Vous êtes sur la page 1sur 5

ANIMASI INDONESIA

Menunggu Bisul Animasi Pecah


Siska Widyawati, Kontributor Intisari Bukan berita lagi jika beberapa animator lokal dipakai agen animasi dunia. Bahkan sejak 2005 sebuah studio animasi di Batam yang pemilik dan pekerjanya orang Indonesia memproduksi serial internasional macam The Garfield Show dan Lucky Luke. Kapan animasi lokal jadi tuan rumah di negeri sendiri? Betul-Betul-Betul! ungkapan khas Ipin Upin dengan logat Melayu cukup lekat di benak anak-anak kita. Bukan hanya itu, serial animasi Ipin Upin menampilkan keragaman suku dan budaya Malaysia yang diwakili dengan karakter teman-teman mereka, seperti Mei-Mei (Cina), Jajrit Singh (India), Susanti (Indonesia), serta khazanah lain masyarakatnya seperti nasi lemak dan lagu dangdut Melayu. Dengan cerdas animator asal negeri yang sering dicurigai mencuri kekayaan Indonesia ini menyelipkan pesan-pesan budaya yang cukup kental pada serial yang saat ini menjadi salah satu favorit di ruang TV tiap keluarga Indonesia. Mereka pun kini mencuri anak-anak kita. Tak cukup dengan itu, baru-baru ini Khrisna, serial animasi produksi India, juga mulai merambah benak anak-anak. Ketangguhan si kecil Khrisna melawan musuhmusuhnya menjadi pahlawan baru anak Indonesia. Serial animasi anak memang agen budaya yang cukup efektif. Anak-anak adalah target yang empuk. Pemerintah Jepang menetapkan Doraemon sebagai Duta Besar Animasi 2008 negeri Sakura tersebut. Melalui karakter yang diciptakan Fujiko F. Fujio sejak 1969 ini, citra Jepang yang ramah diharapkan dapat tertancap kuat di benak anakanak dunia. Indonesia mempunyai kekayaan budaya yang tidak terhitung. Tapi mengapa yang teringat di benak saat menyebut animasi Indonesia hanya Huma yang sempat populer di era 80-an. Ke manakah perginya animasi kita? Minimnya Studio Animasi Achmad Rofiq pemilik studio animasi Kdeep di Malang , Jawa Timur mengatakan penyebab utama tidak bergairahnya industri animasi di Indonesia adalah minimnya studio animasi yang mau membuat film yang full production mulai dari cerita, karakter sampai post produksi sehingga menjadi bisnis yang berkesinambungan. Studio yang ada

biasanya cuma mengerjakan pesanan (by order). Padahal awal industri animasi seharusnya dari animasi sebagai film cerita. Bukan sebagai pelengkap konten atau media belaka, katanya. Kdeep sendiri merupakan studio animasi yang telah berdiri selama 5 tahun. Omzetnya kini mencapai 1 miliar. Mereka memasok film serial animasi Catatan Dian yang tayang di 32 TV lokal di Indonesia seperti di Bandung, Batam, Makassar, Padang, Yogyakarta, Riau, Manado, Medan, Banjarmasin dan Jayapura. Di Jakarta film tersebut ditayangkan di stasiun televise anak SpaceToon. PT Citra Andra Media (Cam Solutions) menjadi produser untuk Kdeep sekaligus memasarkannya ke TV-TV lokal. Minimnya studio animasi diakui oleh Wahyu Aditya, pemilik sekolah Animasi Hello Motion di Jakarta. Baginya salah satu parameter berkembangnya animasi di Indonesia adalah jumlah studionya. Di Indonesia jumlah studio animasi baru puluhan, sedangkan di Jepang, misalnya, yang terdaftar di asosiasi di sana sudah mencapai lima ratusan, katanya. Menurut Adit hal ini merupakan hasil dari sistem yang tidak berpihak ke film-film produksi animator lokal. Stasiun TV nasional lebih cenderung membeli fim-film impor yang kualitasnya bagus dan murah. TV nasional hanya membayar sekitar US$ 1.000 ( sekitar Rp 9 juta) untuk satu episode serial impor. Sedangkan animasi lokal perlu merogoh sampai Rp 45 juta. Nah, siapa yang mau bayar? kata Adit. Kemudian stasiun TV nasional sering ingin membeli animasi lokal dengan sistem putus, alias membeli hak milik. Sedangkan film-film animasi impor mempunyai kontrak agar stasiun-stasiun TV hanya membeli hak siarnya saja. Sistem putus akan merugikan produser animasi, karena dia tidak bisa menjual produknya ke stasiun TV lain. Dewi Ratri, General Manager dari PT Kinema Systrans Multimedia yang berbasis di Batam dan banyak melayani pembuatan film-film animasi impor mengatakan biaya pembuatan satu film animasi baik lokal maupun impor itu hampir sama. Bedanya, film impor berhasil mendistribusikan filmnya ke stasiun-stasiun TV internasional yang jaringan distribusinya cukup luas. Apabila jumlah pembelinya sudah banyak, maka harga jual dapat menjadi lebih murah untuk menutup biaya produksi, katanya. Sebuah animasi lokal yang bagus jika dijual pada stasiun lokal harganya pasti akan mahal dibanding animasi impor yang sudah dijual ke banyak jaringan distribusi. Kebanyakan produser animasi lokal saat ini berusaha menjaga biaya produksi serendahrendahnya, sehingga bisa berkompetisi dengan harga jual animasi impor namun strategi ini mengorbankan kualitas animasi . Ini menjadi spiral negatif dalam industri animasi dalam negeri. Animasi lokal

