Vous êtes sur la page 1sur 18

BAB I PENDAHULUAN Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan.

Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janinkurang dari 500 grarn. Abortus yang berlangsung tanpa tindakan disebut abortus spontan, sedangkan abortus yang terjadi dengan sengaja dilakukan tindakan disebut abortus provokatus. Abortus provokatus ini dibagi 2 kelompok yaitu abortus provokatus medisinalis dan abortus provokatus kriminalis. Angka kejadian abortus sukar ditentukan karena abonus provokatus banyak yang tidak dilaporkan, kecuali bila sudah terjadi komplikasi. Abortus spontan dan tidak jelas umur kehamilannya, hanya sedikit memberikan gejala atau tanda sehingga biasanya ibu tidak melapor atau berobat. Sementara itu, dari kejadian yang diketahui, 15 20 % merupakan abortus spontan atau kehamilan ektopik. Sekitar 5 % dari pasangan yang mencoba hamil akan mengalami 2 keguguran yang berurutan, dan sekitar 1% dari pasangan mengalami 3 atau lebih keguguran yang berurutan. Rata-rata terjadi ll4 kasus abortus per jam. Sebagian besar studi menyatakan kejadian abortus spontan antara 15 - 20 % dari semua kehamilan. Kalau dikaji lebih jauh kejadian abortus sebenarnya bisa mendekai 50 % . Hai ini dikarenakan tingginya angka chemical pregnanq) loss yang tidak bisa diketahui pada 2 - 4 minggu setelah konsepsi. Sebagian besar kegagalan kehamilan ini dikarenakan kegagalan gamet (misalnya sperma dan disfungsi oosit). Pada 1988 Wilcox dan kawan-kawan melakukan studi terhadap 221. Perempuan yang diikuti selama 207 siklus haid total. Didapatkan total 198 kehamilan, di mana 43 (22 %) mengalami abortus sebelum saat haid berikutnya. Abortus habitualis adalah- abortus yang ter.jadi berulang tiga kali secara berturut-turut. Kejadiannya sekitar 3 - 5 %. Data dari beberapa studi menunjukkan bahwa setelah 1 kali abortus spontan, pasangan punya risiko i5 % untuk mengalami keguguran lagi, sedangkan bila pernah 2 kali, risikonya akan meningkat 25 %. Beberapa studi meramalkan bahwa risiko abortus setelah 3 abortus ber-urutan adalah 30 - 45 %.

BAB II PEMBAHASAN 1. Konsep Kehamilan a. Definisi Kehamilan adalah suatu proses yang dimulai dari konsepsi sampai dari mulainya persalinan atau lahirnya janin. Lamanya kehamilan yaitu 280 hari atau 40 minggu. Dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan normal merupakan kehamilan yang tidak mengalami gejala-gejala atau kelainan maupun komplikasi dari usia kehamilan 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari), dihitung dari hari pertama haid terakhir / HPHT. b. Proses Terjadinya Kehamilan Kehamilan terjadi jika ada pertemuan dan persenyawaan antara sel telur atau ovum dan sel mani atau spermatozoa. Spermatozoa memiliki ekor yang dapat bergerak sehingga dalam satu jam saja spermatozoa dapat melalui kanalis servikalis dalam kavum uteri kemudian berada dalam tuba falopii. Apabila pada saat bersamaan terjadi ovulasi maka fertilisasi mungkin dapat terjadi. Apabila fertilisasi terjadi maka sel telur akan disebut zygote dan zygote inilah yang akan berkembang menjadi janin atau fetus. c. Usia Kehamilan Tuanya usia dalam kehamilan disebut dalam satuan minggu dan terbagi dalam tiga trimester, yaitu : a. Trimester I antara 0 12 minggu b. Trimester II antara 12 28 minggu c. Trimester III antara 28 40 minggu d. Gejala dan Tanda Kehamilan

a. Tanda dan gejala perkiraan kehamilan Tanda dan gejala meliputi : 1) Amenore ( tidak dapat haid ) 2) Mual dan muntah (nausea dan vomiting) 3) Mengidam 4) Payudara / mamae terasa membesar dan tegang 5) Anoreksia ( tidak adanya nafsu makan ) 6) Sering berkemih 7) Obstipasi ( susah buang air besar ) 8) Pigmentasi pada kulit terdapat pada: 9) Epulis 10) Varises

