Vous êtes sur la page 1sur 26

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN TN.

A DENGAN BENIGNA PROSTAT HIPERLASIA (BPH) POST PROSTAKTOMI SUPRA PUBIC DI RUANG A3 (BEDAH) RUMAH SAKIT DR. KARIADI SEMARANG

Kelompok IV : 1. IMAM SUBCHAN 2. SITI MAESAROH 3. FEBRI E.P. 4. SIRI PUJI UTAMI G01.2003.01612 G01.2003.01629 G01.2003.01650 G01.2003.01669

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2005 / 2006 DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ RTIAN ....................................................................................... OGI ............................................................................................ ESTASI KLINIK ....................................................................... PENGKAJIAN ........................................................................... IKSAAN FISIK.......................................................................... SIOLOGI..................................................................................... WAYS ........................................................................................ INTERVENSI ............................................................................ BAB II RESUME ASUHAN KEPERAWATAN ........................................ A. B. C. D. E. F. PENGKAJIAN .............................................................. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG .................... PENGKAJIAN POLA FUNGSIONAL ........................ PENGKAJIAN FISIK ................................................... DATA PENUNJANG ................................................... DIAGNOSA KEPERAWATAN ................................... 1 1 1 1 2 3 4 6 7 12 12 13 14 15 17 17 A..................................................................................................PENGE B..................................................................................................ETIOL C..................................................................................................MANIF D..................................................................................................FOKUS E..................................................................................................PEMER F..................................................................................................PATOFI G..................................................................................................PATH H..................................................................................................FOKUS

G.

PERENCANAAN .........................................................

19 21 22

H........................................................................................IMPLE MENTASI .................................................................................. ASI.............................................................................................. DAFTAR PUSTAKA I..........................................................................................EVALU

BAB I PENDAHULUAN A. PENGERTIAN Hiperplasia prostatik jinak merupakan kelenjar prostatnya mengalami perbesaran memanjang ke atas ke dalam kandung kemiH dan menyumbat aliran urin dengan menutupi orifusium uretra. (Brunner A. Suddart, 2001) Hiperplasia prostat merupakan pembesaran progresif dari kelenjar prostat (secara umum pada pria lebih tua dari 50 tahun) menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral dan pembatasan aliran urinarius. (Marlynn E. Doenges, 2000) Hipertrofi prostat adalah bertambahnya sel atau chali hiperlasia dari kelenjar prostat. (Kapita Selekta Kedokteran, 2000) A. ETIOLOGI Etiologi BPH belum jelas namun terdapat faktor resiko dan hormon androgen. Perubahan mikroskopik pada prostat telah terjadi pada pria usia 30-40 tahun. Bila perubahan mikroskopik ini berkembang, akan terjadi perubahan patologik anatomi yang ada pria usia 50 tahun angka kejadianyna sekitar 50%, usia 80 tahun sekitar 80% dan usia 90 tahun 100%. (Kapita Selekta Kedokteran, 2000) B. MANIFESTASI KLINIK Biasanya gejala-gejala pembesaran prostat jinak, dikenal sebagai lower urinary tract symptoms (LUTS) dibedakan menjadi gejala iritatif dan obstruktif. Gejala iritatif yaitu sering miksi (frekuensi), terbangun untuk miksi pada malam periurotral yang akan mendesak kelenjar prostat, sehingga mengakibatkan kelenjar prostat menjadi gepeng dan akan membentuk kapsul

hari (nokturia), perasaan miksi yang sangat mendesak (urgensi), dan nyeri pada saat miksi (disuria). Gejala obstruktif adalah pancaran melemah, rasa tidak lampias sehabis miksi, kalau mau miksi harus menunggu lama (hesitancy), harus mengedan (straining), kencing terputus-putus (intermittency) dan waktu miksi memanjang yang akhirnya menjadi retensio urin dan inkontinen karena over flow. (Kapita Selekta Kedokteran, 2000) Kompleks gejala obstruktif dan iritatif mencakup : a. Peningaktan frekuensi berkemih b. Nokturia c. Dorongan ingin berkemih d. Anyang-anyangan e. Abdomen tegang f. Voluem urin menurun g. Harus mengejan saat berkemih h. Aliran urin tidak lancar i. Urin terus menerus menetes setelah berkemih (dribbling) j. Rasa seperti kandung kemih tidak kosong dengan baik (Brunner & Suddarth, 2001) C. FOKUS PENGKAJIAN 1. Sirkulasi Tanda : peninggian tekanan darah (efek pembesaran ginjal). 2. Eliminasi Gejala : Penurunan kekuatan atau dorongan aliran urine, tetesan Keragu-raguan pada berkemih awal Ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih dengan Nukturia, disuria, hematuria Duduk untuk berkemih

