Vous êtes sur la page 1sur 7

ASKEP TRAUMA TORAKS

00:33 CONTOH ASKEP No comments

A.

Secara keseluruhan angka mortalitas trauma thorax adalah 10 %, dimana trauma thorax menyebabkan satu dari empat kematian karena trauma yang terjadi di Amerika Utara. Banyak penderita meninggal setelah sampai di rumah sakit dan banyak kematian ini seharusnya dapat dicegah dengan meningkatkan kemampuan diagnostik dan terapi. Kurang dari 10 % dari trauma tumpul thorax dan hanya 15 30 % dari trauma tembus thorax yang membutuhkan tindakan torakotomi. Mayoritas kasus trauma thorax dapat diatasi dengan tindakan teknik prosedur yang akan diperoleh oleh dokter yang mengikuti suatu kursus penyelamatan kasus trauma thorax.

II.

DEFINISI.

Trauma thorax adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax yang disebabkan oleh benda tajam atau bennda tumpul dan III. dinding 2. Dapat juga disebabkan oleh karena trauma tajam melalui dinding dapat menyebabkan keadaan gawat thorax akut. ETIOLOGI. thorax. thorax.

1. Trauma thorax kebanyakan disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas yang umumnya berupa trauma tumpul

IV.

ANATOMI.

Kerangka rongga thorax, meruncing pada bagian atas dan berbentuk kerucut terdiri dari sternum, 12 vertebra thoracalis, 10 pasang iga yang berakhir di anterior dalam segmen tulang rawan dan 2 pasang yang melayang. Kartilago dari 6 iga memisahkan articulasio dari sternum, kartilago ketujuh sampai sepuluh berfungsi membentuk tepi kostal sebelum menyambung pada tepi bawah sternu. Perluasan rongga pleura

di atas klavicula dan di atas organ dalam abdomen penting untuk dievaluasi pada luka tusuk. Musculus pectoralis mayor dan minor merupakan muskulus utama dinding anterior thorax. Muskulus latisimus dorsi, trapezius, rhomboideus, dan muskulus gelang bahu lainnya membentuk lapisan muskulus posterior dinding posterior thorax. Tepi bawah muskulus pectoralis mayor membentuk lipatan/plika aksilaris posterior. Dada berisi organ vital paru dan jantung, pernafasan berlangsung dengan bantuan gerak dinding dada. Inspirasi terjadi karena kontraksi otot pernafasan yaitu muskulus interkostalis dan diafragma, yang menyebabkan rongga dada membesar sehingga udara akan terhisap melalui trakea dan bronkus. Pleura adalah membran aktif yang disertai dengan pembuluh darah dan limfatik. Disana terdapat pergerakan cairan, fagositosis debris, menambal kebocoran udara dan kapiler. Pleura visceralis menutupi paru dan sifatnya sensitif, pleura ini berlanjut sampai ke hilus dan mediastinum bersama sama dengan pleura parietalis, yang melapisi dinding dalam thorax dan diafragma. Pleura sedikit melebihi tepi paru pada setiap arah dan sepenuhnya terisi dengan ekspansi paru paru normal, hanya ruang potensial yang ada. Diafragma bagian muskular perifer berasal dari bagian bawah iga keenam kartilago kosta, dari vertebra lumbalis, dan dari lengkung lumbokostal, bagian muskuler melengkung membentuk tendo sentral. Nervus frenikus mempersarafi motorik dari interkostal bawah mempersarafi sensorik. Diafragma yang naik setinggi putting susu, turut berperan dalam ventilasi paru paru selama respirasi biasa / tenang sekitar 75%.

V.

PATOFISIOLOGI.

Hipoksia, hiperkarbia, dan asidosis sering disebabkan oleh trauma thorax. Hipokasia jaringan merupakan akibat dari tidak adekuatnya pengangkutan oksigen ke jaringan oleh karena hipivolemia ( kehilangan darah ), pulmonary ventilation/perfusion mismatch ( contoh kontusio, hematoma, kolaps alveolus )dan perubahan dalam tekanan intratthorax ( contoh : tension pneumothorax, pneumothorax terbuka ). Hiperkarbia lebih sering disebabkan oleh tidak adekuatnya ventilasi akibat perubahan tekanan intrathorax atau penurunan tingkat kesadaran. Asidosis metabolik disebabkan oleh hipoperfusi dari jaringan ( syok ).

VI. 1. denganairway, b.

INITIAL Pengelolaan

ASSESSMENT penderita breathing, Resusitasi yang Perawatan pencegahan dan

DAN terdiri dan fungsi

PENGELOLAAN. dari : circulation. vital. terinci. definitif. mengoreksinya.

a. Primary survey. Yaitu dilakukan pada trauma yang mengancam jiwa, pertolongan ini dimulai

c. Secondary survey d. untuk mungkin.