b. Tanda-tanda kemungkinan hamil Tanda-tandanya antara lain: perut membesar sesuai dengan tuannya kehamilan,perubahan terjadi dalam bentuk besar dan konsistensi perut juga mengalami perubahan. Tanda hegar ( segmen bawah rahim melunak ), terjadi pada daerah istmus uteri, bagian ini menjadi sangat lunak sehingga bila dilakukan pemeriksaan dalam pada fornix posterior seperti saling bersentuhan. e. Tanda Chadwicks merupakan warna kebiruan pada vagina yang terjadi karena pelebaran pembuluh darah. Tanda Piskacek ( uterus besar dan lunak ), merupakan pembesaran fundus uteri yang tidak rata karena daerah implantasi janin akan tumbuh lebih cepat. Kontraksi Braxton-hicks, keadaan dimana corpus uteri menjadi lebih keras. Teraba ballotemen Pemeriksaan tes kehamilan positif.

Perubahan Fisiologis Yang Terjadi Pada Saat Kehamilan Ketika hamil akan banyak perubahan fisik pada tubuh wanita, perubahan tersebut terjadi

karena respon tubuh terhadap kehamilan dimana organ-organ tubuh menyesuaikan kapasitas dengan bertambahnya tugas dan fungsi serta sebagai pemberitahuan bahwa perubahan tersebut terjadi sebagai tanda adanya sebuah proses. Perubahan tersebut meliputi : a. Perubahan uterus Uterus akan mengalami pembesaran pada bulan-bulan pertama kehamilan yang dipengaruhi oleh peningkatan hormon estrogen dan progesteron. Uterus pada wanita yang tidak hamil kira-kira sebesar telur ayam atau kurang lebih 30 gram karena peningkatan hormon tersebut pada akhir kehamilan menjadi 1000 gram. Bentuk uterus pada bulan-bulan pertama kehamilan seperti buah alpukat, agak gepeng. Pada bulan keempat akan berbentuk bulat. Selanjutnya pada akhir kehamilan akan kembali seperti semula, lonjong seperti telur. b. Serviks uteri Serviks uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan karena peningkatan hormon estrogen. Serviks lebih banyak mengandung jaringan ikat dan banyak mengandung kolagen, jaringan otot hanya 10 %. Akibat kadar estrogen meningkat dan dengan adanya hipervaskularisasi maka konsistensi serviks uteri menjadi lebih lunak. c. Vagina dan vulva Pada vagina dan vulva mengalami perubahan akibat hormone estrogen .

Hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak lebih merah, agak kebiruan (livide), tanda ini disebut juga tanda Chadwick. Pembuluh-pembuluh darah alat genetalia interna akan membesar karena oksigenasi dan nutrisi pada alat-alat genetalia tersebut meningkat.

d. Payudara ( mamae) Payudara akan membesar dan tegang akibat hormon somatomammotropin, estrogen, dan progesteron, akan tetapi belum mengeluarkan air susu. Estrogen menimbulkan hipertropi sistem saluran, sedangkan progesteron menembah sel-sel asinus pada payudara. Disamping itu, dibawah pengaruh progesteron dan somatomammotropin, terbentuk lemak di sekitar alveolus, sehingga payudara menjadi lebih besar. e. Sirkulasi darah ibu Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh adanya sirkulasi ke plasenta, uterus yang membesar dengan pembuluh-pembuluh darah yang membesar pula. Volume darah ibu dalam kehamilan bertambah secara fisiologi dengan adanya pencairan darah yang disebut hidremia. Volume darah akan bertambah banyak, kira-kira 25% dengan puncak kehamilan 32 minggu. f. Sistem respirasi ( pernafasan) Pada wanita hamil sering ditemukan keluhan rasa sesak dan nafas pendek yang ditemukan pada kehamilan 32 minggu keatas, hal ini disebabkan karena usus-usus yang tertekan oleh uterus yang membesar kearah diafragma, sehingga diafragma tertekan dan kurang leluasa bergerak. Kebutuhan akan oksigen pada wanita hamil meningkat 20 % sehingga wanita hamil bernafas lebih dalam. (Winkjosastro, 2005) g. Traktus digestivus ( pencernaan ) Pada bulan-bulan pertama kehamilan terdapat rasa enek (nausea). Mungkin ini akibat pada hormon estrogen yang meningkat. Tonus otot-otot digestivus menurun, sehingga motilitas seluruh traktus digestivus juga berkurang. Makanan lebih lama berada dilambung dan apa yang telah dicerna lebih lama berada diusus. h. Traktus urinarius ( perkemihan ) Pada bulan-bulan pertama kehamilan akan timbul keluhan sering buang air kecil, hal ini dikarenakan uterus yang mulai membesar. Keadaan ini akan hilang dengan makin tuanya usia kehamilan. Pada akhir kehamilan gejala ini akan timbul lagi karena kandung kemih mulai tegang lagi bila kepala janin mulai turun kearah pintu panggul. i. Kulit Kulit mengalami hiperpigmentasi yang biasa terdapat pada dahi, hidung yang dikenal sebagai kloasma gravidarum. Pada areola mammae, linea alba dikenal dengan linea gisea. Hal ini disebabkan karena terjadinya peningkata melanophore stimulating hormon (MSH).

