Vous êtes sur la page 1sur 99

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional serta individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga (Friedman: 1998). Anak merupakan bagian dari keluarga, sering dikatakan sebagai potret atau gambaran dari orang tuanya saat masih kecil. Namun tidaklah demikian karena anak merupakan individu tersendiri yang tumbuh dan berkembang secara unik dan tidak dapat diulang setelah usia bertambah. Masa pra sekolah berada pada usia 30 bulan sampai 6 tahun (padila, 2012: 50). Anak akan memperhalus peguasaan tubuhnya dan menanti dimulainya pendidikan formal. Ini merupakan masa yang penting bagi orang tua karena anak dapat membagi pikirannya dan berinteraksi dengan lebih efektif. Perkembangan fisik terjadi lebih lambat dibandingkan kognitif dan psikososial (Perry, Potter. 2005: ). Pada usia pra-sekolah anak mengalami lompatan kemajuan yang menakjubkan. Tidak hanya kemajuan fisik tetapi juga secara sosial dan emosional. Anak usia prasekolah ini sedang dalam proses awal pencarian jati dirinya. Beberapa prilaku yang dulunya tidak ada, sekarang muncul. Secara fisik dan psikis usia ini adalah usia yang rentan berbagai penyakit yang akan mudah menyerang anak usia ini dan menimbulkan masalah yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang jika kondisi kesehatan anak tidak ditangani secara baik oleh para praktisi kesehatan yang juga usaha-usaha pencegahan adalah usaha yang tetap paling baik dilakukan (Perry, Potter. 2005 ). Keluarga sebagai pranata social terkecil dalam masyarakat dan Negara selalu mencuri perhatian baik kalangan pimpinan atau tokoh informasi maupun pemerintah. Banyak kejadian merisaukan sekarang ini, seperti kenakalan remaja, kasus gizi kurang, selalu dikaitkan dengan makin kurang berfungsinya pranata keluarga, antara lain dalam memfasilitsi tumbuh kembang anak dan menanamkan nilai-nilai luhur seperti saling menghormati, cinta kasih, toleransi, dan empati.

Sebagai salah satu komponen yang penting dalam keperawatan adalah keluarga. Keluarga merupakan unit terkecil setelah individu yang menjadi klien dalam keperawatan (sebagai penerima asuhan keperawatan) (Perry, 2005). Keluarga berperan dalam menentuka cara pemberian asuhan yang dibutuhkan oleh si sakit apabila ada anggota keluarga yang sakit. Asuhan keperawatan keluarga merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang di laksanakan oleh perawat yang di berikan di rumah atau tempat tinggal klien.bagi klien beserta keluarga sehingga klien dan keluarga tetap memiliki otonomi untuk memutuskan hal-hal yang berkaitan dangan masalah kesehatan yang di hadpinya. Perawat yang melakukan asuhan bertanggung jawab terhadap peningkatan kemampuan keluarga dalam mencegah timbulnya penyakit, meningkatan dan memelihara kesehatan, serta mengatasi masalah kesehatan. Tetapi di indonesia belum memiliki suatu lembga atau organisasi yang bertuga untuk mengatur pelayanan keperawatan keluarga secara administratif. Pelayanan keperawatan keluarga saat ini masih di berikan secara sukarela dan belum ada pengaturan terhadap jasa perawatan yang telah di berikan. Tumbuh kembang merupakan aspek yang penting bagi keluarga. Prinsip tumbuh kembang itu sendiri berupa proses yang teratur, berurutan, rapi dan kontinyu maturasi, lingkungan dan faktor genetic. Mempunyai pola yang sama, konsisten dan kronologis, dapat diprediksi, variasi waktu muncul (onset), lama, dan efek dari tiap tahapan tumbuh kembang dancmempunyai ciri yang khas. Perawat harus mengetahui seluk beluk tumbuh kembang secara utuh, karena itu merupakan dasar dalam melakukan pengkajian untuk mengetahui segala gangguan yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan dan untuk memberikan askep yang berkualitas. Berkaitan dengan uraian diatas maka dalam makalah ini penulis menguraikan beberapa masalah kesehatan yang banyak dijumpai pada anak usia ini serta usaha pencegahan dan penanganannya terutama yang berkaitan dengan tindakan keperawatan dan menyangkut satu masalah yang paling menonjol sehingga muncul satu diagnosa keperawatan.

1.2

Rumusan masalah Bagaimana asuhan keperawatan pada keluarga pada tahap perkembangan

anak usia pra sekolah pada An. A di keluarga Tn. M di desa kalanganyar sedati sidoarjo? 1.3 1. 2. 3. Tujuan Menjelasakan tentang konsep dasar keluarga. Menjelaskan tentang konsep dasar tumbuh kembang pada anak. Menjelaskan tentang konsep dasar asuhan keperawatan keluarga pada tahap perkembangan anak usia pra sekolah. 4. Menjelaskan tentang asuhan keperawatan An. A di keluarga Tn. M di desa kalanganyar sedati sidoarjo. 1.4 1. 2. 3. Manfaat Mengetahui tentang konsep dasar keluarga. Mengetahui tentang konsep dasar tumbuh kembang pada anak. Menngetahui tentang konsep dasar asuhan keperawatan keluarga pada tahap perkembangan anak usia pra sekolah. 4. Mengetahui tentang asuhan keperawatan An. A di keluarga Tn. M di desa kalanganyar sedati sidoarjo.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Keluarga

2.1.1 Definisi Banyak definisi yang diuraikan tentang keluarga sesuai dengan

perkembangan sosial masyarakat. Berikut ini akan dikemukakan pengertian keluarga. 1. Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap- tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu sama lain. 2. Menurut Duvall, keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum; meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial dari tiap anggota. 3. Menurut WHO (1969), kelurga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi, atau perkawinan. 4. Menurut Bergess (1962), keluarga terdiri atas kelompok orang yang mempunyai ikatan perkawinan, keturunan/hubungan sedarah atau hasil adopsi, anggota tinggal bersama dalam satu rumah, anggota berinteraksi dan berkomunikasi dalam peran sosial, serta mempunyai kebiasaan/kebudayaan yang berasal dari masyarakat, tetapi mempunyai keunikan tersendiri. 5. Menurut Helvie (1981),keluarga adalah sekelompok manusia yang tinggal dalam satu rumah tangga dalam kedekatan yang konsisten dan hubungan yang erat. 6. Menurut salvicion G. Bailon dan Aracelis Maglaya,(1989). Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan, dan mereka hhidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam perannya masingmasing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan. 7. Menurut Departemen Kesehatan RI, 1998. Keluarga adalah unit terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang

terkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Sesuai dengan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah: 1. Terdiri atas dua lebih atau individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan, atau adopsi; 2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap memperhatikan satu sama lain; 3. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran sosial sebagai suami,istri, anak,kakak, dan adik; 4. Mempunyai tujuan menciptakan, mempertahankan budaya, meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan social anggota. Uraian, di atas menunjukkan bahwa keluarga juga merupakan suatu sistem. Sebagai system keluarga mempunyai anggota, yaitu ayah, ibu, dan anak atau semua individuyang tinggal didalam rumah tangga tersebut. Anggota keluarga tersebut saling berinteraksi, interelasi, dan interdependen untuk mencapai tujuan bersama. Keluarga merup[akan system yang terbuka, sehingga dapat dipengaruhi oleh supersistemnya, yaitu lingkungan atau masyarakat. Sebaliknya, sebagai subsistem dari lingkungan atau masyarakat, keluarga dapat mempengaruhi masyarakat ( suprasistem). Oleh karena itu, betapa pentingnya peran dan fungsi keluarga dalam membentuk manusia sebagai anggota masyarakat yang sehat biopsiko-sosial dan spiritual. Jadi, sangatlah tepat bila keluarga sebagai titik sentral pelayanan keperawatan. Diyakini bahwa keluarga yang sehat akan mempunyai anggota yang sehat dan akan mewujudkan masyarakat yang sehat. 2.1.2 Model konsep dan teori keperawatan keluarga 1. Keperawatan telah beranjak dari suatu bidang pekerjaan yang didasarkan pada tekhnik ke disiplin ilmu dengan paradigma-paradigma atau kumpulan teori yang bersaing (Meleis, 1985). 2. Menurut Fawcett (1984), model konseptual atau teori-teori keperawatan dapat digolongkan ke dalam tiga tipe, yang bervariasi menurut pandangan

dunia mereka dan orientasi teoritis mereka (tipe teori-teori besar sosiologis dan psikologis yang menjadi dasar model tersebut). Ketiga tipe teori tersebut adalah : a. Perkembangan, menekankan perubahan dan pertumbuhan. b. Interaksi, menekankan peran, komunikasi, dan konsep diri. c. Sistem, menekankan saling ketergantungan di antara bagian dan keseluruhan serta siklus sebab akibat. 3. Fawcett (1984) mengelompokkan enam teori atau model konseptual acuan ke dalam tipologi dibawah ini : a. Sistem : model sistem perilaku dari Johnson, model sistem dari Neuman. b. Perkembangan : model perawatab diri dari Orem. c. Interaksi : tidak ada ahli teori utama yang tercatat disini. d. Model sistem dan interaksi (karakteristik dari keduanya) : model sistem terbuka dari King, model adaptasi dari Roy. e. Model sistem dan perkembangan (karakteristik dari keduanya) : model proses kehidupan dari Roger. 4. Meskipun semua teori keperawatan diawali dengan teori-teori yang berorientasi pada individu dan menganggap keluarga hanya sebagai bagian dari konteks pasien, para ahli teori dan ahli lainnya telah menguraikan dan mendefinisikan ulang teori keperawatan yang utama, mereka cenderung meningkatkan fokus mereka pada keluarga (Whall, 1986). 5. Model sistem dari Neuman Pada publikasi Neuman tahun 1970-an tentang model sistemnya, ia tidak membahas keluarga. Dalam komplikasi akhir dari makalah ini tentang model Neuman, disunting oleh Neuman (1982), model tersebut diperluas yang berhubungan dengan keluarga sehingga penerima asuhan keperawatan termasuk keluarga. Naskah ini menerapkan model dari Neuman untuk ssitem keluarga (Reed, 1982) dan terapi keluarga (Goldblum-Graff dan Graff, 1982). Dalam makalah ini keluarga diuraikan sebagai target yang tepat baik untuk pengkajian dan intervensi primer, sekunder, dan tersier. Proses keperawatan diguanakan sebagai penghubung antara teori keluarga dan praktik keperawatan (Fawcett, 1984). Belakangan ini Mischke-Berkey dkk. (1989) dengan tekun mengadaptasi

model dari Neuman untuk digunakan dalam pengkajian dan intervensi keluarga. Model dari Neuman, karena konsep keluarga telah diidentifikasi dan diterapkan, tampak agak bermanfaat untung membimbing praktik keperawatan keluarga. 6. Model perawatan diri dari Orem Teori Orem Tentang perawatan diri, kurangnya perawatan diri, sistem keperawatan berorientasi pada individu. Individu (klien) dianggap sebagai penerima asuhan keperawatan yang utama. Keluarga dipandang sebagai faktor syarat dasar bagi anggota keluarga (klien), atau sebagai konteks utama dimana individu berfungsi. Perawat juga membantu pemberi perawatan yang tidak mandiri (anggota keluarga dewasa yang merawat individu yang tidak mandiri) dan dalam melaksanakan tugas ini mereka dianggap sebagai individu daripada keluarga atau sub sistem keluarga (Orem, 1983). Chin (1985) mengatakan bahwa satu alasan mengapa terdapat kekurangan dari kemampuan penerapan model dari Orem pada keluarga sebagai unit adalah bahwa syarat-syarat perawatan diri bagi keluarga berbeda dengan untuk individu. 7. Model sistem terbuka dari King Dalam buku King tahun 1981, keluarga sudah dibahas secara luas (Whall,1986). King memandang sebagai sistem sosial dan konsep utama dalam modelnya. Keluarga diperlakuakn baik sebagai konteks maupun klien. King menjelaskan bahwa teori pencapaian tujuan bermanfaat bagi perawat bila terpanggil untuk membantu keluarga dalam memelihara kesehatan mereka atau mengatasi atau keadaan sakit (1983, hal . 1982). 8. Model adaptasi dari Roy Dengan menguraikan model adaptasinya dan bagaimana keluarga

dimasukkan, Roy menjelaskan bahwa keluarga dan juga individu, kelompok, organisasi sosial, serta komunitas dapat dijadikan unit analisis dan fokus praktik keperawatan. Karena para perawat mengkaji orang sebagai sistem yang adaptif, mereka perlu mengkaji keluarga bila keluarga merupakan fokus keperawatan. Intervensi keperawatan mempertinggi stimuli (fokal, kontekstual, dan residual) untuk meningkatkan adaptasi dari sistem keluarga (Roy, 1983, hal. 275).

9.

Model proses kehidupan dari Roger Dalam teori Roger, fokus dari keperawatan adalah pada proses kehidupan

umat manusia. Tujuan dari keperawatan adalah untuk meningkatkan interaksi simfonis antara manusia dan lingkungannya (Meleis,1985). 2.1.3 Struktur Keluarga a. Macam- 8Macam Struktur Keluarga Struktur keluarga terdiri atas bermacam- macam, diantaranya adalah: a. Berdasarkan pada pertalian darah 1) Patrilineal Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah. 2) Matrilineal Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu. b. Berdasarkan pada tempat tinggal 1) Matrilokal Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri. 2) Patrilokal Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami. c. Berdasarkan pengmbil keputusan 1) Patriakal Pengambil keputusan dari pihak ayah 2) Matriakal Pengambil keputusan dari pihak ibu 2.1.4 Ciri-ciri Struktur Keluarga 1. Terorganisasi, yaitu saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga.

2.

Ada keterbatasan, dimana setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing.

3.

Ada perbedaan dan kekhususan, yaitu setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya masing-masing. Menurut Friedmen (1998) struktur keluarga terdiri atas: a. Pola dan proses komunikasi b. Struktur peran c. Struktur kekuatan dan struktur nilai d. Norma. Struktur keluarga oleh Friedman digambarkan sebagai berikut.

Pola dan proses komunikasi

Peran

Nilai dan norma

Kekuatan

Gambar: Struktur Keluarga

a.

Struktur Komunikasi Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila dilakuakn secara

jujur, terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai, danada hirarki kekuatan. Komunikasi keluarga bagi pengirim yakin mengemukakan pesan secara jelas dan berkualitas, serta meminta dan menerima umpan balik. Penerima pesan mendengarkan pesan, memberikan umpan balik, dan valid. Komunikasi dalam keluarga dikatakan tidak berfungsi apabila tertutup, adanya isu atau berita negative, tidak berfokus pada satu hal, dan selalu mengulang isu dan pendapat sendiri. Komunikasi keluarga bagi pengirim bersifat asumsi, ekspresi perasaan tidak jelas, judgemental ekspresi, dan komunikasi tidak

sesuai. Penerima pesan gagal mendengar, diskualifikasi, ofensif (bersifat negatif), terjadi miskominikasi, dan kurang atau tidak valid. b. Struktur Peran Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi social yang diberikan. Jadi, pada struktur peran bisa bersifat formal atau informal. c. Struktur Kekuatan Struktur kekuatan adalah kemampuan dari individu untuk mengontrol, memengaruhi, atau mengubah perilaku oaring lain. Hak ( legitimate power), ditiru (referent power), keahlian (expert power), hadiah (reward power), paksa (coercive power), dan affektif power. d. Struktur Nilai dan Norma Nilai adalah system ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat anggota keluarga dalam budaya tertentu. Sedangkan norma adalah pola perilaku yang diterima pada lingkungan sosial tertentu, lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat sekitar keluarga. 2.1.5 Tipe Keluarga Menurut Nasrul Effendy (1998) hal 33 34 tipe keluarga terdiri dari : a. Keluarga inti (Nuclear Family) Adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak- anak. b. Keluarga besar (Extended Family) Adalah keluarga inti di tambah sanak saudara, misalnya ; nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya. c. Keluarga berantai (Serial Family) Adalah keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan suatu keluarga inti. d. Keluarga duda atau janda (Single Family) Adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian.

10

e. Keluarga berkomposisi (Compocite) Adalah keluarga yang berpoligami yang hidup bersama. f. Keluarga kabitas (Cahabitation) Adalah keluarga yang terdiri dari dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk satu keluarga. 2.1.6 Peran Keluarga Berbagai peranan yang terdapat didalam keluarga menurut Nasrul Effendy 1998, hal 34 adalah sebagai berikut : 1. Peran ayah: Ayah sebagai suami dari istri dan anak anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya. 2. Peran ibu: Sebagai istri dan ibu dari anakanaknya. Ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga sebagai pengasuh dan pendidik anak anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya. 3. Peran anak: Anakanak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual. 2.1.7 Fungsi Dan Tugas Keluarga Dalam suatu keluarga ada beberapa fungsi dan tugas keluarga yang dapat dijalankan. Fungsi keluarga adalah sebagai berikut: 1. Fungsi biologis, yaitu meneruskan keturunan, memelihara dasn

membesarkan anak, serta memenuhi kebutuhan gizi keluarga. 2. Fungsi psikologis, yaitu memberikan kasih saying dan rasa aman bagi keluarga, memberikan perhatian di antara keluarga, memberikan

kedewasaan kepribadian anggota keluarga, serta memberikan identitas pada keluarga. 3. Fungsi sosialisasi, yaitu membina sosialisasi pada anak, membentuk normanorma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan masing-masing dan meneruskan niali-niali budaya.

