Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
09/280941/EK/17451
Outline
Blue Print AEC 2015 Batu Sandungan
Bagi ASEAN Bagi Indonesia Pelaksannan Komitmen AEC oleh Pemerintah Komitmen dan Ratifikasi
AEC 2015
AEC 2015 adalah bentuk integrasi ekonomi regional yang direncanakan untuk dicapai pada tahun 2015. Tujuan AEC 2015: mempercepat pertumbuhan ekonomi regional, mengurangi kemiskinan dan meningkatkan standar hidup masyarakat dengan menurunkan atau menghilangkan hambatan, baik tarif maupun nontarif di antara negara anggota. Target AEC 2015: pada tahun 2015 ASEAN akan menjadi satu negara, dimana mobilitas barang, jasa, investasi, tenaga kerja, dan modal akan bebas bergerak.
Apakah integrasi ASEAN menuju AEC akan benar-benar meningkatkan kesejahteraan rakyat ASEAN? Siapakan yang paling mendapat manfaat dari bersatunya ASEAN? Bagaimana dampak integrasi ASEAN bagi pelaku bisnis di Indonesia yang mayoritas UMKM?
KTT Bali
AEC dideklarasikan sebagai tujuan integrasi ekonomi regional dalam kerangka besar Visi ASEAN 2020 dalam Bali Concord II (KTT Bali) pada bulan Oktober 2003. Dalam KTT Bali juga ditetapkan dua pilar lain, yaitu ASEAN security community dan the ASEAN Socio-Cultural Community. Ketiga pilar tersebut diharapkan berfungsi penuh ketika Masyarakat Ekonomi ASEAN terwujud pada tahun 2020.
KTT ke-13
KTT ke- 13 ASEAN berlangsung di Singapura pada tanggal 20 November 2007. Salah satu deklarasi yang disepakati pada KTT 13 adalah cetak biru (Blueprint) AEC. Cetak biru AEC memuat ambisi pembentukan ASEAN sebagai pusat perdagangan kawasan yang terintegrasi, yang ditargetkan mulai tahun 2008 dan implementasinya tahun 2015. AEC diharapkan dapat merangsang investor untuk memasuki ASAN dan dapat disejajarkan dengan komunitas serupa seperti Uni Eropa.
Empat ciri utama cetak biru AEC: 1. Pasar dan basis produksi tunggal 2. Ekonomi kawasan yang sangat kompetitif 3. Kawasan dengan pembangunan ekonomi ekonomi yang merata 4. Suatu kawasan yang terintegrasi penuh dengan ekonomi global.
Secara teknis pencapaian AEC 2015 menggunakan mekanisme dan inisiatif yang telah di bentuk oleh ASEAN selama ini yang di perkuat dengan penguatan institusi dalam kerjasama ASEAN. Masing-masing institusi dan inisatif terlibat di lima elemen pasar tunggal dan kesatuan basis produksi.
CEPT merupakan wujud kesepakatan negara-negara anggota ASEAN untuk membentuk suatu kawasan bebas perdagangan dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia.
2. General Exception List (GEL): daftar produk yang dikecualikan dari program CEPT oleh suatu negara karena dianggap penting atas perlindungan keamanan nasional, moral masyarakat, kehidupan dn kesehatan (manusia, binatang, atau tumbuhan), nilai barang-barang seni dan bersejarah.
3. Temporary Exclusions List(TEL): daftar yang berisi produk-produk sensitif yang dikecualikan sementara untuk dimasukkan dalam skema CEPT karena dinilai belum siap.
4. Sensitive list (SL) : suatu daftar yang berisi produkproduk pertanian bukan olahan. 5. Highly Sensitive Ketentuan Sensitif List: List: Komoditas yang Semua produk dalam kategori ini masuk daftar high akan masuk dalam kategori IL sampai sensitive list, seperti menjelang akhir tahun 2005. beras, jagung, kedelai, Sampai dengan januari tahun dan gula. 2010,produk-produk tersebut akan
memilki tarif berkisar antara 0-5%. Sampai dengan januari tahun 2010, restriksi kuantitatif dan hambatan nontarif seluruhnya akan dihapuskan.
Kerjasama ekonomi dalam suatu kawasan mengikuti tahapan yang berurutan (Kuncoro,2002; Dicken, 1992: 159161):
Free Trade Area (FTA)
Suatu kawasan di mana impor yang berasal dari negara anggota tidak dikenakan bea masuk dan kuota.namun,masing-masing negara masih menetapkan tarif nasional dari kuota bagi negara-negara di luar anggota.