j.

Berat badan bertambahPeningkatan berat badan ibu selama kehamilan menandakan adaptasi

ibu terhadap pertumbuhan janin. Berat badan wanita hamil akan naik kira-kira antara 6,5 kg 16,5 kg atau rata-rata 12,5 kg selama hamil atau terjadi kenaikan berat badan sekitar 1,5 kg per minggu.

f. Daignosa Kehamilan Lamanya kehamilan mulai dari konsepsi sampai persalinan kira-kira 280 hari ( 40 minggu ) dan tidak boleh lebih dari 300 hari ( 42minggu ) yaitu : Kehamilan lebih dari 42 minggu disebut kehamilan post matur. Kehamilan berumur 37 42 minggu disebut kehamilan matur atau aterm. Kehamilan berumur 20 28 minggu disebut kehamilan prematur. Kahamilan yang kurang dari 20 minggu disebut abortus

2. KONSEP ABORTUS 2.1 DEFINISI Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan.

2.2 PATOFISIOLOGI Mekanisme terjadinya abortus dimulai dengan proses perdarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti oleh nekrosis jaringan sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya dan di anggap benda asing sehingga merangsang kontraksi untuk mengeluarkannya.

2.3 ETIOLOGI Faktor genetik. Kelainan kongenital uterus Autoimun Defek fase luteal Infeksi Hematologik Lingkungan

Penyebab Genetik Sebagian besar abortus sponran disebabkan oleh kelainan kariotip embrio. Paling sedikit 50 % kejadian abortus pada trimester pertama merupakan kelainan sitogenetik. Bagaimanapun, gambaran ini belum termasuk kelainan yang disebabkan oleh gangguan gen tunggal (misalnya kelainan Mendelian) atau mutasi pada beberapa lokus (misalnya gangguan poligenik atau multifaktor) yang tidak terdeteksi dengan pemeriksaan kariotip. Kejadian tertinggi kelainan sitogenetik konsepsi terjadi pada awal kehamilan. Kelainan sitogenetik embrio biasanya berupa aneuploidi yang disebabkan oleh kejadian sporadis, misalnya nondisjuction meiosis atau
5

poliploidi dari fertilitas abnormal. Separuh dariabortus karena kelainan sitogenetik pada trimester pertama berupa trisomi autosom. Triploidi ditemukan pada 16 % kejadian abortus, di mana terjadi fertilisasi ovum normal haploid oleh 2 sperma (dispermi) sebagai mekanisme patologi primer. Trisomi timbul akibat dari nondisjunction meiosis selama gametogenesis pada pasien dengan kariotip normal. Untuk sebagian besar trisomi, gangguan meiosis maternal bisa berimplikasi pada gametogenesis. Insiden trisomi meningkat dengan bertambahnya usia. Trisomi 16, dengan kejadian sekitar 30 %. dari seluruh trisomi, merupakan penyebab terbanyak. Semua kromosom trisomi berakhir abortus kecuali pada trisomi kromosom 1. Sindroma Turner merupakan penyebab 20 - 25 % keiainan sitogenetik pada abortus. Sepertiga dari fetus dengan Sindroma Down (trisomi 21) bisa bertahan.Pengelolaan standar menyarankan untuk pemeriksaan genetik amniosenresis pada semua ibu hamil dengan usia yang lanjut, yaitu di atas 35 tahun. Risiko ibu terkena aneuploidi adalah 1 : 80, pada usia di atas 35 tahun karena angka kejadian kelainan kromosom/trisomi akan meningkat setelah usia 35 tahun.

