Vous êtes sur la page 1sur 6

Activity Based Costing System: Konsep dan Aplikasinya

Achrnad Soenarjo
Abstract: Within more advanced of technology and competition, the methods of allocating overhead cost of f a c t o ~in conventional accounting are considered less sufficient. In activity based costing system the plant's overhead costs were assigned on each product based on the amount of activities conducted to produce the products. Making use of the activity based costing system is expected being able to help the firmin allocating the costs appropriately, so that it can gain sujficient profits.
Keywords: activity based cosling, volume based cosring, cost driver; and the cost oJ"activities

Selama ini rnanajemen memperoleh informasi d8ri hasil akuntansi biaya konvensional. Dengan semakin berkembmgnya tekcnn!ogi d m persaingm, metodemetode penga!okasim biaya overkerrd pabkk dakm akuntansi konvensional dianggap kurang memadai, penetapan hzga jimg tentunya ha! ill-;rt~e~peiiganii-ii yang selan?jutnya rneiiipeiigaruhi pangsa pasar. Ealam sistern blaya aktivitas (Activity Based Costing S y s t e d A B C ) biaya overhead pabrik dibebankan pada masing-masing produk berdasarkan 1 uanyaknya akti~iias yang dilakilkan ili~iillrmemproduksi produk (Hansen dan Mowen 1997). Sistem biaya aktivitas ini berusaha mengidentifikasi aktivitas-aktivitas apa saja yang menimbulkan biaya d a mempahitun&m setiap biaya ymg tejadi ~ --aA pada masing-masing aktivitas. Dengan menggunakan Activity Based Costing System dapat membantu penisahan ddam merencanakan iata jangka pendek. Oleh karena itu, pengalokasian biaya yang tepat akan membuat perusahaan memperoleh laba yang mernaciai. Saat ini lingkungan manufaktur telah berubah sebagai dampak dari meningkatnya kompetisi global, inovasi di bidang teknologi dan penggunaan komputer untuk berbagai keperluan menyebabkan sistem penentuan biaya produk tradisional yang hanya mendasarkan pada satu cost drivel; misainya volim~e produksi arau jam tenaga kerja Iangsung ria&

relevan !agi untlrk diterapkan. Untuk mengatasi kelemahan ini diperlukan Activity Based Costing S~S~PIM.

KONSEP DASAR ACTIVITY BASED COSTIXG


Garrison cian Noreen (20001, meayatakan kctivity Based Costing/ABC adalah metode costing yang dirancang untuk menyediakan informasi biaya bagi manajer untuk keputusan strategik d m keputusan iainnya yang mungki-;a akaii rnempengmhi kapasitas dan biaya tetap. Mulyadi dan Setyawan (2001) mengemukakan Activity Based Costing System merupakan sisrem informasi biaya yang menyediakan inforrnasi lengkap tentang ah-tivitasyang memungEr&an psrsonel perwahaan melakirukm pengelolaan aktivitas. Munawir (2002) Activity Based Cmting System adaiah sistem informasi biaya yang diiandasi empat karakteristik, yaitu: ( 1 ) customer value, yaitu sistem ABC difokuskan untuk menyediakan nilai (value) yang terbaik bagi pelanggan, melalui proses bisnis berbasis efektivitas biaya; (2) contintlous improvement, yaitu ABC sebagai sistem informasi biaya yang dapat memotivasi personel untuk melakukan pengembangan secara berkelanjutan terhadap proses yang dapat menghasilkan nilai bagi pelanggan; (3j cross functional, yaitu ABC sebagai suatu

--

Achmad Soenarjo adalah dosen DPKpada STIEKN Jayanegara Malang

106 JURNAL APL.lKASI MANAJEMEN, VOLUME 3, NOMOR 2, AGUSTUS 2005

sistem difokuskan untuk mendorong adanya keterpaduan fungsi-fungsi yang ada dalam perusahaan dalam memenuhi kebutuhan pelanggan; dan (4) employee empowennent, yaitu AEX sebagai sistem informasi biaya diharapkan dapat inemberdayakan karyawan untuk mengambil keputusan atas pekej a m yang menjadi tanggungjawabnya. Dari berbagai pengeaian sistem ABC di atas dapat disimpulkan bahwa Activity Based Costing System adalah sistem informasi yang dapat menyajikan informasi secara tepat dan akurat mengenai aktivitas yang mengkonsumsi sumber daya (biaya aktivitas) untuk mencapai tujuan (produk dan pelanggan).

