Vous êtes sur la page 1sur 38

Oleh : Amielia Mazwa Rafidah 030.05.

248

Mei 2010

Pengertian Imunisasi :

Imun = bahasa latin immunitas ( pembebasan / kekebalan )

suatu upaya untuk menimbulkan/ meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit

Vaksinasi : pemberian vaksin ( antigen ) yang dapat merangsang pembentukan imunitas (antibodi ) dari sistem imun di dalam tubuh

AKTIF

PASIF

Imunisasi aktif kuman/racun yang dilemahkan/dimatikan Imunisasi pasif penyuntikan sejumlah antibodi sehingga kadar antibodi dalam tubuh meningkat

Kekebalan pasif kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh, bukan dibuat oleh individu itu sendiri

Kekebalan aktif kekebalan yang dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpajan pada antigen (imunisasi atau terpajan secara alamiah)

mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang, dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat

Respons imun: respons tubuh berupa suatu urutan kejadian yang kompleks terhadap antigen, untuk mengeliminasi antigen tersebut Dikenal dua macam pertahanan tubuh yaitu : 1) mekanisme pertahanan nonspesifiik disebut juga komponen nonadaptif atau innate artinya tidak ditujukan hanya untuk satu macam antigen , tetapi untuk berbagai macam antigen, 2) mekanisme pertahanan tubuh spesifik atau komponen adptif ditujukan khusus terhadap satu jenis antigen, terbentuknya antibodi lebih cepat dan lebih banyak pada pemberian antigen berikutnya.

Bayi dan anak balita, anak sekolah, remaja Orang tua, manula Calon jemaah haji/umroh Anda yang akan bepergian ke luar negeri Dll.

Tergantung dari beberapa faktor, yaitu: 1. status imun pejamu Terjadinya antibodi spesifik pada pejamu terhadap vaksin yang diberikan akan mempengaruhi keberhasilan vaksinasi 2. faktor genetik pejamu genetik respons imun manusia dapat dibagi atas responder baik, cukup, dan rendah terhadap antigen tertentu 3. kualitas dan kuantitas vaksin cara pemberian, dosis, frekuensi pemberian ajuvan yang dipergunakan, dan jenis vaksin.

Pada dasarnya, vaksin dibagi menjadi 2 jenis, yaitu : Live attenuated ( bakteri atau virus hidup yang dilemahkan ) Inactivate ( bakteri, virus atau komponenmnya dibuat tidak aktif )

Seluruh sel virus yang inactivated, contoh influenza, polio, rabies, hepatitis A
Seluruh bakteri yang inactivated, contoh pertusis, tifoid, kolera, lepra Vaksin fraksional yang masuk sub-unit, contoh hepatitis B, influenza, pertusis a-seluler, tifoid Vi, lyme disease Toksoid, contoh difteria, tetanus, botulinum.

Polisakarida murni, contoh pneumokokus, meningokokus, dan haemophilus influenzae tipe b.


Gabungan polisakarida ( haemophillus influenzae tipe B dan pneumokokus ).

risiko imunisasi dan risiko apabila tidak divaksinasi persiapan untuk obat bila terjadi reaksi ikutan yang tidak diharapkan mendapat persetujuan orang tua, tanya jawab dengan orang tua sebelum melakukan imunisasi kontraindikasi terhadap vaksin yang diberikan identitas penerima vaksin dan berikan antipiretik bila diperlukan jenis vaksin dan yakin bahwa vaksin tersebut telah disimpan dengan baik Periksa tanggal kadarluwarsa dan catat hal-hal istimewa vaksin yang akan diberikan sesuai jadwal dan ditawarkan pula vaksin lain untuk mengejar imunisasi yang tertinggal ( catch up vaccination ) bila diperlukan Berikan vaksin dengan teknik yang benar

Jarum suntik harus disuntikan dengan sudut 450-600 ke dalam otot vastus lateralis atau otot deltoid Untuk suntikan otot vastus lateralis, jarum diarahkan ke arah lutut sedangkan untuk suntikan pada deltoid jarum diarahkan ke pundak Kerusakan saraf dan pembuluh vaskular dapat terjadi apabila suntikan diarahkan pada sudut 900

Paha anterolateral adalah bagian tubuh yang dianjurkan untuk vaksinasi pada bayi dan anak umur di bawah 12 bulan Vaksin harus disuntikkan ke dalam batas antara sepertiga otot bagian tengah yang merupakan bagian yang paling tebal dan padat Regio deltoid adalah alternatif untuk vaksinasi pada anak yang lebih besar ( mereka yang telah dapat berjalan ) dan orang dewasa.