Penyebab Anatomik Defek anatomik uterus diketahui sebagai penyebab komplikasi obstetrik, sepertii abortus Studi oleh Acien (1996) terhadap 170 pasien hamil dengan malformasi uterus, mendapatkan hasil hanya 18,8 % yang bisa bertahan sampai melahirkan cukup bulan, sedangkan 36,5 % mengalami persalinan abnormal (prematur, sungsang). Penyebab terbanyak abortus karena kelainan anatomik uterus adalah septum uterus (40 - 80 %), kemudian uterus bikornis atau uterus didelfis atau unikornis (10 - 30 %). Mioma uteri bisa menyebabkan baik infertilitas maupun abortus berulang. Risiko kejadiannya antara 10 - 30 % pada perempuan usia reproduksi. Sebagian besar mioma tidak memberikan gejala, hanya yang berukuran besar atau yang memasuki kavum uteri (submukosum) yang akan menimbulkan gangguan. Sindroma Asherman bisa menyebabkan gangguan tempat implantasi serta pasokan darah pada permukaan endometrium. Risiko abortus antara 25 - 80 % , bergantung pada berat ringannya gangguan. Untuk mendiagnosis kelainan ini bisa digunakan histerosalpingografi (HSG) dan ultrasonografi.

Penyebab Autoimun Terdapat hubungan yang nyata antara abortus berulang dan penyakit autoimun. Misalnya, pada Systematic Lupus Erythematosus (SLE) dan Antiphospholipid Antibodies (aPA). aPA merupakan antibodi spesifik yang didapati pada perempuan dengan SLE.Kejadian abortus spontan di antara pasien SLE sekitar 10 %, dibanding populasi umum. Bila digabung dengan peluang terjadinya pengakhiran kehamilan trimester 2 dan 3, maka diperkirakan 75% pasien dengan SLE akan berakhir dengan terhentinya kehamilan.Sebagian besar kematian janin dihubungkan dengan adanyaaPA. aPA merupakan antibody yang akan berikatan dengan sisi negatif dari fosfolipid. Paling sedikit ada 3 bentuk aPA yang diketahui mempunyai arti klinis

yang penting, yaitu Lupus Anticoagulant (LAC), anticardiolipin antibodies (aCLs), dan biologically fake-positioe untuk sypbilis (FP-STS).APS (antipbospholipid syndrome) sering juga ditemukan pada beberapa keadaan obstetrik, misalnya pada preeklampsia, IUGR dan prematuritas. Beberapa keadaan lain yang berhubungan dengan APS yaitu trombosis arteri-vena, trombositopeni autoimun, anemia hemolitik, korea dan hipertensi pulmonum.

Penyebab Infeksi Beberapa jenis organisme tertentu diduga berdampak pada kejadian abortus antara lain: Bakteria . Virus Sitomegalovirus Rubela Herpes simpieks virus (FISV) Human immunodeficient virus (HTY) Parvovirus Listeria monositogenes Klamidia trakomatis Ureaplasma urealitikum Mikoplasma hominis Bakterial vaginosis

. Parasit Toksoplasmosis gondii Plasmodium falsiparum Spirokaeta Treponema pallidum

Berbagai teori diajukan untuk mencoba menerangkan abortus di antaranya sebagai berikut. 1) Adanya metabolik toksik, endotoksin, eksotoksin, atau peran infeksi terhadap risiko sitokin yang berdampak langsung pada janin atau unit fetoplasenta. 2) Infeksi janin yang bisa berakibat kematian janin atau cacat berar sehingga janin sulit bertahan hidup 3) Infeksi plasenta yang berakibat insufisiensi plasenta dan bisa berlanjut kematian janin. 4) Infeksi kronis endometrium dari penyebaran kuman genitalia bawah (misal Mikoplasma bominis, Klamidia, Ureaplasma urealitileum, HSV) yang bisa mengganggu proses implantasi. 5) Amnionitis (oleh kuman gram-positif dan gram-negatif, Listeria monositogenes).

