Vous êtes sur la page 1sur 35

LAPORAN FARMAKOLOGI BLOK XVII: KELAINAN PSIKIATRI

ANTI ANXIETAS

Oleh kelompok 6 Afnies Basugis Destina Ribkah Doddy Setyanto S Dorothy Karya Yogi Erviani Maulidya Nurhasanah Tatik Handayani Ratna Helyani Robby Rolanda 0708015035 0708015022 0708015014 0708015031 0708015044 0708015023 0708015045 0708015007 0708015048

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA 2010


1

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas karuniaNya penyusun dapat menyelesaikan Laporan Farmakologi ini tepat pada waktunya. Laporan farmakologi yang berjudul obat antianxietas ini dibuat untuk memenuhi tugas pada modul ke-1 blok XVII (Blok Kelainan Psikiatri). Dalam pelaksanaan hingga terselesaikannya Laporan Praktikum ini, penyusun banyak memperoleh bantuan yang tak ternilai harganya dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini, dengan segala hormat dan kerendahan hati penyusun ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. dr. Evi Fitriany, M.Kes, selaku ketua Blok Kelainan Psikiatri yang telah memberikan bimbingan, saran dan koreksi yang sangat berharga dalam penyusunan Laporan Praktikum ini. 2. dr. Ika Fikriah, M.kes selaku dosen pembimbing yang dengan sabar memberikan perhatian, pengarahan, saran dan solusi terhadap segala permasalahan yang penyusun hadapi selama penyusunan Laporan ini. 3. Teman-teman mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman yang selalu memberikan dukungan dan semangat kebersamaan dalam menghadapi segala permasalahan demi mencapai cita-cita kita yang mulia 4. Dan semua pihak yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penyusun menyadari Laporan Praktikum ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang positif agar Laporan Praktikum ini menjadi lebih baik dan berdaya guna di masa yang akan datang. Harapan penulis, semoga Laporan Praktikum yang sederhana ini benarbenar dapat membawa manfaat bagi seluruh pihak serta turut berperan demi kemajuan ilmu pengetahuan. Samarinda, 05 April 2010

Penyusun

DAFTAR ISI

Halaman judul.....................................................................................................1 Kata pengantar.2 Daftar isi..3 I. Pendahuluan Latar belakang.....4 II. pembahasan Anxietas ..5 Golongan Obat antianxietas11 Golongan benzodiazepine...15 Jenis obat antianxietas.21 III. Penutup Kesimpulan .................33 Daftar pustaka..34

BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Anxietas/cemas hampir dialami oleh seluruh manusia. Anxietas dapat merupakan suatu kondisi yang normal akan tetapi dapat merupakan gangguan psikiatrik yang merupakan suatu keadaan patologis. Anxietas yang normal merupakan suatu hal yang sehat karena merupakan tanda bahaya tentang keadaan jiwa dan tubuh manusia supaya dapat mempertahankan diri. Anxietas dapat memberi gejala fisik dan gejala psikologik bagi para penderitanya. Gejala fisik yang dialami antara lain gemetar, berkeringat, jantung berdebar, kepala terasa ringan, pusing, ketegangan otot, mual, sulit bernafas, baal, diare, gelisah, rasa gatal, gangguan di lambung dan lain-lain. Sedangkan gejala psikologis antara lain ketegangan, kekuatiran, panik, perasaan tak nyata, takut mati , takut gila, takut kehilangan kontrol dan sebagainya. Oleh karena itu diperlukan obat untuk mengatasi kondisi tersebut. Pada laporan ini akan dibahas mengenai jenis-jenis obat, cara kerja, farmakodinamik dan kinetik, dosis, indikasi, kontraindikasi, dan efek samping dari obat antianxietas.

BAB II PEMBAHASAN
ANXIETAS Sensasi anxietas / cemas sering dialami oleh hampir semua manusia. Perasaan tersebut ditandai oleh rasa ketakutan yang difius, tidak menyenangkan, seringkali disertai oleh gejala otonomik, seperti nyeri kepala, berkeringat, palpitasi, gelisah, dan sebagainya. Kumpulan gejala tertentu yang ditemui selama kecemasan cenderung bervaniasi, pada setiap orang tidak sama. Dalam praktek sehari-hani anxietas sering dikenal dengan istilah perasaan cemas, perasaan bingung, was-was, bimbang dan sebagainya, dimana istilah tersebut lebih merujuk pada kondisi normal. Sedangkan gangguan anxietas merujuk pada kondisi patologik. Anxietas sendiri mempunyai rentang yang luas dan normal sampai level yang moderat misalnya pertandingan sepak bola, ujian, wawancara untuk masuk kerja mempunyai tingkat anxietas yang berbeda. Anxietas sendiri dapat sebagai gejala saja yang terdapat pada gangguan psikiatrik, dapat sebagai sindroma pada neurosis cemas dan dapat juga sebagai kondisi normal. Anxietas normal sebenarnya sesuatu hal yang sehat, karena merupakan tanda bahaya tentang keadaan jiwa dan tubuh manusia supaya dapat mempertahankan diri dan anxietas juga dapat bersifat konstruktif, misalnya seorang pelajar yang akan menghadapi ujian, merasa cemas, maka ia akan belajar secara giat supaya kecemasannya dapat berkurang. Anxietas dapat bersifat akut atau kronik. Pada anxietas akut serangan datang mendadak dan cepat menghilang. Anxietas kronik biasanya berlalu untuk jangka waktu lama walaupun tidak seintensif anxietas akut, pengalaman penderitaan dari gejala cemas ini oleh pasien biasanya dirasakan cukup gawat untuk mempenganuhi prestasi kerjanya.

Bila dilihat dan segi jumlah, maka orang yang menderita anxietas kronik jauh lebih banyak daripada anxietas akut.