tersebut tidak akan mampu bersaing dengan animasi luar di jaringan distribusi internasional, katanya.

Karakter Belum Kuat Penny Cameron, pemilik Cams Solution, produser animasi yang banyak mensponsori fim-film animasi Indonesia yang beredar di jaringan stasiun TV lokal menyadari bahwa kualitas animasi Indonesia ini masih dalam taraf belajar. Stasiun TV nasional belum bisa mengambil risiko untuk menayangkan animasi lokal. Beberapa TV nasional berpendapat film animasi Indonesia belum kuat secara cerita dan karakter. Sulit untuk mempertahankan penonton bertahan selama 30 menit di depan TV, ujarnya. TV lokal bersedia untuk bekerja sama dengan produser animasi dengan berbagi spot iklan sehingga biaya produksi dapat tertutupi. Namun untuk selanjutnya, kami harapkan TV lokal membayar tayangan film animasi dengan harga yang murah, kata Peni. Menurut Adit semaraknya film animasi impor di TV-TV kita menunjukkan bahwa animasi di Indonesia tidak sepi konsumen. Orang-orang Indonesia menyukai animasi dan sebenarnya amat menunggu-nunggu konten lokal Konsumen indonesia itu sangat rindu yang namanya konten lokal. Itu sebenarnya peluang bagi animator kita, cetusnya. Peluang-peluang inilah yang coba ditangkap oleh Peni. Ia memastikan serial animasi yang diproduserinya memiliki konten lokal. Saat ini ia telah membantu memproduksi Sembilan judul serial animasi yang dibuat oleh enam studio animasi di Jakarta, Bandung, Yogya, Malang dan Bali. Kami selalu memantau dari segi cerita, prinsip animasi, standar tayang. Sehingga film animasi layak jual. Walaupun belum bisa sebagus Disney, ujar Peni. Peni mengungkapkan untuk menghidupkan animasi Indonesia dan mengimbangi gerakan dari bawah yang ia mulai bersama studio studio animasi, pemerintah harusnya mulai melakukan kampanye animasi Indonesia. Kalau kampanye diadakan, karakter animasi buatan lokal pasti akan mampu menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Tak kenal maka tak sayang, kalau kata pepatah, tambahnya. Animasi menurut Peni layak untuk menjadi prioritas, sebab animasi akan berkaitan erat dengan industri merchandising. Diangkatnya karakter animasi sebagai ikon di barang-barang industri akan menghidupkan perekonomian.

Bayangkan saja jika banyak outlet yang menggelar dan menjual gelas, piring, seprai, tas, saputangan, sepatu, jepit rambut, alat sekolah. Industri akan hidup, katanya.