11

4. Fungsi ekonomi, yaitu mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga saat ini dan menabung untuk memenuhi kenbutuhan keluarga dimasa yang akan datang. 5. Fungsi pendididkan, yaitu menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang di milikinya, mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dlaam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa, serta mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangannya. Friedman, 1988 mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga, di antaranya adalah fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi reproduksi, fungsi ekonomi dan fungsi perawatan keluarga. 1. Fungsi afektif (the affective function) Fungsi afektif berkaitan dengan fungsi internal keluarga yang merupakan basis kekuatna dari keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak melalui keluarga yang bergembira dan bahagia. Anggota keluarga mengembangkan gambaran diri yang positif, perasaan yang dimiliki, perasaan yang berarti dan merupakan kasih saying. Dukungna (reinforcement) yang semuanya dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dalam keluarga. Fungsi afektif merupakan sumber energy yang sering timbul dalam keluarga dikarenakan fungsi afektif yang tidak terpenuhi. Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga untuk fungsi afektif antara lain: a. Memelihara saling asuh (mutual nurturance) Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima, dan saling mendukung antar anggota. Setiap anggota yang mendapat kasih saying dan dukungan dari anggota yang lain, maka kemampuannya untuk member akan meningkat, sehingga tercipta hubungan yang hangat dan saling mendukung. Hubungan intim dalam keluarga merupakan modal dasar dalam membina hubungan dengan orang lain diluar keluarga. Prasyarat untuk mencpai saling asuh adalah komitmen dasar dari masing-masing pasangan dan hubungan perkawinan yang secara

12

emosional memuaskan dan terpelihara. Brown (1989), memandang mutual nurturance sebagai suatu fenomena spiral, karena setiap anggota menerima kaish saying dan perhatian dari anggota lain dalam keluarga, sehingga kepastiannya untuk member kepada anggota lainmeningkat. Dengan demikian, akan timbul adanya sikap saling mendukung dan kehangatan emosional.konsep kunci disini adalah mutualitas dan reproksitas. b. Keseimbangan saling menghargai Pendekatan yang cukup baik untuk menjadi orang ta diistilahkan dengan keseimbangan saling menghargai. Adanya sikap saling menghargai dengan mempertahankan iklim yang positif di mana tiap anggota diakui serta dihargai keberadaan dan haknya sebagai orang tua maupun sebagai anak c. Pertalian dan identifikasi d. Keterpisahan dan kepaduan 2. Sosialisai dan Fungsi penempatan sosial : untuk sosialisasi primer anak anak yang bertujuan untuk membuat mereka menjadi anggota masyarakat yang produktif, dan juga sebagai penganugrahan status anggota keluarga. 3. Fungsi Reproduksi : untuk menjaga kelangsungan keturunan atau generasi dan menambah sumber daya manusia, juga untuk kelangsungan hidup masyarakat. 4. Fungsi Ekonomis : untuk mengadakan sumber sumber ekonomi yang memadai dan mengalokasikan sumber sumber tersebut secara efektif Tugas Kesehatan Keluarga Tugas kesehatan keluarga menurut Nasrul effendy, 1998 adalah sebagai berikut : 1. Mengenal masalah kesehatan. 2. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat. 3. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit. 4. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat. 5. Mempertahankan hubungan dengan (menggunakan) fasilitas kesehatan masyarakat.

13

2.1.8 Tahap Perkembangan Keluarga Perubahan dan stabilitas merupakan konsep yang utuh pada perkembangan. Seperti perseorangan, keluarga-keluarga mengalami sebuah rangkaian

perkembangan, yang dapat dibagi dalam 8 tahap yang berbeda 1. Tahap satu: pernikahan (penggabungan keluarga) Pernikahan memerlukan kombinasi keluarga asal seperti juga dari perseorangan. Hal-hal pokok untuk keberhasilan resolusi pada tahap ini adalah pembentukan identitas pasangan dan negosiasi hubungan baru dan keluarga asal. 2. Tahap dua: keluarga dengan bayi Tahap ini mulai dengan kelahiran anak pertama dan melibatkan interaksi bayi ke dalam keluarga, desain dan penerimaan peran baru, dan memelihara hubungan suami istri. Penurunan pada kepuasan hubungan perkawinan umum terjadi selama tahap ini, khususnya jika bayinya sakit atau mempunyai cacat. 3. Tahap tiga: keluarga dengan anak usia prasekolah Tahap tiga mulai saat anak pertama berumur 30 bulan sampai 6 tahun dan melibatkan sosialisasi anak dan penyesuaian yang berhasil terhadap perpisahan antara orang tua dan anak. Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama berusia 2 tahun dan diakhiri ketika anak berusia 5 tahun. Keluarga saat ini dapat terdiri dari tiga sampai 5 orang, dengan posisi pasangan suamiayah, istri-ibu, putra-saudara laki-laki, dan puti-saudara perempuan. Keluarga menjadi lebih kompleks dan berbeda (Duvall & Miller, 1985). Kehidupan keluarga selama tahap ini menjadi sibuk dan menuntut bagi orang tua. Bagi orang tua yang memiliki tuntutan besar terhadap waktu mereka, mungkin ibu juga bekerja, baim paruh waktu maupun penuh waktu. Meskipun demikian, menyadari bahwa orang tua adalah arsitek keluarga, yang merancang dan mengarahkan perkembangan keluarga (Satir, 1983), penting bagi mereka untuk menguatkan hubungan mereka-singkatnya, menjaga pernikahan tetap hidup baik. Hal ini sering

14

menjadi masalah selama tahap kehidupan keluarga tertentu (Olson et al., 1983). Anak pra sekolah banyak belajar pada tahap ini, terutama di area kemandirian. Mereka harus mencapai otonomi dan kemandirian yang cukup agar mampu menangani diri mereka semdiri tanpa orang tua di berbagai tempat. Pengalaman di taman kanak-kanak, Project Head Start, pusat penitipan anak, atau program serupa lainnya adalah cara yang cukup baik untuk membantu tipe perkembangan ini. Program prasekolah terstruktur terutama berguna untuk membantu orang tua di pusat kota yang tinggal di komunitas dengan pendapatan yang rendah dan memiliki anak prasekolah. Meskipun banyak penelitian menunjukkan keuntungan asuhan anak yang berkualitas dan program prasekolah seperti Head Start, akses ke program ini biasanya sulit atau tidak terdapat pada keluarga miskin yang bekerja. Memperoleh pengelolaan asuhan anak yang adekuat adalah perhatian utama bagi orang tua (Kelleher, 1996). Pusat penitipan bayi dan anak pra sekolah yang dapat diperoleh dan yang memiliki kualitas baik adalah sesuatu yang sulit jika mungkin berlokasi di sebagian besar komunitas. Ibu bekerja dan ibu yang memiliki anak remaja terutama adalah orang yang memerlukan program dan fasilitas pelayanan kesehatan anak yang lebih baik (Adams & Adams, 1990). Banyak keluarga dengan orang tua tunggal berada di tahap siklus kehidupan tertentu ini. Ahli demografi saat ini memperkirakan bahwa lebih dari setengah anak yang lahir di tahun 1990-an akan meluangkan sedikitnya sebagian dan masa kanak-kanak mereka di rumah dengan orang tua tunggal (Kantrowitz & Wingert, 2001). Di antara keluarga dengan orang tua tunggal tekanan peran menjadi orang tua dan anak pra sekolah, dan peran lainnya menjadi lebih besar. Tugas perkembangan keluarga. Keluarga saat ini berkembang baik secara jumlah maupun kompleksitas. Kebutuhan anak prasekolah dan anak kecil lainnya untuk mengeksplorasi dunia di sekitar mereka, dan kebutuhan orang tua akan privasi diri, membuat rumah dan jarak yang adekuat menjadi masalah utama. Peralatan dan fasilitas juga harus aman

15

untuk anak-anak, karena alasan itu mortalitas dan disabilitas pada tahap ini sebagian besar terjadi karena cedera. Mengkaji rumah tentang adanya bahaya keselamatan merupakan hal yang penting bagi perawat kesehatan komunitas, dan pendidikan kesehatan kemudian harus dimasukkan sehingga orang tua dan anak mengenali kemungkinan resiko dan cara mencegah cedera. Suami-ayah umumnya lebih banyak terlibat dalam tanggung jawab rumah tangga selama tahap perkembangan keluarga ini dibandingkan selama tahap-tahap yang lain. Dengan presentasi terbesar pada tahap ini dihabiskan pada aktivitas pengasuhan anak. Walaupun bukti dicampur, beberapa penelitian menyatakan bahwa kontak ayah-anak memiliki efek menguntungkan pada anak termasuk nilai psikososial yang lebih tinggi, harga diri lebih besar, masalah perilaku lebih sedikit, pencapaian akademik lebih tinggi, dan hubungan dengan teman sebaya yang lebih baik (Amato & Rezac, 1994). Bertolak belakang dengan harapan, penelitian telah menunjukkan bahwa kedatangan anak kedua ke dalam keluarga memiliki efek yang lebih buruk pada hubungan perniklahan daripada kedatangan anak pertama (La Rossa, 1981). Keterlibatan dalam pola orang tua cenderung membuat pelaksnaan peran pernikahanmenjadi lebih sulit, seperti yang diperlihatkan oleh pemantauan penelitian klinis berikut: Pasangan melihat perubahan kepribadian yang lebih negatif pada stu sama lain; mereka kurang puas dengan rumah mereka; interaksi berorientasi tugas lebih banyak dan lebih sedikit percakapan personal serta percakapan yang berpusat pada anak; lebih banyak kehangatan yang ditujukan pada anak dan lebih sedikit kehangatan yang diberikan kepada masing-masing pasangan dan lebih sedikit tingkat kepuasaan seksual (Feldman, 1971). Feldman mengenali dengan baik laporan dan observasi paralel penelitian pada konselor keluarga bahwa hubungan pernikahan lebih sering mengalami masalah pada fase kehidupan keluarga ini. Pada kenyataannya, banyak perceraian terjadi dalam tahun-tahun ini akibat kelemahan dan kelompok pertemuan pernikahan telah menjadi sumber penting diantara kelas menengah. Akan

16

tetapi, bagi keluarga tanpa sumber ekonomi, bantuan yang terbatas tersedia untuk menguatkan pernikahan yang mampu diselamatkan. Terdapat kecenderungan bagi seorag ahli agama untuk dilatih menjadi konselor pernikahan dan keluarga serta memberikan konseling kepada pasangan yang tidak mampu membayar terapi dari konselor swasta. Tugas utama keluarga adalah mensosialisasikan anak. Anak prasekolah mengembangkan sikap diri yang kritis (konsep diri) dan dengan cepat belajar untuk mengekspresikan diri mereka sendiri, dan membantu ibu atau ayah dengan tugas rumah tangga. Yang penting, bukan masalah produktivitas anak, tetapi pembelajaran yang terjadi. Tugas lain selama periode ini adalah berhadapan dengan cara bagaimana mengintegrasikan anggota keluarga baru (anak kedua atau anak ketiga) ke dalam keluarga, sementara keluarga tersebut tetap memenuhi kebutuhan anak yang lebih tua. Pergeseran seorang anak oleh bayi baru lahir membantu memperbaiki situasi, terutam jika orang tua sensitif dengan perasaan dan perilaku anak yang lebih tua. Persaingan sibling sering diekspresikan dengan memukul atau memperlakukan bayi baru lahir secara negatif, berperilaku regresif, dan aktivitas yang mencari perhatian. Cara terbaik untuk menghadapi persaingan sibling bagi orang tua adalah meluangkan sejumlah waktu tertentu setiap hari secara eksklusif untuk berhubungan dengan anak yang lebih tua guna memberikan mereka kepastian bahwa ia tetap disayang dan diinginkan. Tabel Siklus Kehidupan Keluarga Inti dengan Dua Orang Tua: Keluarga Dengan Anak Pra Sekolah. (Friedman, 2010) PERHATIAN PELAYANAN KESEHATAN Penyakit menular pada anak-anak Pencegahan kecelakaan dan keamanan rumah (mis., jatuh, luka bakar, keracunan) Hubungan pernikahan

TUGAS PERKEMBANGAN Memenuhi kebutuhan anggota keluarga akan rumah, ruang, privasi, dan keamanan yang memadai Menyosialisasikan anak

17

Mengintegrasikan anak kecil sebagai anggota keluarga baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak lain Mempertahankan hubungan yang sehat di dalam keluarga (hubungan pernikahan dan hubungan orang tua-anak) dan di luar keluarga (hubungan dengan keluarga besar dan komunitas)

Hubungan sibling Keluarga berencana Kebutuhan dalam pertumbuhan dan perkembangan Isu-isu tentang hal menjadi orang tua Penganiayaan dan pangabadian anak Praktik kesehatan yang baim (Misl., tidur, nutrisi, olahraga)

Pada saat anak memasuki prasekolah, orang tua memasuki tahap ketiga yaitu menjadi orang tua, salah satunya adalah belajar untuk berpisah dari anak pada saat mereka berlatih dipusat penitipan anak atau taman kanak-kanak. Tahap ini berlanjut selama prasekolah dan tahun-tahun masa sekolah awal. Perpisahan sering kali di rasa sulit bagi orang tua, dan mereka perlu dukungan dan penjelasan tentang bagaimana anak prasekolah menguasai tugas perkembangan yang ikut berperan dalam pertumbuhan otonomi anak. Perpisahan dari orang tua juga sulit bagi anak prasekolah. Perpisahan dapat terjadi karena orang tua pergi bekerja, ke rumah sakit, atau pergi berekreasi atau jalan-jalan. Perssiapan keluarga untuk perpisahan sangat penting dalam membantu anak-anak menyesuaikan diri terhadap perubahan. Membantu orang tua untuk memperoleh layanan keluarga berencana setelah kehadiran bayi yang baru lahir, atau untuk melanjutkan kontrasepsi jika kehamilan tidak direncanakan, juga diindikasikan. Hal tersebut, misalnya, bukan merupakan hal yang jarang bagi wanita untuk berhenti menggunakan kontrasepsi karena tidak munculnya periode menstruasi dengan keyakinan bahwa ia hamil, hanya untuk mengetahui bahwa pada
18

akhirnya ia hamil akibat hubungan seksual selama ia mengira bahwa ia hamil dan tidak menggunakan kontrasepsi. Kedua orang tua perlu melakukan hobi di luar rumah dan kontak untuk memperbarui diri mereka sendiri guna melanjutkan tugas dan tanggung jawab rumah tangga yang bertumpuk. Orang tua tunggal dan miskin sering kali tidak memiliki kesempatan ini. Keluarga ini biasanya memiliki hubungan kepuasan yang minimal dengan komunitas luas karena posisi mereka yang mengasingkan diri dan sumber yang tersedia untuk mereka tidak cukup. Perhatian Kesehatan. Masalah kesehatan fisik yang utama adalah seringnya penyakit meular dialami oleh anak dan umumnya cedera akibat jatuh, luka bakar, keracunan, dan cedera lain yang terjadi selama masa prasekolah. Karena kurangnya ketahanan spesifik terhadap banyak bakteri dan penyakit akibat virus serta meningkatnya pajanan terhadap bakteri dan penyakit dan virus, anak prasekolah sering kali sakit dengan disertai satu penyakit infeksi minor setelah sakit pertamanya sembuh. penyakit infeksi sering kali merupakan penyakit yang hilang-timbul di dalam keluarga. Seringnya kunjungan ke dokter, merawat anak sakit, dan pulang ke rumah dari tempat kerja untuk membawa anak yang sakit dari taman kanakkanak adalah krisis mingguan yang sering terjadi. Dengan demikian, kontak anak dengan infeksi dan penyakit menular serta kerentanan mereka yang umum terhadap penyakit adalah perhatian kesehatan yang utama (Shelov, 1991). Cedera, jatuh, luka bakar, dan laserasi sangat sering terjadi. Cedera ini tampaknya bahkan lebih sering jika keluarga adalah keluarga besar, keluarga dengan pengasuh dewasa yang tidak ada di rumah karena bekerja (anak yang kurang mendapat pengawasan orang dewasa), dan keluarga yang memiliki pendapat rendah. Keamanan lingkungan dan supervisi anak yang adekuat adalah cara untuk mengurangi cedera (Shelov, 1991).

19

Perhatian utama tentang kesehatan psikososial keluarga adalah hubungan pernikahan. Penelitian membuktikan adanya penurunan atau kehilangan kepuasan yang dialami oleh banyak pasangan selama masa ini dan kebutuhan untuk bekerja guna memperkuat dan menyegarkan kembali unit vital ini (Olson et al., 1983). Perhatian kesehatan yang penting lainnya adalah persaingan sibling, keluarga berencana, kebutuhan tumbuh kembang, masalah orang tua seperti menetapkan keterbatasan

(pendisiplinan), penganiayaan dan pengabaian anak, keamanan rumah, dan masalah komunikasi keluarga. Strategi promosi kesehatan umum terus berlanjut dan berhubungan erat selama tahap ini, karena perilaku gaya hidup yang dipelajari selama masa kanak-kanak dapat memiliki konsekuensi jangka pendek dan jangka panjang. Pendidikan kesehatan keluarga diarahkan pada pencegahan masalah kesehatan utama akibat merokok, penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan, seksualitas manusia, keamanan, diet, dan nutrisi. tujuan utama bagi perawat yang bekerja dengan anak dan keluarga adalah membantu mereka dalam menetapkan gaya hidup sehat dan dalam memfasilitasi pertumbuhan fisik, intelektual, emosional, dan sosial anak yang optimal (Wilson, 1988) 4. Tahap empat: keluarga dengan anak usia sekolah Tahap ini mulai saat anak pertama masuk sekolah dasar (sekitar 6 tahun). Ketika semua tahap dirasakan oleh beberapa keluarga sebagai keaadaan yang penuh dengan stres, sebagian lain mengatakan hal ini merupakan tahap stres yang teristimewa. Tugas-tugas meliputi pembentukan hubungan kelompok sebaya oleh anak-anak dan penyesuaian terhadap teman sebaya dan pengaruh-pengaruh eksternal lainnya oleh orang tua. 5. Tahap lima: keluarga dengan remaja Tahap ini mulai saat anak pertama berumur 13 tahun dan dipandang oleh beberapa orang sebagai periode yang bergejolak. Tahap lima berfokus pada peningkatan otonomi dan individualisasi anak, kembali ke isu-isu

20

karir dan umur pertengahan bagi orang tua, dan peningkatan pengakuan orang tua atas masa-masa sulit mereka sebagai generasi sandwich 6. Tahap enam: keluarga sebagai pusat pelepasan Tahap enam mulai saat anak pertama meninggalkan rumah dan terus berlanjut sampai anak yang terkecil. Selama masa ini, pasangan suami istri memperbaiki kembali hubungan perkawinannya selagi mereka dan anak menyesuaikan peran-peran baru sebagai orang dewasa yang terpisah 7. Tahap tujuh: keluarga usia pertenahan Tahap tujuh mulai saat anak terakhir meninggalkan rumah terus berlanjut sampai orang tua pensiun. Resolusi yang berhasil tergantung pada perkembangan minat independen pada identitas pasangan yang baru terbentuk kembali, pemasukan hubungan keluarga yang baru dan luas, dan munculnya keterbatasan dengan kelemahan dan kematian pada generasi yang lebih tua. 8. Tahap delapan: keluarga lansia Tahap delappan mulai dengan kemunduran dan berakhir dengan kematian pasangan suami istri. Hal ini ditandai oleh perhatian terhadap perkembangan peran pengunduran diri, memelihara hubungan

pasangan/individu dengan penuaan, dan persiapan untuk mati. Bukan hanya individu saja yang memiliki tahap perkembangan, keluargapun memiliki tahap perkembangan dengan berbagai tugas perkembangan yang harus diselesaikan pada tahapnya. Ada perbedaan pembagian tahap perkembangan menurut Carter dan McGoldrick (1989) dan Duval (1945) Tabel 1-1. Perbedaan tahap perkembangan Carter dan McGoldrick (family therapy perspective, 1989) Duval (sociological perspective, 1985)

Keluarga antara: masa bebas Tidak diidentifikasi karena periode (pacaran) dewasa muda Terbentuknya waktu antara dewasa dan menikah tak dapat ditentukan keluarga baru Keluarga baru menikah

21

dalam suatu perkawinan Keluarga yang memiliki anak usia muda (anak usia bayi sampai usia sekolah) Keluarga dengan anak baru lahir (usia anak tertua sampai 30 bulan) Keluarga dengan anak prasekolah (usia anak tertua 2 tahun-5 tahun) Keluarga dengan anak usia sekolah (usia anak tertua 6-12 tahun) Keluarga yang memiliki anak dewasa Keluarga yang mulai melepas anaknya keluar rumah Keluarga dengan anak remaja (usia anak tertua 13-20 tahun) Keluarga mulai melepas anak sebagai dewasa (anak-anaknya mulai meninggalkan rumah) Keluarga yang hanya terdiri dari orang tua saja/keluarga usia pertengahan (semua anak meninggalkan rumah) Keluarga lansia
Sumber: Friedman (1998)

Keluarga lansia

2.1.9 Tugas Perkembangan Keluarga Sesuai Tahap Perkembangannya Tahap perkembangan dibagi menurut kurun waktu tertentu yang dianggap stabil. Menurut Rodgers cit Friedman (1998), meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangan secara unik, namun secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama. Berubahnya tahap perkembangan keluarga diikuti dengan perubahan tugas perkembangan keluarga dengan berpedoman pada fungsi yang dimiliki keluarga. Gambaran tugas perkembangan keluarga dapat dilihat sesuai tahap

perkembangannya.

