidak memperbanyak beban/tuntutan
Misalnya zakat hanya diwajibkan bagi orang-orang yang mampu saja.
3. Berangsur-angsur di dalam mensyariatkan sesuatu
Misalnya, pengharaman minuman keras mengalami proses sampai tiga
kali, kemudian diputuskan tidak boleh. Begitu juga pengharaman riba
yang berangsur-angsur sampai tiga kali dan tidak boleh melakukan
perbuatan riba.

F. KEUMUMAN HUKUM-HUKUM AL-QURAN
Al-Quran sebagai sumber pokok bagi semua hukum Islam telah
menjelaskan dasar-dasar hukum secara terperinci dalam lapangan
kepercayaan. Akan tetapi, mengenai lapangan ibadah dan hak-hak keperdataan
(muamalah) hanya diberikan secara garis besarnya saja, karena penjelasan-
penjelasan secara terperinci dalam lapangan hukum dapat mengesampingkan
tujuan-tujuan Al-Quran yang lain, seperti segi ketinggian bahasanya dan
sebagainya.
Dalam Al-Quran disebutkan perintah tentang shalat dan zakat, tetapi tidak
ada penjelasan tentang cara melakukan shalat dan macamnya zakat.
Penjelasan-penjelasan mengenai soal ini diterangkan oleh sunnah Rosul
9

(Hadis) baik berupa kata-kata maupun perbuatan Rasul. Al-Quran
memerintahkan kita untuk memenuhi janji (perikatan) dan menegaskan
halalnya jual beli serta haramnya riba, tetapi tidak menerangkan perikatan
mana yang sah dan halal, serta perikatan yang haram dan tidak harus dipenuhi.
Semua itu dijelaskan dalam sunnah.
Ketentuan-ketentuan Al-Quran yang bersifat umum dalam lapangan
keperdataan dan lapangan politik serta social, memiliki kedudukan penting,
karena ketentuan-ketentuan tersebut dapat difahami dan diterapkan menurut
bentuk kejadian serta hukum yang dapat ditampungnya. Jadi, dengan
keumumannya tersebut, Al-Quran dapat mengimbangi setiap kepentingan
keadaan dan memberikan ketentuan hukum terhadap semua peristiwa tanpa
keluar dari dasar-dasar syariat dan tujuan-tujuannya. Kesimpulannya yaitu,
keumuman nas-nash Al-Quran itu memerlukan penjelasan dan penjabaran
dari hadis-hadis Nabi SAW. Agar diketahui batas-batas pencakupannya dan
dapat diterapkan untuk kuantitas dan kualitas peristiwa yang terjadi. Oleh
karena itu, dalam Al-Quran disebutkan pemberian kekuasaan umum kepada
Nabi dalam memberikan penjelasan seperti ayat dibawah ini:
.E` 47. +.- O>4N
RT.Qc4O ^TR` u-
O4O^- *+ QcOUR4
OR~T.4 O.O^-
OE4-41^-4
-=OE^-4 ^-4
OT:OO- O. 4Q74C .1
4u-4 R7.41R4^N- 7LR`
.4`4 N7>-47 NQcO-
+7ONC 4`4 7O&4+ +Ou44N
W-Q4^ W-QE>-4
10

-.- W ET -.- CRE-
R^- ^_

Artinya: Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada
RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka
adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan
beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara kamu. apa yang diberikan
Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka
tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat
keras hukumannya. (Q.S. Al-Hasyr: 7).

G. CIRI KHAS DAN KEISTIMEWAAN AL-QURAN
Al-Quran mempunyai cirri-ciri yang sangat khas dan keistimewaan
sebagai berikut:
1. Lafal dan maknanya datang dari Allah dan disampaikan kepada Nabi
Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril dengan jalan wahyu. Nabi
tidak boleh mengubah, baik kalimat atau pun pengertiannya,
melainkan harus menyampaikan seperti apa yang diterimanya. Oleh
karena itu, tidak boleh meriwayatkan Al-Quran dengan makna.
2. Al-Quran diturunkan dengan lafal dan gaya bahasa Arab, seperti yang
difirmankan Allah SWT sebagai berikut ini:
^^T +OE4UEE
^47O~ =OT4O4N
:^UE- HQUu> ^Q

Artinya: Sesungguhnya kami menjadikan Al Quran dalam bahasa
Arab supaya kamu memahami(nya). (Q.S. Az-Zukhruf: 3).

3. Al-Quran disampaikan atau diterima melalui jalan tawatur yang
menimbulkan keyakinan dan kepastian tentang kebenarannya. Dia
dihafal dalam hati, dibukukan dalam mushaf dan disebar luaskan ke
11

seluruh Negeri Islam, tanpa adanya perbedaan dan diragukan di
dalamnya, baik ayat maupun susunannya. Allah SWT menjamin hal
tersebut dengan firman-Nya yang berbunyi sebagai berikut:
^^T T^4 4L^EO4^
4O^R"~.- ^^T4 +O
4QORO4O ^_

Artinya: Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan
Sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya. Ayat Ini
memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian Al Quran
selama-lamanya. (Q.S. Al-Hijr: 9).

12

BAB III
KESIMPULAN


Dari pembahasan makalah diatas, maka dapat kami simpulkan bahwa Al-
Quran adalah memang sumber hukum Islam yang pertama kali, yang kedua yaitu
Al-Hadis (Sunnah Rasul). Dalam isi Al-Quran itu sudah terjaga kandungan kata-
katanya, isinya maupun maknanya, karena Allah sendirilah yang menurunkan
Quran tersebut dan Allah lah yang menjaganya.
Oleh karena itu, Imam SyafiI dan lain-lain mewajibkan kaum muslimin
untuk mengetahui baca tulis bahasa Arab bagi keperluan membaca Al-Quran
serta menghafal bagian yang perlu dibaca dalam Sholat agar sholat kita menjadi
sempurna dan bacaan kitapun menjadi sempurna juga.

13

DAFTAR PUSTAKA


Burhanuddin, Fiqih Ibadah, Bandung: Pustaka Setia, 2010.

M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran: Fungsi dan Peran Wahyu dalam
KehidupanMasyarakat, Bandung: Mizan, 1992.

Nazar Bakri, Fiqih dan Ushul Fiqih, Jakarta: Rajawali Press, 1993.

Vous aimerez peut-être aussi