DEFINISI Anxietas adalah perasaan yang difius, yang sangat tidak menyenangkan, agak tidak menentu dan kabur tentang sesuatu yang akan terjadi. Perasaan ini disertai dengan suatu atau beberapa reaksi badaniah yang khas dan yang akan datang berulang bagi seseorang tertentu. Perasaan ini dapat berupa rasa kosong di perut, dada sesak, jantung berdebar, keringat berlebihan, sakit kepala atau rasa mau kencing atau buang air besan. Perasaan ini disertai dengan rasa ingin bergerak dan gelisah. ( Harold I. LIEF) Anenvous condition of unrest ( Leland E. HINSIE dan Robert S CAMBELL).Anxietas adalah perasaan tidak senang yang khas yang disebabkan oleh dugaan akan bahaya atau frustrasi yang mengancam yang akan membahayakan rasa aman, keseimbangan, atau kehidupan seseorang individu atau kelompok biososialnya. ( J.J GROEN)

GEJALA UMUM ANXIETAS Gejala psikologik: Ketegangan, kekuatiran, panik, perasaan tak nyata, takut mati , takut gila, takut kehilangan kontrol dan sebagainya. Gejala fisik: Gemetar, berkeringat, jantung berdebar, kepala terasa ringan, pusing, ketegangan otot, mual, sulit bernafas, baal, diare, gelisah, rasa gatal, gangguan di lambung dan lain-lain. Keluhan yang dikemukakan pasien dengan anxietas kronik seperti: rasa sesak nafas; rasa sakit dada; kadang-kadang merasa harus menarik nafas dalam; ada sesuatu yang menekan dada; jantung berdebar; mual; vertigo; tremor; kaki dan tangan merasa kesemutan; kaki dan tangan tidak dapat diam ada
6

perasaan harus bergerak terus menerus; kaki merasa lemah, sehingga berjalan dirasakan beret; kadang- kadang ada gagap dan banyak lagi keluhan yang tidak spesifik untuk penyakit tertentu. Keluhan yang dikemukakan disini tidak semua terdapat pada pasien dengan gangguan anxietas kronik, melainkan seseorang dapat saja mengalami hanya beberapa gejala 1 keluhan saja. Tetapi pengalaman penderitaan dan gejata ini oleh pasien yang bersangkutan biasanya dirasakan cukup gawat.

GANGGUAN ANXIETAS Beberapa teori tentang gangguan anxietas: A. TEORI PSIKOLOGIS


o o o

Teori Psikoanalitik Teori perilaku Teori Eksistensial Susunan Saraf Otonom Neurotransmiten Penelitian genetika Penelitian Pencitraan Otak

B. TEORI BIOLOGIS
o o o o

Teori psikoanalitik: Freud menyatakan bahwa kecemasan sebagai sinyal, kecemasan menyadarkan ego untuk mengambil tindakan defensif terhadap tekanan dari dalam diri. misal dengan menggunakan mekanisme represi, bila berhasil maka terjadi pemulihan keseimbangan psikologis tanpa adanya gejala anxietas. Jika represi tidak berhasil sebagai suatu pertahanan, maka dipakai mekanisme pertahanan yang lain misalnya konvensi, regresi, ini menimbulkan gejala.

Teori perilaku: teori perilaku menyatakan bahwa kecemasan adalah suatu respon yang dibiasakan terhadap stimuli lingkungan spesifik. Contoh : seorang dapat belajar untuk memiliki respon kecemasan internal dengan meniru respon kecemasan orang tuanya. Teori eksistensial: Konsep dan teori ini adalah, bahwa seseorang menjadi menyadari adanya kehampaan yang menonjol di dalam dirinya. Perasaan ini lebih mengganggu daripada penerimaan tentang kenyataan kehilangan/ kematian seseorang yang tidak dapat dihindari. Kecemasan adalah respon seseorang terhadap kehampaan eksistensi tersebut. Sistem saraf otonom: Stimuli sistem saraf otonom menyebabkan gejala tertentu. Sistem kardiovaskular takikardi, muskular nyeri kepala, gastrointestinal diare dan sebagainya. Neurotransmiter: Tiga neurotrasmiter utama yang berhubungan dengan kecemasan berdasarkan penelitian pada binatang dan respon terhadap terapi obat yaitu : norepinefrin, serotonin dan gamma-aminobutyric acid. Penelitian genetika: Penelitian ini mendapatkan, hampir separuh dan semua pasien dengan gangguan panik memiliki sekurangnya satu sanak saudara yang juga menderita gangguan. Penelitian pencitraan otak:

Contoh: pada gangguan anxietas didapati kelainan di korteks frontalis, oksipital, temporalis. Pada gangguan panik didapati kelainan pada girus para hipokampus. BENTUK GANGGUAN ANXIETAS

Gangguan Panik Gangguan Fobik Gangguan Obsesif-kompulsif Gangguan Stres Pasca Trauma Gangguan stres Akut Gangguan Anxietas Menyeluruh.

GANGGUAN PANIK Ada dua kriteria Gangguan panik : gangguan panik tanpa agorafobia dan gangguan panik dengan agorofobia kedua gangguan panik ini harus ada serangan panik. Serangan panik pertama seringkali spontan, tanpa tanda mau serangan panik, walaupun serangan panik kadang-kadang terjadi setelah luapan kegembiraan, kelelahan fisik, aktivitas seksual atau trauma emosional. Klinisi harus berusaha untuk mengetahui tiap kebiasaan atau situasi yang sering mendahului serangan panik. Serangan sering dimulai dengan periode gejala yang meningkat dengan cepat selama 10 menit. Gejala mental utama adalah ketakutan yang kuat, suatu perasaan ancaman kematian dan kiamat. Pasien biasanya tidak mampu menyebutkan sumber ketakutannya. Pasien mungkin merasa kebingungan dan mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian. Tanda fisik adalah takikardia, palpitasi, sesak nafas dan berkeringat. Pasien seringkali mencoba untuk mencari bantuan. Serangan biasanya berlangsung 20 sampai 30 menit. Agorafobma : pasien dengan agorafobia akan menghindari situasi dimana ia akan sulit mendapatkan bantuan. Pasien mungkin memaksa bahwa mereka harus ditemani setiap kali mereka keluar rumah.

GANGGUAN FOBIK Penelitian epidemiologis di Amerika Serikat menemukan 5-10 persen populasi menderita gangguan ini. FOBIA adalah suatu ketakutan yang tidak rasional yang menyebabkan penghindaran yang disadari terhadap obyek, aktivitas, atau situasi yang ditakuti. Fobia spesifik: takut terhadap binatang, badai, ketinggian, penyakit, cedera dan sebagainya. Fobia sosial: takut terhadap rasa memalukan di dalam berbagai lingkungan sosial seperti berbicara di depan umum, dsb GANGGUAN OBSESIF-KOMPULSIF Prevalensi seumur hidup gangguan obsesif-kompulsif pada populasi umum diperkirakan adalah 2-3 persen.Obsesif adalah pikiran, ide yang berulang, tidak bisa dihilangkan dan tidak dikehendaki.Kompulsif adalah tingkah-laku yang berulang, tidak bisa dihilangkan dan tidak dikehendaki. GANGGUAN STRES PASCA-TRAUMA Pasien dapat diklasifikasikan mendenta gangguan stres pasca-trauma, bila mereka mengalami suatu stres yang akan bersifat traumatik bagi hampir semua orang. Trauma bisa berupa trauma peperangan, bencana alam, penyerangan, pemerkosaan, kecelakaan. Gangguan stres-pasca trauma terdiri dari: - pengalaman kembali trauma melalui mimpi dan pikiran, penghindaran yang persisten oleh penderita terhadap trauma dan penumpulan responsivitas pada penderita tersebut, kesadaran berlebihan dan persisten. Gejala penyerta yang sering dan gangguan stres pascatrauma adalah depresi, kecemasan dan kesulitan kognitif(contoh pemusatan perhatian yang buruk). Prevalensi seumur hidup gangguan stres pasaca-trauma diperkirakan I sampai 3 persen populasi umum, 5 sampai 15 persen mengalami bentuk gangguan yang subklinis. Walaupun gangguan stres pasca-trauma dapat terjadi pada setiap usia, namun gangguan paling menonjol pada usia dewasa muda.
10