MANFAAT ACTIVITY BASED COSTING


Tunggal (2000) Activity Based Costing System merniliki beberapa manfaat di antaranya: (1) ABC dapat meyakinkan manajemen bahwa mereka harus mengambil sejumlah langkah untuk menjadi lebih kompetitif. Konsekuensinya,manajemen harus beiusaha meningkatkan kualiias produk dengan secara simultan berorientasi pada pengurangan biaya; (2) manajemen akan berada dalam posisi untuk melakukan penawaran kompetitif yang lebih wajar; (3) dengan analisis biaya yang diperbaiki, manajemeil dapat inelakukan analisis yang lebih akurat mengenai volume yang diperlukan untuk mencapai break even atas produk yang bervolume rendah; dan (4) melalui analisis data biaya dan pola konsurnsi sumber daya, manajemen dapat merekayasa kembali (re-engineer) proses manufacturing untuk mencapai kualitas output yang lebih efisien dan lebih tinggi. Harnanto dan Zulkifli (2003), menyztakan bahwa Activity Based Costing sebagai sistem biaya yang kontemporer memiliki manfaat: (1) untuk menyajikan biaya produk yang lebih akurat dan informatif, yang mengarahkan kepada pengukuran profitabilitas produk yang lebih akurat dan keputusan strategik yang lebih baik tentang penentuan barga jual, liN produk, pasar, dan pengeluaran modal; (2) untuk menyajikan pengukuran yang lebih akurat tentang biaya yang dipicu oleh adanya aktivitas (cost driver), yzng dapat membantu manajemen untuk me~ngkatkan nilai produk dan nilai proses dengan membuat keputusan yang lebih baik tentang desain produk dan pengendalian biaya secara lebih baik; dan (3) untuk memudahkan manajemen dalam

memberikan informasi tentang biaya relevan untuk pembuatan keputusan bisnis. ' Pemsahaan yang dapat memperoleh keunggulan jangkapw-jang dan dalam bersaing harus mampu menghasilkan labadan profitabilitas yang memadai. Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (profitability) ditentukan oleh tiga faktor, yaitu: fleksibilitas, kualitas, dan biaya. Dengan demikian, sistem informasi yang dirancang harus mampu menyediakan informasi bagi manajemen untuk merencanakan dan mengendalikan ketiga faktor tersebut, yang menentukan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Activity Based Costing System sebagai pendekatan baru dalam sistem akuntansi biaya kiranya dapat memenuhi tujuan iN. Sistem iN merupakan sistem informasi tentang aktivitas yang mengkonsumsi sumber daya daiam menghasilkan nilai bagi pelanggar. (cusromer value).

IDENTIFIKASI DAN KLASIFIKASI AKrnAS


Hansen dan Mowen (1999), menyatakan Activity Based Costing System merupakan proses dua tahap, yaitu: (1) tahap identifikasi aktivitas dan mengkaitkan aktivitas dengan biaya yang ditimbulkan oieh aktivitas tersebut; aan (2) tahap pengelompokan biaya overhead.