lengkap, dorongan dan frekuensi berkemih.

ISK berulang, riwayat batu (statis urinaria) Konstipasi (protrusi prostat abdomen bawah (dispensi kandung) nyeri tekan kandung kemih.

Tanda : Massa padat di bawah abdomen bawah (disfensi kandung kemih), 3. Makanan / cairan Gejala : Anoreksia; mual, muntah Penurunan berat badan 4. Nyeri/ kenyamanan Gejala : Nyeri suprapubis, panggul, atau punggung, tajam, kuat (pada prostatitis akut). Nyeri punggung bawah. 5. Keamanan Gejala : Demam 6. Seksualitas Gejala : Masalah tentang efek kondisi / terapi pada kemampuan seksual. Takut inkontmensia / menetas selama hubungan intim. Penurunan kekuatan kontraksi ejakulasi. Tanda : Pembesaran, nyeri tekan prostat 7. Penyuluhan / Pembelajaran Gejala : Riwayat keluarga kanker, hipertensi, penyakit ginjal, penggunaan antipertensif / anti depreson, anti biotic urinaria atau agen antibiotik, obat yang dijual bebas untuk flu / alergi obat mengangung simpatomimetik. Pertimbangan : Rencana Pemulangan : memerlukan bantuan dengan menajemen terapi, contoh kateter. (Marylnn E. Doenges) D. PEMERIKSAAN FISIK 1. Pemeriksaan Laboratorium Urine analisa (rutine) Urine biakan dan resistensi

Ureum darah, fosfatosa asam, leukosit Pemeriksaan prostate spesific antigen (PSA) Sitoskopi sistogram USG abdomen bawah Kateterisasi

2. Pemeriksaan Diagnostik

Ditemukannya prostat membesar E. PATOFISIOLOGI Proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan sehingga perubahan pada saluran kemih juga terjadi secara perlahan-lahan. Pada tahap awal setelah terjadi pembesaran prostat, resistensi pada leherleher buli-buli dan daerah prostat meningkat, serta otto detrosor menebal dan merangsang sehingga timbul sirkulasi atau divertikel. Fase penebalan detrusor ini disebuf fase kompensasi. Apabila keadaan berlanjut, maka detrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi retensio urin, yang selanjutnya dapat menyebabkan hidronetrosis dan disfungsi seluran kemih atas. Adapun patofisiologi dari masing-masing gejala adalah penurunan kekuatan dan kaliber aliran yang disebabkan resistensi uretra adalah gambaran awal dan menetap dari BPH. Histologi terjadi destrusor membutuhkan waktuy ang lama untuk Intermittency terjadi karena detrusor tidak dapat mengatasi resistensi dapat melawan iritensi uretra. uretra sampai akhir miksi. Terminal dribbling danrasa belum puas sehabis miksi terjadi karena jumlah residu urin yang banyak dalam buli-buli. Frekuen terjadi terutama pada malam hari (nonturia) karena hambatan normal dari korteks berkurang dan tonus stringfer dan uretra berkurang selama tidur. Urgensi dan disuria jarang terjadi, jika ada disebabkan oleh ketidakstabilan detrusor sehingga terjadi kontraksi involunter.

Inkontinensia

bukan

gejala

yang

khas,

walaupun

dengan

berkembangnya penyakit urin keluar sedikit-sedikit secara berkala kaena setelah buli-buli mencapai compliance maksimum, tekanan dalam buli-buli mencapai complience maksimum, tekanan dalam buli-buli akan cepat naik melebihi tekanan stingter.