GANGGUAN STRES AKUT Suatu gangguan sementara yang cukup parah yang terjadi pada seseorang tanpa adanya gangguan jiwa lain yang nyata, sebagai respons terhadap stres fisik maupun mental yang luar biasa dan biasanya menghilang dalam beberapa jam atau hari. Stresornya dapat berupa pengalaman traumatik yang luar biasa . Kerentanan individu dan kemampuan menyesuaikan diri memegang peranan dalam terjadinya dan keparahannya suatu reaksi stres akut. GANGGUAN ANXIETAS MENYELURUH Gambaran esensial dan gangguan ini adalah adanya anxietas yang menyeluruh dan menetap (bertahan lama), Gejala yang dominant sangat bervariasi, tetapi keluhan tegang yang berkepanjangan, gemetaran, ketegangan otot, berkeringat, kepala terasa ringan, palpitasi, pusing kepala dan keluhan epigastnik adalah keluhankeluhan yang lazim dijumpai. Ketakutan bahwa dirinya atau anggota keluarganya akan menderita sakit atau akan mengalami kecelakaan dalam waktu dekat, merupakan keluhan yang seringkali diungkapkan.

GOLONGAN OBAT ANTI ANXIETAS Obat-obatan yang digunakan untuk mengatasi gejala-gejala anxietas secara garis besar digolongkan menjadi: a. Anti anxietas kompleks reseptor GABA b. Anti anxietas sistem simpatis (adrenergik ) c. Anti anxietas sistem serotoninergik
A) . Anti Anxietas yang Bekerja Pada Kompleks Reseptor GABA

Contoh : -Diazepam 5mg 21 sehari - Chlordiozepoxide 10-20mg 2-3x sehari - Lorazepam 1-2mg 1-2x sehari - Cobazam 20-30mg dosis terbagi - Alprazolam 0,25-0,5mg 2-3x sehari
11

- Estazolam : 0,5-2mg - Triazolam : 0,125-0,5mg Cara kerja obat : Teori bahwa aliran Cl yang masuk ke dalam kanal Cl kurang cukup diberi benzodiazepine Cl tersebut (yang terletak) di kompleks reseptor menjadi cukup menyebabkan aliran Cl meningkat (pada sistem GABA adrenergik) menghambat tonus simpatis cemas dapat diatasi. Benzodiazepin dapat pula mengatasi : - sulit tidur (insomnia) - sedasi sebelum prosedur medis dan pembedahan - epilepsi - keadaan putus alkohol dan sedative hipnotik lainnya - relaksan otot - untuk pengobatan psikiatrik lainnya Kesetaraan dosis (mengacu pada diazepam) : - Diazepam 5mg - Alprazolam 0,25mg - Lorazepam 1mg - Chlordiozepoxide 10mg - Triazolam 0,1-0,3mg - Estazolam 0,33mg Efek merugikan benzodiazepine : - Susunan saraf pusat mengantuk, ataxia, slurred speech, gangguan konsentrasi dan memori, depresi pernafasan. - Penyalahgunaan obat benzodiazepine - Kehamilan walaupun umumnya aman, tapi dapat menyebabkan kelainan palatum. - Penghentian obat dapat terjadi sindrom putus obat, dengan gejalagejala cemas, mudah tersinggung, insomnia, kelelahan, nyeri kepala,

12

nyeri otot, tremor, berkeringat, dizzines, gangguan konsentrasi, mual, hilang nafsu makan, depresi, depersonalisasi, gangguan persepsi. B) Anti Anxietas yang Bekerja Pada Sistem Simpatis (Adrenergik) Cara kerja obat : bekerja langsung pada neuron adrenergik tonus neuron adrenergik dapat dihambat. Contoh : clonidine, propanolol. Obat-obatan ini digunakan jika gangguan cemas disertai gangguan-gangguan otonom seperti : - tremor - berkeringat - takikardi - dilatasi pupil - misalnya pada fobia sosial. Propanolol - Dosis 310mg atau 220mg peroral. - Bekerja sebagai reseptor antagonis adrenergik. - Efek merugikan yang mungkin terjadi adalah hipotensi, bradikardi, asma, eksaserbasi diabetes mellitus, disfungsi seksual, kelelahan, mudah tersinggung, mual dan diare. Clonidine
-

dosis 0,1mg, 21 sehari simpatis.

- Agonis pada reseptor (presinaps) 2 adrenergik menurunkan tonus - Efek merugikan yang dapat terjadi adalah hipotensi, sedasi, memperburuk aritmia, disfungsi seksual, cemas, insomnia, depresi, mimpi buruk dan halusinasi.

13

C) Anti Anxietas yang Bekerja Pada Sistem Serotoninergik Biasanya digunakan pada gangguan cemas menyeluruh. Cara kerja obat : Parsial agonis reseptor serotonergik tipe 1A (5HT1A), teori gangguan cemas menyeluruh hiperfungsi sistem serotonergik, dimana reseptor 5HT1A bersifat menghambat sinergistik mengurangi tonus otot serotonergik. Contoh : - Buspiron dosis 10-15mg dalam dosis terbagi (hati2 kalau pada penderita gagal ginjal dan disfungsi hepar). Jenis : - Diazepam ( Valium ) 2 mg/tab, 5 mg/injeksi Hypotesa : Anxietas disebabkan hiperaktivitas noerutransmitter pada sistem llimbik di otak Neurotransmitter : Dopamin, serotonin, Non adrenaline Kerja : Obat tersebut menekan kerja atau hiperaktivitas neurotransmitter ini Efek Samping : Sedasi ( Kantuk ) Glaukoma Myastenia gravis Chronic Pulmonary Insufisiensi
14