Suatu FTA yang meniadakan hambatan pergerakan komoditi antara negara anggota dan menerapkan tarif yang sama terhadap negara bukan anggota (Common External Tariff).
Common Market
Custom union yang juga menghapuskan pembatasan pergerakan semua faktor produksi(barang,jasa,aliran modal).kesamaan harga faktor-faktor produksi diharapkan dapat menghasilkan alokasi sumber yang efisien. Suatu common market dengan tingkat harmonisasi tertentu untuk kebijakan ekonomi untuk menghilangkan distorsi yang dihasilkan dari perbedaan kebijakan.
Penyatuan moneter,fiskal, dan kebijakan sosial yang diikuti dengan pembentukan lembaga supranasional dengan keputusan-keputusan yang mengikat bagi seluruh negara anggota.
Economic Union
Integrasi Total
Kebijakan
Dihapuskannya hambatan perdagangan (bea masuk & kuota) antarnegara
Kebutuhan yang seragam terhadap nonanggota (common extenall tariff) Mobilitas faktor produksi yang bebas antarnegara anggota Harmonisasi kebijakan ekonomi di bawah organisasi supranasional Penyatuan kebijakn ekonomi secara penuh
FTA Ya Tidak
CU Ya Ya
CM Ya Ya Ya
EU Ya Ya Ya
TEI Ya Ya Ya
Tidak Tidak
Ya
Ya
Ya
*FTA = Free Trade Area, CU = Custom Union, CM = Common Market, EU = Economic Union, TEI = Total Economic Integration. Sumber: Dicken (1992:160); Jovanovic (2006); Kuncoro (2009:197)
BATU SANDUNGAN
Kurnia Ayu Khodijah 09/280257/EK/17295
Penetapan tarif bea masuk tiap negara anggota ASEAN berbeda Singapura sudah menetapkan tarif impor 0% dan Vietnam yang masih menggunakan tarif rata-rata 17%.
1993
Masih banyak produk yang masuk Temporeary Exclusion, yaitu Indonesia (1.654 produk), Filipina (714 produk), Malaysia (627 produk) sementara Singapura sudah 0 (nol).
Agustus 2007
Semua produk yang sebelumnya masuk TEL dialihkan ke IL dengan rincian 98,36% untuk ASEAN-6 dan 97,32% untuk CLMV.
Brunei Darussalam
Vietnam Indonesia Philippines Lao PDR Sumber: World Bank (2011)
83
98 129 136 165
136
103 155 158 89
151
30 156 112 110
Ada kesenjangan antara Singapura, Thailand dan Malaysia dengan negara-negara ASEAN yang lain dalam peringkat dunia kemudahan memulai usaha, memulai usaha, dan peringkat pembuatan.
US$
Jika kita lihat tabel tersebut, terjadi kesenjangan jika dilihat dari PDB per kapita negara-negara ASEAN. Ratarata negara ASEAN memiliki PDB per kapita US$2.533 Negara yang memiliki PDB per kapita tertinggi yaitu Singapura dengan pendapatan US$36.631 Sedangkan yang terendah yaitu Myanmar dengan pendapatan US$419 Indonesia berada diurutan tengan US$2.364, masih berada dibawah rata-rata PDB per kapita negara-negara ASEAN.
1150.6 702.5
1061.5
1425.9 1682
1206.1
2576.5 2384.6
2267.6
0.5 0.46
0.44
267981 251823.8
Perdagangan intra ASEAN masih dikuasai Singapura, Malaysia, dan Thailand, lalu disusul Indonesia. Di dalam ASEAN justru terjadi persaingan karena produk yang dihasilkan serupa, sehingga bersifat substitutif bukannya komplementer. Hal ini menunjukkan saling ketergantungan antar negara ASEAN tidak besar.
Net aliran modal ke ASEAN-5 didominasi oleh FDI dibandingkan investasi portofolio. Kecuali pada beberapa periode di Thailand, Indonesia, dan Filipina. Hal ini seiring dengan kebijakan begara ASEAN untuk pengundang FDI sebagai sumber pembangunan. 2000-an Indonesia dan Filipina mulai didominasi investasi portofolio, sementara Singapura sebagai perantara finansial di ASEAN tetap didominasi FDI
2001-2006 Investasi portofolio intra ASEAN mulai meningkat, sementara investasi portofolio ASEAN ke luar lebih besar. ASEAN banyak berinvestasi ke Inggris, Hongkong, dan AS. Tahun 2006 Investasi portofolio intra ASEAN didominasi Singapura sebanyak 86% dari total. Malaysia menanamkan 7% dan Indonesia hanya 1%.