Menghindari risiko kerusakan saraf iskiadika pada suntikan daerah gluteal.

Menghindari risiko reaksi lokal dan terbentuknya nodulus di tempat suntikan yang menahun.

Daerah deltoid pada bayi dianggap tidak cukup tebal untuk menyerap suntikan secara adekuat.

Menghindari lapisan lemak subkutan yang tebal pada paha bagian anterior.

Imunogenitas vaksin hepatitis B dan rabies akan berkurang apabila disuntikkan di daerah gluteal

Imunisasi BCG BCG (Bacille Calmette Guerin) merupakan salah satu vaksin yang akan memberikan kekebalan terhadap penyakit TB
Jumlah Pemberian Imunisasi BCG Cukup 1x, tak perlu diulang (booster)

Imunisasi BCG

Usia Pemberian Imunisasi BCG <2 bulan. Jika baru diberikan setelah usia 2 bulan, disarankan tes Mantoux . Vaksinasi dilakukan bila hasil tes tuberkulin negatif Lokasi Penyuntikan Lengan kanan atas, sesuai anjuran World Health Organization (WHO)

Efek Samping Umumnya tidak ada

Tanda Keberhasilan Muncul bisul kecil dan bernanah di daerah bekas suntikan setelah 4-6 minggu. Tidak menimbulkan nyeri dan tidak diiringi panas. Bisul akan sembuh sendiri dan meninggalkan luka parut.

Jumlah Pemberian: Sebanyak 3 kali, dengan interval 1 bulan antara suntikan pertama dan kedua, kemudian 5 bulan antara suntikan kedua dan ketiga. Usia Pemberian Sekurang-kurangnya 12 jam setelah lahir. Dilanjutkan pada usia 1 bulan, dan usia 3-6 bulan. Khusus bayi yang lahir dari ibu pengidap VHB, selain imunisasi tsb dilakukan tambahan dengan imunoglobulin antihepatitis B dalam waktu sebelum usia 24 jam.

Lokasi Penyuntikan: Pada anak di lengan dengan cara intramuskuler. Sedangkan pada bayi di paha lewat anterolateral Efek Samping: Umumnya tak terjadi Tanda Keberhasilan: Tak ada tanda klinis yang dapat dijadikan patokan Tingkat Kekebalan: Cukup tinggi, antara 94-96%. Umumnya setelah 3 kali suntikan, lebih dari 95% bayi mengalami respons imun yang cukup Indikator Kontra: Tak dapat diberikan pada anak yang sakit berat

Jumlah Pemberian: Bisa lebih dari jadwal yang telah ditentukan, mengingat adanya imunisasi polio massal. Namun jumlah yang berlebihan ini tak akan berdampak buruk. Usia Pemberian: Saat lahir (0 bulan), dan berikutnya di usia 2, 4, 6 bulan. Dilanjutkan pada usia 18 bulan dan 5 tahun. Kecuali saat lahir, pemberian vaksin polio selalu dibarengi dengan vaksin DTP.

Cara Pemberian: Bisa lewat suntikan (Inactivated Poliomyelitis Vaccine/IPV), atau lewat mulut (Oral Poliomyelitis Vaccine/OPV)

Efek Samping: Hampir tak ada Tingkat Kekebalan: Dapat mencapai hingga 90% Indikasi Kontra: Tak dapat diberikan pada anak yang menderita penyakit akut atau demam tinggi (diatas 380C); muntah atau diare, penyakit kanker atau keganasan, HIV/AIDS, sedang menjalani pengobatan steroid dan pengobatan radiasi umum, serta anak dengan mekanisme kekebalan terganggu.