Chlordiazepoxide ( Etabrium ) 5,10 mg / tab Frisium ( Clubazam ) 10 mg Xanac ( AlphaZolam ) 0,25mg & 0,5 mg/tab Sulfiride ( Dogmasil ) 50 mg/tab Buspiron ( Buspar ) 10 mg/tab

Chronic renal Hepatic Disease


Kehamilan

Golongan Benzodiazepin Benzodiazepin merupakan ansiolitik yang paling banyak digunakan. Obat ini telah menggantikan barbiturate dan meprobamat dalam pengobatan anxietas karena benzodiazepine lebih efektif dan aman. Saat ini terdapat 20 derivat benzodiazepin. (Mycek, 2001) Benzodiazepine yang dianjurkan sebagai anti anxietas ialah :

klordiazepoksid, diazepam, oksazepam, klorazepat, lorazepam, prazepam, alprazolam dan halozepam. Sedangkan klorazepam dianjurkan untuk pengobatan panic disorder. (Arozal dan Gan, 2007). Farmakokinetik Sifat fisikokimia dan farmakokinetik benzidiazepin sangat mempengaruhi penggunaannya dalam klinik karena menentukan lama kerjanya. Semua benzodiazepine dalam bentuk nonionik memiliki koefisien distribusi lemak: air yang tinggi : namun sifat lipofiliknya dapat bervariasi lebih dari 50 kali, bergantung pada polaritas dan elektronegativitas berbagai senyawa benzodiazepine. (Wiria, 2007). Semua benzodiazepine diabsorpsi secara sempurna, kecuali klorazepat; klorazepat baru diabsorbsi sempurna setelah didekarboksilasi dalam cairan lambung menjadi N-desmetil diazepam (nordazepam). Beberapa benzodiazepine misalnya prazepam dan flurazepam, hanya bentuk metabolit aktifnya yang mencapai aliran sistemik. (Wiria, 2007). Benzodiazepine dan metabolit aktifnya terikat pada protein plasma. Kekuatan ikatannya berhubungan erat dengan sifat lipofiliknya, berkisar dari 70% (alprazolam) sampai 99% (diazepam). Kadarnya pada LCSF kira-kira sama
15

dengan kadar obat bebas di dalam plasma. Benzodiazepine dapat melewati sawar darah uri dan disekresi ke dalam ASI. (Wiria, 2007). Benzodiazepine dimetabolisme secara ekstensif oleh kelompok enzim sitokrom P450 di hati, terutama CYP3A4 dan CYP2C19. Metabolismenya terjadi dalam tiga tahap, yaitu desalkilasi, hidroksilasi dan konjugasi. (Wiria, 2007). Farmakodinamik Klordiazepoksid dan diazepam merupakan prototip derivate Efek

benzodiazepine yang digunakan secara luas sebagai antianxietas.

farmakodinamik derivate benzodiazepine lebih luas daripada efek meprobamat dan barbiturate. Klordiazepoksid tidak hanya bekerja sentral, tetapi juga perifer pada susunan saraf kolinergik, adrenergic dan triptaminergik. (Arozal dan Gan, 2007). Mekanisme kerja Pengikatan GABA (asam gamma aminobutirat) ke reseptornya pada membrane sel akan membuka saluran klorida, meningkatkan efek konduksi klorida. Aliran ion klorida menurunkan potensi yang masuk menyebabkan hiperpolarisasi lemah dari ambang letup dan meniadakan postsinaptik

pembentukan kerja potensial. Benzodiazepine terikat pada sisi spesifik dan berafinitas tinggi dari membrane sel, yang terpisah tetapi dekat reseptor GABA. Reseptor benzodiazepine terdapat hanya pada SSP dan lokasinya sejajar dengan neuron GABA. Pengikatan benzodiazepine memacu afinitas reseptor GABA untuk neurotransmitter yang bersangkutan, sehingga saluran klorida yang berdekatan lebih sering terbuka. Keadaan tersebut akan memacu hiperpolarisasi dan menghambat letupan neuron. Efek klinis berbagai benzodiazepine tergantung pasa afinitas ikatan obat masing-masing pada kompleks saluran ion, yaitu kompleks GABA reseptor dan klorida. (Mycek, 2001)

16

Efek

17

Benzodiazepine

bukan

antipsikotik

atau

analgetik

dan

tidak

mempengaruhi SSA. Semua benzodiazepine memperlihatkan efek berikut : a. Menurunkan anxietas : pada dosis rendah, benzodiazepine bersifat ansiolitik. Diperkirakan dengan menghambat secara selektif saluran neuron pada system limbik otak. b. Bersifat sedativ dan hipnotik : semua benzodiazepine yang digunakan untuk mengobati ansietas juga memiliki efek sedative. Pada dosis yang lebih tinggi, benzodiazepine tertentu menimbulkan hypnosis (tidur yang terjadinya secara artificial). c. Antikonvulsan : beberapa benzodiazepine bersifat antikonvulsan dan digunakan untuk pengobatan epilepsy dan gangguan kejang lainnya. d. Pelemas otot : benzodiazepine melemaskna otot skelet yng spastic, barangkali dengan cara meningkatkan inhibisi presinaptik dlaam sumsum tulang. (Mycek, 2001)

18

Penggunaan dalam terapi Beberapa benzodiazepine mempunyai perbedaan kecil dalam

kemampuannya sebagai ansiolitik, antikonvulsan dan sedative. Lama kerja hanya berbeda diantara kelompok obat sehingga pertimbangan farmakokinetik kadangkadang perlu ketika memilih obat. (Mycek, 2001). a. Gangguan anxietas : benzodiazepine digunakan untuk pengobatan anxietas yang menyertai depresi dan skizofrenia. Obat-obat ini tidak digunakan untuk stress normal dalam kehidupan sehari-hari, tetapi hanya untuk anxietas yang lebih hebat, berkepanjangan dan kemudian obat dihentikan setelah penggunaan jangka pendek karena mempunyai potensi adiktif. Obat-obat yang bekerja panjang seperti diazepam digunakan untuk pasien dengan anxietas yang memerlukan penobatan jangka lama. Efek antianxietas benzodiazepine kurang menimbulkan toleransi disbanding efek sedative dan hipnotik. Untuk gangguan panic, digunakan alprazolam sebagai terapi jangka pendek dan panjang, meskipun dapat menyebabkan gejala putus obat pada sekitar 30% penderita. (Mycek, 2001) b. Gangguan otot : diazepam digunakan untuk pengobatan sasme otot skeletal seperti terjadi pada kaku otot dan dlaam mengobati spastic akibat gangguan degeneratif seperti pada multiple sklerosis dan palsi serebral. (Mycek, 2001) c. Kejang : klonazepam berguna dalam penggunaan epilepsi, sedangkan diazepam adalah obat pilihan untuk menghilangkan kejang epileptic grand mal dan status epileptikus. Klordiazepoksid, klorazepat, diazepam dan oksazepam digunakan untuk pengobatan akut putus alkohol. (Mycek, 2001) d. Gangguan tidur : tidak semua benzodiazepine digunakan sebagai obat tidur, meskipun semua memiliki efek sedatif dan penenang. Tiga benzodiazepine yang paling banyak digunakan untuk gangguan tidur
19