F. PATHWAYS

Faktor resiko Proses penuaan (aging) Ketidakseimbangan produksi testosteron-estrogen Perubahan keseimbangan testosteron dan estrogen Produksi testosteron me konversi testosteron menjadi estrogen pada jaringan adipose dan perifer BPH (frekuensi, nokturia, urgensi, disuria, histency, streining, intermithy) Kompresi pada uretra

pe resistensi pada leher vesiko dan daerah vesiko urenaria Penebalan otot eletrusor Trabekulasi (sakula/divertikel)

Detrusor lelah Dower cateter Retensi urin Difungsi sal.kemih atas Hidronefrosis Retensi umum kronis Prostatektomi
Turp Suprabic Retropubic Perineal Retropubic Radikal

Retensi beum teratasi Pemasangan cystotomi ruba Retensi teratasi Retensi belum teratasi

Akumulasi produk sampah

Nitrogen (azatemia) gangguan ginjal Trauma insisi Obstruksi mekanis Resiko urinaria kehilangan tonus destrusor Iritasi vesikel urinaria Folley cateter Perdarahan Nyeri

pe kerentanan terhadap bakteri sekunder Resiko infeksi

Spasme vesikal urinaria Nyeri

Retensi urine Perubahan eliminasi urine

Resiko kekurangan volume cairan

G. FOKUS INTERVENSI 1. Pre Operasi a. akut Tujuan : Rasa nyeri berkurang intensitas (5) Keluhan rasa sakit berkurang (intensitas (s) Ekspresi wajah dan posisi tubuh rileks Kaji nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 0-10) Beri pasien pada posisi nyaman Pantau frekuensi nyeri, berkurang atau tidak Kolaborasi untuk pemberian analgetik, pemasangan kateter. Ajarkan teknik relaksasi dan beri untuk membayangkan hal yang Kriteria hasil : Nyeri (akut) berhubungan dengan retensi saluran kemih

Intervensi :

menyenangkan. b. Perubahan pola eliminasi urine : BAK sering, nokturia, menetes berhubungan dengan pembesaran prostat. Kriteria hasil : Pola eliminasi kembali normal (N = urine lampias, tidak menetes, residu urine 100 cc). Intervensi : Kaji keluhan pasien Observasi : warna, jumlah, frekuensi, lamanya Kaji ditingkat pengetahuan pasien tentang perubahan pola Jelaskan penyebab dan perubahan pola eliminasi urine Anjurkan minum air putih 2000 cc/hari bila tidak ada kontra Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang kemungkinan Pasang kateter dengan teknik steril (kolaborasi medis)

eliminasi urine.

indikasi. penanganan kateter sesuai program dokter.

Monitor TTV Observasi keluhan pasien setelah pemasangan kateter, catat Rawat kateter setiap hari dengan baik.

warna jumlah urine.

c. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan pemakaian kateter saluran kemih dan atau retensi urine. Kriteria hasil : Suhu dalam batas normal (N = 36 oC 37 oC) Urine jernih, kuning, tanpa bau Kandung kemih jelas tidak penuh / kembung. Kontrol suhu setiap 4 jam sesuai kebutuhan bila suhu lebih 37,5 Perhatikan posisi kateter, jika terpasang kateter uretra. Gunakan teknik steril untuk memasang kateter secara intermiten Monitor tanda-tanda infeksi saluran kemih. Gunakan teknik cuci tangan yang baik, ajarkan dan Anjurkan pasien untuk melakukan hal yang sama.

Intervensi : oC kolaborasi dokter, kalau perlu kompres dan minum ekstra.

selama dirawat.

d. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis penyakit. Tujuan : cemas berkurang / terkontrol setelah dilakukan tindakan keperawatan. Kriteria hasil : kecemasan pasien berkurang. Intervensi Jalin hubungan saling percaya antara perawat, pasien Dengarkan keluhan pasien dengan penuh perhatian Kaji tingkat kecemasan pasien Dampingi pasien dan beri kesempatan untuk bertanya