IdentifikasiAkfivitas
Fokus dati Activity Based Costing adalah aktivitas. Identikkasi aktivitas harus menjadi langkah pertzm &!am pe:atlcar.gan Ac?ivity Eased Cmting System. Aktivitas berarti tindakan-tindakan yang diambil atau pekerjaan yang dilakukan. Identifikasi aktivitas mencakup observasi dan recording pekerjaan yang dilakukan dalam suatu organisasi, pekerjaan atau tindakan yang dilakukan ini menyangkut konsumsi sumber daya guna memberikan kepuasan kepada pelanggan. Setelah aktivitas diidentifikasi, perlu dibuat dokumen yang disebut persediaan aktivitas (activity inventory). Dalam dokumen inventory activity, berisi berbagai aktivitas, misalnya: aktivitas penerimaan bahan, pengujian produk, penetapan batch, perpindahan bahan, penyediaan ruangan, pengepakan barang, pengiriman barang, dan sebagainya. Pada tahap pertama dalam Activity Based Costing System, aktivitas diidentifikasikan, biaya-

'Soenarjo, Activity Bmed Costing System: Konsep don Aplihsinya

107

biaya dikaitkan dengan masing-rnasing aktivitas, dan aktivitas serta biaya yang berkaitan dikelompokan ke dalam kumpulan yang homogen. Untuk mengurangi jumlah tarip overhead yang diperlukan dan perampingan proses, aktivitas-aktivitasdikelompokkan pada kumpulan aktivitas yang homogen berdasarkan karakteristik yang sama yang secara logika berkorelasi dan memiliki rasio konsumsi yang sama untuk semua produk. Kumpulan biaya overhead yang berkaitan dengan setiap kumpulan aktivitas disebut dengan kelompok biaya sejenis. Karena aktivitas dalam suatu kelompok biaya sejenismemiliki rasio konsumsi yang sama, perubahan biaya untuk kelompok ini dapat dijelaskan dengan satu penggerak aktivitas. Setelah keiompok biaya diciefinisikan, biaya per unir dari penggerak aktivitas dihitung dengan membagi biaya kelompok dengan kapasitas praktis penggerak aktivitas. ini disebut tarif kelompok boo1 rate).Tahap pertama ini, menghasilkan: (1) identiftkasi aktivitas; (2)biaya-biaya dibebankan ke aktivitas; (3) aktivitas yang berkaitan diielompokkan untuk membentuk kumpulan sejenis; (4) biaya aktivitas yang dikelmpokkan dijumlah untuk menentukan kelompok biaya sejenis; dan (5) menghitung tarif overhead kelompok.

Untuk tujuan kalkulasi biaya produk, atribut aktivitas digunakan untuk mengelompokkan aktivitas terkait ke dalam kelompok-kelompok yang menjadi landasan bagi pengelompokan biaya yang sejenis. Pengelompokan aktivitas mengurangi jumlah tarif overhead yang dibutuhkan, menyederhanakan tugas kalkulasi biaya produk, dan mengurangi kompleksitas keseluruhan model kalkulasi biaya produk menurut Activity Based Costing. Pada tahap kedua ini, biaya dari setiap kelompok overhead ditelusuri ke produk. Hal ini dilakukan dengan menggunakan tarif kelompok yang dihitung pada tahap pertama dan ukuran jumlah sumber daya yang dikonsumsi setiap produk. Ukuran ini adalah kuantitas penggerak aktivitas yang digunakan oleh setiap produk. Klasifikasi tingkat aktivitas pada pembentukan kumpulan aktivitas yang berhubungan diklasitikasikan menjadi salah satu dari empat kategori m u m aktivitas, seperti dijelaskan di bawah hi: Aktivitas tingkat unit (unit-level activities) adalah aktivitas yang dilakukan setiap suatu unit