adalah flurazepam yang bekerja lama, temazepam kerja menengah dan triazolam kerja singkat. (Mycek, 2001)
e. Flurazepam : benzodiazepine kerja panjang ini sangat mengurangi waktu

induksi tidur, jumlah bangun dan dapat meningkatkan lama tidur. Flurazepam mempunyai efek jangka panjang dan menyebabkan insomnia rebound ringan. Untuk pengobatan jangka panjang, efektivitasnya mantap selama 4 minggu. Flurazepam dan metabolit aktifnya mempunyai waktu paruh sekitar 85 jam, yang dapat menyebabkan mengantuk di siang hari dan penumpukan obat. (Mycek, 2001) f. Temazepam : obat ini berguna pada pasien yang sering bangun. Efek sedative paling tinggi terjadi 2-3 jam setelah minum obat dan karenanya perlu diberikan beberapa jam sebelum tidur. (Mycek, 2001)
g. Triazolam : benzodiazepine ini memiliki masa kerja yang relative singkat

dan digunakan untuk memacu tidur pada pasien insomnia berulang. Temazepam digunakan untuk insomnia dalam bentuk tidak dapat tidur nyenyak, triazolamefektif dalam mengobati individu yang mengalami kesulitan tidur. Toleransi biasanya terjadi setelah beberapa hari dan waktu putus obat sering menimbulkan insomnia rebound, sehingga pasien minta resep kembali. (Mycek, 2001)

Efek samping dan kontraindikasi Pada penggunaan dosis terapi jarang timbul kantuk; tetapi pada takar lajak benzodiazepine emnimbulkan depresi SSP. Efek samping akibat depresi SSP berupa kantuk dan ataksia merupakan kelanjutan efek farmakodinamik obat-obat ini. Efek anxietas diazepam dapat diharapkan terjadi bila kadar dalam darah mencapai 300-400 ng/mL; pada kadar yang sama terjadi pula efek sedasi dan
20

gangguan psikomotor. Intoksikasi SSP yang menyeluruh terjadi pada kadar diatas 900-1.000 ng/mL. (Arozal dan Gan, 2007). Peningkatan hostilitas dan iritabilitas dan mimpi-mimpi hidup dan mengganggu kadang kadang dikaitkan dnegan pemberian benzodiazepine; mungkin dengan pengecualian oksazepam. (Arozal dan Gan, 2007). Umumnya toksisitas klinik benzodiazepine rendah. Bertambahnya berat badan, yang mungkin disebabkan karena perbaikan nafsu makan, terjadi pada beberapa pasien. Banyak efek samping yang dilaporkan untuk obat ini tumpang tindih dengan gejala anxietas, oleh karena itu perlu anamnesis yang cermat untuk mengetahui apakah yang dilaporkan adalah benar suatu efek samping atau gejala anxietas. (Arozal dan Gan, 2007). Derivate benzodiazepine sebaiknya jangan diberikan bersama alkohol, barbiturate atau fenotiazin. Kombinasi ini mungkin menimbulkan efek depresi berlebihan. Pada pasien gangguan pernafasan, benzodiazepine mungkin dapat memperberat gejal sesak nafas. (Arozal dan Gan, 2007).

Indikasi dan sediaan Derivate benzodiazepine digunakan untuk menimbulkna sedasi,

menghilangkan rasa cemas, dan keadaan psikosomatik yang ada hubungannya dengan rasa cemas. Selain sebagai anxietas, derivate benzodiazepine juga digunakan sebagai hipnotik, antikonvulsi, pelemas otot dan induksi anestesi umum. (Arozal dan Gan, 2007). Sebagai antianxietas, klordiazepoksid dapat diberikan secara oral atau bila sangat diperlukan, suntikan dapat diulang 2-4 jam dengan dosis 25-100 mg sehari dalam 2 atau 4 pemberian. Dosis diazepam adalah 2-20 mg perhari; pemberian suntikan dapat diulang tiap 3-4 jam. Klorazepat diberikan secara oral 30 mg sehari dalam dosis terbagi. (Arozal danGan, 2007).
21

Kloradiazepoksid tersedia sebagai tablet 5 dan 10 mg. diazepam berbentuk tablet 2 dan 5 mg. diazepam tersedia sebagai larutan untuk pemberian rectal pada anak dengan kejang demam. (Arozal dan Gan, 2007).

Toleransi dan ketergantungan fisik Keadaan ini dapat terjadi bila benzodiazepine diberikan dalam dosis tinggi dan dalam jangka waktu lama. Jadi pemberian golongan obat ini lebih dari 3 minggu sebaiknya dihindari. Habituasi dapat terjadi akibat benzodiazepine. Namun, karena waktu paruhnya panjang dan terjadi perubahan menjadi metabolit aktif, gejala putus obat mungkin tidak akan Nampak selama 1 minggu sesudah penghentian obat pada pemakaian kronik. Umumnya dengan pemberian dosis biasa tidak terjadi gejala putus obat. (Arozal dan Gan, 2007)

JENIS-JENIS OBAT ANTIANXIETAS ATARAX 0.5 KOMPOSISI Tiap tablet salut selaput ATARAX 0.5 mengandung Alprazolam 0.5mg

INDIKASI Gangguan anxietas atau untuk gejala anxietas jangka pendek. anxietas atau tekanan yang menyertai tekanan hidup sehari-hari biasanya tidak memerlukan obat-obatan anxioliti. Efektifitas Alprazolam pada penggunaan jangka panjang (lebih dari 4bulan) tidak diketahui. POSOLOGI/DOSIS -Anxietas 0.25-0.5mg diberikan 3x sehari
22

-Pasien Usia lanjut, debil dan gangguan fungsi hati sehari.Jika efek samping terjadi, dosis harus dikurangi.