22

Tahap perkembangan keluarga menurut Duvall dan Milller (Friedman, 1998) 1. Pasangan Baru Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki (suami) dan perempuan (istri) membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga masing-masing. Meninggalkan keluarga bisa berarti psikologis karena kenyataannya banyak keluarga baru yang masih tinggal dengan orang tuanya. Dua orang yang membentuk keluarga baru membutuhkan penyesuaian peran dan fungsi. Masing-masing belajar hidup bersama serta beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya, misalnya makan, tidur, bangun pagi dan sebagainya Tugas perkembangan kelurga yang penting pada tahap ini adalah (padila, 2012: 48): a. Membina hubungan intim yang memuaskan. b. membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial. c. mendiskusikan rencana memiliki anak. Keluarga baru ini merupakan anggota dari tiga keluarga; keluarga suami, keluarga istri dan keluarga sendiri. 2. Keluarga child bearing kelahiran anak pertama Dimulai sejak hamil sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak berumur 0 bulan atau 30 bulan (Padila, 2012: 49). Tugas perkembangan kelurga yang penting pada tahap ini adalah: a. Persiapan menjadi orang tua b. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan sexual dan kegiatan. c. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan. Peran utama perawat adalah mengkaji peran orang tua; bagaiaman orang tuan berinteraksi dan merawat bayi. Perawat perlu menfasilitasi hubungan orang

23

tua dan bayi yang positif dan hangat sehingga jalinan kasih sayang antara bayi dan orang tua dapat tercapai. 3. Keluarga dengan anak pra sekolah Tahap ini dimulai saat anak pertama berumur 30 bulan dan berakhir saat anak berusia 6 tahun (padila, 2012: 50). Tugas perkembangan kelurga yang penting pada tahap ini adalah: a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa aman. b. Membantu anak untuk bersosialisasi c. Beradaptasi dengan anaky baru lahir, sementara kebutuhan anak lain juga harus terpenuhi. d. Mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam keluarga maupun dengan masyarakat. e. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak. f. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga. g. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang. 4. Keluarga dengan anak sekolah Tahap ini dimulai saat anak berumur 6 tahun (mulai sekolah ) dan berakhir pada saat anak berumur 12 tahun. Pada tahap ini biasanya keluarga mencapai jumlah maksimal sehingga keluarga sangat sibuk. Selain aktivitas di sekolah, masing-masing anak memiliki minat sendiri. Demikian pula orang tua mempunyai aktivitas yang berbeda dengan anak. Tugas perkembangan kelurga yang penting pada tahap ini adalah (Padila, 2012: 51): a. Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan lingkungan. b. Mempertahankan keintiman pasangan. c. Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat,

termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga.

24

Pada tahap ini anak perlu berpisah dengan orang tua, memberi kesempatan pada anak untuk nbersosialisasi dalam aktivitas baik di sekolah maupun di luar sekolah. 5. Keluarga dengan anak remaja Dimulai saat anak berumur 13 tahun dan berakhir 6 sampai 7 tahun kemudian. Tujuannya untuk memberikan tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi orang dewasa. Tugas perkembangan kelurga yang penting pada tahap ini adalah (Padila, 2012: 51): a. Memberikan kebebasan yang seimbnag dengan tanggung jawab. b. Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga. c. Mempertahankan komunikasi yang terbuka antara anak dan orang tua. Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan. d. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga. Merupakan tahap paling sulit karena orang tua melepas otoritasnya dan membimbing anak untuk bertanggung jawab. Seringkali muncul konflik orang tua dan remaja. 6. Keluarga dengan anak dewasa Dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahapan ini tergantung jumlah anak dan ada atau tidaknya anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua. Tugas perkembangan kelurga yang penting pada tahap ini adalah (Padila, 2012: 51): a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar. b. Mempertahankan keintiman pasangan. c. Membantu orang tua memasuki masa tua. d. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat. e. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.

25

7.

Keluarga usia pertengahan Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan

berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Pada beberapa pasangan fase ini dianggap sulit karena masa usia lanjut, perpisahan dengan anak dan perasaan gagal sebagai orang tua. Tugas perkembangan kelurga yang penting pada tahap ini adalah (Padila, 2012: 52): a. Mempertahankan kesehatan. b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak-anak. c. Meningkatkan keakraban pasangan. Fokus mempertahankan kesehatan pada pola hidup sehat, diet seimbang, olah raga rutin, menikmati hidup, pekerjaan dan lain sebagainya. 8. Keluarga usia lanjut Dimulai saat pensiun sanpai dengan salah satu pasangan meninggal dan keduanya meninggal. Tugas perkembangan kelurga yang penting pada tahap ini adalah (Padila, 2012: 52): a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan. b. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan pendapatan. c. Mempertahankan keakraban suami/istri dan saling merawat. d. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat. e. Melakukan life review. f. Mempertahankan penataan yang memuaskan merupakan tugas utama keluarga pada tahap ini. Gambaran tugas perkembangan keluarga dapat dilihat sesuai tahap perkembangannya.

26

Tabel. Tugas perkembangan keluarga sesuai tahap perkembangan (padila, 2012: 48-53) Tahap Perkembangan 1. Keluarga baru menikah Tugas Perkembangan (Utama) Membina hubungan intim yang memuaskan Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, dan kelompok sosial Mendiskusikan rencana memiliki anak 2. Keluarga dengan anak baru lahir Mempersiapkan menjadi orang tua Adaptasi dengan perubahan adanya anggota keluarga, interaksi keluarga, hubungan seksual, dan kegiatan Mempertahankan hubungan dalam rangka memuaskan pasangannya 3. Keluarga dengan anak usia prasekolah Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, misal kebutuhan tempat tinggal, privasi, dan rasa aman Membantu anak untuk bersosialisasi Beradaptasi dengan anak baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain (tua) juga harus terpenuhi Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam atau luar keluarga (keluarga lain dan

27

lingkungan sekitar) Pembagian waktu untuk individu, pasangan, dan anak (biasanya keluarga mempunyai tingkat kerepotan yang tinggi) Pembagian tangguang jawab anggota keluarga Merencanakan kegiatan dan waktu untuk menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak 4. Keluarga dengan anak usia sekolah Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah, dan lingkungan lebih luas (yang tidak/kurang diperoleh dari sekolah atau masyarakat) Mempertahankan keintiman pasangan Memenuhi kebutuhan yang meningkat, termasuk biaya kehidupan dan kesehatan anggota keluarga 5. Keluarga dengan anak remaja Memberikan kebebasan yang bertanggng jawab mengingat remaja adalah seorang dewasa muda dan mulai memiliki otonomi Mempertahankan hubungan intim keluarga Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang

28

tua. Hindarkan terjadinya perdebatan, kecurigaan, dan permusuhan Mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan (anggota) keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga 6. Keluarga mulai melepas anak sebagai dewasa Memperluas jaringan keluarga dari keluarga inti menjadi keluarga besar Mempertahankan keintiman pasangan Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat Penataan kembali peran orang tua dan kegiatan di rumah 7. Keluarga usia pertengahan Mempertahankan kesehatan individu dan pasangan usia pertengahan Mempertahankan hubungan yang serasi dan memuaskan dengan anak-anaknya dan sebaya Meningkatkan keakraban pasangan 8. Keluarga usia tua Mempertahankan suasana kehidupan rumah tangga yang saling menyenangkan pasangannya Adaptasi dengan perubahan yang

29

akan terjadi; kehilangan pasangan, kekuatan fisik, dan penghasilan keluarga Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat Melakukan life review masa lalu

2.2

Konsep dasar tumbuh kembang pada anak

2.2.1 Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan 1. Pertumbuhan (Growth) Bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan intraseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan stuktur tubuh dalam arti sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan mempergunakan satuan panjang datau satuan berat (FKUI, 2007: 387). Perubahan fisikal yang spesifik pada penambahan isi yang dilihat dari segi ketinggian, berat badan, ukuran lilit kepala, panjang tangan dan kaki, serta bentuk tubuh Bertambahnya jumlah dan besarnya bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur (Whalley dan Wong) Berkaitan dengan masalah besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran berat, umur tulang, dan keseimbangan metabolik (Dr.

Soetjiningsih) Berkaitan dengan gangguan perubahan kuantitatif yaitu

peningkatan ukuran dan struktur (Elizabeth B. Hurloek) Bertambahnya ukuran fisik pada bagian-bagia tertentu (G.H. Lowrey) Pertumbuhan adalah berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel organ maupun individu yang bisa diukur dengan berat, ukuran panjang, umur tulang dan keseimbangan metabolic (Soetjiningsih, 1988).
30

Sepuluh prinsip dasar pertumbuhan 1. 2. 3. 4. 5. 6. Kompleks Mencakup hal-hal kuantitatif dan kualitatif Proses yang berkesinambungan dan terjadi secara teratur Terdapat keteraturan arah. Tempo pertumbuhan tiap anak tidak sama. Aspek-aspek berbeda dari pertumbuhan, berkembang pada waktu dan kecepatan berbeda. 7. Kecepatan dan pola pertumbuhan dapat dimodifikasikan oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik. 8. 9. Terdapat masa-masa krisis. Cenderung mencapai potensi perkembangan yang maksimum

10. Setiap individu tumbuh dengan caranya sendiri yang unik. 2. Perkembangan (Development) Bertambahnya kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks, jadi bersifat kualitatif yang pengukurannya jauh libih sulit dari pada pengukuran pertumbuhan (Moersintowarti, 2002). Suatu proses menuju terciptanya kedewasaan yang ditandai dengan bertambahnya kemampuan atau keterampilan yang menyangkut struktur tubuh yang berkaitan dengan aspek non fisik Suatu pertambahan dari sudut kompleksiti atau suatu perubahan dari ringkas kepala lebih kompleks dan terperinci dari segi pengetahuan, sikap, serta kemahiran-kemahiran Menggunakan indikasi peningkatan kepandaian dan kompleksitas dalam fungsi Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.

31

2.2.2 Pola pertumbuhan dan perkembangan Menurut Gaseli dibagi menjadi 4 kelompok (hidayat, aziz alimul. 2005: 1617). 1. Hukum Cephalo Caudal (ukuran pertumbuhan fisik) Yairu pertumbuhan dilihat dari kepala menuju kaki. Bagian-bagian kepala lebih dahulu matang dari pada yang lain 2. Hukum Proximodistal (ukuran pertumbuhan fisik) Yaitu dari pusat sumbu tubuh mengaraj ke tepi. Organ-organ yang terdapat di pusat sumbu tubuh (jantung, hati, alat pencernaan, alat perkemihan) lebih dulu berfungsi dari pada anggota tubuh yang lain 3. Perkembangan dari yang bersifat umum menuju ke yang khusus Yaitu proses perkembangan dari hal-hal yang bersifat umum menuju yang khusus. Misalnya dapat menggerakkan persendian tangan dahulu kemudian telapak tangan dan kaki. Setiap tahap mempunyai ciri-ciri tersendiri. Waktu perkembangan tidak sama setiap individu, tetapi tiap individu akan mengalami semua 4. Perkembangan dipengaruhi oleh kematangan dan proses latihan Yaitu kematangan adalah proses intrinsik yang terjadi dengan sendirinya sesauai dengan potensi yang ada. Antara latihan terdapat interaksi yang erat 2.2.3 Ciri-ciri dan prinsip pertumbuhan dan perkembangan 1. Ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan a. b. Kontinue Ada masa percepatan dan masa perlambatan, masa janin dan masa 0-1 tahun c. Perkembangan mempunyai pola sama untuk tiap individu tetapi kecepatannya berbeda tergantung lingkungan d. Perkembangan erat dengan maturasi susunan saraf pusat dan perkembangan mempunyai perubahan dan

2. Pertumbuhan

mempunyai beberapa ciri yang saling berkaitan : a. Perkembangan terjadi bersama dengan pertumbuhan

32

b. Pertumbuhan

dan

perkembangan

tahap

awal

mementukan

perkembangan selanjutnya c. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda d. Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan e. Perkembangan mempunyai pola yang tetap f. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan g. Pola perkembangan dapat diramalkan h. Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar 3. Prinsip tumbuh kembang a. Tumbuh kembang berjalan terus menerus dan kompleks Setiap orang mempunyai pengalaman yang samabentuknya, setiap bentuk dan tingkatan perkembangan adalah khas b. Tumbuh kembang merupakan proses yang teratur dan dapat diprediksi Sesuai dengan pola tumbuh kembang c. Tumbuh kembang berbeda dan terintegrasi Perbedaan aspek dalam tumbuh kembang terjadi karena perbedaan tahap, jumlah dan dapat dimodifikasi. d. Setiap aspek tumbuh kembang berbeda dalam setiap tahapnya dan dapat dimodifikasi e. Tahapan tumbuh kembang spesifik untuk setiap orang Keterampilan dan kematangan fisik dan psikologis berbeda dan khusus dari setiap orang 2.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak 1. Faktor herediter Merupakan faktor yan diturunkan sebagai dasar dalam mencapai tumbuh kembang anak disamping faktor yang lain. Yang termasuk faktor herediter adalah jenis kelamin, ras, suku bangsa, keluarga, umur, potensi genetik. Pada pertumbuhan dan perkembangan anak dengan jenis kelamin laki-laki setelah lahir akan cenderung lebih cepat atau perubahannya tinggi jika dibandingkan dengan anak perempuan.

33

Ras atau suku bangsa juga memiliki peran dalam mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan, hal ini dapat dilihat pada suku bangsa tertentu memiliki kecenderungan lebih besar atau tinggi seperti bangsa Asia cenderung lebih pendek dan kecil dibanding dengan bangsa eropa atau lainnya. (Alimul Hidayat, 2005: 17-18) 2. Faktor lingkungan Faktor lingkungan merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam menentukan tercapai tidaknya potensi yang sudah dimiliki. Faktor lingkungan secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu : a. Faktor prenatal : faktor lingkugan yang mempengaruhi anak ada waktu masih dalam kandungan b. Faktor post natal : faktor lingkungan setelah bayi lahir yang juga mempengarui tumbuh kembang anak seperti budaya lingkungan, sosial ekonomi nutrisi, iklim, dan cuaca 2.2.5 Tahapan tumbuh kembang 1. Tumbuh kembang anak berlangsung secara teratur, saling berkaitan, dan berkesinambungan dimulai sejak konsepsi dampai dewasa. 2. Walaupun terdapat beberapa variasi akan tetapi setiap anak akan melewati suatu pola tertentu yang merupakan tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan sebagai berikut : a. Masa pranatal atau masa inta uterin (masa janin dalam kandungan). Masa ini dapat dibagi menjadi dua periode : 1) Masa embrio ialah sejak konsepsi dampai umur kehamilan 8 minggu. Ovum yang telah dibuahi dengan cepat menjadi suatu organisme, terjadi deferensiasi yang berlangsung secara cepat, terbentuk sistem organ dalam tubuh. 2) Masa fetus ialah sejak umur 9 minggu sampai kelahiran. Masa ini terdiri dari dua periode : a) Masa fetus dini, sejak usia 9 minggu sampai dengan trisemester kedua kehidupan intra uterin, terjadi percepatan pertumbuhan, pembentukan jasad manusia sempurna dan alat tubuh telah terbentuk dan mulai berfungsi.

34

b) Masa fetus lanjut pada trisemester akhir pertumbuhan berlangsung pesat dan adanya perkembangan fungsi-fungsi. Pada masa ini ternjadi transfer imunoglobulin G (IgG) dari darah ibu melalui plasenta. Akumulasi asam lemak esensial seri omega 3 (Docosa Hexanic Acid) omega 6 (Arachidonic acid) pada otak dan retina. b. Masa postnatal atau masa setelah lahir terdiri dari beberapa periode : 1) Masa neonatal (0-28hari), terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi perubahan sirkulasi darah, serta mulainya berfungsi organ-organ tubuh lainnya. 2) Masa bayi, dibagi menjadi dua bagian : a) Masa bayi dini (1-12 bulan), pertumbuhan yang pesat dan proses pematangan berlangsung secara kontinyu terutama meningkatnya fungsi sitem saraf. b) Masa bayi akhir (1-2 tahun), kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan terdapat kemajuan dalam perkembangan motorik dan fungsi eksresi c) Masa prasekolah (2,5-6 tahun) Pada saat ini pertumbuhan berlangsung dengan stabil, terjadi perkembangan dengan aktifitas jasmani yang bertambah dan meningkatnya keterampilan dan proses berpikir. d) Masa sekolah atau masa pubertas (wanita : 6-10 tahun, lakilaki : 12-20 tahun). Pertumbuhan lebih cepat dibandingkan dengan masa

prasekolah, keterampilan dan itelektual makin berkembang, senang bermain berkelompok dengan jenis kelamin yang sama. e) Masa adolesensi atau masa remaja (wanita : 10-18 tahun, Lakilaki : 12-20 tahun). Anak wanita 2 tahun lebih cepat memasuki masa adolesensi dibandingkan anak laki-laki. Masa ini merupakan transisi dadi periode anak ke dewasa. Pada masa ini percepatan

35

pertumbuhan berat badan dan tinggi badan yang sangat pesat yang disebut Adolescent Growth Spurt. Juga pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan pesat dari alat kelamin dan timbulnya tanda-tanda kelamin sekunder. Masa-masa tersebut diatas ternyata memiliki ciri-ciri khas yang masingmasing masa mempunyai perbedaan dalam anatomi, fisiologi, biokimia, dan karakternya. Menurut departemen anak (FKUI, 2000) Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan: Pada umumnya anak memiliki pola

pertumbuhan dan perkembangan yang normal dan ini merupakan hasil interaksi banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Banyak sekali faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. faktorfaktor tadi dibagi menjadi 2 golongan yaitu: 1. Faktor interna a. perbedaan ras/etnik atau bangsa bila seseorang dilahirkan dengan ras rang erop maka tidak mungkin ia memiliki faktor herediter ras orang Indonesia atau sebaliknya. Tinggi badan setiap bangsa berlainan, pada umumnya orang kulit putih memiliki ukuran tungkai yang lebih panjang daripada ras mongol. b. Keluarga Ada kecenderungan keluarga yang tinggi-tinggi dan keluarga yang gemuk-gemuk c. Umur Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal tahun pertama kehidupan da masa remaja d. Jenis kelamin Wanita lebih cepat dewasa dibandingkan laki-laki. Pada masa pubertas wanita umumnya tumbuh lebih cepat dari pada laki-laki dan kemudian seteah melewati masa pubertas laki-laki akan lebih cepat.