produksi. Contoh: daya dan jam mesin digunakan setiap suatu unit diproduksi. Bahan langsung dan aktivitas tenaga kerja langsungjuga merupakan aktivitas tingkat unit, walaupun bukan merupakan biaya overhead. Biaya aktivitas tingkat unit bervariasi dengan jumlah unit yang diproduksi. Aktivitas tingkat batch (batch-level activities) adalah aktivitas yang dilakukan setiap suatu batch barang diproduksi. Biaya aktivitas tingkat batch bervariasi dengan jumlah batch, namun tetap (tidak berubah) terhadap jumlah unit pada setiap batch. Contoh: persiapan, pemeriksaan (kecuali apabila setiap unit diperiksa), jadwal produksi, dan penanganan bahan. 0 Aktiviras ungkat produiu'penopang (productlevel (sustaining) activities) adalah aktivitas yang dilakukan bila diperlukan untuk mendukung berbagai produk yang diproduksi oleh perusahaan. Contoh: perubahan rekayasa, pengembangan prosedur pengujian produk, pemasaran produk, rekayasa produk, dan pengiriman. e Aktivitzs tingkat fasilitas (facility level) adalah aktivitas yang menopang proses umnm manufaktur suatu pabrik. Aktivitas tersebut memberi manfaat bagi organisasi pada beberapa tingkat, namun tidak memberikan manfaat untuk setiap produk spesifik. Contoh: manajemen pabrik, keamanan, pajak kekayaan, dan penyusutan pabrik. Menurut Hemanto dan Znlkifii (2003),Activiry Based Costing System dalam menentukan biaya produk, melalui prosedur dua tahap, yaitu: (1) identifikasi cost pools; dan (2) pembebanan biaya aktivitas di mana biaya aktivitas dibebankan ke produk atau jasa dengan menggunakan cost drivers yang tepat pada setiap cost pool. Pada tahap pertama, cost overhead dibebankan ke aktivitas yang signifikan dalam satu costpools atau kelompok aktivitas dengan cost driver yang tepat. Cost pools dikelompokkan ke dalam beberapa kategori. Unit level yaitu aktivitas yang harus dikerjakan untuk setiap unit produk yang dihasilkan. Biaya aktivitas unit level bersifat proporsional dengan jumlah unit produksi. ~ o n t o h pemakaian jam : langsung, pemakaian bahan baku, inspeksi setiap unit dan aktivitas menjalankan mesin cenderung dikonsumsi secara proporsional dengan jumlah unit produksi.

108

jURNAL APLIkXSI MANWEMEN, VOLUME 3;NGMGK 2, AGUSTUS 2005

Batch level, yaitu aktivitas yang terbentuk dari setiap batch proses produksi tanpa memperhatikan beberapa unit yang ada dalam batch, contoh order produksi, set up peralatan, dan jaminan kuaiitas. Biaya pada batch level bergantung pada jumlah batch yang di proses bukannya pada jumlah unit produksi, jumlah unit yang dijual atau ukuran volume yang lain. Product-sustaining level, yatu aktivitas yang berkaitan dengan produk spesifik dan biasanya dikerjakan tanpa memperhatikan beberapa batch atau beberapa unit yang diproduksi atau dijual. Contoh, aktivitas untuk desain produk, pengiklankan produk, biaya untuk manajer dan staf produksi. Facility level, yaitu aktivitas yang diharuskan untuk mendukung proses produksi. Contoh bizja pemeliharaan pabrik dan biaya depresiasi. Pada tahap kedua, dilakukan proses membebankan biaya aktivitas ke objek biaya dengan mengidentifkasi setiap cost driver untuk setiap &tivitas yang memiliki korelasi tinggi dalam satu level. Aktivitas memiliki korelasi tinggi apabila aktivitas

tersebut cenderung terjadi bersamaan. Contoh, jumlah order konsumen ymg diterlina akan memilii korelasi tinggi denganjumlah pengiriman berdasarkan order kozsumen, sehingga kedila akiivitas ini harm digabung @ooled).

APLIKASI PERHITUNGAN ACTIVITY BASED COSTING


Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai perhitungan biaya berdasarkan aktivitas (activity based costing), diberikan ilustrasi berikut. Inca Pottery Company terkenal dengan lini produk vas bunga yang berkualitas. Pemsahaan itu mengoperasikan pabriknya dengan memproduksi dua macam vas bunga dengan desain Indian dan kontemparer. Direktur pemsahaan, baru-baru ini memutuskan untuk mengubah dari sistem kalkuiasi biaya berdasarkan volume (volume based costing) ke sistem biaya berdasarkan aktivitas (activity based costing). Untuk menilai dampair dari pembahan ini, telah dikumpulkan data sebagaimana Tabel 1.