0.25mg diberikan 2-3x

Dosis harus secara bertahap dikurangi, jika ingin menghentikan terapi atau menurunkan dosis harian. Dianjurkan, dosis harian harus diturunkan tidak lebih dari 0.5mg setiap 3hari. KONTRAINDIKASI - Pasien yang Hipersensitif terhadap golongan Benzodiazepine - Glaukoma sudut sempik akut - Miastenia gravis, kemunduran fungsi paru-paru akut, kondisi fobia dan obsesi sikosis anak dan bayi lahir dini EFEK SAMPING - Mengantuk, kelemahan otot, ataksia, amnesia, depresi, light-headness, kebingungan, halusinasi, pandangan kabur. - Jarang terjadi : nyeri kepala, gangguan tidur, reaksi paradoksial, tremor, hipotensi, gangguan gastrointestinal, rash, perubahan libido, menstruasi tidak teratur, retensi urin, diskrasia darah dan jaundice. PERINGATAN DAN PERHATIAN - Dapatmenyebabkan ketergantungan - Jangan digunakan sebagai pengobatan tunggal pada pasien depresi atau kecemasan dengan depresi - Selama menggunakan obat ini dilarang mengendarai atau mengoprasikan mesin - Hati-hati bila diberikan pada wanita hamil dan menyusui, penderita penyakit hati dan ginjal kronis, penyakit respirasi, kelemahan otot dan riwayat penyalah gunaan obat atau alcohol - Hindari pemakaian jangka panjang - Hati-hati pemakaian pada penderita "pulmonary insufficiency" kronik. INTERAKSI OBAT
23

- Efek difingkatkan oleh depresan SSP, Barbiturates, Alcohol - Ekskresi Alprazolam dihambat oleh Cimetidine. OVER DOSIS - Penderita dirangsang untuk muntah dan Pengosongan lambung. -Penderita dirawat intensif dengan terapi simtomatis dan suportif pemeliharaan fungsi kardiovaskular, pernafasan dan keseimbangan elektrolit. CARA PENYIMPANAN Simpan pada suhu kamar (25-30)Celcius dan kering terlindung dari cahaya matahari.Jauhkan obat ini dari jangkauan anak-anak KEMASAN DAN NOMOR REGISTRASI Box, 10strip @ 10 tablet salut selaput ATARAX 0.5, No. Reg. DPL0133303417A1 HARUS DENGAN RESEP DOKTER Diproduksi oleh:PT. MERSIFARMA TM Sukabumi Indonesia

ATIVAN TABLET Komposisi (Lorazepam,Weyth) rumus kimianya adalah 7-Chloro 5-(O-Chloropenyl) -3hyclroxy 1-3 dihydro 2H-1,4 benzodoazepin-2. ATIVAN yang dikembangkan oleh riset Wyeth efektif untuk pengobatan kecemasan (anksietas) serta gangguangangguan yang berhubungan dengan kecemasan, dengan takaran yang lebih rendah daripada golongan bensodeazepin lainnya. ATIVAN juga membantu pola tidur menjadi normal, apabila kecemasan dan ketengangan menyebabkan insomnia.

24

Cara Kerja : Secara phamakologik, ATIVAN terutama bekerja pada sistema limbik. Dalam tekanan yang dianjurkan, dilaporkan bahwa efektifitas aksiolotik ATIVAN yang selektif lebih unggul daripada benzodiazepin yang lain. Dalam takaran normal (lihat takaran yang dianjurkan), sedikit sekali dan bahkan tidak terjadi penekanan terhadap korteks atau aktifitas simpatolika. Pada penggunaan ATIVAN sebagai tarapi tambahan menunjukkan bahwa ATIVAN dapat digabungkan dengan obat yang lainnya. ATIVAN dapat digunakan pada berbagai penderita biasa maupun psikiatrik yang membutuhkan tangquilser yang efektif, aman dan dapat diterima dengan baik. LD 50 ATIVAN lebih baik dari 5000mg/kg berat badan pada tikus (PO). Indikasi : Karena efektifitas dan keamanannya, ATIVAN diindikasikan untuk : 1. Gangguan emosi yang menimbulkan gejala autonomik seperti sakit kepala, palpitasi, gangguan gastrointestinal dan insomian. 2. Kecemasan yang merupakan faktor komplikasi dari penyakit organik. ATIVAN merupakan terapi tambahan (adjunctive) yang sangat berarti bagi penderita dengan gangguan kardiovaskuler dan gastrointestinal dimana kecemasan yang kronis akan memperburuk keadaan tersebut. 3. Gangguan psikoneurotik termasuk kecemasan, depresi, obsesif kompulsif, fobia atau reaksi-reaksi kombinasi. 4 Kecemasan pada situasi psikotik dan depresi berat dimana diperlukan obat tambahan 5. Sebagai tambahan, ATIVAN sangat berguna untuk pengobatan praoperatif diberikan pada malam hari dan atau 1-2 jam sebelum operasi Kontrak Indikasi : Hypersensitif pada AVITAN atau derivat benzodiazepin lainnya.

25

Peringatan Penggunaan pada kehamilan. Meningkatnya resiko malformasi kongenital sehubungan dengan penggunaan minor tranquilzer (chlordiazepoxide, diazepam dan meprobamat) pada triwulan pertama kehamilan didapatkan dalam beberapa penyelidikan.ATIVAN derivate dari benzodiazepin, belum diselediki dengan cukup untuk menentukan apakah ATIVAN juga menyebabkan meningkatnya resiko ketidaknormalan pada fetus. Karena penggunaan obat-obatan ini pada kehamilan jarang merupakan hal yang sangat penting, penggunaan pada periode ini sebaiknya dihindari. Perlu pertimbangan di dalam memberikan terapi tentang adanya kemungkinan kehamilan pada penderita wanita. Pada penderita perlu dianjurkan apabila mereka hamil / menjadi hamil selama masa terapi,mereka harus melakukan konsultasi pada dokternya. Dosis dan cara pemberian : Pada praktek umum, dosis rata-rata perhari adalah 2-3 mg dalam dosis terbagi. Untuk itu disediakan tab. 0.5 mg dan 1 mg dalam bentuk tablet terbagi. Pada praktek Psikiatik , dosis perhari berkisar antara 3-10 mg dalam dosis terbagi, tergantung pada tingkat kecemasan. Untuk penderita rawat inap, khususnya sebagai terapi tambahan pada psikosis dan depresi berat dosis lebih dari 10 mg perhari, menunjukkan hasil yang memuaskan. Untuk penggunaan psikiatrik tersedia table-terbagi bertakaran 2 mg. Hasil terbaik dapat diperoleh dengan pemberian dosis secara individual disesuaikan dengan keadaan penderita dan indikasinya. Sebagai contoh, individu A : 1. Catatan -1, bila saja terjadi rasa kantuk pada siang hari biasanya akan hilang dalam 2-3 hari, terapi keadaan ini dapat diperkecil dengan menyesuaikan takaran yang tepat bagi kebutuhan individu. 2. Pada penderita yang sebelumnya telah diberikan anksiolitika mungkin diperlukan takaran AVITAN yang lebih tinggi. 3. Bila insomnia merupakan gejala yang predominan dosis AVITAN bisa ditingkatkan.