36

e.

Kelainan genetic Sebagai salah satu contohn: Achondroplasia yang menyebabkan dwarfisme, sedangkan sindrom marfan terdapat pertumbuhan tinggi badan yang berlebihan.

f.

Kelainan kromosom Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan seperti pasa sindrom downs dan sindrom turners

2. Faktor eksternal / lingkungan a. faktor prenatal 1) Gizi Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan akan mempengaruhi pertumbuhn janin 2) Mekanis Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan congenital seperti club foot. 3) Toksik / zat kimia Aminopterin dan obat kontrasepsi dapat menyebabkan kelainan congenital seperti palatoskisis 4) Endokrin Diabetes militus dapat menyebabkan makrosomia, kardiomegli dn hiperplasi adrenal. 5) Radiasi Paparan radium dan sinar rontgen dapat mengakibatkan kelainan pada janin seperti mikrosefali, spinabifida, retardasi mental dan deformitas anggota gerak, kelainan congenital mata, kelainan jantung 6) Infeksi Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH (Toksoplasma, Rubella, Sitomegalo virus, Herpes simpleks), PMS (Penyakit Menular Seksual) serta penyakit virus lainnya dapat mengakibatkan kelainan janin seperti katark, bisu, tuli, mikrosefali, retradasi mental dan kelainan jantung kongenital

37

7) Kelainn imunologi Eritoblastosis vitlis timbul atas dasar perbedaan golongan darahan antara jnin dan ibu sehingga ibu membentuk ntibodi terhadap sel darahmerh janin, kemudian melalui plasenta masuk ke dalam peredaran darah janin dan akan menyebabkan hemolisis yang selanjutnya akan mengakibatkan

hiperbilirubinemia dan kern ikterus yang akan menyebabkan kerusakan jaringan otak 8) Anoksia embrio Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan funsi plasenta menyebabkan pertumbuha terganggu 9) Psikologis ibu Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah / kekerasan mental pada ibu hamil dan lain-lain b. Faktor persalinan Kompikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala dan asfiksia dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan otak c. Faktor pasca natal : 1) Gizi Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang adekuat 2) Penyakit kronis/ kelainan congenital Tuberculosis, anemia, kelainan jantung bawaan mengakibatkan retradasi pertumbuhan jasmani 3) Lngkungan fisis dan kimia Sanitasi lingkungan yang kurang baik , kurangnya sinar matahari, paparan sinar radioaktif, zat kimia tertentu, (Pb, mercuri, rokok, dan lain-lain) mempunyai dampak yang negative terhadap pertumbuhan anak 4) Psikologis Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang anak yang tidak dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang selalu

38

merasa

tertekan

akan

mengalami

hambatan

didalam

pertmbuhan dan perkembangannya. 5) Endokrin Gangguan hormone misalnya pada penyakit hipertiroid akan menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan.

Defisiensi hormone pertumbuhan akan menyebabkan anak menjadi kerdil 6) Sosio-ekonomi Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan lingkunga yang jelek dan ketidaktahuan akan menghambat pertumbuhan anak 7) Lingkungan pengasuh Pada lingkungan pengasuh interaksi ibu-anak sangat

mempengaruhi tumbuh kembang 8) Stimulasi Perkembangan memerlukan rangsangan atau stimulasi

khususnya dalam keluarga misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak, perlakuan ibu terhadap perilaku anak 9) Obat-obatan Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang terhadap susunan saraf pusat yang menyebabkan terhambatnya produksi hormone pertumbuhan 2.2.6 Ciri-ciri perkembangan Perkembanagn merupakan seseretan perubahan fungsi organ tubuh yang berkelanjutan, teratur dan saling berkait. Perkembangan terjadi secara simultan dengan pertumbuhan. Perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan saraf pusat degan organ yang dipengaruhinya, antara lain meliputi perkembangan sistem neuromuskular, bicara, emosi dan sosial. Keenam fungsi tersebut berperan penting dalam kehidupan manusia yang utuh.

39

Ciri-ciri perkembangan adalah : 1. Perkembanagn melibatkan perubahan. Karena perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan, maka setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Perubahan-perubahan ini meliputi perubahan ukuran tubuh secara umum, perubahan proporsi tubuh, berubahnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru sebagai tanda-tanda kematangan suatu organ tubuh tertentu. 2. Perkembangan awal menentukan pertumbuhan selanjutnya Perkembangan awal merupakan masa kritis karena akan menentukan perkembangan selanjutnya. 3. Perkembangan mempunyai pola yang tetap 4. Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut 2 hukum tetap, yaitu : a. Perkembangan terjadi lebih dahuu didaerah kepala, kemudian menuju ke arah kaudal. Pola ini disebut pola sefalokaudal. b. Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerakan kasar) lalu berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang mempunyai kemampuan dalam gerakan halus. Pola ini disebut proksimodistal. 5. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan. Tahap ini dilalui deorang anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan, dan tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik. 6. Perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda Seperti halnya pertumbuhan, perkembangan berlangsung dalam kecepatan yang berbeda-beda. 7. Perkembangan bekorelasi dengan pertumbuhan. Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun demikian, terjadi peningkatan mental, ingatan daya nalar, asosiasi dan lain-lain. 2.2.7 Kebutuhan Dasar Tumbuh Kembang Anak Pertumbuhan dan perkembangan anak merupakan hasil interaksi antara faktor genetik-herediter-konstitusi dengan faktor lingkungan, baik lingkungan prenatal maupun lingkungan postnatal. Faktor lingkungan ini yang akan

40

memberikan segala macam kebutuhan yang merupakan kebutuhan dasar yang diperlukan oleh anak untuk tumbuh dan berkembang. Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang secara garis besar dikelompokkan kedalam 3 kelompok, yaitu : 1. Kebutuhan fisis-biomedis (asuh), Yaitu kebutuhan akan : a. Nutrisi yang adekuat dan seimbang, merupakan kebutuhan akan asuh yang terpenting. Keberhasilan perkembangan anak ditentukan oleh keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan otak. Jadi dapat dikatakan bahwa nutrisi, selain mempengaruhi pertumbuhan, juga mempengaruhi perkembangan otak. Sampai umur 6 bulan ASI adalah makanan yang ideal untuk bayi baik ditinjau dari kesehatan fisis maupun psikis. Pemberian makanan tambhan yang tepat akan memberikan hasil yang lebih baik bagi pertumbuhan anak. Namun demikian, akan lebih sempurna apabila makanan tambhan yang diberikan dalam bentuk yang seimbang. b. Perawatan kesehatan dasar 1) Imunisasi. Pemberian imunisasi pada anak adalah penting untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas terhadap penyakit-penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi. Dengan melakukan imunisasi yang lengkap, maka kita harapkan dapat mencegah timbulnya penyakitpenyakit yang menimbulkan kesakitan dan kematian. 2) Sebab morbiditas. Diperlukan upaya deteksi dini, pengobatan dini dan tepat serta limitasi kecelakaan. Kesehatan anak harus mendapat perhatian dari para orang tua, yaitu dengan cara membawa anaknya yang sakit ke tempat pelayanan kesehatan terdekat. 3) Pakaian Pakaian yang layak, bersih dan aman (tidak mudah terbakar, tanpa pernik-pernik yang udah menyebabkan anak kemasukan benda asing).

41

4) Perumahan keadaan perumahan yang layak dengan konstruksi bangunan yang tidak membahyakan penghuninya, akan menjamin keselamatan dan kesehatan penghuninya. 5) Higiene diri dan sanitasi lingkungan Kebersihan, baik kebersihan perorangan maupun lingkungan memegang peranan penting pada tumbuh kembang anak. Oleh karena itu pndidikan kesehatan kepada masyarakat harus ditunjukkan bagaimana membuat lingkungan menjadi layak untuk tumbuh kembang anak, sehingga meningkatkan rasa aman bagi ibu/pengasuh anak dalam menyediakan kesempatan bagi anaknya untuk

mengeksplorasi lingkungnnya. 6) Kesegaran jasmani : olahraga, rekreasi 2. Kebutuhan emosi/ kasih sayang (asih) Kebutuhan akan asih yaitu kebutuhan terhadap emosi meliputi : a. Kasih sayang orang tua Kasih sayang orang tua yang hidup rukun berbahagia dan sejahtera yang memberi bimbingan, perlindungan, perasan aman kepada anak merupkan salah satu kebutuhan yang diperlukan anak untuk tumbuh dan berkembang seoptimal mungkin. b. Rasa aman Seorang anak akan merasa diterima oleh orang tuanya bila ia merasa bahwa kepentingannya diperhatikan serta merasa ada hubungaan yang erta antar ia dan keluarganya. c. Harga diri Setiapa anak ingin merasa bahwa ia mempunyai tempat dalam keluarga, keinginannya diperhatiakn, apa yang dikatakannya ingin didengar orang tua, tidak diacuhkan. d. Kebutuhan akan sukses Setiap anak ingin merasa bahwa apa yang diharapkan daripadanya dapat dilakukannya, dan ia merasa sukses mencapai sesuatu yang diinginkan orang tua.

42

e. Mandiri Kemandirian pada anak hendaknya selalu didasarkan pada

perkembangan anak. f. Dorongan Anak membutuhkan dorongan dari orang-orang sekelilingnya apabila tak mampu menghadapi situasimasalah. g. Kebutuhan mendapatkan kesempatan dan pengalaman. Anak-anak membutuhkan dorongan orang tua dan orang-orang disekelilingnya dengan diberikan kesempatan dan pengalaman dalam mengembangkan sifat-sifat bawaannya. h. Rasa memiliki Ikatan ibu-anak yang erat, mesra, selaras dan sepermanen mungkin sangatlah penting karena : 1) Turut menentukan perilaku anak dikemudian hari 2) Merangsang perkembangan otak anak 3) Merangsang perhatian anak kepada dunia luar Pemenuhan kebutuhan emosi (asih) ini dapat dilakukan sedini mungkin yaitu dengan mendekapkan bayi pada ibunya sesegera mungkin setelah lahir. 3. Kebutuhan akan stimulasi (asah) Yang dimaksud dengan stimulasi disini adalah perangsangan yang datang dari lingkungan luar anak antara lain berupa latihan atau bermain. Stimulasi juga dapat berfungsi sebagai penguat yang bermanfaat bagi perkembangan anak. Stimulasi harus dilaksankan dengan penuh perhatian dan kasih sayang. 2.2.8 Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Prasekolah (3-5 Tahun) Rasa keingintahuan tentang hal-hal yang berada dilingkungan semakin besar dan dapat mengembangkan pola sosialisasinya. Anak sudah mulai mandiri dalam merawat diri sendiri seperti mandi, makan, minum, mengosok gigi, BAB dan BAK, dll.

43

1.

Bimbingan Selama Fase Prasekolah a. Usia 3 Tahun Persiapkan orang tua untuk peningkatan ketertarikan anak dalam hubungan yang lebih luas. Anjurkan untuk mendaftarkan anak ke TK. Tekankan tentang pentingnya pengaturan waktu. Anjurkan orangtua untuk menawarkan pilihan-pilihan ketika anak sedang ragu/bimbang. Perubahan pada usia 3 tahun : anak akan menjadi kurang koordinasi (antatorik dan emosi), gelisah dan menunjukkan perubahan tingkah laku seperti bicara gagap. Orang tua harus memberikan perhatian yang extra sebagai refleksi dari kegelisahan emosi anak dan rasa takut anak kehilangan kasih sayang orang tua. Ingatkan orang tua tentang keseimbangan yang telah dicapai pada usia 3 tahun akan berubah menjadi tingkah laku yang agresif pada usia 4 tahun. Antisipasi tentang adanya perubahan nafsu makan, seleksi makanan anak. Tekankan tentang perlunya perlindungan dan pendidikan untuk mencegah cedera. b. Usia 4 Tahun Persiapakan pada tingkah laku anak yang lebih agresif, termasuk aktivitas motorik dan penggunaan bahasa-bahasa yang mengejutkan. Bersikap menentang terhadap orangtua Explorasi perasaan ortu berkenaan dengan tingkah laku anak. Masukkan anak ke TK Persiapan untuk peningkatan keinginan tahuan anak tentang sex. Tekankan tentang pentingnya menanamkan disiplin pada anak. Anjurkan untuk belajar berenang jika belum dilakukan pada usia sebelumnya.

44

Adanya mimpi buruk; beritahu orangtua bahwa anak, sering anak terbangun karena adanya mimpi yang menakutkan. Tenangkan Ibu, bahwa masa yang tenang pada anak dimulai pada usia 5 tahun. c. Usia 5 Tahun Masa tenang pada usia 5 tahun Siapkan anak untuk memasuki lingkungan sekolah. Pastikan kelengkapan immunisasi sebelum memasuki sekolah. 2.2.9 Masalah-masalah Kesehatan Yang Timbul Pada Anak Usia Prasekolah (FKUI, 2007) MANAJEMEN TERAUPETIK DAN KOMPLIKASI Komplikasi : Dehidrasi Renjatan hipovelemik Sumber : Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan Hypocalanta Intoleransi laktosa sekunder Kejang KEP Obat: Anti sekresi Anti spasmolitik Manifestasi Klinis : Bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh meninggi cair dan mungkin Pengeras tinja Anti biotika - Memberikan cairan\ - Diatelik (pemberian makanan) PERTIMBANGAN KEPERAWATAN

NO

MASALAH / PENYAKIT Diare (Gastroenterologi) Agen pembuka : Bakteri dan virus.

1.

Masa Inkubasi : Bayi : BAB 3x / 24 jam Anak : BAB 3x / 24 jam

45

disertai dengan lendir atau darah. 2. Variacela (cacar air) Agen pembawa : Variacell Zooster Kekhususan : Biasanya tidak ada, agent anti viral (ocyclovir) Sumber : Sekresi primer saluran pernafasan dan organ terinfeksi, pada tingkatan lesi kulit yang lebih rendah. untuk resiko tinggi anak terinfeksi, Varicella Zooster immunoglobin (VZIG) setelah pembukaan Transmisi : Kontak langsung terkontaminasi oleh objek penularan. Obat : Diphenhidramin Masa Inkubasi : 2 3 minggu biasanya 13-17 hari. hydrokhlorida atau antihistamin untuk menghilangkan gatal; perawatan kulit untuk Masa Penularan : Biasanya 1 hari setelah erupsi lesi (masa awal) sampai 6 hari setelah banyak muncul vesikel ketika kerak kulit terbentuk. Manifestasi Klinis : Tahap Awal : Demam ringan, malaise, anorexia, pertama kali 24 Komplikasi : Infeksi pada tahap kedua (bisu, selulitis, pneumoni,sepsis). Enchepalitis Varicella Pneumoni mencegah infeksi bakteri kedua. pada anak yang beresiko tinggi. Lakukan isolasi ketat dirumah sakit. Isolasi anak dirumah sampai vesikel mengering (biasanya 1 mingu setelah terinfeksi) dan isolasi anak yang beresiko tinggi terinfeksi. Beri perawatan kulit; mandi dan berganti pakaian setiap hari, beri olesan lotion; calamine; potong dan bersihkan kuku. Mengurangi gatalgatal. Hindari mengupas kulit kerak yang menggosok dan membuat iritasi.

46

jam, ruam dan gatal sekali, mulai muncul makula, dengan cepat berkembang menjadi papula dan menjadi vesikel (dikelilingi oleh dasar eritematosus menjadi gelembung,mudah pecah dan membentuk (kerak). Ketiga tahapan (Papula, vesikel dan kerak kulit) hadir dalam tingkatan berbeda dalam waktu yang sama.

Peredaran Varicella (perdarahan kecil pada vesikel dan ptekia pada kulit). Kronik atau transsient trombositopenia.

Distribusi : Sentripetal, menyebar ke wajah dan tubuh tapi jarang pada tungkai dan lengan.

Gejala : Elevasi suhu dari limfadenopaty, iritasi dari gatal-gatal. 3. Difhteria Manifestasi Klinis : Bervariasi menurut lokasi anatomi Pseudomembran. Antitoksin (biasanya melalui intravena diawali dengan test kulit dan konjungtiva untuk mengetes sensitifitas terhadap serum. Lakukan isolasi ketat di rumah sakit. Berpartisipasi pada test sensitifitas; beri epineprin jika ada

47

Nasal : Menyerupai flu, nasal mengeluarkan serosanguineous mukous purulent tanpa gejalagejala pokok: tampak seperti epistaksis. Tonsilar/pharyingeal : Malaise, anorexia, tenggorokan sakit, sedikit demam, pulse meningkat dari yang diharapkan selama 24 jam, membran melembut, putih atau abu-abu; timbulnya limfadenitis jika penyakitnya parah timbul toximea, septik syok, dan meninggal dalam 6-10 hari. Lharyngeal : Demam : serak, batuk, tanpa ada tanda awal, potensial penghambatan jalan udara, gelisah, cyanosis, retraksi dyspnieu. 4. Rubeola (campak) Agent pembawa : Virus Tidak ada perawatan lain yang perlu kecuali Sumber : Sekresi saluran nafas,darah dan urine dari orang yang antipiretik untuk demam dan analgesik untuk Antibiotik (penisillin atau erythromycin). Bedrest total (pencegahan miokarditis) Tracheostomy untuk penghambatan jalan udara. Perawatan carrier dan kontak terhadap orang yang terinfeksi. Komplikasi : Miokarditis (minggu kedua), neuritis.

Beri antibiotik, amati tanda-tanda sensitifitas terhadap penisilin. Gunakan suction jika perlu Beri perawatan komplit untuk memperoleh bedrest. Atur kelembaban untuk pencairan optimum sekresi. Amati respirasi untuk tanda-tanda penghambatan.

Yakinkan orangtua bahwa vesikel-vesikel adalah suatu proses penyakit yang alami pada anak-

48

terinfeksi.

nyeri. Komplikasi : Jarang terjadi

anak yang terinfeksi. Gunakan sentuhan lembut jika diperlukan Jauhkan anak dari wanita hamil.

Transmisi : Kontak langsung dengan orang yang terinfeksi. Masa inkubasi : 10 20 hari.

(arthtritis, enchepalitis, atau purpura); penyakitpenyakit menular yang sering dijumpai pada masa anak-anak; bahaya

Periode penularan :

terbesar adalah efek

Dari 4- 5 hari setelah ruam- teratogenik pada janin. ruam muncul tetapi terutama selama tahapan awal (catharal). Manifestasi klinis : Fase prodromal : Tidak dijumpai pada anakanak, namun dijumpai pada remaja dan dewasa yang ditandai dengan demam ringan, sakit kepala, malaise, anorexia, konjungtivitis ringan, coryza, sakit kerongkongan, batuk dan limfadenopaty. Paling sedikit 1-5 hari, menghilang 1 hari setelah terjadinya ruam.

49

Ruam : Pertama kali muncul di wajah dan dengan segera menyebar keleher, lengan batang tubuh dan kaki. Diakhiri hari pertama ditutupi dengan bercakbercak kemerahan makulo pupalar, biasanya hilang pada hari ketiga.