Vas

Kuantitas
200.000 50.000

BiayaUtama
$700.000 150.000 $850.000

JamMesin
50.000 12.500 $250.000

PerpindahanBaban

Persiapan

Indian Kontemporer Nilai dolar

700.000 100.000 $300.000

100 50 $450.000

Menumt sistem yang ada pada saat ini, biaya pemeliharaan, penanganan bahan, dan persiapan dibebankan ke vas atas dasar jam mesin. Berdasarkan data di atas dapat dihitung: ( 1 ) biaya per unit dari masing-masing vas dengan menggunakan pendekatan berdasarkan unit (volume based costing) yang saat ini digunakan, dan (2) biaya per unit dari masing-masing vas dengan menggunakan pendekatan kalkulasi biaya berdasarkan aktivitas (activity based costing). Penyelesaian terhadap kasus di atas dilakukan sebagai beriht: Total overhead adalah $1.000.000, diperoleh dari biaya untuk jam mesin, biaya perpindahan bahan, dan biaya persiapan ($250.000 + $300.000). Dengan demikian, diperoleh tarif

overhead menyeluruh $16 per jam mesin ($1000.000:62.500 total jam mesin untuk model vas Indian dan kontemporer. Overhead yang dibebankan untuk setiap jenis vas bunga adalah: Vas Indian = 50.000 jam mesin x $16 = $800.000; vas kontemporer = 12.500 jam mesin x $16 = $200.000. Formula untuk menghitung biaya per unit adalah biaya utama @rime cost) ditambah biaya yang dibebankzn dibagi dengan kuantitas produk. Dengan demikian, diperoleh biaya per unit untuk kedua produk berdasarkan pendekatan volume based costing adalah: Qas Indian = $800.000 + $700.000 : 200.000 = $7,50 Vas kontemporer = $200.000 + $150.000 : 50.000 = $7,00

Soenarjo, Acriviry Based Costing Sysrern: Konsep d m Apliknsinyo

109

Dalam pendekatan biaya berdasarkan aktivitas (activity based costing), rasio konsumsi sumber daya berbeda untuk ketiga aktivitas overhead, sehingga kelompok overhead dibentuk untuk masing-masing aktivitas. Formula untuk menghitung tarif overhead masing-masing kelompok aktivitas adalah: (1)untuk aktivitas pemeliharaan sama dengan total biaya untuk aktivitas pemeliharaan dibagi dengan total konsumsi sumber daya penggunaan mesin; (2) untuk aktivitas penanganan bahan sama dengan total biaya untuk aktivitas perpindahan bahan dibagi dengan total konsumsi sumber daya untuk memindahkan bahan; dan (3) aktivitas persiapan sama dengan total biaya untuk aktivitas persiapia dibagi dengan konsumsi sumber daya unrnk i aktivitaspersiapan. Dengan demikian, tarif overhead untuk masing-masing kelompok aktivitas yaitu aktivitas pemeliharaan yang didasarkan pada penggunaan jam mesin, aktivitas penanganan bahan, dan aktivitas persiapan adalah: Aktivitas pemeliharaan = $250.000 : 62.500 = $4,00 per jam mesin Penanganan bahan = $300.000 : 800.000 = $0,375 per aktivitas perpindahan Persiapan = $450.000 : 150 = $3.000 per aktivitas persiapan. Overhead yang dibebankan untuk setiap jenis produk adalah. Vas Indian: Biaya pemeliharaan = 50.000 x $4.00 = $200.000 Biaya penanganan = 700.000 x $0,375 = $262.500 Biaya persiapan = 1CO x $3.C00 = $300.CCC) Total biaya overhead yang dibebankan = $762.500 Vas Kontemporer Biaya pemeliharaan = 12.500 x $4.00 = $50.000 Biaya penanganan = 100000 x $0,375 = $37.500 Biaya persiapan = 50 x $3.000 = $150.000 Total biaya overhead yang dibebankan = $237.500 Formula untuk menghitung biaya per unit produk adalah prime cost ditambab biaya overhead yang dibebankan dibagi dengan total unit