Faktor Pemicu Agaknya para animator lokal sudah gregetan dengan kondisi industri animasi Indonesia yang belum juga melahirkan serial animasi yang akandapat diidolakan nakanak Indonesia. Rofiq berani menargetkan Indonesia akan kebanjiran animasi lokal sekitar 2 tahun lagi. Saat ini ia sedang serius mempersiapkan serial animasi yang harapannya akan diterima oleh stasiun TV nasional tahun depan. Selama lima tahun ini kami memproduksi film animasi sendiri, walaupun masih tayang di TV lokal, mudah-mudahan tahun depan sudah ada yang tayang di TV nasional, katanya. Rofiq yang juga pemenang Wirausaha Mandiri 2011 ini mempunyai visi Kdeep menjadi studio animasi kelas dunia. Terbukti ada beberapa animator yang bekerja di studionya animator-animator yang ia miliki sampai lari ke luar negeri untuk mengejar gaji yang lebih besar. Di sisi lain kualitas animator lokal tak kalah bagus dengan luar negeri.Kami terus mengembangkan kualitas produksi dan berinovasi dan bekerja sama dengan ITS untuk teknologi dan SDM, katanya Dewi pun melakukan hal yang serupa dengan Kinema Kami sedang mengembangkan serial animasi dengan konten lokal. Produksinya masih dalam tahap pengembangan, mudah-mudahan akan dirilis akhir tahun ini, katanya. Adit menambahkan, animasi indonesia membutuhkan faktor pemicu, seperti halnya kebangkitan film nasional, dipicu oleh suksesnya film-film Mira Lesmana. Begitupun dengan animasi Indonesia. Selalu ada yang ditunggu sebagai pemicu yang lain untuk bergerak. Ipin Upin merupakan faktor pemicu industri animasi Malaysia. Setelah serial itu sukses, animasi Malaysia pun bangkit dan memproduksi banyak yang lain. Seperti menunggu bisul pecah. Begitu kondisi animasi Indonesia sekarang. Kita menanti satu lompatan yang terjadi yang akan memicu bangkitnya animasi kita, imbuh Adit. Kami tunggu gebrakan serial animasimu, wahai animator Indonesia!

BOX: Batam Diam-Diam Produksi Animasi Kelas Dunia PT Kinema Systrans Multimedia yang lebih dikenal dengan nama mereknya infinite Frameworks (IFW) merupakan studio animasi terkemuka di Asia Tenggara. Produksi studio ini cukup populer di mancanegara seperti serial kartun The Garfield Show, Lucky Luke, Leonard/Dr.Contraptus, dan Franklin & Friends.

Semua berawal dari strategi bisnis Mike Wiluan anak dari Kris Wiluan pengusaha Indonesia yang cukup sukses dalam bisnis pipa minyak dan gas di Singapura. Berlatar belakang pengalamannya sebagai sutradara freelance dan produser film di Inggris, Mike melihat trend perkembangan animasi yang cukup pesat di Asia Tenggara. Ia pun mengambil alih sebuah studio post produksi di Singapura Infinite Frameworks 1998 dan mendirikan studio produksi sendiri di pulau Batam 2005. General Manager Kinema Dewi Ratri mengatakan Indonesia dipilih sebagai studio produksi karena negara ini memiliki potensi sumber daya manusia yang lebih besar dibandingkan Singapura. Dari 60 orang animator yang bekerja di studio ini hanya tiga animator warga negara asing. Sisanya adalah para animator Indonesia. Film pertama mereka, Sing To The Dawn (2008), yang disponsori pemerintah Singapura dialihbahasakan menjadi "Meraih Mimpi" oleh Kalyana Shira Films dan beredar di bioskop-bioskop Indonesia pada 2009. Warna dari film ini mengambil inspirasi dari lukisan bergaya Bali dan referensi alamnya mengambil dari potret-potret lingkungan di sekitar Batam. Tahun ini Kinema memproduksi film animasi Singapura berdialog bahasa Jepang, Tatsumi, yang mengambil kehidupan kartunis Jepang, Yoshiro Tatsumi. Film ini diputar dalam festival film Cannes di Prancis, dan meraih box office di Singapura.

Vous aimerez peut-être aussi