Tanda dan gejala : Demam ringan yang muncul kadangkadang, sakit kepala, malaise dan limfadenopaty. 5. Pertusis Agent : Bordettela pertusis Pemberian antibiotik Eythromycin, ampisillin, kotrimaxazol, Sumber : Masuknya dari saluran pernafasan dari seseorang yang terinfeksi. khloramfenikol, expextoransia dan mukolitik, codein diberikan bila terdapat batuk yang hebat Penularan : Kontak langsung dan droplet. sekali. Luminal. Komplikasi : Otitis media, bronkitis, Masa inkubasi : bronkop neumonia, Anjurkan untuk bedrest Berikan kompres panas dan dingin. Berikan diit makanan cair dan lunak

50

5-21 hari, biasanya 10hari.

ateletaksis, emfisema, muntah-muntah berat,

Perkembangan : Yang paling besar selama catharal (radang selaput lendir) sebelum munculnya (kambuhnya kembali dan menghilang pada minggu ke 4 setelah munculnya kembali gejala penyakit).

emasiasi, prolapsus rectum, kongesti dan edema otak.

Manifestasi klinik : Stadium kataralis Batuk ringan pada malam hari, anorexia Stadium spasmodik Batuk bertambah berat dan terjadi paroximal berupa batuk-batuk khas, keringat, dilatasi pembuluh darah leher dan muka, muka merah, sianosis. Stadium konvalensi Pada minggu ke-4 beratnya serangan batuk berkurang nafsu makan timbul kembali, ronchi difus mulai menghilang. 6. Parasitis intestinal Askariasis 1. Piperazin sitrat (antepar) Memberikan penyuluhan pada

51

Agent Askaris lumbricoides.

2. Hexilresorsinol 3. Oleumkenopodii 4. Santonin

orangtua pentingnya menjaga higienis dan sanitasi lingkungan.

Sumber : Faeces

5. Pirantel pamoat (combantrin) 6. Papain (fellardon

Masa Inkubasi : 2-3 minggu

Manifestasi Klinis : Infeksi ringan Asimptomatik infeksi berat anorexia, iritabilitas, ketakutan, perut besar, penurunan berat badan, demam dan kolik. Infeksi parah gangguan usus, usus buntu, perforasi usus dengan peritonitis, gangguan empedu, paru dan pneumonitis.

Masalah Perkembangan Anak 2.2.10 Masalah perkembangan anak yang sering timbul 1. Gangguan perkembangan fisik Untuk mengeyahui masalah tumbuh kembang fisik pada anak, perlu pemantauan kontinu. Dengan pemantauan berat badan, tinggi badan(proporsi), lingkar kepala, umur tulang dan pertumbuhan gigi maka diketahui adanya suatu kelainan tumbuh kembang fisik seorang anak. Pemantauan berat badan dengan menggunakan KMS ( Kartu Meenuju Sehat), maka kita dapat mengetahui pola

52

pertumbuhan anak. Bila grafik berat badan lebih dari 120% kemungkinan akibat dari obesitas atau kelainan hormonal. Sedangkan dibawah garis normal, kemungkinan anak kurang gizi, deprivasi, menderita penyakit kronis atau kelainan hormonal. Berat badan terhadap tinggi badan dibawah persentil ke lima, menunjukkan indicator kurang gizi yang akut. Setelah beberapa bulan kekurangan kalori, tinggi badan terhadap umur akan menurun(stunting), sehingga proporsi berat terhadap tinggi badan akan kembali normal. Proporsi tubuh mengikuti skuen perubahan yang teratur dalam perkembangan anak. Proporsi dapat diketahui dengan mengukur bagian bawah tubuh yaitu mulai dari simfisis pubis sampai lantai (B) dan bagian atas tubuh adalah tinggi badan dikurangi bagian bawah tubuh (A). Ratio antara A/B adalah sekitar 1,7 pada bayi baru lahir, 1,3 pada umur 3 tahun, dan 1,0 setelah umur 7 tanun. Ratio A/B lebih besar dari normal adalah khas untuk shortlimb dwarfism atau adanya kelainan tulang seperti pada ricket. Lingkar kepala dapat dipantau dengan menggunakan grafik lingkar kepla dari Nellhaus. Besarnya lingkar kepala menggambarkan isi kepala termasuk otak dan cairan serebrospinalis. Pada lingkar kepala yang lebih besar dari normal, kemungkinan karena hidrosefalus, megaensefali, hidranensefali, efusi subdural, tumor otak, penykit canavan, bayi besar, keturunan, variasi normal. Demikian pula bila lingkar kepala lebih kecil dari normal kemungkinan akibat dari kraniosinostosis, retradasi ental, bayi kecil, keturunan, variasi normal. Pada anak yang menderita malnutrisi kronis dan berat sering disertai lingkar kepala yang kecil dan berakibat kurangnya kemampuan kognitif di kemudian hari. Maturasi tulang diketahui melalui umur tulang. Baku yang sering digunakan adalah menurut greulich dan pyle, yang memerlukan foto tangan kiri, foto lutut kiri kadang-kadang ditambah pada anak yang lebih mudah. Sedangkan metode sontang memerlukan foto disetiap sendi besar dari bagian kiri tubuh. Umur tulang mempunyai korelasi dengan stadium pubertas dan berguna untuk memprediksi tinggi badan dewasa pada remaja yang mengalami maturitas dini atau lambat. Pada perawakan pendek karena keturunan (familiar short stature), umur tulang adalah normal sesuai dengan umur kronologis. Sedangkan pada pertumbuhan yang terlambat, perawakan pendek akibat kelainan endokrin dan kurang gizi, maka umur tulang adalah lebih rendah. Pertumbuhan/erupsi gigi terlambat, dapat

53

dapat disebabkan oleh hipertiroid, hiperparatiroid, keturunan dan tersering adalah idiopatik. Nutrisi, gangguan metabolisme, sakit yang lama dan obat-obatan tertentu seperti tetrasiklin dapat mengakibatkan perubahan warna gigi dan kelainan pertumbuhan email gigi. Gangguan penglihatan anara lain : maturits visul yang terlambat (anak yang normal intelegensi visual terjadi sekitar umur 6 bulan), gangguan refraksi, juling, nistagmus, ambliopia, buta warna, dan kebutaan akibat dari ulkus kornea, katarak, glaucoma, neuritis optic, hipoplasia nervus optikus, retinoblastoma, fibroplasias retrolental. Sedangkan ketulian pada anak dibedakan antara tuli konduksi dan sensorineural. Tuli konduksi sering kali akibat dari otitis media. Sedangkan tuli sensorineural akibat dari kelainan congenital (hipotiroid congenital, rubella kongenital), faktor perinatal (prematuritas, hiperbilirubinemia, asfiksi berat) dan faktor pasca natal (gondongan/mumps, meningitis oleh karena H. influenza, luka bakar). Deteksi dini gangguan penglihatan dan pendengaran sangat peting. 2. Gangguan perkembangan motorik Perkembangan motorik yang lambat dapat disebabkan oleh hal-hal dibawah ini, yaitu : a. Faktor keturunan Pada keluarga tersebut perkembangan motorik rata-rata lambat. b. Faktor lingkungan Anak yang tidak mendapat kesempatan untuk belajar, misalnya anak yang terus digendong atau ditaruh di baby walker terlalu lama. Juga anak yang mengalami deprivasi maternal sering mengalami

keterlambatan motorik c. Faktor kepribadian Anak yang penkut, takut jalan. d. Retardasi mental Sebagian besar anak dengan retardasi mental mengalami keterbatasan gerak motorik e. Kelainan tonus otot Anak dengan palsy cerebral, sering terjadi keterbatasan perkembangan motorik akibat dari spastisitas, athetosis, ataksia atau hipotonia.

54

Kelemahan tendon dan kelainan pada sumsum tulang belakang (gross spinal defects), juga sering disertai dengan keterlambatan motorik f. Obesitas Walaupun obesitas dapat mengakibatkan gangguan perkembangan motorik, tetapi tidak semua anak obesitas mengalami keterlambatan motorik g. Penyakit neuromuscular Pada anak yang menderita penyakit dechenne muscular dystrophy sering terlambat berjalan h. Buta Anak yang buta sering terlambat berjalan, kemungkinan akibat dari tidak diberikan kesempatan untuk belajar. Sedangkan gangguan otorik halus lebih sering variasinya. Gangguan perkembangan motorik halus sering menyertai retardasi mental dan palsy cerebral. 3. Gangguan perkembangan bahasa Gangguan perkembangan bahasa pada anak diakibatkan berbagai faktor yaitu adanya faktor genetic, gangguan pendengaran intelegensi rendah, kurangnya interaksi anak dengan lingkungan, maturasi yang terlambat, faktor keluarga, kembar, psikosis, gangguan lateralisasi, masalah-masalah yang berhubungan dengan disleksia dan afasia. Sedangkan gagap, dapat disebabkan oleh tekanan dari orang tua agar anak bicara dengan jelas, faktor keluarga/termasuk anak yang meniru cara keluarganya yang gagap, gangguan lateralisasi, rasa tidak aman, faktor konstitusi dan kepribadian anak. Selain itu gangguan bicara dapat juga disebabkan oleh bibir sumbing atau sumbing palatum, maloklusi, adenoid dan serebral palsy. Frenulum lidah (tounge tie) yang pendek juga dapat mengakibatkan gangguan bicara. 4. Gangguan funsi vegetative a. Gangguan makan Ruminasi Pica

55

Bulimia Anorexia nervosa

b. Gangguan funsi eliminasi Enuresis Encopresis

c. Gangguantidur Dissomia Parasomia

d. Gangguan kebiasaan Termasuk fenomena akibat pelampiasan stress, seperti membenturbenturkan epala, menggoyang-goyangkan badan, menghisap jari, mengigit kuku, mencabut rambut, menggertakkan gigi, memukulmukul atau mencubit salah satu bagian tubuhnya, manipulasi tubuh, mengulang kata-kata, menahan nafas, aerofagia dan tiks. 5. Kecemasan Kecemasan pada umumya merupakan bagian dari perkembangan. Tetapi bila kecemasan ini berlebihan, sehingga mempunyai efek terhadap interaksi social dan perkembangan anak, maka merupakan hal yang patologis memerlukan suatu intervensi. Contoh : fobia sekolah, kecemasan berpisah (saparation anxiety disorder), fobia social (childhood-onset social phobia), kecemasan setelah mengalami trauma (post traumatic stress disorder). 6. Gangguan suasana hati (mood disoders) Sering pada anak- anak dan remaja. Gangguan tersebut antara lain adalah major depression yang ditandai dengan disforia, kehilangan minat, sukar tidur, sukar kosentrasi, dan nafsu makan yang terganggu. Pada dsythymic disorder, kelainan disforia lebih intermiten dari majo depression, dengan periode suasana hati yang normal dan berlangsung beberapa hari samapi minggu, kelainan ini lebih kronis. Bipolar disorder, adalah ditandai dengan suasana hati yang cepat berubah.

56

7.

Bunuh diri dan percobaan bunuh diri Merupakan penyebab kematian nomor dua pada remaja di negara barat. Bunuh diri sering merupakan penyelesaian masalah psikolog dan lingkungan bagi remaja.

8.

Gangguan kepribadian yang terpecah (disruptive behavioura disorders) Kelainan ini mungkin sebagai akibat dari frustasi dan kemarahan. Contohnya adalah berbohong, membangkang, dan agresif

9.

Gangguan perilaku seksual Gangguan perilaku seksual antara lain transsexualism, transvesting dan homoseksual.

10.

Gangguan perkembangan pervasive dan psikosis pada anak Gangguan perkembangan pervasive meliputi autisme (gangguan komunikasi verbal dan non verbal, gangguan perilaku dan interaksi social), kelainan asperger (gangguan interaksi sosial, perilaku yang terbatas dan diulangulang, obsesif), childhood disintegrative disorder (demensia heller) dan kelainan rett (kelainan x-linked dominan pada anak perempuan).

11.

Disfungsi neurodevelopmental pada anak usia sekolah Disfungsi susunan saraf pusat disertai dengan kemampuan akademik yang dibawah normal, kelainan perilaku dan masalah dalam interaksi sosial. Kelainan ini antara lain ADHD (atten tion Defisit Hiperactivity Disorder ) dan disklesia.

12.

Kelainan saraf dan psikiatrik akibat dari trauma otak Trauma otak meningkatkan resiko gangguan intelektual maupun psikiatris, terutama bila trauma berat. Kelainan yang didapat pada waktu prenatal akibat ibu yang kecanduan obat terlarang, preminum alkohol, dan perokok beratjuga salah satu penyebabnya. Selain itu dapat sebagai akibat dari infeksi (ensefalitis dan meningitis), kecelakaan, intoksikasi, genetik, dan penyakit idiopatik yang menyerang otak.

13.

Penyakit psikosomatik Konflik psikologik dapat memberikan gejala somatik yang disebut sebagai psikosomatik. Contoh penyakit psikosomatik adalah kelainan konversi, hipokondriasi, sindrom munchausen by proxy. Sebagai tenaga yang

57

berkecimpung dalam perkembangan anak, hal- hal yang telah disampaikan di atas harus mendapat perhatian yang sebaik- baiknya. Berbagai masalah perkembangan anak dapat timbul pada setiap tahap perkembangan anak. Oleh karena itu pemantauan yang berkesinambungan dan kerjasama multidisiplin sangat diperlukan. Keterlibatan orang tua atau pengasuh anak dalam membina tumbuh kembang anak sangat diperlukan, agar tumbuh kembang anak optimal. Jugabperan masyarakat dan pemerintah dalam penyediaan anggaran dan fasilitas sangat diharapakan, demi masa depan bangsa yang sangat tergantuang pada generasi penerusnya. 2.2.11 Penilaian Perkembangan Anak Usia Prasekolah Penilaian terhadap perkembangan anak adalah melalui Denver

Developmental Screening Test (DDST) / Tes Skrining Perkembangan Menurut Denver . DDST (Denver Developmental Screening Test) adalah salah satu dari metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak, tes ini bukanlah tes diagnostik atau tes IQ. DDST memenuhi semua persyaratan yang diperlukan untuk metode skrining yang baik. Tes ini mudah dan cepat (15-20 menit), dapat diandalkan dan menunjukan validitas yang tinggi. Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan DDST secara efektif 85-100% bayi dan anak-anak prasekolah yang mengalami keterlambangan perkembangan (Soetjiningsih, 1998). Frankenburg dkk (1981) mengemukakan 4 parameter perkembangan yang dipakai dalam menilai perkembangan anak balita yaitu: Personal Sosial (kepribadian/ tingkah laku sosial) yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya; Gerakan Motorik Halus yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat. Misalnya kemampuan untuk menggambar, memegang sesuatu benda; Bahasa adalah kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan; Perkembangan Motorik Kasar (Gross Motor) adalah aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.

58

Alat yang digunakan seperti alat peraga: wol merah, kismis/manik-manik, kubus warna merah-hijau-biru, prmainan anak, botol kecil, bola tennis, bel kecil, kertas dan pencil; lembar formulir DDST; buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara melakukan tes dan cara penilaiannya (Soetjiningsih, 1998). Penilaian sesuai dari buku petunjuk terdapat penjelasan tentang bagaimana melakukan penilaian, apakah lulus (Passed = P), gagal (Fail = F) ataukah anak tidak mendapat kesempatan melakukan tugas (No Opportunity = N.O). Kemudian ditarik garis berdasarkan umur kronologis yang memotong garis horizontal tugas perkembangan pada formulir DDST. Setelah itu dihitung pada masing-masing sektor, berapa yang F, selanjutnya berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasikan dalam: a. Abnormal, bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan pada 2 sektor atau lebih, bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan plus 1 sektor atau lebih dengan keterlambatan dan pada sektor yang sama tersebut tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia. b. Meragukan (Questionable), bila pada 1 sektor didapatkan 2

keterlambatan atau lebih, bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada sector yang sama tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia. c. Tidak dapat dites (Untestable). 2.3 I. Konsep dasar asuhan keperawatan keluarga Pengkajian Pengkajian merupakan suatu tahapan dimana perawat mengambil data secara terus menerus terhadap keluarga binaannya. Sumber informasi dari tahapan pengumpulan data dapat menggunakan metode wawancara, observasi misalnya tentang keadaan/ fasilitas rumah, pemerikasaan fisik terhadap seluruh anggota keluarga secara head to too dan telaah data sekunder dari hasil laboratorium, hasil x-ray, pap smear dan lain sebagainya.

59

Hal-hal yang perlu dikumpulkan datanya dalam pengkajian keluarga adalah: 1. Data umum Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi : a. b. c. d. e. Nama kepala keluarga (KK) Alamat dan telepon Pekerjaan kepala keluarga Pendidikan kepala keluarga Komposisi keluarga Menjelaskan anggota keluarga yang diidentifikasi sebagai bagian dari keluarga mereka. Komposisi tidak hanya mencantumkan penghuni rumah tangga, tetapi juga anggota keluarga lain yang menjadi bagian dari keluarga tersebut. Bentuk komposisi keluarga dengan mencatat terlebih dahulu anggota keluarga yang sudah dewasa, kemudian diikuti dengan anggota keluarga lain sesuai dengan susunan kelahiran mulai dari yang lebih tua, kemudian mencantumkan jenis kelamin, hubunga setiap anggota keluarga tersebut, tempat tiggal lahir/ umur, pekerjaan dan pendidikan.
No. Nama Umur Jenis kelamin Tanggal lahir Pendidikan Pekerjaan Keterangan

f.

Genogram Genogram keluarga merupakan sebuah diagram yang menggambarkan

konstelasi keluarga (pohon keluarga). Genogram merupakan alat pengkajian informatif yang digunakan untuk mengetahui keluarga, riwayat dan sumbersumber keluarga. Digaram ini menggambarkan hubungan vertikal (lintas generasi) dan horizontal (dalam generasi yang sama) untuk memahami kehidupan keluarga dihubungkan dengan pola penyakit. Untuk hal tersebut, maka genogram keluarga harus memuat informasi tiga generasi keluarga (keluarga inti dan keluarga masing-masing orang tua).

60

Aturan pembuatan genogram adalah sebagai berikut: 1. Anggota keluarga yang lebih tua berada disebelah kiri 2. Umur anggota keluarga ditulis pada simbol laki-laki atau perempuan 3. Tahun dan penyebab kematian ditulis disebelah simbol laki-laki atau perempuan 4. Paling sedikit disusun 3 generasi g. Tipe keluarga Menjelaskan mengenai jenis/ tipe keluarga beserta kendala atau masalah-masalah yang terjadi dengan jenis/ tipe keluarga tersebut. h. Suku bangsa Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan. i. Status sosial ekonomi keluarga Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki keluarga. j. Aktivitas rekreasi keluarga Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat dari kapan saja keluarga pergi bersama-sama untuk mengunungi tempat rekreasi tertentu, namun dengan menonton televisi dan mendengarkan radio juga merupakan aktivitas rekreasi. 2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga a. Tahap perkembangan keluarga saat ini Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh anak tertua dari keluarga inti, contoh: keluarga bapak A memiliki dua orang anak, anak pertama berusia 7 tahun dan anak kedua berusia 4 tahun, maka keluarga bapak A berada pada tahap perkembangan keluarga dengn anak usia sekolah. b. Tahap perkembangan keluarga yang belun terpenuhi Menjelaskan perkembangan keluarga yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala-kendala megapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.