Dengan pemberian imunisasi DTP, diharapkan penyakit difteri, tetanus, dan pertusis dapat disingkirkan.

Usia dan jumlah pemberian Sebanyak 5 kali, dilakukan bertahap, 3 kali di usia bayi (2,4,6 bulan), 1 kali di usia 18 bulan, dan 1 kali di usia 5 tahun. Selanjutnya di usia 12 tahun, diberikan imunisasi TT

Efek samping Umumnya muncul demam yang dapat diatasi dengan obat penurun panas Indikasi Kontra Tak dapat diberikan pada anak kejang yang disebabkan suatu penyakit seperti epilepsi, menderita kelainan saraf yang berat atau setelah dirawat karena ensefalitis, dan yang alergi terhadap DTP. Mereka hanya boleh menerima vaksin DT tanpa P karena antigen Pertusis inilah yang menyebabkan panas.

Sebenarnya bayi sudah mendapatkan kekebalan campak dari ibunya Namun seiring bertambahnya usia, antibodi dari ibunya semakin menurun sehingga butuh antibodi tambahan lewat pemberian vaksin campak

Usia dan Jumlah Pemberian Sebanyak 2 kali; 1 kali di usia 9 bulan, 1 kali di usia 6 tahun Selain karena antibodi dari ibu sudah menurun di usia 9 bulan, penyakit campak umumnya menyerang anak usia balita Jika sampai 12 bulan belum mendapatkan imunisasi campak, maka pada usia 12 bulan harus diimunisasi MMR (Measles Mump Rubella).

Efek Samping Umumnya tidak ada. Pada beberapa anak, bisa menyebabkan demam dan diare, namun kasusnya sangat kecil. Biasanya demam berlangsung seminggu. Kadang juga terdapat efek kemerahan mirip campak selama 3 hari.

=events associated with vaccines,adverse events following immunization) sebagai semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi dalam masa 1 bulan setelah imunisasi Pada umumnya reaksi terhadap obat dan vaksin dapat merupakan reaksi simpang (adverse effects), atau kejadian lain yang bukan terjadi akibat efek langsung vaksin. Reaksi simpang vaksin dapat berupa efek farmakologis, efek samping, interaksi obat, intoleransi, reaksi idiosinkrasi, dan reaksi alergi yang umumnya secara klinis sulit dibedakan

Reaksi alergi dapat terjadi terhadap protein telur (vaksin campak, gondong, influenza, dan demam kuning), antibiotik, bahan preservatif (neomisin, merkuri), dll.

Faktor penyebab

Pokja KIPI Depkes RI membagi penyebab kejadian ikutan pasca imunisasi menjadi 4 kelompok, yaitu karena kesalahan program/teknik pelaksanaan imunisasi, induksi vaksin, faktor kebetulan, dan penyebab tidak atau belum diketahui.

Klasifikasi Lapangan Sesuai dengan manfaatnya di lapangan maka KN PP KIPI memakai kriteria WHO Western Pasific untuk memilah KIPI dalam lima kelompok penyebab, yaitu : 1. Kesalahan program 2. Reaksi suntikan 3. Reaksi vaksin 4. Koinsiden, dan 5. Sebab tidak diketahui

Semua kejadian yang berhubungan dengan imunisasi seperti,


Abses pada tempat suntikan Semua kasus limfadenitis BCG Semua kematian yang diduga oleh petugas kesehatan atau masyarakat berhubungan dengan imunisasi. Semua kasus rawat inap, yang diduga oleh petugas kesehatan atau masyarakat berhubungan dengan imunisasi. Insiden medik berat atau tidak lazim yang diduga oleh petugas kesehatan atau masyarakat berhubungan dengan imunisasi.

Lima kategori KIPI di atas kadang disebut sebagai pencetus kejadian oleh karena adanya reaksi tersebut merangsang atau mencetuskan respons.

Vous aimerez peut-être aussi