6) Memacu perubahan genetik dan anatomik embrio, umumnya oleh karena virus selama kehamilan awal (misalnya rubela, parvovirus 819, sitomegalovirus, koksakie virus B, varisela-zoster, kronik sitomegalovirus CMV, HSV).

Faktor Lingkungan Diperkirakan 1 - 10 % malformasi janin akibat dari paparan obat, bahan kimia, atau radiasi dan umumnya berakhir dengan abortus, misalnya paparan terhadap buangan gas anestesi dan tembakau. Sigaret rokok diketahui mengandung ratusan unsur toksik, antara lain nikotin yang telah diketahui mempunyai efek vasoaktif sehingga menghambat sirkulasi uteroplasenta. Karbon monoksida juga menurunkan pasokan oksigen ibu dan janin serta memacu neurotoksin. Dengan adanya gangguan pada sistem sirkulasi fetoplasenta dapat terjadi gangguan pertumbuhan janin yang berakibat terjadinya abortus.

Faktor Hormonal Ovulasi, implantasi, serta kehamilan dini bergantung pada koordinasi yang baik system pengaturan hormon maternal. Oleh karena itu, perlu perhatian langsung terhadap system hormon secara keseluruhan, fase luteal, dan gambaran hormon setelah konsepsi terurama kadar progesteron.

Diabetes mellitus Perempuan dengan diabetes yang dikelola dengan baik risiko abortusnya tidak lebih jelek jika dibanding perempuan yang tanpa diabetes. Akan tetapi perempuan diabetes dengan kadar HbAlc tinggi pada trimester pertama, risiko abortus dan malformasi janin meningkat signifikan.Diabetes jenis insulin-dependen dengan kontrol glukosa tidak adekuat punya peluang 2 - 3 kali lipat mengalami abortus.

Kadar progesteron yang rendah Progesteron punya peran penting dalam mempengaruhi reseptivitas endometrium terhadap implantasi embrio. Pada tahun 1929, Allen dan Corrier mempublikasikan tentang proses fisiologi korpus luteum, dan sejak itu diduga bahwa kadar progesterone yang rendah berhubungan dengan risiko abortus. Support fase luteal punya peran kritis pada kehamilan sekitar 7 minggu, yaitu saat di mana trofoblas harus menghasilkan cukup steroid untuk menunjang kehamilan. Pengangkatan korpus luteum sebelum usia 7 minggu akan menyebabkan abortus. Dan bila progesteron diberikan pada pasien ini, kehamilan bisa diselamatkan.

Defek fase luteal Jones (1943) yang pertama kali mengutarakan konsep insufisiensi progesteron saat fase luteal, dan kejadian ini dilaporkan pada 23-60% perempuan dengan abortus berulang. Sayangnya belum
8

ada metode yang bisa drpercaya untuk mendiagnosis gangguan ini. Pada peneiitian terhadap perempuan yang mengalami abortus lebih dari atau sama dengan 3 kali, didaparkan 1.7 % kejadian defek fase luteal. Dan, 50 % perempuan dengan histologi defek fase luteal punya gambaran progesteron yang normal.

Pengaruh hormonal terhadap imunitas desidua Perubahan endometrium jadi desidua mengubah semua sel pada mukosa uterus.Perubahan morfologi dan fungsional ini mendukung proses implantasi juga proses migrasi trofoblas dan mencegah invasi yang berlebihan pada jaringan ibu. Di sini berperan penting interaksi antara trofoblas ekstravillous dan infiltrasi leukosit pada mukosa uterus. Sebagian besar sel ini berupa Large Granular Lympbocyres (LGL) dan makrofag, dengan sedikit sel T dan sel B. Sel NK dijumpai dalam jumlah banyak, terutama pada endometrium yang terpapar progesteron. Peningkatan sel NK pada tempat implantasi.saat.trimester pertama mempunyai peran penting dalam kelangsungan proses kehamilan karena ia akan mendahului membunuh sel target dengan sedikit atau tanpa ekspresi HLA. Trofoblas ekstravillous (dengan pembentukan cepat HLAI) tidak bisa dihancurkan oleh sel NK desidua, sehingga memungkinkan terjadinya invasi optimal untuk plasentasi yang normal.