2. Karena hipoksia adalah masalah yang sangat serius pada Trauma thorax, intervensi dini perlu dilakukan 3. Trauma yang bersifat mengancam nyawa secara langsung dilakukan terapi secepat dan sesederhana 4. Kebanyakan kasus Trauma thorax yang mengancam nyawa diterapi dengan mengontrol airway atau

melakukan

pemasangan trauma

selang

thorax yang

atau

dekompresi

thorax

dengan

jarum. khusus.

5. Secondary survey membutuhkan riwayat trauma dan kewaspadaan yang tinggi terhadap adanya trauma bersifat

VII. A.

KELAINAN Trauma

AKIBAT dinding

TRAUMA thorax

THORAX dan

. paru.

- Fraktur iga. Merupakan komponen dari dinding thorax yang paling sering mngalami trauma, perlukaan pada iga sering bermakna, Nyeri pada pergerakan akibat terbidainya iga terhadap dinding thorax secara keseluruhan menyebabkan gangguan ventilasi. Batuk yang tidak efektif intuk mengeluarkan sekret dapat mengakibatkan insiden atelaktasis dan pneumonia meningkat secara bermakna dan disertai timbulnya penyakit paru paru. Fraktur sternum dan skapula secara umum disebabkan oleh benturan langsung, trauma tumpul jantung harus selalu dipertimbangkan bila ada asa fraktur sternum. Yang paling sering mengalami trauma adalah iga begian tengah ( iga ke 4 sampai ke 9 ). - Flail Chest. terjadi ketika segmen dinding dada tidak lagi mempunyai kontinuitas dengan keseluruhan dinding dada. Keadaan tersebut terjadi karena fraktur iga multipel pada dua atau lebih tulang iga dengan dua atau lebih garis fraktur. Adanya semen flail chest (segmen mengambang) menyebabkan gangguan pada pergerakan dinding dada. Jika kerusakan parenkim paru di bawahnya terjadi sesuai dengan kerusakan pada tulang maka akan menyebabkan hipoksia yang serius. Kesulitan utama pada kelainan Flail Chest yaitu trauma pada parenkim paru yang mungkin terjadi (kontusio paru). Walaupun ketidak-stabilan dinding dada menimbulkan gerakan paradoksal dari dinding dada pada inspirasi dan ekspirasi, defek ini sendiri saja tidak akan menyebabkan hipoksia. Penyebab timbulnya hipoksia pada penderita ini terutama disebabkan nyeri yang mengakibatkan gerakan dinding dada yang tertahan dan trauma jaringan parunya. Flail Chest mungkin tidak terlihat pada awalnya, karena splinting (terbelat) dengan dinding dada. Gerakan pernafasan menjadi buruk dan toraks bergerak secara asimetris dan tidak terkoordinasi. Palpasi gerakan pernafasan yang abnormal dan krepitasi iga atau fraktur tulang rawan membantu diagnosisi. Dengan foto toraks akan lebih jelas karena akan terlihat fraktur iga yang multipel, akan tetapi terpisahnya sendi costochondral tidak akan terlihat. Pemeriksaan analisis gas darah yaitu adanya hipoksia akibat kegagalan pernafasan, juga membantu dalam diagnosis Flail Chest. Terapi awal yang diberikan termasuk pemberian ventilasi adekuat, oksigen yang dilembabkan dan resusitasi cairan. Bila tidak ditemukan syok maka pemberian cairan kristoloid intravena harus lebih berhati-hati untuk mencegah kelebihan pemberian cairan. Bila ada kerusakan parenkim paru pada Flail Chest, maka akan sangat sensitif terhadap kekurangan ataupun kelebihan resusitasi cairan. Pengukuran yang lebih spesifik harus dilakukan agar pemberian cairan benar-benar optimal. Terapi definitif ditujukan untuk mengembangkan paru-paru dan berupa oksigenasi yang cukup serta pemberian cairan dan analgesia untuk memperbaiki ventilasi. Tidak semua penderita membutuhkan penggunaan ventilator. Pencegahan hipoksia merupakan hal penting pada penderita trauma, dan intubasi serta ventilasi perlu diberikan untuk waktu singkat sampai diagnosis dan pola trauma yang terjadi pada penderita tersebut ditemukan secara lengkap. Penilaian hati-hati dari frekuensi pernafasan, tekanan oksigen arterial dan penilaian kinerja pernafasan akan memberikan suatu indikasi timing / waktu untuk melakukan intubasi dan ventilasi. - Kontusio paru adalah kelainan yang paling sering ditemukan pada golongan potentially lethal chest injury. Kegagalan bernafas dapat timbul perlahan dan berkembang sesuai waktu, tidak langsung terjadi setelah kejadian, sehingga rencana penanganan definitif dapat berubah berdasarkan perubahan waktu. Monitoring

harus ketat dan berhati-hati, juga diperlukan evaluasi penderita yang berulang-ulang. Penderita dengan hipoksia bermakna (PaO2 <>

B.