26

4. Untuk pra-operatif, dianjurkan takaran 2-4 mg pada malam hari dan atau 1-2 jam sebelum operasi. 5. Penderita usia lanjut biasanya memerlukan separuh dari takaran yang dianjurkan. Peningkatan takaran secara bertahap dapat diberikan dengan kebutuhan penderita. 6. Anak-anak usia 6-12 tahun biasanya memerlukan takaran yang lebih rendah. 7. Penggunaan untuk anak usia dibawah 6 tahun, belum dapat ditetapkan atau diberikan. 8. Bila ATIVAN digunakan sebagai terapi kombinasi untuk neuroleptika, mungkin diperlukan penurunan takaran. Perhatian berikut 1. Pada kasus-kasus yang menggunakan obat-obat yang bekerja pada SSP, penderita sebaiknya tidak mengemudikan kendaraan bermotor atau menjalankan mesin mesin yang berbahaya. 2. Harus diperhatikan bagi penderita yang menggunakan ATIVAN bahwa toleransi mereka pada alkohol dan obat-obatan penekan SSP mengkin merendah. 3. Bila ATIVAN dikombinasikan dengan obat-obatan yang bekerja pada SSP, harus dipertimbangkan secara farmakologik daya kerjanya terhadap obat-obat tersebut. 4. Bila terapi tidak lagi diperluka, maka secara bertahap takaran ATIVAN dapat diturunkan. Kemasan produk : Tablet : Box berisi 100 tablet, dengan ukuran 0.5 mg, 1 mg, 2 mg. Simpan di tempat sejuk dan kering. Harus dengan resep dokter. :

Seperti gangguan benzodiazepin yang lain, perlu diperhatikan hal-hal sebagai

27

DIAZEPAM TABLET KOMPOSISI : Tiap tablet mengandung : Diazepam 2 mg CARA KERJA OBAT : Diazepam merupakan turunan bezodiazepin. Kerja utama diazepam yaitu potensiasi inhibisi neuron dengan asam gamma-aminobutirat (GABA) sebagai mediator pada sistim syaraf pusat. Dimetabolisme menjadi metabolit aktif yaitu N-desmetildiazepam dan oxazepam. Kadar puncak dalam darah tercapai setelah 1 - 2 jam pemberian oral. Waktu paruh bervariasi antara 20 - 50 jam sedang waktu paruh desmetildiazepam bervariasi hingga 100 jam, tergantung usia dan fungsi hati. INDIKASI : Untuk pengobatan jangka pendek pada gejala ansietas. Sebagai terapi tambahan untuk meringankan spasme otot rangka karena inflamasi atau trauma; nipertdnisitairotot (kelaTrian motorik serebral, paraplegia). Digunakan juga untuk meringankan gejala-gejala pada penghentian alkohol akut dan premidikasi anestesi.

KONTRA INDIKASI : Penderia hipersensitif Bayi dibawah 6 bulan Wanita hamil dan menyusui Depress pernapasan Glaucoma sudut sempit

28

Gangguan pulmoner akut Keadaan Phobia

CARA PENGGUNAAN : Dewasa Ansietas 2-10 mg, 2-4 kali sehari Terapi tambahan pada spasme otot rangka : 2 -10 mg. 3-4 kali sehari dalam dosis bagi Penghentian alkohol akut 10 mg. 3-4 kali sehari selama 24 jam pertama, kemudian dikurangi menjadi 5 mg. 3 - 4 kali sehari Premidikasi: dewasa: 10 mg: anak-anak diatas 2 tahun: 0,25 mg/kg

Usia lanjut dan pasien yang lemah : 2 - 2,5 mg, 1 - 2 kali sehari dapat ditingkatkan secara bertahap sesuai kebutuhan. Pada penderita dengan gangguan pulmoner kronik, penderita hati dan ginjal kronik dosis dikurangi. Anak-anak 0.12 - 0.8 mg/kg sehari dibagi dalam 3 atau 4 dosis. EFEK SAMPING Mengantuk,ataksia. kelelahan Erupsi pada kulit. edema, mual dan konstipasi, gejala-gejala ekstra pirimidal. jaundice dan neutropenia. perubahan libido, sakit kepala, amnesia, hipotensi. gangguan visual dan retensi urin, incontinence. PERINGATAN DAN PERHATIAN : Jangan mengemudikan kendaraan bermotor atau menjalankan mesin selama minum obat ini. Ansietas atau ketegangan karena stress kehidupan sehari-hari biasanya tidak memerlukan pengobatan dengan ansiolitik. Keefektifan dalam pengobatan jangka lama (lebih dari 4 bulan) belum diuji secara klinis sistematik. Penggunaan jangka lama dapat menyebabkan ketergantungan pada obat Pada penderita lemah dan lanjut usia dianjurkan dengan dosis efektif
29

terkecil. Hati-hati penggunaan pada penderita gangguan pulmoner kronik, penderita fungsi hati dan ginjal kronik. Hentikan pengobatan jika terjadi reaksi-reaksi paradoksikal seperti keadaan hiper eksitasi akut. ansietas. halusinasi dan gangguan tidur.

INTERAKSI OBAT : Penggunaan bersama obat-obat depresan Susunan Syaraf Pusat atau alkohol dapat meningkatkan efek depresan. Cimetidin dan Omeprazol mengurangi bersihan benzo-diazepin. Rifampisin dapat meningkatkan bersihan benzodiazepin. CARA PENYIMPANAN : Simpan pada suhu kamar (25 - 30C), terlindung dari cahaya. KEMASAN : Diazepam 2 mg. botol @ 1000 tablet/No.Reg. GPL8912410110A1 HARUS DENGAN RESEP DOKTER PT. KIMIA FARMA JAKARTA- INDONESIA kimia farma Clobazam (Frisium) Clobazam adalah 7-kloro-1 ,5-dihidro-1-metil-5-fenil-1 ,5-benzodiazepine-2, 4 (3H)-dione. Ini adalah bubuk kristal putih, sangat sedikit larut dalam air dan bebas larut dalam alkohol. Farmakokinetik Setelah oral penyerapan yang cepat dan bioavailabilitas setidaknya 90%. Administrasi seiring alkohol bioavailabilitas meningkat hingga 50%. Ada interindividual ditandai variabilitas di puncak konsentrasi plasma, yang dapat terjadi waktu 0,25 hingga 4 jam. Setengah penghapusan hidup adalah sekitar 20 jam, sekali lagi, dengan ditandai variasi. Clobazam terutama dimetabolisme oleh
30

hati. Ini memiliki 2 metabolit utama, N-desmethyl-clobazam dan 4hydroxyclobazam, sekitar 50 jam. mantan yang aktif. N-desmethyl-clobazam sangat terikat protein mencapai (90%). konsentrasi plasma maksimal setelah 24 sampai 72 jam. Itu paruh eliminasi Clobazam adalah