Faktor Hematologik Beberapa kasus abortus berulang ditandai dengan defek plasentasi dan adanya mikrotrombi pada pernbuluh darah plasenta. Berbagai komponen- koagulasi dan fibrinolitik memegang peran penting pada implantasi embrio, invasi trofoblas, dan plasentasi. Pada kehamilan terjadi keadaan hiperkoagulasi dikarenakan: . Peningkatan kadar faktor prokoagulan Penurunan faktor antikoagulan Penurunan aktivitas fibrinolitik

Kadar faktor VII, VIII, X dan fibrinogen meningkat selama kehamilan normal,terutama pada kehamilan sebelum 12 minggu.Bukti lain menunjukkan bahwa sebelum terjadi abortus, sering didapatkan defek hemostatik. Penelitian Tulpalla dan kawan-kawan menunjukkan bahwa perempuan dengan riwayat abortus berulang, sering terdapat peningkatan produksi tromboksan yang berlebihan pada usia kehamilan 4 - 6 minggu, dan penurunan produksi prostasiklin saat usia kehamilan 8 11 minggu. Perubahan rasio tromboksan-prostasiklin memacu vasospasme serta agregrasi trombosit yang akan menyebabkan mikrotrombi serta nekrosis plasenta. Juga sering disertai penurunan kadar protein C dan fibrinopeprida. Defisiensi faktor XII (Hageman) berhubungan dengan trombosis sistematik araupun plasenter dan telah dilaporkan juga berhubungan dengan abortus berulang pada lebihdari 22 % kasus. Homosistein merupakan asam amino yang dibentuk selama konversi metionin ke sistein. Hiperhomosisteinemi, bisa kongenital

ataupun akuisita, berhubungan dengan trombosis dan penyakit vaskular dini. Kondisi ini berhubungan dengan 2l % aborus beruiang. Gen pembawa akan diturunkan secara autosom resesif. Bentuk terbanyak yang didapat adalah defisiensi folat. Pada pasien ini, penambahan folat akan mengembalikan kadar homosistein normal dalam beberapa hari.

2.4 KLASIFIKASI Menurut terjadinya dibedakan atas: 1. Abortus spontan. 2. Abortus provokatus Abortus ini terbagi lagi menjadi : Abortus medisinalis Abortus kriminalis

Menurut gambaran klinis, dibedakan atas: 1. Abortus membakat (imminens) 2. Abortus insipiens 3. Abortus inkomplit (keguguran yang tersisa) 4. Abortus habitualis (keguguran berulang) 5. Abortus infeksiosa 6. Abortus septik 7. Missed abortion.

Abortus spontan yaitu abortus yang terjadi dengan sendirinya tanpa disengaja atau dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis atau medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktorfaktor alamiah

Abortus provokatus adalah abortus yang disengaja dengan atau tanpa indikasi medis, baik dengan memakai obat-obatan maupun dengan alat-alat. Abortus ini terbagi lagi menjadi: a. Abortus medisinalis (abortus therapeutica) yaitu abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli. b. Abortus kriminalis yaitu abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis dan biasanya dilakukan secara sembunyi-sembunyi

10

Abortus Iminens Definisi abortus tingkat permulaan dan merupakan ancaman terjadinya abortus,

Tanda dan gejala : o Mulas o Perdarahan pervaginam sedikit - sedang o Ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik o Besarnya uterus sama dengan usia kehamilan o Planotest +

Abortus insipiens Definisi Abortus yang sedang berlangsung dan mengancam pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Tanda dan gejala : Mulas Perdarahan pervaginam sedang banyak Ostium uteri sudah membuka akan tetapi hasil konsepsi masih dalam kavum uteri dan dalam proses pengeluaran Besarnya uterus sesuai dengan umur kehamilan Planotest + / -

11

Abortus inkomplit Definisi Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan masih ada yang tertinggal pada kehamilan kurang dari 20minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.