Libatkan keluarga untuk memberi support Anjurkan pasien untuk berdoa kepada Allah SWT Berikan informasi bahwa kondisi tidak ditularkan secara

seksual. 2. Post Operasi a. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi mukosa kandung kemih, reflek spasme otot karna prosedur operasi dan atau tekanan pada balon kandung kemih (traksi) Tujuan : nyeri berkurang atau terkontrol setelah dilakukan tindakan keperawatan. Kriteria hasil : 5) Mendemonstrasikan teknik relaksasi Ekspresi wajah rileks, tidur / istirahat dengan tepat. Intervensi Kaji keluhan nyeri, lokasi, intensitas (rentang 10) Anjurkan minum 2000 cc / hari, sesuai kemampuan dan bila Tingkatkan rasa nyaman pasien (mengganti posisi, menggosok Ajarkan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi Beri obat-obatan antispasmodik sesuai program. Pasien mengungkapkan nyeri hilang / terkontrol (rentang nyeri <

tidak ada kontra indikasi punggung, dll)

b. Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi mekanis (bekuan darah, trauma post operasi), tekanan dan iritasi balon kateter, hilangnya tonus kandung kemih karena over distensi pre operasi atau dekompresi yang terus menerus. Tujuan : Eliminasi dapat lancar / tidak terganggu setelah dilakukan tindakan keperawatan.

Kriteria hasil : Jumlah urine normal (1/2 1 cc / kg / BB / jam) tanpa retensi Pasien menunjukkan perilaku yang meningkatkan kontrol

kandung kemih (mampu menahan bak sesuai keinginan). Intervensi Kaji pengeluaran urine (jumlah, warna, konsisten) dan sistem Bantu pasien untuk posisi normal dalam berkemih setelah Catat keluhan kandung kemih penuh, tidak dapat BAK, perasaan Anjurkan pasien BAK bila ada rasa ingin berkemih, tetapi tidak Ukur volume urine residu bila ada kateter suprobubis Anjurkan minum 2000 cc/hari. kateter drain terutama bila dilakukan irigasi kandung kemih. kateter diangkat. tidak dapta menahan BAK. lebih dari 2-4 jam (sistotomy)

c. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan vaskularisasi daerah operasi sukar pengontrolan perdarahan, pembatasan asupan makanan / cairan operasi. Tujuan : volume cairan klien terpenuhi setelah dilakuakn tindakan keperawatan. Kriteria hasil : Mempertahankan hidrasi yang adekuat Tanda vital stabil Nadi perifer teraba, pengisian kapiler baik Membran mukosa lembab Output urine (1/2 1 cc / kg / BB / jam)

Perdarahan minimal, terkontrol. Intervensi : Fiksasi kateter dengan tepat

10

Monitor outake, output Observasi produk kateter, perhatikan adanya perdarahan Evaluasi warna, konsisten urine Perhatikan balutan luka operasi / drain, catat pembentukan Monitor tanda-tanda vital Tingkatkan asupan cairan 2000 cc / hari sesuai kondisi pasien Tingkatkan trasi kateter, fiksasi pada bagian paha sesuai Kolaborasi untuk pemeriksaan darah rutine, uranum, creatinum,

hematom

program threapi infus / transfusi sesuai indikasi. d. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, peralatan salama orepasi, kateter, irigasi kandung kemih yang sering. Tujuan : Tidak terjadi infeksi setelah dilakuakn tindakan keperawatan Kriteria hasil : Mencapai penyembuhan pada waktunya. Tidak ada tanda-tanda infeksi Intervensi Jaga sterilisasi sistem kateterisasi, rawat kateter secara teratur Jaga drainase urine, hindari masuknya urine kembali ke dalam Monitor tanda-tanda vital, perhatian adanya panas, demam, nadi Obervasi cairan yang keluar dari sekitar luka, kateter suprapubis Beri antibiotika sesuai program.

kandung kemih dan pernafasan cepat, tidak dapat istirahat, sensitif disorientasi ganti balut secara teratur