PATHWAYS Pathways dapat dilihat disini

C.

ANALISA DATA

NO

TGL / JAM

DATA

PROBLEM

ETIOLOGI Etiologi berisi tentang penyakit yang diderita pasien

masalah yang sedang Berisi data subjektif Diisi pada dialami pasien seperti dan data objektif saat gangguan pola nafas, yang didapat dari 1 tanggal gangguan keseimbangan pengkajian pengkajian suhu tubuh, gangguan pola keperawatan aktiviatas,dll

D.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

o o o o o o o o
Ketidakefektifan pola pernapasan b/d ekpansi paru yang tidak maksimal karena akumulasi udara/cairan. Inefektif bersihan jalan napas b/d peningkatan sekresi sekret dan penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan. Perubahan kenyamanan : Nyeri akut b/d trauma jaringan dan reflek spasme otot sekunder. Gangguan mobilitas fisik b/d ketidakcukupan kekuatan dan ketahanan untuk ambulasi dengan alat eksternal. Potensial Kolaboratif : Akteletasis dan Pergeseran Mediatinum. Kerusakan integritas kulit b/d trauma mekanik terpasang bullow drainage Resiko terhadap infeksi b/d tempat masuknya organisme sekunder terhadap trauma.

E.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NO

DIAGNOSA KEPERAWATAN

TUJUAN

PERENCANAAN

1. Berikan posisi yang nyaman, biasanya dnegan peninggian kepala tempat tidur. Balik ke sisi yang sakit. Dorong klien untuk duduk sebanyak mungkin. 2. Obsservasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea atau perubahan tandaPola pernapasan efektive tanda vital. 3. Jelaskan pada Dengan Kriteria Hasil : klien bahwa tindakan tersebut Ketidakefektifan ? Memperlihatkan dilakukan untuk pola pernapasan b/d frekuensi pernapasan yang menjamin 1 ekspansi paru yang efektive. keamanan. tidak maksimal ? Mengalami perbaikan 4. Jelaskan pada karena trauma. pertukaran gas-gas pada klien tentang paru. etiologi/faktor ? Adaptive mengatasi pencetus adanya faktor-faktor penyebab. sesak atau kolaps paru-paru. 5. Pertahankan perilaku tenang, bantu pasien untuk kontrol diri dnegan menggunakan pernapasan lebih lambat dan dalam. 6. Perhatikan alat bullow drainase berfungsi baik, cek setiap 1 - 2 jam

7. Jelaskan klien tentang kegunaan batuk yang efektif dan mengapa terdapat penumpukan sekret di sal. pernapasan. 8. Ajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk. Jalan napas lancar/normal 9. Auskultasi paru sebelum dan Inefektif bersihan sesudah klien Kriteria Hasil : jalan napas b/d batuk. peningkatan sekresi 10. Ajarkan klien ? Menunjukkan batuk yang 2 sekret dan tindakan untuk efektif. penurunan batuk menurunkan ? Tidak ada lagi sekunder akibat viskositas sekresi : penumpukan sekret di sal. nyeri dan keletihan mempertahankan pernapasan. hidrasi yang ? Klien nyaman. adekuat; meningkatkan masukan cairan 1000 sampai 1500 cc/hari bila tidak kontraindikasi. 11. Dorong atau berikan perawatan mulut yang baik setelah batuk. 12. Jelaskan dan bantu klien dnegan tindakan pereda nyeri Nyeri berkurang/hilang. nonfarmakologi dan non Kriteria Hasil : invasif. Perubahan 13. Berikan kenyamanan : kesempatan waktu ? Nyeri berkurang/ dapat Nyeri akut b/d istirahat bila terasa diadaptasi. 3 trauma jaringan dan ? Dapat mengindentifikasi nyeri dan berikan reflek spasme otot aktivitas yang posisi yang sekunder. nyaman ; misal meningkatkan/menurunkan waktu tidur, nyeri. belakangnya ? Pasien tidak gelisah. dipasang bantal kecil. 14. Tingkatkan

pengetahuan tentang : sebabsebab nyeri, dan menghubungkan berapa lama nyeri akan berlangsung. 15. Kolaborasi denmgan dokter, pemberian analgetik. 16. Observasi tingkat nyeri, dan respon motorik klien, 30 menit setelah pemberian obat analgetik untuk mengkaji efektivitasnya. Serta setiap 1 - 2 jam setelah tindakan perawatan selama 1 - 2 hari.
Posted in: Askep Medikal Bedah, Kumpulan Contoh Askep Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Reaksi: You might also like: ASKEP ANAK DENGAN BRONCHOPNEUMONI ASKEP KLIEN DM DENGAN GANGREN ASKEP KLIEN DENGAN APPENDICITIS AKUT ASKEP KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN : MORBUS BASEDOW ASKEP KLIEN DENGAN KANKER PAYUDARA

Vous aimerez peut-être aussi