61

c.

Riwayat keluarga inti Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, meliputi

riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing

anggota

keluarga, perhatian keluarga terhadp pencegahan penyakit termasuk status imunisasi, sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga dan pengalaman terhadap pelayanan kesehatan. d. Riwayat keluarga sebelumnya Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dri pihak suami dan istri. 3. Pengkajian lingkungan a. Karakteristik rumah Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, jarak septictank dengan sumber air, sumber air minum yang digunakan serta dilengkapi dengan denah rumah. b. Karakteristik tetangga dan komunitas Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan atau kesepakatan penduduk setempat serta budaya setempat yang mempengaruhi. c. Mobilitas geografis keluarga Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan melihat kebiasaan keluarga berpindah tempat, tempat dimana keluarga pernah tinggal sebelumnya, atau pernah mengunjungi suatu tempat dalam waktu yang lama sebelum dilakukan pengkajian. Hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi apakah keluarga pernah tinggal diwilayah yang pernah menjadi endemik penyakit. d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana interaksi keluarga dengan masyarakat.

62

4.

Struktur keluarga a. Sistem pendukung keluarga Termasuk sistem pendukung keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan mencakup fasilitas fisik, fasilitas psikologis atau dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan dari masyarakat setempat. b. Pola komunikasi keluarga Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antara anggota keluarga. Apakah anggota keluarga mengutarakan kebutuhan-kebutuhan dan perasaan mereka dengan jelas. Apakah anggota keluarga memperoleh dan berikan respons dengan baik terhadap pesan. Apakah anggota keluarga mendengar dan mengikuti pesan. Bahasa apa yang digunakan dalam keluarga. Pola yang digunakan dalam komunikasi untuk menyampaikan pesan (langsung atau tidak langsung) Jenis-jenis disfungsional komunikasi apa yang terlihat dalam pola komunikasi keluarga. c. Struktur kekuatan keluarga Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku, juga dikaji tentang sistem dukungan terhadap kesehatan keluarga meliputi; asumsi keluarga terhadap pelayanan kesehatan, keluarga memiliki askes tertentu/ tidak untuk dukungan ketika anggota keluarga sakit, jarak tempat tinggal keluarga terhadap tempat pelayanan kesehatan. d. Struktur peran Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara formal maupun informal. e. Nilai atau norma keluarga Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut keluarga yang berhubungan dengan kesehatan.

63

5.

Fungsi keluarga a. Fungsi efketif Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainnya, bagaimana kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling menghargai. b. Fungsi sosialisasi Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya serta perilaku. c. Fungsi perawatan kesehatan Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit. Sejauh mana pengetahuan keluarga mengenai sehat sakit. Kesanggupan keluarga di dalam melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga dalam melaksanakan lima tugas kesehatan keluarga, yaitu: 1) Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan 2) Keluarga mampu mengambil keputusan untuk melakukan tindakan 3) Keluarga mampu melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang sakit 4) Keluarga mampu menciptakan lingkungan yang dapat

meningkatkan kesehatan (memodifikasi lingkungan) 5) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia dilingkungan setempat. Hal yang perlu dikaji sejauh mana keluarga melakukan pemenuhan tugas perawatan kesehatan keluarga adalah: 1) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, maka perlu dikaji sejauhmana keluarga mengetahui fakta-fakta dari masalah kesehatan meliputi, meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan yang mempengaruhinya serta persepsi keluarga terhadap masalah.

64

2) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat, perlu dikaji: a) Sejauh mana kemampuan keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah? b) Apakah masalah kesehatan yang dirasakan oleh keluarga? c) Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah kesehatan yang dialami? d) Apakah keluarga merasa takut terhadap penyakit yang dihadapi? e) Apakah keluarga mempunyai sifat negative terhadap masalah kesehatan? f) Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas yang ada? g) Apakah keluarga kurang percaya terhadap fasilitas kesehatan yang ada? h) Apakah keluarga dapat informasi yang salah terhadap tindakan dalam mengatasi masalah? 3) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit termasuk kemampuan memelihara lingkungan dan menggunakan sumber/ fasilitas kesehatan yang ada dimasyarakat, maka perlu dikaji: a) Apakah keluarga menegtahui sifat dan perkembangan

perawatan yang dibutuhkan untuk menanggulangi masalah kesehatan atau penyakit? b) Apakah keluarga mempunyaisumber daya dan fasilitas yang dibutuhkan untuk perawatan di rumah? c) Apakah keterampilan keluarga mengenai macam perawatan yang diperlukan memadai? d) Apakah keluarga mempunyai pandangan negative tetntang perawatan yang diperlukan? e) Apakah keluarga kurang dapat memelihara keuntungan dalam pemeliharaan lingkungan di masa mendatang?

65

f) Apakah keluarga mengetahui upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit? g) Apakah keluarga merasa takut akan akibat tindakan (diagnostik, pengobatan dan rehabilitasi)? h) Bagaimana falsafah hidup keluarga berkaitan dengan upaya perawatan dan pencegahan? 4) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga dalam memelihara lingkungan/ memodifikasi lingkungan rumah yang sehat, maka perlu dikaji: a) Sejauh mana keluarga mengetahui sumber-sumber keluarga yang dimiliki? b) Sejauh mana keluarga melihat keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan? c) Sejauh mana keluarga mengetahui pentingnya hygine dan sanitasi? d) Sejauh mana keluarga menegtahui upaya pencegahan penyakit? e) Bagaimana sikap atau pandangan keluarga terhadap hygine dan sanitasi? f) Sejauh mana kekompakan antar anggota keluarga? 5) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga

mamanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di masyarakat, maka perlu dikaji: a) Sejauh mana keluarga menegtahui keberadaan fasilitas kesehatan? b) Sejauh mana keluarga memahami keuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan? c) Sejauh mana tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas dan fasilitas kesehatan? d) Apakah keluarga mempunyai pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan? e) Apakah fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga?

66

d.

Fungsi reproduksi Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah: 1) Berapa jumlah anak? 2) Apakah rencana keluarga yang berkaitan dengan jumlah anggota keluarga? 3) Metode yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah anggota keluarga?

e.

Fungsi ekonomi Hal yang perlu dikaji menegnai fungsi ekonomi keluarga adalah: 1) Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan? 2) Sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di masyarakatdalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga?

6.

Stress dan koping keluarga a. Stresor jangka pendek dan panjang 1) Stresor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan waktu penyelesaian dalam waktu kurang dari 6 bulan. 2) Stresor jangka panjang yaitu stresor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian waktu lebih dari 6 bulan. b. Kemampuan keluarga berespon terhadap stresor dikaji sejauh mana keluarga berespon terhadap stressor. c. Strategi koping yang digunakan Dikaji strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan/ stress. d. Strategi adaptasi disfungsional Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga bila menghadapi masalah/ stress.

7.

Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang

dgunakan sama dengan pemeriksaan fisik klinik. Bila ada anggota keluarga yang masih anak-anak diperlukan juga pemerikasaan tumbuh kembang anak.

67

8.

Harapan keluarga Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap

petugas kesehatan yang ada. II. Perumusan diagnosa keperawatan keluarga Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan masalah

keperawatan yang didapat dari data-data pada pengkajian yang berhubungan dengan etiologi yang berasal dari data-data pengkajian fungsi perawatan keluarga. Diagnosa keperawatan mengacu pada rumusan PES (problem, etiologi, symptom) dimana untuk problem menggunakan rumusan masalah dari NANDA, sedangkan untuk etiologi dapat menggunakan pendekatan lima tugas keshatan keluarga (friedman) atau dengan pohon masalah. Tipologi dari diagnosakeperawatan keluarga terdiri dari diagnosa

keperawatan keluarga aktual (terjadi defisit/ gangguan kesehatan), risiko (ancaman kesehatan) dan keadaan sejahtera (wellness). Penulisan diagnosa keperawatan keluarga: 1. Diagnosa keperawatan keluarga: aktual Contoh: Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan pada anak balita T pada keluarga bapak N berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan kekurangan nutrisi. Ketidak mampuan keluarga merawat, dapat pula mencerminkan tiga etioogi atau lebih dari masalah yang sama, namun pada saat merumuskan tujuan dan intervensi harus melibatkan ketiga hal atau lebih dari etiologi tersebut. 2. Diagnosa keperawatan keluarga: risiko (ancaman) Diagnosa keperawatan keluarga risiko dirumuskan apabila sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan misalnya lingkungan rumah yang kurang bersih, pola makan yang tidak adekuat, stimulasi tumbuh kembang yang tidak adekuat dan lain sebagainya.

68

Contoh: Risiko gangguan perkembangan pada balita (An. P) keluarga bapak N berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga melakukan perawatan stimulasi terhadap balita. Risiko terjadi kinflik pada keluarga bapak N berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah komunikasi. 3. Diagnosa keperawatan keluarga: sejahtera (potensial) Diagnosa keperawatan keluarga sejahtera merupakan suatu keadaan dimana keluarga di dalam kondisi sejahtera sehingga kesehatan keluarga dapat di tingkatkan. Rumusan diagnosanya boleh tidak menggunakan etiologi. Contoh: Potensial peningkatan status kesehatan bayi (An. K) keluarga bapak G Potensial peningkatan status kesehatan pada pasangan baru menikah keluarga bapak A. Berikut ini disajikan rumusan masalah keperawatan terkait dengan kondisi kesehatan keluarga berdasarkan NANDA dalam friedman (1989). Tabel. Rumusan diagnosa keperawatan keluarga Aspek Kesehatan lingkungan keluarga Pola dan proses komunikasi Struktur kekuatan keluarga Struktur peran (role) keluarga Kerusakan komuniksi verbal Konflik menyangkut keputusan Nilai-nilai keluarga Fungsi efektif Berduka yang diantisipasi Berduka disfungsional Isolasi sosial Perubahan dalam parenting Perubahan kinerja peran Gangguan citra tubuh Rumusan diagnosa Kerusakan pemeliharaan rumah

Konflik lain Gangguan proses keluarga Gangguan menjadi orang tua

69

Fungsi sosialisasi Fungsi perawatan kesehatan Proses dan strategi koping keluarga

Berkabung yang disfungsional Koping keluarga tidak efektif Risiko terjadi kekerasan Perubahan proses keluarga Kurang pengetahuan Kurang peran orang tua Perilaku mencari pertolongan kesehatan (diagnosa wellness) Perubahan pemeliharaan kesehatan Perilaku mencari kesehatan Koping keluarga tidak efektif Risiko kekerasan

Setelah seluruh diagnosa keperawatan keluarga ditetapkan sesuai perortitas. Pada satu keluarga mungkin saja perawat akan menemukan lebih dari satu diagnosa keperawatan keluarga, maka perioritas dengan menggunakan skala perhitungan sebagai berikut: Tabel. Skala perioritas masalah keluarga Kriteria 1. Sifat masalah a. Aktual (tidak/ kurang sehat) b. Ancaman kesehatan (risiko) c. Keadaan sejahtera (potensial) 2. Kemungkinan masalah dapat diubah a. Mudah b. Sebagaian c. Tidak dapat 3. Potensial masalah dicegah a. Tinggi b. Cukup 3 2 1 2 1 0 2 3 2 1 1 Skor Bobot Pembenaran

70

c. rendah 4. Menonjolnya masalah

Sumber: baylon & maglaya

Cara melakukan skoringnya adalah: a. Tentukan skor untuk setiap kriteria b. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot c. Jumlah skor untuk semua kriteria d. Tentukan skor, nilai tertinggi menentukan urutan nomor diagnosa keperawatan. Dalam menentukan perioritas, banyak faktor yang mempengaruhi untuk kriteria yang pertama yaitu sifat masalah, skor yang lebih besar (3) diberikan pada tidak/ kurang sehat karena kondisi ini biasanya disadari dan dirasakan oleh keluarga, ancaman kesehatan skor dua (2) dan keadaan sejahtera skor satu (1). Untuk kriteria kedua yaitu kemungkinan masalah dapat diubah, perawat perlu memperhatikan faktor-faktor: Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk menangani masalah. Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan waktu. Sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas, organisasi masyarakat dan dukungan masyarakat. Untuk kriteria ketiga yaitu potensi masalah dapat dicegah, perawat perlu memperhatikan faktor-faktor berikut: Kepelikan masalah yang berhubungan dengan penyakit atau masalah Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu masalah itu ada. Tindakan-tindakan yang sedang dijalankan, yaitu tindakan-tindakan yang tepat dalam memperbaiki masalah. Adanya kelompok high risk atau kelompok yang sangat peka menambah masalah.

71

Untuk kriteria keempat yaitu menonjolnya masalah, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga melihat masalah kesehatan tersebut. III. Perencanaan/ intervensi Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan, mencakup tujuan umum dan khusus, rencana intervensi serta dilengkapi dengan rencana evaluasi yang memuat kriteria dan standart. Tujuan dirumuskan secara spesifik, dapat diukur (marusable), dapat dicapai (achivable), rasional dan menunjukkan waktu (SMART). Rencana intervensi ditetapkan untuk mencapai tujuan. Wright & leahey dalam friedman (1998) membagi intervensi keperawatan keluarga menjadi dua tingkatan intervensi yaitu; (1) intervensi permulaan, dan (2) intervensi lanjut. Intervensi permulaan meliputi intervensi yang bersifat suportif, edukatif dan langsung ke arah sasaran, sedangkan intervensi lanjut, meliputi sejumlah intervensi terapi keluarga yang lebih bersifat psikososial dan tidak langsung. Feeman (1970) dalam friedman (1998) mengklasifikasi intervensi keperawatan keluarga menjadi: 1. Intervensi suplemental Perawat sebagai pemberi perawatan langsung dengan mengintervensi bidang-bidang yang keluarga tidak dapat melakukannya. 2. Intervensi fasilitatif Perawat berusaha memfasilitasi pelayanan yang diperlukan keluarga seperti pelayanan medis, transportasi, dan pelayanan kesehatan di rumah. 3. Intervensi perkembangan Perawat melakukan tindakan dengan tujuan memperbaiki dan

meningkatkan kapasitas keluarga dalam perawatan diri dan tanggung jawab pribadi. Perawat membantu keluarga memanfaatkan sumbersumber perawatan untuk keluarganya termasuk dukungan internal dan eksternal. Selanjutnya intervensi keperawatan keluarga diklasifikasikan menjadi intervensi yang mengarah pada aspek kognitif, afektif dan psikomotor (perilaku). semua intervensi baik berupa pendidikan, kesehatan, terapi modalitas,

72

ataupun tujuan terapi komplementer pada akhirnya ditujukan untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam melaksanankan lima tugas kesehatan keluarga. Kriteria dan standart merupakan rencana evaluasi, berupa pernyaaan spesifik tentang hasil yang diharapkan dari setiap tindakan berdasarkan tujuan khusus yang ditetapkan. Kriteria dapat berupa respon verbal, sikap atau psikomotor. Sedangkan standart berupa patoka/ ukuran yang kita tentukan berdasarkan kemampuan keluarga dan juga pengkajian keluarga yang telah kita dapatkan, sehingga dalam menentukan antara satu klien dengan klien lainnya walaupun masalahnya sama tetapi standartnya bisa berbeda. Contoh: Tujuan khusus: setelah dilakukan penyuluhan keluarga dapat menjelaskan tanda-tanda bahaya demam virus dangue. Kriteria: respon verbal (karena menjelaskan) Standart: tanda-tanda bahaya demam oleh virus dangue, seperti: Panas tinggi tidak turun dengan obat penurun panas. Perdarahan di bawah kulit, dan lain sebagainya. IV. Penatalaksanaan/ implementasi Pelaksanaan atau implementasi adalah serangkaian tindakan perawat pada keluarga berdasarkan perencanaan sebelumnya. Tindakan perawatan terhadap keluarga dapat berupa: 1. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenal msalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara: a. b. c. Memberikan informasi: penyuluhan atau konseling Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah.

2. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara/ tindakan perawatan yang tepat, dengan cara: a. b. c. Mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga Mendiskiusikan tentang konsekuensi setiap tindakan.

73

3. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit: a. Mendemonstrasikan cara perawatan b. Menggunakan alat dan fasilitas yang ada dirumah c. Mengawasi keluarga melakukan tindakan perawatan. 4. Membantu keluarga menemukan cara bagaimana membuat lingkungan yang sehat dengan cara: a. Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga b. Melakukan prubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin. 5. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada, dengan cara: a. Memperkenalkan fasilitas kesehatan ynag ada dalam lingkungan keluarga b. Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada. Metode yang dapat dilakukan untuk menerapkan implementas dapat bervariasi seperti melalui partisipasi aktif keluarga, pendidikan kesehatan, kontrak, manajemen kasus, kolaborasi dan konsultasi. V. Evaluasi Untuk penilaian keberhasilan tindakan, maka selanjutnya dilakuakn suatu penilaian atau evaluasi. Tindakan-tindakan keperawatan keluarga mungkin saja tidak dapat dilakukan salam satu kali kunjungan, untuk itu dilakukan secara bertahap, demikian halnya dengan penilaian. Penilaian dilaksanakan dengan menggunakatan pendekatan SOAP (subyektif, obyektif, analisa, planning) S : hal-hal yang dikemukakan keluarga, misalnya keluarga mengatakan An.P nafsu makannya lebih baik/ meningkat. O : hal-hal yang ditemukan perawat yang dapat diukur, misalnya anak P BB- nya naik 0,5 kg. A : analisa hasil yang telah dicapai, mengacu pada tujuan dan diagnosa. P : perencanaan yang akan datang setelah melihat respon keluarga. Penialian terhadap asuhan keperawatan juga dilakukan dengan melakukan pennilaian tingkat kemandirian keluarga. Pada saat pengkajian, kemandirian

74

keluarga dikaji untuk mengetahui tingkat kemandirian keluarga sebelum diberikan pembinaan/ tindakan keperawatan, sedangkan pada saat evaluasi dilakukan untuk mengetahui tingkat kemandirian keluarga setelah pembinaan/ tindakan

keperawatan dilakukan.

75

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN ANAK PRA SEKOLAH 3.1 Kasus Sekelompok mahasiswa keperawatan sedang mendapatkan tugas untuk keperawatan keluarga untuk melakukan asuhan keperawatan terhadap keluarga Tn. M di desa kalanganyar RT.01 RW.01 saat mahasiswa datang berkunjung ke rumah keluarga Tn. M kesan pertama adalah keluarga tinggal di rumah dengan lingkungan perkmapungan padat penduduk tapi cukup bersih. Keadaan rumah Tn. M terlihat berantakan dan kurang bersih, banyak barang-barang yang berserakan di sekitar rumah, keluarga ini memiliki peliharaan kucing sebanyak 2 ekor. Di dalam rumah tersebut Tn. M tinggal dengan istrinya Ny. S dan memiliki seorang anak yaitu An. A yang berusia 4 tahun, Ny. S mengeluhkan kepada mahasiswa bila anaknya sering terkena diare kemudian mahasiswa melakukan pengkajian terhadap keluarga Tn. M berikut adalah data hasil pengkajiannya: 3.2 I. A. Proses Keperawatan Keluarga PENGKAJIAN DATA UMUM KELUARGA a. b. c. d. e. f. g. Nama kepala keluarga Umur Agama Pendidikan Pekerjaan Suku/ bangsa Alamat / no. Tlp : Tn. M : 35 tahun : islam : SD : wiraswasta : jawa/ indonesia : Jl. BPM 1 RT.01 RW. 01 kalanganyar / 081331xxx

76

h. No. 1.