11

BAB II RESUME ASUHAN KEPERAWATAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN TN. A DENGAN BENIGNA PROSTAT HIPERLASIA (BPH) POST PROSTAKTOMI SUPRA PUBIC DI RUANG A3 (BEDAH) RUMAH SAKIT DR. KARIADI SEMARANG 1. PENGKAJIAN pada tanggal 22 April 2005 1. Identitas Pasien s Nama Umur Alamat Jenis Kelamin Agama Suku Bangsa Status Perkawinan Pekerjaan Tanggal Masuk No. Register : Tn. A : 63 tahun : Kusuma Wardani No. K52 RT/RW 6/5 Pleburan Semarang : Laki-laki : Katholik : Jawa / Indonesia : Kawin : Pensiunan ABRI : 9 November 2005, jam 09.43 WIB : 5179696

2. Identitas Penanggung Jawab Nama Umur Alamat Jenis Kelamin Pekerjaan : Ny. M : 70 tahun : Kusuma Wardani No. K52 RT/RW 6/5 Pleburan Semarang : Perempuan : Ibu Rumah Tangga

Hubungan dengan pasien : sebagai istri

12

B. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG 1. Keluhan Utama Pada saat dilakukan Pengkajian klien mengatakan kalau batuk pada daerah sekitar jahitan terasa sakit atau nyeri yaitu di daerah supra public dengan skala nyeri 5. Dan nyeri muncul pada saat badan digerakkan untuk membungkuk. 2. Riwayat Penyakit Sekarang Kurang lebih 9 bulan sebelum di rawat di rumah sakit pasien merasakan sakit pada kandung kemihnya, tidak bisa buang air kecil, saat ingin BAK harus mengenan. Kemudian pasien memutuskan untuk dipasang selang kateter yang dilakuakn oelh dr Agus pasien pasien terpasang selang kateter selama 9 bulan. Setelah selama 9 bulan pasien merasa prostatnya semakin membesar dan pasien merasa tidak tahan dengan rasa sakitnya. Kemudian pasien dan keluarga memutuskan untuk melakukan program operasi pada protesting dr. Didik di rumah askit dr. Kariadi Semarang. Pada tanggal 9 November 2005 pasien di bawa ke Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang masuk melalui UGD pada jam 09.43 WIB, dan dilakukan pemeriksaan lab dan USG kemudian pasien dirawat di ruang A3 (bedah) untuk tunggu program operasi. Setelah dilakukan persiapan pada tanggal 16 November 205 jam 11.15 dilakukan operasi prostat laktomi. 3. Riwayat Penyakit Dahulu Pasien mengatakan sejak tahun 2001 yang lalu merasakan ada kelainan pada saluran kenangnya, pasien sering tidak bisa BAK pada malam hari dan ada rasa nyeri saat BAK serat mengejan asat BAK akhirnya pasien periksa di dokter dan melakukan rawat jalan. Setelah dilakuakan rawat jalan penyakit pasien sembuh danpada tahun 2005 muncul lagi. Dan sebelumnya pasienpernah dirawat di opname di rumah sakit Bhakti Wira Tamtama Semarang. Dengan penyakit hemoroid pada tahun 1968 dan dilakukan operasi. Pada tahun 1978 pasien pernah dirawat di rumah sakti yang sama untuk dilakukan operasi katarak.

13

4.

Riwayat Penyakit Keluarga

Dalam keluarga pasien belum atau tidak ada yang menderita penyakit seperti yang diderita Tn. A. Keluarga klien juga belum ada yang pernah di opname di rumah sakit. Dan pada keluarga klien tidak ada penyakit manular atau penyakit keturunan seperti Diabetes Melitus, Hipertensi. 3. PENGKAJIAN POLA FUNGSIONAL 1. Pola Eliminasi Sebelum di rawat di rumah sakit dan sebelum dilakukan prostaktomi, pasien sering kesulitan saat buang air kecil dan ada rasa nyeri pada saat buang air kecil. Jumlah urine yang keluar sedikit dengan warna jernih. Setelah dilakukan prostatokmi pasien terpasang kateter dan terpasang selang drain. Warna urin kemurahan karena bercampur darah, jumlah urine 1000 CC. Sebelum dirawat di rumah sakti dan sebelum dilakukan prostoktomi, paien biasa BAB 1 kali dan sehari dengan konsistensi lunak dan saat dilakukan pengkajain pasien sudah dapat BAB 1 kali dalam sehari dengan konsistensi lunak dan sudah seperti biasa. 2. Kenyamanan Pasien mengatakan nyeri pada saat batuk dan nyeri timbul saat badan klien Digerakkan untuk membungkuk. Pada daerah sekitar jahitan atau daerah supra pubis dengan skala nyeri 5. 3. Pola Nutrisi Sebelum di rawat di rumah sakit pasien makan 3 kali sehari dengan nasi, sayur dan lauk. Baisnya 6-7 gelas sehari dan setelah di rumah sakit ataui saat dikaji kilen mengatakan kalau makan sudah seperti biasanya yaitu makan 3 x sehari dengan nasi, sayur dan lauk tetapi tidak dihabiskan dan minum hanya 5-6 gelas sehari. 4. Keamanan Pasien tidak merasakan demam pada tubuhnya, suhu stabil dan saat dikaji suhu pasien 365 oC