Pada tahun 2010, FDI intra ASEAN hanya US$12,2 miliar dari total net inflow US$76,2 miliar. Bagi Indonesia, FDI intra ASEAN hanya sekitar US$5,9 miliar dari total net inflow FDI dari negara-negara di luar ASEAN sekitar US$13,3 miliar
Tahun 2011, dari 81,2 juta wisatawan yang masuk ke negara ASEAN, hanya 37,7 juta wisatawan berasal dari ASEAN. Jumlah wisatawan terbanyak mengalir ke Malaysia sebanyak 18,8 juta wisatawan. Jumlah wisatawan yang masuk ke Indonesia sebanyak 3,2 juta wisatawan.
Pelaksanaan Komitmen AEC untuk Melakukan koordinasi penerbitan Kebijakan Pelaksanaanbebas Komitmen arus jasa secara Komitmen AEC dalam Inpres bidang peraturan untuk liberalisasi MEA/AEC Tahun 2008 jasa No.5
Komitmen AEC untuk Menerbitkan peraturan dalam menuju kawasan rangka melaksanakan komitme ekonomi yang kompetitif menuju kawasan ekonomi yang kompetitif Sosialisasi pelaksanaan komitmen MEA 2015 Koordinasi pelaksanaan cetak biru MEA 2015
Tindakan, Keluaran, dan Sasaran Program Komitmen AEC untuk Arus Jasa Secara Bebas
TINDAKAN Melakukan koordinasi penerbitan peraturan untuk liberalisasi bidang jasa
SASARAN Memberikan kesatuan sikap dan konsistensi dalam perdagangan internasional di bidang jasa
Tindakan, Keluaran, dan Sasaran Program Komitmen AEC untuk Menuju Kawasan Ekonomi Yang Kompetitif
TINDAKAN Menerbitkan peratiran dalam rangka melaksanakan komitmen menuju kawasan ekonomi yang kompetitif
KELUARAN Peraturan Presiden tentang Ratifikasi Protocol to Implement the Third Package of Commitments on Financial Services under The ASEAN Agreement Framework on Services (AFAS)
KELUARAN Peraturan Presiden tentang Ratifikasi Protocol to Implement the Fourth Package of Commitments on Financial Services under The ASEAN Agreement Framework on Services (AFAS)
Tindakan, Keluaran, dan Sasaran Program Sosialisasi Pelaksanaan Komitmen MEA 2015
TINDAKAN Koordinasi Pelaksanaan Cetak Biru MEA 2015
SASARAN Mewujudkan integrasi regional dalam rangka meningkatkan daya saing global dan memudahkan bisnis dan konsumen memanfaatkan peluang pasar.
Sedangkan bagi Indonesia sendiri integrasi ASEAN merupakan tantangan sekaligus peluang: Banyak peluang yang dapat dimanfaatkan dengan adanya integrasi ekonomi. Salah satunya dapat dijadikan momentum untuk memperbaiki kinerja ekspor dan daya saing produk dalam negeri. Di sisi lain, dianggap sebagai tantangan karena pelaku bisnis Indonesia yang mayoritas UMKM dianggap belum siap bertarung dengan negaranegara lain.
Referensi
ASEAN Secretary (2012), ASEAN Trade Database, http://www.aseansec.org, diakses tanggal 7 Oktober 2012 ASEAN Secretary (2012), ASEAN Tourism Database, http://www.aseansec.org, diakses tanggal 7 Oktober 2012 Kuncoro, Mudrajad. (2009). Ekonomika Indonesia: Dinamika Lingkungan Bisnis di Tengah Krisis Global. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Kuncoro, Mudrajad. (2010). Masalah, Kebijakan, dan Politik Ekonomika Pembangunan. Jakarta: Erlangga. Widodo, Tri. (2010). International Trade, Regionalism, and Dynamic Market. Yogyakarta: BPFE. World Bank (2011), Doing Business 2011, http://www.doingbusiness.org, diakses tanggal 7 Oktober 2012