Vous êtes sur la page 1sur 1

ASKEP ANAK DENGAN ENCEPHALITIS

DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi terjadi obstruksi jalan nafas b/d akumulasi sekret dalam jalan nafas, spasme otot nafas dan penurunan kesadaran sekunder terhadap terjadinya serangan kejang Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan demam, menurunnya intake dan tachipnea Resiko tinggi terhadap trauma b/d aktivitas kejang umum. Nyeri b/d adanya proses infeksi yang ditandai dengan anak menangis, gelisah. Gangguan mobilitas b/d penurunan kekuatan otot yang ditandai dengan ROM terbatas. Gangguan asupan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah. Resiko terjadi kontraktur b/d spastik berulang. Risiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan tindakan invasif pemasangan infus penurunan daya tahan tubuh terhadap infeksi turun. Risiko tinggi terjadi kerussakan integritas kulit berhubungan dengan bed rest total

TUJUAN & KRITERIA HASIL


Tujuan: Setelah dilakukan asuhan Keperawatan - Tidak terjadi obstruksi jalan nafas - Tidak terjadi kekurangan volume cairan. - Tidak terjadi infeksi akibat pemasangan infus, penurunan daya tahan tubuh. - Tidak terjadi kerusakan integritas kulit - Tidak terjadi injuri akibat kejang - Nyeri berkurang

RENCANA KEPERAWATAN
Mandiri : 1. Pertahankan keatenan jalan nafas 2. Kaji status pernafasan tiap 2 jam meliputi respiratory rate, penggunaan otot bantu nafas, warna kulit 3. Lakukan suction jika terdapat sekret di jalan nafas Lakukan postural drainage 4. Posisikan kepala lebih tinggi. Jaga humidifasi oksigen yang masuk 5. Gunakan tehnik aseptik dalam penghisapan lendir 6. Periksa kelancaran aliran oksigen 5-6 liter per menit 7. Konsul dokter jaga jika ada tanda hipoksia/ sianosis 8. Awasi tingkat kesadaran klien 9. Observasi tanda tanda vital tiap 2 3 jam sekali. Segera lapor dokter jika terdapat kelainan hasil observasi. 10. Berikan penjelasan pada ibu klien tentang penyebab terjadinya spastik , terjadi kekacauan sendi. 11. Lakukan latihan pasif mulai ujung ruas jari secara bertahap 12. Lakukan perubahan posisi setiap 2 jam 13. Pertahankan tirah baring dalam fase akut. 14. Kaji adanya tanda dehidrasi,Jaga kelancaran aliran infus.Periksa adanya tromboplebitis Awasi turgor kulit 15. Lakukan kompres dingin jika terdapat hipertermia suhu diatas 38 C. Pantau balance cairan 16. Berikan nutrisi sesuai diit 17. Awasi adanya tanda- tanda infeksi pada tempat pemasangan infus.Jaga kenbersihan tempat pemasangan infus 18. Jaga tempat pemasangan infus tetap kering 19. Ganti lokasi pemasangan infus tiap 3 x 24 jam 20. Pasang pengaman di sisi tempat tidur 21. Anjurkan orang tua untuk melapor jika terjadi kejang 22. Siapkan sudip lidah/ pasang pada mulut pasien jika pasien kejang 23. Awasi adanya kejang tiap 15 menit sekali 24. Lakukan massage pada kulit tertekan 25. Monitor adanya luka dekubitus. Jaga kulit tetap kering 26. Berikan kamfer spiritus pada punggung dan daerah tertekan 27. Jaga kebersihan dan kekencangan linen Kolaborasi : 28. Dengan fisiotherapist untuk melaakukan fisiotherapi dada 29. Kolaborasi.Berikan obat sesuai indikasi seperti delantin, valum dsb. 30. Kolaborasi berikan anti kejang luminal dan diazepam Berikan

2.
3. 4. 5. 6. 7.

- Tidak terjadi kontraktur


Kriteria Hasil : - Suara nafas bersih tidak ada ronkhi atau rales, wheezing - Sekret di jalan nafas bersih - Akral hangat - Tidak ada tanda sianosis, hipoksia jaringan SpO2 perifer >90% - Tidak ada tanda dehidrasi - Tidak terjadi kekakuan sendi - Dapat menggerakkan anggota tubuh - Suhu tubuh normal 36,5-37 0C - Aliran infus lancar - Tidak ada tanda infeksi pada tempat pemasangan infus - Tidak ada tromboplebitis - Tidak terdapat luka dekubitus pda lokasi yang tertekan - Warna kulit daerah tertekan tidak hipoksia, kemerahan - Tidak ada injuri pada bagian tubuh jika terjadi kejang - Orang tua selalu mengawasi disamping anaknya - Orang tua melapor jika terjadi kejang

8.
9.

Vous aimerez peut-être aussi