14

5. Sirkulasi Pada saat dikaji tekanan darah pasien 130/80 mmHg dan tidak ada akral dingin. 6. Mobilitas Fisik Sebelum dilakukan prostaktomi pasien dapat beraktifitas seperti biasa dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, personal hygiene dilakukan sendiri di kamar mandi. Setelah dilakukan prostaktomi kebutuhan sehari-hari dibantu oleh keluarga dan perawat karena pasien masih takut untuk buat bergerak atau beraktifitas. 7. Seksualitas Pasien merasa masih nyeri pada daerah kandung kemih sehingga pasien masih takut untuk melakukan seksualitasnya. 4. PENGKAJIAN FISIK Keadaan Umum : Baik Tingkat Kesadaran : Composmentis Tanda-tanda vital : TD : 130/80 mmHg Suhu badan : 365 oC Nadi : 80 x/menit Pernafasan : 24 x / menit Kepala Rambut Mata Hidung Telinga Mulut Leher Dada dan thorak : Bentuk mesochepal : Warna Putih, lurus, tidak ada ketombe : Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, tidak simetris, tidak ada secret. : Tidak terdapat suptum deviasi, tidak ada secret, tidak ada polip. : Bentuk simetris, tidak ada secret : Selaput mukosa kering, tidak ada karies gigi, bibir kering. : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran tiroid : Bentuk dada simetris, pergerakan simetris

15

Paru-paru Inspeksi Perkusi Palpasi Auskultasi Jantung Inspeksi Perkusi Palpasi Auskultasi Abdomen Inspeksi Auskultasi Perkusi Palpasi Genital Kulit Ekstermitas Atas

: : Ekspansi paru simetris, bentuk normal : Suara paru resonan : Pergerakan dada simetris : Tidak ada suara wheezing dan ronchi : : Simetris : Banyi jantung normal : Irama jantung normal / reguler : Tidak ada suara gallap : : Adanya luka post operasi, balutan pada luka bersih, terpasang drain. : Bising usus normal yaitu 16 x / menit : Ada suara timpani : Tidak ada pembesaran hepar : Tidak ada luka, terpasang kateter No. 22, tidak ada tanda infeksi pada area pemasangan kateter. : Turgor kulit cukup baik, warna sawo matang tidak ada edema. : : Kulit kotor, warna sawo matang, tidak ada edema, turgor cukup baik, kuku bersih, terpasang infus RL 20 tts/menit pada tangan kiri tidak ada infeksi.

Bawah

: Tidak ada edema, kuku kotor, tidak ada luka.

16

E. DATA PENUNJANG Pada tanggal 16 November 2005 Hematology Hemoglobin Hemotokrit Eritrosit MCH MCV MCHV Leukosit : 10.5 gr % : 30.0 % : 3.34 juta/mmk : 31.40 Pg : 89.80 Fl : 35.00 g/dl : 12.30 ribu / mmk Normal 12.00 15.00 gr % 40.00 54.0 % 4.50 6.50 juta/mmk 27.00 32.00 Pg 76.00 96.00 Fl 29.00 36.00 g/dl 4.00 11.00 ribu / mmk