produksi. Dengan demikian, biaya per unit produk nntuk masing-masing vas adalah: Vas Indian = $700.000 + $762.500 = $1.462.500 : 200.000 = $7,31 Vas kontemporer = $150.000 + $237.500 = $387.500 : 50.000 = $7,75 Dari kedua pendekatan volume based costing dan activity based costing ternyata memberikan harga pokok per unit produk yang berbeda. Hal ini disebabkan karena pada volume based costing pembebanan tarif overhead pada setiap produk vas hanya didasarkan pada jam mesin atau aktivitan pemeliharaan, sedangkan pada activity based costing pembebanan tarif overhead didasarkan pada berbagai aktivitas yang menimbulkan biaya (cost driver), yang mencakup akriviras penanganan, aktivitas persiapan, dan aktivitas pemeliharaan.

Activity Based Costing/ABC merupakan metode costing yang dirancang untuk menyediakan informasi biaya bagi manajer untuk keputusan strategik dan keputusan lainnya yang mungkin akan mempengxuhi kapasitas dan biaya tetap. Activity Based Costing System juga merupakan sistem informasi biaya yang menyediakan informasi lengkap tentang aktivitas yang memungkinkan personil perusaham melakukan pengelolaan aktivitas. Dengan demikian, Activity Based Costing System mempakan sistem informasi yang dapat menyajikan informasi secara tepat dan akurat mengenai aktivitas yang mengkonsumsi sumber daya (biaya aktivitas) untuk mencapai tujuan (produk dan pelanggan). Activity Based Costing System mernpakan proses dua tahap, yaitu: (1) tahap identifikasi aktivitas dan mengkaitkan aktivitas dengan biaya yang ditimbulkan oleh aktivitas tersebut; dan (2) tahap pengelompokan biaya overhead. Identifikasi aktivitas hams menjadi langkah pertama dalam perancangan Activity Based Costing System. Pada tahap berikutnya, biaya dari setiap kelompok overhead ditelusuri ke produk. Hal ini dilakukan dengan menggunakan tarif kelompok yang dihitung pada tahap pertama dengan menggunakan ukuran jumlah sumber daya yang dikonsumsi setiap produk. Ddam pendekatan konvensional biaya-biaya dikelompokan berdasarkan unit-level activity atau berdasarkanjumlah unit produk yang dihasilkan atau

2, AGUSTUS 2005 110 JURNAL APUKASI MANAJEMEN, VOLUME 3, N ~ ~ M O R

Hasen, D.R., dan Mowen, M.M. 1999. ManagementAccouniing, International Thomson Publishing. Harnanto, dan Zulkifli. 2003. Manajemen Biaya. pengk~asif&asianbiayatidakhanyadidasarkanpada Yogyakarta: AMF-YPKN. kategori biaya dalam hubungannya dengan unit-level Mulyadi, d m Setyawan, J. 2001. Sistem Perencanaan dan activity, namen &a dihebungkan d e w n batchPengendalian Manajemen,. System Pelipatganda level activity, product sustaining ac?ivity, dan f ~ Kinerja Perusahaan. Jakarta: Salemba Empat. cility sustaining activity. Munawir. 2002. Akuntansi Keuangan dun Manajemen. Yogyakarga: BPFE. IhWHRWJUKAN Tunggal, A.W. 2000. Activi?y Based Costing. Untuk Manufakturdan Pemasaran. Jakarta: Harvarindo. Garrison, R.H., dan Noreen, E.W. 2000. Akuntansi dijual (volume based costing). Dalam pendekatan kontemporer (Activity Based Costing System)

Mawjerial. Jakarta: Salemba Empat.

Vous aimerez peut-être aussi