Pada pasien dengan gangguan hepatik setengah-hidup berkepanjangan. Pada pasien dengan gagal ginjal tingkat plasma Clobazam berkurang, mungkin karena gangguan penyerapan. Dalam sebuah studi carcinogenecity peningkatan yang signifikan pada sel folikel adenoma ditemukan pada tikus dengan dosis 100mg/kg. Clobazam juga menyebabkan aktivasi tiroid pada tikus (walaupun hal ini tidak terdokumentasi pada spesies lain). Indikasi Clobazam diindikasikan untuk pengobatan jangka pendek (kurang dari 4 minggu) dari kegelisahan dan sebagai tambahan dalam pengobatan jenis tertentu epilepsi Dosis Biasa dosis terapeutik (dalam kecemasan) adalah 20mg setiap hari, dianjurkan maksimal 30mg. Dosis terapeutik yang biasa dalam epilepsi lebih tinggi, biasanya maksimal 60mg sehari-hari (dosis terbagi) Kontraindikasi Hal ini kontraindikasi pada orang-orang yang sangat peka terhadap Clobazam, pada mereka dengan histroy dari ketergantungan obat atau alkohol, di myasthenia gravis, kegagalan pernafasan yang parah dan tidur obstruktif apnoea. Hal ini juga kontraindikasi pada kegagalan hepatic berat (risiko menimnulkan enselopati) dan dalam masa kehamilan dan menyusui. Efek Samping Anterograde amnesia bahkan dapat terjadi dengan dosis terapi, tampaknya ini lebih mungkin pada orang tua. Over-sedasi dan efek mabuk sering dilaporkan
31

bersama dengan reaksi berkurang kali (pasien seharusnya tidak mengemudi atau mengoperasikan mesin-mesin berat). Common: Kebingungan, mulut kering, sembelit, sakit kepala, anoreksia, mual, pusing, kelemahan otot, ataksia getaran Over-dosis Mengantuk, kebingungan dan ataksia maju untuk pernapasan depresi, akhirnya koma dan hipotensi. Ada laporan kasus dalam literatur karena overdosis 880mg, yang mengakibatkan koma (tidak responsif terhadap rasa sakit) selama 5 hari, dengan total panjang koma 24 hari. ALPRAZOLAM Tablet KOMPOSISI: ALPRAZOLAM 0,25 Tiap tablet mengandung Alprazolam 0,25 mg ALPRAZOLAM 0,5 Tiap tablet mengandung: Alprazolam 0,5 mg ALPRAZOLAM 1 Tiap tablet mengandung Alprazolam 1 mg FARMAKOLOGI: Antiansietas yang digunakan untuk pengobatan jangka pendek, ansietas sedang atau berat dan ansietas yang berhubungan dengan depresi. KONTRAINDIKASI: - Pasien yang hipersensitif terhadap golongan benzodiazepm. - Glaukoma sudut sempit akut. - Miastenia gravis, insufisiensi pulmonar akut, kondisi fobia dan obsesi psikosis kronik, anak dan bayi prematur. dan

32

DOSIS: 0,25-0,5 mg, 3 kali sehari. Jika perlu dosis dapat dinaikkan dengan interval 3-4 hari hingga' maksimum 4 mg sehari dalam dosis terbagi. Untuk pasien lanjut usia, debil (lemah) dan gangguan fungsi hati berat: 0,25 mg, 2-3 kali sehari, ditingkatkan bertahap jika perlu. KEMASAN DAN NOMOR REGISTRASI: ALPRAZOLAM 0,25 mg, Kotak, 10 strip @ 10 tablet ALPRAZOLAM 0,5 mg, Kotak, 10 strip 10 tablet ALPRAZOLAM 1mg, No. Reg.: GPL0405036610A1 No. Reg.: GPL0405036610B1

No. Reg.: GPL0405036610C1 Kotak, 10 strip @ 10 tablet HARUS DENGAN RESEP DOKTER SIMPAN PADA SUHU KAMAR (25-30C), TERLINDUNG DARI CAHAYA. Dibuat oleh:DonjiitH JL. BAMBANG UTOYO 138 PALEMBANG INDONESIA

BAB III PENUTUP

Kesimpulan Anxietas adalah perasaan yang difius, yang sangat tidak menyenangkan, agak tidak menentu dan kabur tentang sesuatu yang akan terjadi. Perasaan ini

33

disertai dengan suatu atau beberapa reaksi badaniah yang khas dan yang akan datang berulang bagi seseorang tertentu. Gejala anxietas ada dua yaitu gejala psikologis dan gejala fisik. Gejala psikologis terdiri dari ketegangan, kekuatiran, panik, perasaan tak nyata, takut mati , takut gila, takut kehilangan kontrol dan sebagainya. Sedangkan gejala fisik meliputi Gemetar, berkeringat, jantung berdebar, kepala terasa ringan, pusing, ketegangan otot, mual, sulit bernafas, baal, diare, gelisah, rasa gatal, gangguan di lambung dan lain-lain. Untuk menangani kondisi tersebut diperlukan obat anticemas/antianxietas. Obat-obatan yang digunakan untuk mengatasi gejala-gejala anxietas secara garis besar digolongkan menjadi: Anti anxietas kompleks reseptor GABA,anti anxietas sistem simpatis (adrenergik ) dan anti anxietas sistem serotoninergik. Masing-masing obat mempunyai mekanisme kerja yang berbeda. Selain itu juga mempunyai efek samping pada penggunaannya. Oleh sebab itu penggunaan obat antianxietas harus sesuai indikasi, dosis yang dibutuhkan dan harus atas resep dan pengawasan dari dokter.

DAFTAR PUSTAKA

Katzung, B. G. 2002. Penyalahgunaan obat. Dalam: Farmakologi Dasar dan Klinik. Buku2, Edisi VIII. Salemba Medika, Jakarta. Hutagalung Evalina Asnawi. 27 oktober 2007. Tatalaksana diagnosis dan terapi gangguan anxietas. (Online), (http;..................,, diakses 29 Maret 2010).

34

Tjay, Tan Hoan etal. 2002. Obat-obat penting. Gramedia, Jakarta.

35

Vous aimerez peut-être aussi