Tanda dan gejala : Perdarahan sedikit banyak tergantung pada jaringan yang tersisa kanalis servikalis masihterbuka dan teraba jaringan dalam kavum uteri atau menonjol pada ostium uteri eksternum .Besar uterus lebih kecil dari usia dengan usia kehamilan Planotest

Abortus komplit Definisi Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari karum uteri pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Tanda dan gejala Perdarahan sedikit atau tidak ada Semua hasil konsepsi telah dikeluarkan Ostium uteri telah menutup Uterus sudah mengecil , besar uterus tidak sesuai dengan umur kehamilan. Planotest

12

Abortus habitualis Definisi Abortus habitualis ialah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut turut. Penyebab Salah satu penyebab yang sering dijumpai ialah inkompetensia serviks yaitu keadaan di mana serviks uterus tidak dapat menerima beban untuk tetap bertahan menutup setelah kehamilan melewati trimester pertama, di mana ostium serviks akan membuka (inkompeten) tanpa disertai rasa mules/kontraksi rahim dan akhirnya terjadi pengeluaran janin. Kelainan ini sering disebabkan oleh trauma serviks pada kehamilan sebelumnya, misalnya pada tindakan usaha pembukaan serviks yang berlebihan, robekan serviks yang luas sehingga diameter kanalis servikalis sudah melebar. Diagnosis inkompetensia serviks tidak sulit dengan anamnesis yang cermat. Dengan pemeriksaan dalam/inspekulo kita bisa menilai diameter kanalis servikalis dan didapati selaput ketuban yang mulai menonjol pada saat mulai memasuki trimester kedua. Diameter ini melebihi 8 mm.

Abortus infeksiosa , Abortus septik Abortus infeksiosus ialah abortus yang disertai infeksi pada alat genitalia. Abortus septik ialah abortus yang disertai penyebaran infeksi pada peredaran darah tubuh atau peritoneum (septikemia atau peritonitis). Keiadian ini merupakan salah satu komplikasi tindakan abortus yang paling sering terjadi apalagi bila dilakukan kurang memperhatikan asepsis dan antisepsis.

13

Tanda dan gejala : Panas tinggi, tampak sakit dan lelah, takikardia, perdarahan pervaginam yang berbau, uterus yang membesar dan lembut, nyeri tekan. Pada laboratorium didapatkan tanda infeksi dengan leukositosis.

Missed abortion Definisi Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus telah meninggal dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi seluruhnya masih tertahan dalam kandungan.

Tanda dan gejala Penderita rnissed abortion biasanya tidak merasakan keluhan apa pun kecuali merasakan pertumbuhan kehamilannya tidak seperti yang diharapkan. Bila kehamilan di atas 14 minggu sampai 20 minggu penderita justru merasakan rahimnya semakin mengecil dengan tanda-tanda kehamilan sekunder pada payudara mulai menghilang. Kadangkala missed abortion juga diawali dengan abortus iminens yang kemudian merasa sembuh, tetapi pertumbuhan janin terhenti. Pada pemeriksaan tes urin kehamilan biasanya negatif setelah satu minggu dari terhentinya pertumbuhan kehamilan. Pada pemeriksaan USG akan didapatkan uterus yang mengecil, kantong gestasi yang mengecil, dan bentuknya tidak beraturan disertai gambaran fetus yang tidak ada tanda-tanda kehidupan. Bila missed abortion berlangsung lebih dari 4 minggu harus diperhatikan kemungkinan terjadinya gangguan penjendalan darah oleh karena hipofibrinogenemia sehingga perlu diperiksa koagulasi sebelum tindakan evakuasi dan kuretase 2.5 MANIFESTASI KLINIS 1. Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu. 2. Pada pemeriksaan fisik : Keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat. 3. Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi 4. Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simfisis, sering disertai nyeri pinggang akibat kontraksi uterus 5. Pemeriksaan ginekologi :
14

a. Inspeksi vulva : perdarahan pervaginam ada / tidak jaringan hasil konsepsi, tercium/tidak bau busuk dari vulva b. Inspekulo : perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup, ada/tidak jaringan keluar dari ostium, ada/tidak cairan atau jaringan berbau busuk dario ostium. c. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio dogoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, kavum Douglasi, tidak menonjol dan tidak nyeri.

2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG


a. b.