Trombosit : 152.0 ribu/mmk 150.0 400.0 ribu/mmk Hasil lab. mikrobiologi klinik pada tanggal 15 November 2006 Urine : kultur + sensitif Therapy : tanggal 22 November 2005 Parenteral : Cipofloxaxin 2 x 500 Blader draining Cravit 1 x 1 Kultrazim 3 x 1 Cairan infus :RL 20 tts/menit 6. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Pengelompokkan Data Data Subyektif : Pasien mengatakan nyeri pada daerah sekitar jahitan jika batuk Skala nyeri 5 Klien mengatakan nyeri muncul pada saat badan Digerakkan untuk Klien mengatakan jika BAK urin yang keluar hanya sedikit. Klien terlihat menahan sakit dan meringis Pasien terpasang kateter dan drain Warna urine agak kemurahan dan jumlpah sebanyak 1000 ml

membungkuk. Data Obyektif :

17

Adanya luka insisi / post operasi Adanya balutan luka insisi Aktivitas klien dibatnu oleh keluarganya

2. Analisa Data No Tgl Data (DS dan DO) Etiologi Problem TTd 1. 22/11 DS : Klien mengatakan Spasme otot Gangguan rasa 2005 nyeri pada asat sehubungan operasi. nyaman nyeri batuk pada daerah dengan luka post jahitan skala nyeri 5. DO : Klien menahan 2. terlihat sakit /

meringis. 22/11 DS : Klien mengatakan Infeksi residual Perubahan 2005 jika BAK urin yang urine keluar hanya sedikit. DO : Urin yang keluar 1000 Mobilisasi fisik. I berjumlah eliminasi disuria

3.

cc/hari 22/11 DS : Klien mengatakan Nyeri luka insisi 2005 jika untuk bergerak. DO : Adanya balutan luka insuisi. Aktivitas dibantu keluarganya pasien oleh

18

3. Diagnosa Keperawatan a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan otot sehubungan dengan luka post operasi ditandai dengan klien mengatakan nyeri pada saat batuk pada daerah jahitan dengan skala nyeri 5, klien terlihat menahan nyeri dan meringis. b. Perubahan eliminasi disuria berhubungan dengan residual urine ditandai dengan klien mengatakan jika BAK urin yang keluar hanya sedikit, urin yang keluar berjumlah 1000 cc / hari. c. Imobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri luka insisi ditandai dengan klien mengatakan nyeri jika untuk bergerak, adanya luka insisi, aktifitas pasien di bantu oleh keluarganya.

7. PERENCANAAN 1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan otot sehubungan dengan luka post operasi Tujuan : setelah dilakukan tindakan selaam 1 x 30 menit rasa nyeri berkurang. Kriteria hasil : Nyeri yang dirasakan pasien berkurang dari skala 5 menjadi 3 Pasien mengatakan jika untuk bergerak tidak menimbulkan nyeri Agar pasien tampak rileks, tidur / istirahat dengan tenang. Kaji skala nyeri, lokasi intensitas (skala 0-10) Pertahankan kateter dari lakukan Bantu penggunaan teknik relaksasi dan pengubahan posisi

Intervensi :

2. Perubahan eliminasi disuria berhubungand enggan infeksi residual urine Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan dapat berkemih dengan normal dan tidak terjadi retensi.

19

Kriteria hasil : Tidak ada retensi urine Perubahan eliminasi disuria dapat diatasi Kaji haluaran urine dan karakteristik urine Bantu pasien memilih posisi yang nyaman waktu berkemih Dorong masukan cairan 2,5 3 liter sesuai advis dokter dan batasi Perhatiakn waktu, jumlah aliran kateter dan kesulitan berkemih.