Komposisi keluarga Nama Umur 27 th. Sex P

: Tgl. lahir pendidikan 25-05-85 SMP pekerjaan Tukang sapu Ket. Istri/ ibu

Ny. S

2. i.

An. A

4 th.

14-01-08

Anak

Tipe keluarga Keluarga ini tergolong dalam tipe keluarga Nuclear Family karena dalam satu rumah terdapat ayah, ibu dan seorang anak sehingga akan dapat mempercepat penularan penyakit jika salah satu anggota keluarga menderita penyakit yang dapat menular.

j.
1998 (HT)

Genogram
1995 (Kecelakaan) 64 66

35

27

4 th

k.

Sifat keluarga a. Pengambil keputusan Pengambil keputusan dalam keluarga ini adalah dari suami (Tn. M) dan istri (Ny. S) ketika ada sesuatu yang penting untuk diputuskan misalnya meminjam uang di bank atau mengkredit barang Ny. S mendiskusikannya dengan Tn. M begitu pula keputusan untuk kepentingan anak. Sehingga keluarga ini termasuk dalam keluarga equilitarian.

77

b.

Kebiasaan hidup sehari-hari Ny. S mengatakan setiap harinya dia bekerja sebagai tukang sapu di pasar kalanganyar tiap pukul 12.30 siang sampai 3 sore, biasanya dia bekerja dengan membawa serta anaknya karena tidak ada yang mengasuh anaknya, biasanya anaknya An. A dibiarkan untuk bermain di sekitar pasar sedangkan Ny. S menyapu pasar. Tapi bila suaminya tidak bekerja biasanya suaminya bergantian tugas untuk menjaga anaknya dirumah. Setiap pagi An. A bermain di rumah atau bersama anak tetangga sekitar rumahnya. An. A tidak bersekolah/ tidak dimasukkan ke playgroup/ TK karena

keterbatasan biaya. Tiap pukul 10 pagi Ny. S pergi ke pasar untuk memungut biaya kebersihan ke seluruh stand pasar, biasanya diajuga ikut membantu di pasar. Sorenya biasanya Ny. S mengantarkan An. A untuk belajar mengaji di rumah tetangganya. Tn. M lebih sering berada di rumah karena merupakan pekerja serabutan (apabila ada yang menyuruh baru bekerja), Ny. S mengatakan Tn. M kadang pergi ke warung kopi di sekitar tambak untuk bermain judi. 1) Kebiasaan tidur/ istirahat An. A biasanya tidak tidur siang karena ikut ibunya untuk menyapu pasar. Untuk tidur malam biasanya An. A tidur pukul 7/ 8 malam dan bangun pukul 5 pagi. Ny. S juga tidak tidur siang karena bekerja, untuk tidur malam Ny. S tidur pukul 10 malam dan bangun pukul 4 pagi. Tn. M sehari-harinya lebih banyak tidur di rumah bila tidak bekerja, untuk istirahat malamnya Tn.M tidak pasti karena kadang-kadang bekerja mencari kepiting atau kadang pergi ke warung kopi. 2) Kebiasaan rekreasi Biasanya keluarga Tn. M melihat televisi bersama atau terkadang pergi ke rumah saudara Tn. M, setiap minggu malam Ny. S dan Tn. M pergi melihat pertunjukan latihan patrol bersama di depan pasar kalanganyar.

78

3) Kebiasaan makan keluarga Keluarga biasanya makan sehari 3x dengan menu seadanya. Tiap pagi keluarga Tn. M biasa sarapan pagi bersama. Keluarga tidak memiliki pantangan terhadap jenis makanan apapun. Ny. S mengatakan An. A mengkonsumsi ASI selama 1,8 bulan saat ini An. S jarang minum susu biasanya Ny. S hanya memberikan air gula atau teh manis sebagai pengganti susu untuk anaknya. l. Status sosial ekonomi Ny. S mengatakan penghasilan total keluarga untuk sebulan kurang lebih 500.000-700.000 ini di dapat dari penghasilan Ny. S sebagai tukang sapu sebanyak 350.000 sebulan dan penghasilan Tn.M yang tidak pasti kurang lebih 200.000-400.000 sebulan. Ny. S juga mengatakan penghasilan keluarganya cukup untuk mencukupi

kebutuhan sehari-hari. Kebutuhan yang dikeluarkan keluarga Tn. M meliputi biaya untuk kebutuhan sehari-hari, biaya listrik, air, dan biaya untuk kebutuhan jajan anaknya. Namun kadang juga tidak cukup bila ada pengeluaran tambahan rata-rata penegluaran selama sebulan 650.000-800.000. m. Suku (kebiasaan kesehatan terkait suku bangsa) Keluarga Tn. M merupakan suku jawa asli dan memiliki kebiasaan terkait budaya suku jawa yaitu seorang kepala keluarga lebih diutamakan dalam hal makanan (Ny. S kadang memasak enak hanya untuk dimakan oleh kepala keluarga yaitu Tn. M) n. Agama (kebiasaan kesehatan terkait agama) Keluarga Tn. M memeluk agama islam. Ny. S mengatakan ia teratur menjalankan ibadah shalat terkadang ia pergi ke mushalla untuk shalat berjamaah bersama anaknya, Ny. S mengatakan bila sehari-hari Tn. M jarang melaksanakan ibadah shalat, Ny. S mengatakan keluarganya tidak mengikuti kegiatan pengajian yang diadakan d RW nya.

79

B.

RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA 1. Tahap pekembangan keluarga saat ini Anak tertua keluarga ini berusia 4 tahun sehingga keluarga ini masuk dalam tahap perkembangan keluarga dengan anak usia pra sekolah/ pre school. Tugasnya meliputi : a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa aman. b. c. Membantu anak untuk bersosialisasi Beradaptasi dengan anakya baru lahir, sementara kebutuhan anak lain juga harus terpenuhi. d. Mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam keluarga maupun dengan masyarakat. e. f. g. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang.

2.

Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi Ny. S mengatakan keluarga merasa belum mampu memenuhi kebutuhan keluarganya terutama kebutuhan untuk An. A di bidang pendidikan karena belum mampu memasukkan anaknya ke TK, Ny. S juga mengatakan ia dan suaminya belum bisa membagi waktu untuk An. A karena sibuk bekerja, ia juga merasa kurang mampu mengawasi anaknya karena harus bekerja saat pagi hari sedangkan suaminya terkadang di rumah terkadang tidak. Dapat disimpulkan bahwa tahap perkembangan yang belum terpenuhi: a. b. c. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang

3.

Riwayat keluarga saat ini Ny. S mengatakan kondisi kesehatan masing-masing anggota keluarga adalah sebagai berikut:

80

Tn. M : keadaan sehat, tidak pernah mengalami masalah kesehatan serius dulunya. Ny. S : keadaan sehat, tidak pernah mengalami masalah kesehatan serius dulunya, terkadang Ny. S hanya merasa kakinya pegal-pegal bila terlalu capek menyapu. An. A: keadaan saat ini sehat, tapi Ny. S mengatakan An. A sering terkena diare, terakhir kali terkena diare adalah 2 minggu yang lalu. Dulu pernah panas tinggi ketika usia 9 bulan setelah imunisasi tapi langsung di bawa ke puskesmas dan sembuh dalam 3 hari. 4. Riwayat keluarga sebelumnya (pihak istri dan suami) Ny. S mengatakan ia tidak memiliki penyakit keturunan seperti DM, HT, ASMA, kanker, PJK. Namun Tn. M memiliki riwayat penyakit HT dari bapaknya, bapak Tn. M juga meninggal krena HT. Saat ini ibu dari Ny. S sedang sakit yaitu tidak bisa berjalan karena habis jatuh, ayah dari Ny. S meninggal karena kecelakaan. C. LINGKUNGAN 1. Karakteristik rumah (tipe, ukuran, jumlah ruangan) Status rumah yang ditinggali Ny. S dan keluarga saat ini adalah milik sendiri yang merupakan warisan dari orang tua Ny. S,Ny. S mengatakan rumahnya merupakan pembagian dari rumah keluarga besarnya yang dipecah-pecah dengan saudara Ny. S yang lainnya. Sehingga daerah sekitar/ tetangga dari rumah Ny. S merupakan saudaranya sendiri. Rumah Ny. S memiliki ukuran 4x7 m dengan memiliki satu kamar tidur yang dijadikan tempat tidur seluruh anggota keluarga, satu ruang tamu, satu kamar mandi dan dapur. Rumah Ny. S terlihat berantakan dan penuh karena ada tumpukan kardus di ruang tamunya yang dibawanya dari pasar ada telivisi tua di ruang tamunya, keadaan kamarnya tidak memliki tempat tidur/ dipan, hanya ada kasur tipis yang sudah usang dan hanya ada 1 lemari pakian kecil yang digunakan bersama. Keadaan dapur sempit dan hanya cukup dilalui untuk 1 orang tapi terlihat rapi karena tidak ada terlalu banyak perlengkapan, pring-piring ditata rapi di rak yang ada dilemari piring, sedangkan alat-alat membahayakan

81

seperti pisau ditata dengan aman di bagian atas lemari sehingga tidak terjangkau An. A. 2. Ventilasi dan penerangan Ventilasi rumah Ny. S termasuk kurang karena tempat pertukaran udara melalui pintu utama, dan jendela kecil yang ada di kamar dan dapur. Ny. S mengatakan jendela kamarnya jarang dibuka karena berdekatan dengan tembok rumah tetangganya. Penerangan ruangan untuk ruang tamu menggunakan lampu putih tapi sudah agak redup dan hanya dinyalakan saat malam hari, sedangkan di kamar tidur dan kamar mandi dipasang lampu kuning. 3. Persediaan air bersih Ny. S tidak punya saluran PDAM sendiri untuk memenuhi kebutuhan air bersih biasanya membeli di orang jual air eceran keliling yang ditampung di bak besar yang ada di dapur. Ny. S mengatakan tempat menampung airnya jarang dibersihkan kadang hanya 1 bulan sekali sehingga terlihat berlumut di dasarnya dan terdapat jentik-jentik nyamuknya. 4. Pembuangan sampah Pembuangan sampah sementara untuk limbah rumah tangga ada di tempat sampah di depan rumah Ny. S dan di dapur setiap harinya dibuang sendiri oleh Ny. S tiap akan beragkat manyapu ke pasar dan di buang di TPS desa di belakang pasar. 5. Pembuangan air limbah Pembuangan limbah bekas mandi dan cucian melalui got yang ada di belakang rumah dan mengalir ke sungai. 6. Jamban/ WC (tipe, jarak dari sumber air) Kondisi kamar mandi sempit tapi cukup bersih, kamar mandinya hanya berlantai plester yang terlihat sedikit licin karena lumut. Ny. S mengatakan menguras kamar mandinya 2 minggu sekali dan menyikat lantainya tiap minggu agar tidak licin. Tidak ditemukan jentik nyamuk di bak mandi dan kondisi kloset bersih. Peralatan mandi keluarga Ny. S jadi satu kecuali sikat gigi. Ny. S memliki 1 handuk yang di pakai

82

bersama dengan Tn. M dan An. A. Mereka juga memliki 1 handuk lagi sebagai ganti bila handuk lainnya dicuci. 7. Denah rumah
K. Mnd K. tidur

Ket:

= jendela

= pintu

dapur

R. Tamu

8.

Lingkungan sekitar rumah Lingkungan sekitar rumah termasuk perkampungan padat dengan jarak antar rumah berjarak sekitar rata-rata 50 cm, perkampungan ini termasuk bersih di setiap depan rumah terdapat tempat sampah untuk membuang sampah, jalan masuk gang rumah hanya selebar sekitar 1,5 meter dan terbuat dari batako, terdapat mushalla, dibelah oleh sungai kecil yang merupakan tempat pembuanagan air limbah keluaraga warga, banyak terdapat kucing di sekitar lingkungan rumah Ny. S sehingga di jalan sekitar gang sering ditemukan kotoran kucing. Antar tetangga terlihat rukun, Ny. S mengatakan tetangga sekitar rumahnya sering membantu Ny. S apabila membutuhkan bantuan misalnya memberi makanan, meminjamkan uang, atau kadang membantu untuk merawat An. A ketika An. A di tinggal kerja kedua oang tuanya.

9.

Sarana komunikasi dan transportasi Keluraga Tn. M memiliki 1 HP sebagai alat komunikasi keluarga yang biasanya dibawa Oleh Tn. M. Keluarga ini menggunakan alat transportasi umum sebagai sarana untuk bepergian jauh. Keluarga tidak memliki sepeda motor sendiri hanya memiliki satu sepeda sebagai sarana transportasi. Tn. M pergi bekerja dengan berjalan kaki.

10. Fasilitas hiburan (TV, radio, dll.) Keluarga memliki 1 TV yang ada di ruang tamu dan digunakan bersama sebagai hiburan dan juga memiliki sebuah radio. Keluarga tidak

83

memiliki perlengkapan elektronik lainnya seperti lemari es, atau kipas angin. 11. Fasilitas pelayanan kesehatan Jarak rumah keluarga Tn. M dengan posyandu cukup dekat karena terletak di depan jalan raya yang dekat dengan gang rumahnya, jarak dengan puskesdes berjarak sekitar 500 meter, sedangkan jarak antara rumah dengan puskesmas sekitar 7 km. Ny. S mengatakan Jika ada salah satu keluarga yang sakit keluarga biasanya akan membawanya ke puskesdes. D. SOSIAL 1. Karakteristik tetangga dan komunitas Ny. S mengatakan tetangga sekitar rumahnya sangat baik dan saling menghormati antar sesama, seluruhnya merupakan orang jawa, sehingga mereka memiliki suatu budaya selametan (megengan) tiap memperingati hari besar islam dan hari penting tanggalan jawa, salah satu budaya yang ada di komunitas tersebut adalah tidak

memperbolehkan anak kecil keluar rumah di waktu menjelang maghrib dan tetangga dari Ny. S termasuk orang-orang yang taat beragama. Ny. S dan keluarga tidak memeliki masalah dengan tetangga sekitar dan mereka jarang bertengkar satu sama lain. Komunitas warga sekitar rumah Ny. S sangat mementingkan agama dari pada pendidikan karena mereka berprinsip tidak sekolah dan tidak bisa baca tulis tidak apa-apa tapi harus bisa mengaji 2. Mobilitas geografis keluarga Ny. S mengatakan sejak kecil ia sudah lahir dan dibesarkan di kalanganyar sidoarjo dan tidak pernah berpindah tempat sampai melahirkan An. A juga di sidoarjo, Tn. M merupakan orang asli sidoarjo tapi beda desa dengan istrinya setelah menikah ia pindah ke kalanganyar sampai sekarang dan tidak pernah berpindah tempat tinggal atau diam di daerah lain dalam waktu yang lama. 3. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

84

Ny. S mengatakan waktu berkumpul keluarga mereka yaitu ketika setelah maghrib karena semuanya sudah berkumpul di rumah sedangkan dengan anggota keluarga Ny. S yang lain berkumpul ketika waktu libur (hari jumat) biasanya mereka berkumpul di rumah kakak tertua Ny. S yang berda di belakang rumah Ny. S Interaksi keluarga Ny. S dengan tetangga sekitar sangat baik karena semua tetangga dan para pedagang pasar kalanganyar mengenal Ny. S dan karena Ny. S sangat ramah dan rajin, sedangkan interaksi Tn. M dengan tetangga sedikit kurang karena Tn. M jarang keluar rumah bila di rumah dan sering berada di tambak untuk mencari kepiting. Hubungan An. A dengan teman-teman sebayanya sangat baik karena tiap pagi dia bermain dengan teman-teman sebayanya, biasanya mereka bermain boneka atau mobil-mobilan bersama atau bermain sepeda kecil roda tiga di sekitar jalan gang, kadang juga bermain pasir di depan rumah tetangganya. An. A sudah dapat mengenal temannya yang perempuan atau laki-aki ini ditunjukkan karena sering bermain rumahrumahan dengan berperan sebagai ayah atau anak laki-laki dalam permainan. Di sore hari An. A juga pergi mengaji bersama temanteman sebayanya di rumah tetangganya. Tn. M dan Ny. S saat ini tidak mengikuti kegiatan perkumpulan apapun di kampungnya, tapi bila ada kegiatan di kampung atau mushalla kampung Ny. Sselalu mengikuti. 4. Sistem pendukung keluarga Saat ini keluarga dalam kedaa sehat, jika ada keluarga yang sakit maka akan langsung dibawa ke puskesdes atau puskesmas karena keluarga Tn. M sudah memiliki kartu berobat di pukesmas. Tapi Ny. S mengatakan bila ada keluarga yang sakit parah akan sangat khawatir karena mereka belum memiliki jamkesmas. Ny. S mengatakan jika keluarganya seandainya ada yang sakit yang cukup parah dan butuh biaya lebih atau di bawa ke rumah sakit maka biayanya akan dipinjamkan ke bank kredit keliling. E. STRUKTUR KELUARGA

85

1.

Pola komunikasi keluarga Ny. S mengatakan keluarganya menggunakan bahasa jawa dalam komunikasi sehari-hari, Ny. S bisa mengerti dan bisa bicara dalam bahasa indonesia, namun Tn. M bisa bahasa indonesia sedikit-sedikit, An. A hanya bisa berbicara dalam bahasa jawa dan sedikit mengerti bahasa indonesia tapi dengan kata atau kalimat sederhana. Ny. S mengatakan tidak ada masalah dalam penyampaian dan penerimaan pesan dalam keluarganya karena komunikasi banyak menggunakan bahasa jawa. Frekuensi komunikasi dalam keluarga dilakukan setiap hari. An. A lebih dekat dengan Ny. S dari pada Tn. M.

2.

Struktur kekuatan keluarga Pengambilan keputusan dalam keluarga Tn. M dilakukan secara bersama/ musyawarah antara Ny. S dan Tn. M (equilitarian), namun kepala keluarga adalah Tn. M dan semua anggota keluarga menghormatinya.

3.