Tes kehamilan :Planotest Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup

2.7 KOMPLIKASI 1) Anemia oleh karena perdarahan 2) Perforasi karena tindakan kuretase 3) Infeksi : Abortus infeksi dan sepsis 4) Syok hipovolemi 2.8 DIAGNOSA BANDING 1. Kehamilan ektopik 2. Hipermenorrheae 3. Mola hidatidosa 4. Mioma uteri bertangkai \2.9 PENATALAKSANAAN Abortus imminen 1) Istirahat tirah baring 2) Tokolitik : isoxuprine tiap 8 jam 3) Preparat progesterone 2-3x 1 tablet setiap 8-12 jam 4) Antiprostaglandin 500mg setiap 8 jam Abortus insipiens 1) Kuret atau drip oxytocin bila kehamilan lebih dari 12 minggu di lanjutkan 2) Methylergomethrine maleat 1 tablet setiap 8 jam selama 5 hari
15

3) Amoxycilline 500 mg setiap 6 jam selama 5 hari Abortus inkomplit 1) Memperbaiki keadaan umum 2) Kosongkan isi uterus untuk menghentikan perdarahan 3) Jika hamil > 12 minggu : Methylergomethrine maleat 1 tablet setiap 8 jam selama 5 hari 4) Cegah infeksi : Amoxycilline 500 mg setiap 6 jam selama 5 hari Abortus komplit Pengelolaan penderita tidak memerlukan tindakan khusus ataupun pengobatan. Biasanya hanya diberi roboransia atau hematenik bila keadaan pasien memerlukan. Uterotonika tidak perlu diberikan.

Missed abortion MRS : 1. Mengeluarkan jaringan nekrosis 2. Pemeriksaan faal hemostasis 3. Kehamilan < 12 minggu : langsung kuretase 4. Kehamilan > 12 minggu : Misoprostol 1 tablet / intravaginal / tiap 6 jam / hari dilanjutkan dengan drip oxytocin dan kuretase 5. Disarankan untuk monitoring fibrinogen serum

Abortus infeksi 1. Perbaiki keadaan umum : infuse , transfuse 2. Antipiretik : xylomidon 2cc i.m 3. Antibiotic dosis tinggi : ampicillin 1 gr i.v tiap 8 jam / hari selama 3-5 hari 4. Kuretase setelah 3-5 jam Abortus septic MRS : First line : - ampicillin 1 gr i.v tiap 6 jam - gentamycin 80 mg i.m tiap 12 jam - metronidazole 1 gr rek.sup tiap 8 jam Ditambah pengobatan suportip oksigen , pemasangan CVP dan lain-lain 12-14 jam kemudian dilakukan kuretase, observasi selama 12 jam lagi. Bila keadaan tidak membaik, berikan obat secondline (sefalosporine generasi III). Bila 12 jam berikutnya keadaan tidak membaik, dilakukan TAH + BSO

16

2.10 PROGNOSIS Pada kehamilan kurang dari 6 minggu, villi korealis belum menembus desidua secara dalam, jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu, janin dikeluarkan lebih dahulu daripada plasenta. Hasil konsepsi keluar dalam berbagai bentuk, seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tak jelas bentuknya (blighted ovum) janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.

17

DAFTAR PUSTAKA 1.Prawirohardjo, Sarwono, Prof.DR.Dr.SpOG ; Ilmu kebidanan, Edisi 4 Cetakan ke 2 ; editor ketua Hanifa Wiknjosastro, Trijatmo Rachimhadhi: editor Abdul Bari Saifuddin;Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta 2009. 2. Prawirohardjo, Sarwono, Prof.DR.Dr.SpOG ; Ilmu Bedah kebidanan, Edisi 1 Cetakan ke 8 ; editor ketua Hanifa Wiknjosastro, Trijatmo Rachimhadhi: editor Abdul Bari Saifuddin;Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta 2010. 3. Mochtar Rustam, Prof. Dr ; Sinopsis Obstetri, Edisi 2 ; editor Lutan Delfi ; ECG : 1998 4. http://eaboruunconk.blogspot.com/2012/01/abortus-iminens.html
5. http://ichiekiky.blogspot.com/2012/02/makalah-abortus.html 6. http://infobidannia.wordpress.com/2011/05/23/macam-macam-abortus-dan-cara-

penanganannya/
7. http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/27/perdarahan-pada-kehamilan-muda/

18

Vous aimerez peut-être aussi