Intervensi :

cairan pada malam hari setelah kateter dilepas

3. Imobilitas fisik berhubungan dengan nyeri luka insisi Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam pasien dapat mobilisasi sesuai toleransi. Kriteria hasil : Pasien mengatakan bila beraktifitas sesuai dengan toleransi Aktifitas dapat dilakukan sendiri secara bertahap tanpa bantuan

keluarga Intervensi : Kaji status nyeri saat beraktifitas Motivasi pasien untuk melakukan ubah posisi secara bertahap sesuai Memotivasi untuk melaklukan gerakan ringan Berikan gerak latihan aktif / pasif.

kemampuan

Perhatikan waktu, jumlah aliran kateter dan kesulitan berkemih

20

8. IMPLEMENTASI
Tgl & Jam 22-11 2005 14.30 1 No Dx 1, 3 Implementasi intensitas (0-10) Mengkaji status nyeri saat beraktifitas Mempertahankan kateter dari lakukan. 15.00 1 Membantu Respon Pasien bekas jahitan pada saat dibuat batuk, dengan skala nyeri 5 DO : Ada luka insisi dan balutan. selang DS : DO : Aliran urin dapat mengalir merasa TTD

Mengkaji skala nyeri, lokasi DS : Klien mengatakan nyeri pada

dengan lancar penggunaan DS : Pasien mengatakan nyaman.

teknik relaksasi pada saat 2

muncul nyeri DO : Klien terlihat tenang. Mengkaji keluaran urin dan DS : Klien mengatakan pada saat karakteristik urin BAK urin keluar sedikit. DO : Urin keluar 1000 cc/hari Menganjurkan klien untuk DS : Klien mau melakukannya. berkemih jika ada dorongan DO : Klien sedang berkemih. untuk berkemih. Memotivasi melakukan secara kemampuan. Memotivasi ubah bertahap

15.30

16.30

untuk DS : Klien mau melakukannya posisi DO : Klien menggerakkan badan ke sesuai kiri dan ke kanan.

untuk DS : Klien mau melakukannya DO : Klien menggerakkan kaki satu

melakukan gerakan ringan. 18.00 2

per satu. Mendorong masukan cairan DS : 2,5 3 liter sesuai advis DO : Klien sedang minum air Putih. dokter. Memonitor keadan umum DS : klien. DO : Keadaan klien baik mengatakan nyeri

22-Nov 2005 22.00 24-Nov 2005 06.00

1, 2

Mengkaji status nyeri klien DS : Klien dan mengkaji keluaran urin dan karakteristik urin.

berkurang DO : - Klien terlihat tenang - Urine yang keluar 1500 cc/hr - Karakteristik urin jernih

21

9. EVALUASI Tgl/ No Jam 24 Nov 1 2005 06.00 Catatan Perkembangan S : Klien mengatakan nyeri berkurang, skala nyeri 4 O : Klien terlihat tenang A : Masukan teratasi sebagian P : Lanjutkan intervensi : - Kaji status nyeri intensitas, lokasi - Monitor keadaan umum klien - Anjurkan dengan menggunakan teknik relaksasi saat 2 nyeri timbul. S : Klien mengatakan saat BAK sudah agak lancar O : Urin yang keluar 1500 cc / hari, urin jernih A : Masalah teratasi sebagian P : Lanjutkan intervensi : - Kaji keluaran urin dan karakteristik - Dorong klien untuk berkemih jika ada dorongan untuk berkemih. - Motivasi klien untuk masukan cairan 2,5 3 liter sesuai advis dokter 3 S : O : Klien sedang latihan gerakan ringan. Klien sedang dudik. A : Masalah teratasi sebagian P : Lanjutkan intervensi : - Motivasi klien untuk melakukan ubah posisi ke kanan dan ke kriri - Motivasi klien untuk gerakan ringan - Bantu klien untuk beraktifitas sehari-hari Ttd

22

DAFTAR PUSTAKA Suddart & Brunner, 2001, Keperawatan Medical Bedah, Edisi 8, Jakarta, EGC. Kapita Selekta Kedokteran, 2000, Edisi 3, FK UI, Jakarta. Doenges Marlynn E, 2000, Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta. Barbara C. Long, 1996, Perawatan Medikal Bedah 3, Alih Bahasa : Yayasan IAPK, Padjajaran Bandung. Doenges, Marilyn E, 2000, Rencana Asuhan Keperawtan Edisi 3, Alih Bahasa I Made Kariasa, Jakarta : EGC. Sylvia A. Pricwe, 1996, Loraine M. Wilson. Patofisiologi Konsep Klinis Proses, Edisi 4, Jakarta : EGC. Carpenito, J.L, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Edisi 2, Jakarta : EGC.

23

Vous aimerez peut-être aussi