Struktur peran (formal dan informal) Tn. M : sebagai ayah dan suami, dan merupakan kepala keluarga. Ia bukan merupakan satu-satunya pencari nafkah dalam

keluarganya, ia mengatakan berusaha melakukan perannya dengan sebaik-baiknya namun beliau merasa belum secara penuh melakukan tugasnya di dalam keluarganya, Tn. M berusaha selalu meanfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk dekat dengan

keluarganya agar keluarganya merasa aman dan nyaman. Tn. M mengatakan dulu mengikuti kegiatan mingguan pengajian bapakbapak di kampung tapi 4 bulan yang lalu keluar karena takut tidak bisa mengikuti rutin karena faktor pekerjaan yang tidak pasti. Ny. S : sebagai ibu dan istri, sekaligus merupakan yang membantu mencari nafkah untuk keluarga. Ny. S melakukan fungsinya sebagai ibu rumah tangga dengan baik, ia tiap pagi menyiapkan sarapan pagi untuk keluarganya dan memasak setiap hari untuk keluarganya, ia juga melakukan tugasnya sebagai pengatur keuangan dalam keluarga. Ny. S bersama suaminya juga

86

menjalankan fungsinya sebagai pendidik untuk An. A dengan mengajarkan hal-hal sederhana dan dasar tentang hidup (misal: cara makan, berpakaian, cara bersepeda, berjalan, cara minum dengan gelas, cara BAB dan BAK pada tempatnya, dll.) Ny. S juga mengajarkan sedikit-sedikit bagaimana cara berbicara dan mengeja kata. dan juga mengajarkan cara beribadah kepada An. A. An. A : merupakan anak pertama dan satu-satunya dalam keluarga. Ny. S dan Tn. M berharap nantinya An. A bisa menjadi seseorang yang berhasil dan bisa membantu perekonomian keluarga. 4. Nilai dan norma keluarga Nilai yang di anut dalam keluarga adalah budaya jawa mereka mempercayai semua larangan dan adat yang berhubungan dan dipercaya oleh suku jawa umumnya (misal: Ny. S melarang An. A untuk bermain di luar rumah ketika menjelang maghrib), sedangkan norma yang di anut adalah norma agama mereka menjalani kehidupan sehari-hari berdasarkan tuntunan agama islam dan Ny. S mengatakan sebisa mungkin mereka melaksanakan norma yang telah ada, Ny. S mengatakan mereka saling mengingatkan untuk menjalankan tuntutan agama yang menjadi kewajiban. F. FUNGSI KELUARGA 1. Fungsi afektif Ny. S mengatakan sikap dan hubungan antara keluarga baik walaupun mereka dalam keterbatasan, Ny. S selalu mengerti dan menerima terhadap kondisi Tn. M dan tetap menghormatinya sebagai kepala keluarga. Tn. M juga mengatakan ia mengerti kondisi istrinya yang sudah banyak membantu dalam keluarga sehingga dalam keluarga tidak terjadi pertengkaran, mereka juga berusaha memberikan kasih sayang sepenuhnya walaupun mereka dalam kondisi yang serba terbatas kepada An. A. 2. Fungsi sosialisasi Ny. S mengatakan interaksi dalam keluarga baik, Ny. S dan Tn. M berusaha untuk mendidik An. A sebisa mereka karena An. A tidak di

87

masukkan ke TK. Ny. S dan Tn. M akan memarahi An. A jika An. A terlalu nakal atau melakukan kesalahan kadang juga menjewer An. A. Sosialisasi keluarga dengan lingkungan sekitar berjalan dengan baik. Begitu juga dengan An. A dengan teman-teman sebayanya. 3. Fungsi perawatan kesehatan a. Mengenal masalah kesehatan Ny. S mengatakan ia tidak menngetahui kenapa penyebab An. A sering mengalami diare, ia juga tidak mengetahui hal-hal yang perlu dilakukan untuk mencegah kambuhnya kembali diare tersebut. Ny. S juga mengatakan tidak mengetahui bagaimana tanda-tanda diare, yang dia tahu diare itu hanya sekedar An. A BAB sering dalam sehari dan encer, saat di tanya apakah rewel atau tidak Ny. S menjawab rewel dan dia mengatakan itu adalah hal yang biasa kalau anak sakit pasti rewel. Ny. S juga megatakan ia dan suaminya tidak tahu bagaimana perkembangan anaknya sesuai dengan usianya karena apabila ia ke posyandu ia tidak pernah bertanya dengan petugas. b. Memutuskan untuk merawat/ memutuskan tindakan Ny. S mengatakan bila permasalahan seringnya anaknya diare itu menjadi suatu yang sudah biasa karena sudah terlalu sering diare, keluarga menganggap enteng karena tidak pernah sampai membuat anaknya kejang atau panas tinggi dan menganggap selama ini bisa sembuh dengan sendirinya tanpa harus di bawa ke dokter dengan hanya diberikan obat yang di beli di warung dan digerus dosis. c. Mampu merawat Ketika An. A terkena diare keluarga akan memberikan obat diare yang dibeli di warung. Ny. S mengatakan bila tidur An. A sering dibiarkan telanjang dengan alasan karena baju yang di miliki An. A sedikit sehingga harus bergantian untuk dicuci, An. A juga sering tidur bersama dengan kucing peliharaan keluarga.

88

Ny. S mengatakan tidak pernah membiasakan An. A untuk mencuci tangan sebelum makan, ia juga mengatakan membiarkan An. A untuk tidak memakai sandal bila keluar rumah karena tidak pernah mengawasi bila anaknya sedang bermain di luar rumah. d. Memodifikasi lingkungan Keluarga tidak mengetahui tentang pentingnya kebersihan air yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, juga menganggap

rumahnya sudah bersih dan menganggap tidak terlalu berbahaya memasukkan kucing kampung ke dalam rumah. e. Memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada Keluarga akan membawa ke puskesdes atau puskesmas jika ada anggota keluarganya yang sakit. 4. Fungsi reproduksi Jumlah anak dalam keluarga 1, dan Ny. S sudah ber-KB dengan menggunakan KB pil sejak kelahiran An. A, keluarga masih belum ingin menambah anak lagi dalam waktu dekat ini. 5. Fungsi ekonomi Ny. S mengatakan penghasilan keluarga sangat pas-pasan dan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga saja. G. STRESS DAN KOPING KELUARGA 1. Stresor jangka pendek dan jangka panjang a. Stresor jangka panjang Menurut Ny. S hal yang menjadi stressor saat ini adalah kebiasaan bermain judi Tn. M, terkadang Ny. S tidak mampu melarang kebiasaan Tn. M untuk berjudi karena menurutnya secara tidak langsung hal tersebut bisa menambah penghasilan keluarga. Hal lain yang menjadi stressor adalah keterbatasan ekonomi dalam keluarga. b. Stresor jangka pendek Ny. S mengatakan permsalahan yang sering muncul adalah diere pada An. A yang sering berulang. 2. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi atau stresor

89

Ny. S mengatakan Bila An. A diare langsung diberikan obat diare yang dibeli di warung bila tidak sembuh-sembuh baru akan dibawa ke puskesdes/ puskesmas 3. Strategi koping yang digunakan Ny. S mengatakan Bila ada masalah yang keluarga selau membicarakan bersama dan pasrah kepada Allah serta bersabar menghadapi kondisi yang sedang dialami keluarga. Untuk masalah kebiasaan judi Tn. M, Ny. S memasrahkan kepada Allah dan selalu berdoa agar diberi kesadaran untuk berubah. 4. Strategi adaptasi disfungsional Bila ada masalah Ny. S atau Tn. M sering terbawa dengan emosi dan bawaannya ingin marah ke anaknya. H. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA 1. Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga a. Ayah Tidak memiliki riwayat penyakit seperti HT, DM, ASMA, TBC, PJK, atau alergi. Juga tidak memiliki Penyakit keganasan seperti kanker. b. Ibu Tidak memiliki riwayat penyakit seperti HT, DM, ASMA, TBC, PJK, atau alergi. Juga tidak memiliki Penyakit keganasan seperti kanker. Tapi kadang merasa pegal-pegal kakinya bila terlalu keras bekerja. c. Anak Pernah demam tinggi saat usia 9 bulan tapi tidak kejang (setelah imunisasi), saat dikaji dalam kondisi sehat tapi sering terkena diare berulang (terakhir diare 2 minggu yang lalu). 2. Keluarga berencana (KB) Saat ini Ny. S menggunakan KB pil. 3. Imunisasi An. A sudah diimunisasi lengkap sejak usia 9 bulan. 4. Tumbuh kembang

90

a.

Pemeriksaan tumbuh kembang Nama anak: An. A Tgl lahir: 14-01-2008 Tgl pemeriksaan: 01-12-2012 2012-12-01 2008-01-14 4 - 10-17 -

Usia anak: 4 tahun 10 bulan 17 hari Hasil pemerikasaan: Personal sosial Menyiapkan sereal/ sarapan Gosok gigi tanpa bantuan Bermain ular tangga/ kartu Motorik halus Menggambar orang 4 bagian Mencontoh Bahasa Mengartikan 7 kata Berlawanan 2 Menghitung kubus Bicara semua dimengerti Motorik kasar Berdiri satu kaki 6 detik Berjalan tumit ke jari kaki Berdiri 1 kaki 5 detik : pass : pass : pass : pass : pass : pass : false ditunjukkan : pass : pass : pass : pass : false

Memilih garis yang lebih panjang : pass

Kesimpulan: suspect, karena ada 1 false pada aspek personal sosial tapi saat diajarkan lagi dan diulangi An. A dapat melakukannya, sedangkan ada 1 false di aspek bahasa yang jauh di kiri garis umur An. A. Antropometri: BB: 15 Kg
91

b.

TB: 105 cm LK: 47 cm LD: 53 cm LL: 14 cm

Pengetahuan orang tua terhadap tumbuh kembang anak Ny. S mengatakan ia dan suaminya tidak terlalu memperhatikan perkembangan anaknya, mereka mengatakan tidak terlalu

menghawatirkan perkembangan An. A karena sama dengan anakanak seusianya, mereka juga tidak terlalu memperhatikan saat An. A bermain sendiri atau dengan teman-temannya. Ny. S mengatakan An. A hanya tidak fasih/ lancar ketika mengucapkan sesuatu tapi An. A mengerti maksud omongan orang tsb. Mereka juga tidak pernah melatih An. A untuk belajar berbicara dengan fasih. I. PEMERIKSAAN FISIK KELUARGA 1. Pemeriksaan fisik: Tn. M a. Keadaan umum Tn. M adalah laki-laki dengan postur tubuh tinggi, kurus, berkulit gelap. b. Kesadaran GCS: 456 (compos mentis) c. Tanda-tanda vital: 1) TD 2) N 3) RR 4) t/s d. kepala 1) rambut : rambut terlihat berminyak, di kulit kepala terdapat ketombe, warna rambut hitam, lebat, jumlah dan distribusi normal, tidak terdapat lesi pada kulit kepala. 2) mata 3) hidung : konjungtiva normal, ikhterus (-), simetris : simetris, tidak ada lesi maupun cairan, polip (-) : 130/80 mmHg : 86x / menit : 20x / menit : 36.8 C

92

4) telinga

: normal, tidak ada lesi, cairan yg keluar (-), tidak ada nyeri tekan.

5) mulut e. Dada/ thoraks

: warna bibir normal, gigi bersih, sariawan (-)

1) I : bentuk dada simetris, , suara nafas normal, pergerakan dada simetris, ikhtus cordis di ICS 5 lateral kiri 2) P : ikhtus cordis di ICS 5 lateral kiri, fremitus raba (+) 3) P : sonor. 4) A : pernafasan vesikuler, ronchi (-), whezing (-), S1S2 tunggal (S1 terdengar di ICS 3, S2 di ICS 2), murmur (-) f. Perut/ abdomen 1) I : simetris, asites (-), umbilikus normal 2) P : nyeri tekan (-) 3) P : redup 4) A : bising usus (+) g. h. 2. Genitalia/ anus : bersih, lesi (-), hemoroid (-) Ekstremitas : normal, akral hangat, CRT (< 2 detik)

Pemeriksaan fisik Ny. S a. Keadaan umum Ny. S adalah seorang perempuan berperawakan sedang, tinggi ratarata ( 152 cm), berkulit sawo matang. b. c. Kesadaran : 456 (compos mentis) Tanda-tanda vital: 1) TD 2) N 3) RR 4) t/s d. kepala 1) rambut : warna rambut hitam, tipis, distribusi normal, terlihat kering, ketombe (-) 2) mata : simetris, konjungtiva normal, anemi (-), simetris, ikhterus (-) : 120/80 mmHg : 76x/ menit : 16x/ ment : 36,9 C

93

3) hidung 4) telinga

: normal, polip (-), lesi (-), cairan (-) : normal, nyeri tekan (-), lesi (-), cairan yang keluar (-)

5) mulut

: warna bibir normal, sariawan (-), gigi normal bersih

e.

Dada/ thoraks 1) I : bentuk dada simetris, , suara nafas normal, pergerakan dada simetris, ikhtus cordis di ICS 5 lateral kiri 2) P 3) P : ikhtus cordis di ICS 5 lateral kiri, fremitus raba (+) : sonor

4) A : pernafasan vesikuler, ronchi (-), wheezing (-)pernafasan S1S2 tunggal (S1 terdengar di ICS 3, S2 di ICS 2), murmur (-) 5) Perut/ abdomen 1) I : simetris, asites (-), umbilikus normal 2) P : nyeri tekan (-) 3) P : redup 4) A : bising usus (+) 6) Genitalia/ anus : bersih, lesi (-), hemoroid (-), candida albicans (-) 7) Ekstremitas 3. : normal, akral hangat, CRT (< 2 detik)

Pemeriksaan fisik An. A a. Keadaan umum Berjenis kelamin laki-laki, BB = 15 kg, TB = 105 cm b. c. Kesadaran: GCS 456 (compos mentis) Tanda-tanda vital: 1) TD 2) N 3) RR 4) t/s d. kepala 1) rambut : warna rambut hitam kecoklatan, distribusi normal, tipis, lesi (-), terlihat sedikit kotor, kering : : 86x/ menit : 24x/ menit : 37 C

94

2) mata 3) hidung 4) telinga

: normal, konjungtica normal, anemi (-), ikhterus (-) : simetris, bersih, cairan yang keluar (-), polip (-) : simetris, cairan yang keluar (-), terdapat sedikit kotoran/ serumen, nyeri tekan (-)

5) mulut e. Dada/ thoraks 1) I

: sariawan (-), carries gigi (-), gigi bersih

: bentuk dada simetris, , suara nafas normal, pergerakan dada simetris, ikhtus cordis di ICS 5 lateral kiri

2) P 3) P

: ikhtus cordis di ICS 5 lateral kiri, fremitus raba (+) : sonor

4) A : pernafasan vesikuler, ronchi (-), wheezing (-)pernafasan S1S2 tunggal (S1 terdengar di ICS 3, S2 di ICS 2), murmur (-) 5) Perut/ abdomen 1) I : simetris, asites (-), umbilikus normal 2) P : nyeri tekan (-) 3) P : redup 4) A : bising usus (+) 6) Genitalia/ anus :bersih, di pantat terdapat sedikit lesi, hemoroid (-) 7) Ekstremitas : normal, akral hangat CRT (< 2 detik), turgor kulit (+) J. HARAPAN KELUARGA Keluarga berharap mendapatkan informasi dan penjelasan tentang penyakit diare yang sering menyerang An. A, dan mendapat informasi lebih tentang kesehatan. II. ANALISA DATA TANGGAL 02 des 2012 DS: DATA MASALAH Resiko kejadian diare berulang

Ny. S mengatakan An. A sering pada An. A di keluarga Tn. M diare berulang terakhir kali b/d ketidakmampuan keluarga

95

diare 2 minggu yang lalu DO: An. A tidak dibiasakan cuci tangan bermain. An. A sering tidur bersama kucing dan tidak memakai pakaian An. A saat bermain/ keluar rumah sandal Tempat air yang digunakan untuk minum, memasak terlihat berlumut dan terdapat jentik nyamuk Saat diare An. A hanya jarang menggunakan sebulum makan/

memodifikasi lingkungan

diberikan tablet oral yang di beli di warung 02 des 2012 DS: Keterlambatan perkembangan Ny. S mengatakan An. A tidak (bahasa) pada An. A di terlalu fasih dalam berbicara DO: keluarga Tn. M b/d ketidakmampuan keluarga

Saat di kaji pengucapan kalimat mengenal masalah kesehatan An. A tidak jelas (ex: hj. Nur= (kurang mengenal cara jinung, gak atek= haate) An. A tidak bisa mengeja huruf R dengan baik Saat di kaji lewat DDST ada 1 false di aspek bahasa (bicara semua dimengerti) menstimulus bahasa anak)

96

III.

SKALA PRIORITAS MASALAH Masalah 1 : Resiko kejadian diare berulang pada An. A di keluarga Tn. M b/d ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan. Kriteria Sifat masalah Aktual: 3 Resiko: 2 Potensial: 1 Kemungkinan masalah diubah Mudah: 2 Sebagian: 1 Tidak dapat: 0 Kemungkinan masalah dicegah Tinggi: 3 Cukup: 2 Rendah: 1 Menonjolnya msalah Segera: 2 Tidak segera: 1 Tidak dirasakan: 0 Skor 5 3 1 dapat 1 dapat 2 x 1= 1 Keluarga besar punya untuk keinginan mengetahui 1 Bobot Perhitungan Pembenaran Saat dikaji An. A sedang tidak diare

x 1=

penyebab diare berulang pada An. A, keluarga ingin agar An. A tidak sering terkena diare berulang lagi.

x1=

Kebiasaan An. A yang kurang sehat, kurang pengawasan

keluarga, tapi keluarga mau belajar untuk merubah

kebiasaan tersebut

x 1=

Karena saat dikaji An. A tidak sedang diare

Masalah 2: Keterlambatan perkembangan (bahasa) pada An. A di keluarga Tn. M b/d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan (kurang mengenal cara menstimulus bahasa kepada anak)

97

Kriteria Sifat masalah Aktual: 3 Resiko: 2 Potensial: 1 Kemungkinan masalah diubah Mudah: 2 Sebagian: 1 Tidak dapat: 0 Kemungkinan masalah dicegah Tinggi: 3 Cukup: 2 Rendah: 1 Menonjolnya msalah Segera: 2 Tidak segera: 1 Tidak dirasakan: 0 Skor dapat dapat

Bobot

Perhitungan

Pembenaran Saat di kaji tumbangnya

x 1= 1
1

mengalami keterlambatan di aspek bahasa (bicara semua dimengerti) yang jauh di kiri garis usia An. A x 1= 0 Keluarga tentang bahasaanak tidak mengerti

perkembangan sesuai umur,

keluarga tidak memperhatikan perkembangan bahasa

anaknya karena sibuk bekerja

x1=
1

Keluarga menstimulasi

tidak

pernah (dengan

membenarkan kata salah yang diucapkan An. A), keluarga hanya mengerik lidah An. A saat mulai bisa bicara dengan harapan tidak cadel.

x 1= 1
1

Mempengaruhi

tingkat

intelektual dan perkembangan bahasa An. A nantinya saat An. A dewasa.

98

IV. 1.

DIAGNOSA KEPERAWATAN Resiko kejadian diare berulang pada An. A di keluarga Tn. M b/d ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan. 2. Keterlambatan perkembangan (bahasa) pada An. A di keluarga Tn. M b/d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan (kurang mengenal cara menstimulus bahasa kepada anak).

99

Vous aimerez peut-être aussi