Vous êtes sur la page 1sur 13

PENDAHULUAN Batu saluran kemih adalah terbentuknya batu di dalam saluran kemih.

(bisa di ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra). Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungan dengan gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik).

PEMBAHASAN DEFINISI Batu saluran kemih adalah terbentuknya batu di dalam saluran kemih. (bisa di ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra). ETIOLOGI Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih pada seseorang. Faktor-faktor itu adalah faktor intrinsik, yaitu keadaan yang berasal dari tubuh seseorang dan faktor ekstrinsik, yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan sekitarnya. Faktor intrinsik itu antara lain adalah : 1. Herediter (keturunan) : penyakit ini diduga diturunkan dari orang tuanya 2. Umur : paling sering ditemukan pada usia 30-50 tahun 3. Jenis kelamin : laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan pasien perempuan. Beberapa faktor ekstrinsik diantaranya adalah : 1. Geografi : pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang lebih tinggi dari daerah lain, sehingga disebut sebagai Stone Belt 2. Iklim dan temperatur 3. Asupan air : kurangnya asupan air dan tingginya kadar kalsium pada air yang dikonsumsi, dapat meningkat insiden batu saluran kemih 4. Diet : diet banyak purin, oksalat, dan kalsium mempermudah terjadinya penyakit batu saluran kemih 5. Pekerjaan : sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau kurang aktivitas Batu saluran kemih juga dapat terbentuk pada usia lanjut yang disebut batu sekunder karena terjadi sebagai akibat adanya gangguan aliran air kemih, misal karena hiperplasia prostat Pada kebanyakan penderita batu kemih tidak ditemukan penyebab yang jelas. Faktor predisposisi berupa stasism infeksi dan benda asing. Misal, batu fosfat amonium magnesium, didapatkan pada infeksi kronik yang disebabkan oleh bakteria yang menghasilkan urease

sehingga urin menjadi alkali akibat pemecahan ureum. Infeksi, stasis, dan litiasis merupakan faktor yang saling memperkuat sehingga terbentuk lingkaran setan. Jaringan abnormal atau mati seperti pada nefrosis papila dan benda asing mudah menjadi nidus dan inti batu. Batu idiopatik disebabkan berbagai faktor, misal batu urat pada anak di negara sedang berkembang. Faktor yang memegang peranan ialah dehidrasi dan gastroenteritis. Faktor ini menyebabkan oligouria dengan urin yang mengandung asam tinggi urin dan ikatan kimia lain. Faktor lain adalah imobilisasi lama pada penderita cedera dengan fraktur multipel atau paraplegia yang menyebabkan kalsifikasi tulang dengan peningkatan ekskresi kalsium dan stasis sehingga presipitasi batu mudah terjadi. Pada sebagian kecil penderita batu kemih didapat kelainan kausal yang menyebabkan ekskresi berlebihan bahan dasar batu seperti terjadi pada hiperparatiroidisme, hiperoksaluria, artritis urika (terbentuk karena pH urin rendah), hiperkalsiuria, dan sistinuria. PATOGENESIS (proses terbentuknya batu saluran kemih) Secara teoritis batu dapat terbentuk di seluruh kemih terutama pada tempat-tempat yang sering mengalami hambatan aliran urin, yaitu sistem kalises ginjal atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan pada pelvikalise (stenosis uretro-pelvis), divertikel, obstruksi infravesika kronis seperti pada BPH, striktur, dan buli-buli neurogenik merupakan keadaankeadaan yang memudahkan terjadinya pembentukan batu. Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan organik maupun anorganik yang terlarut di dalam urine. Kristal-kristal tersebut tetap dalam keadaan metastable (tetap terlarut) dalam urine jika tidak ada keadaan tertentu yang menyebabkan terjadinya presipitasi kristal. Kristal-kristal yang saling mengadakan presipitasi membentuk inti batu (nukleasi) yang kemudian akan mengadakan agregasi, dan menarik bahan-bahan lain sehingga menjadi kristal yang lebih besar. Namun agregat kristal masih rapuh dan belum cukup membuntu saluran kemih. Pada suatu saat agregar kristal akan menempel pada epitel saluran kemih, dan dari sini bahan-bahan lain diendapkan pada agregat tersebut sehingga membentuk batu yang cukup besar untuk menyambut saluran kemih. Kondisi metastable dipengaruhi oleh suhu, pH larutan, adanya koloid di dalam urine, konsentrasi solut dalam urine, laju aliran urine, atau adanya korpus alienum di dalam saluran kemih yang bertindak sebagai inti batu.

GEJALA KLINIS dan TANDA Tanda dan gejala batu saluran kemih ditentukan oleh letaknya, besarnya, dan morfologinya. Namun, penyakit ini mempunyai tanda umum, yaitu hematuria, baik secara makroskopik maupun mikroskopik. Bila disertai infeksi saluran kemih, dapat ditemukan kelainan endapan urin, bahkan mungkin demam atau tanda sistemik lain. Batu pelvis ginjal Batu pielum didapatkan dalam bentuk sederhana sehingga hanya menempati bagian pelvis, tetapi dapat tumbuh mengikuri bentuk susunan pelviokaliks sehingga menyerupai tanduk rusa. Umumnya gejala batu saluran kemih merupakan akibat obstruksi aliran kemih dan infeksi. Nyeri dikeluhkan di daerah pinggang dapat berupa pegal hingga kolik yang terus menerus dan hebat karena adanya pionefrosis. Pada pemeriksaan fisik kelainan mungkin tidak nampak, sampai mungkin terabanya ginjal akibat dari hidronefrosis. Nyeri dapat berupa nyeri ketok pada daerah arkus aorta pada sisi ginjal yang terkena. Batu ureter Anatomi dari ureter mempunyai beberapa tempat penyempitan yang memnungkinkan batu ureter terhenti. Karena adanya peristaltik, akan terjadi gejala kolik, yaitu nyeri yang hilang timbul disertai perasaan mual dengan ataupun tanpa muntah dengan nyeri alih khas. Batu ureter bisa turun menjadi batu kandung kemih sehingga bisa menjadi nidus batu kandung kemih yang besar. Batu bisa menetap dan menjadi kronik sehingga menyebabkan hidroureter. Dapat menimbulkan gambaran infeksi umum bila keadaan obstruksi berlangsung terus menerus, lanjutan dari kelainan yang terjadi dapat berupa hidronefrosis dengan atau tanpa pielonefritis. Batu kandung kemih Batu akan menghalangi aliran kencing karena penutupan leher kandung kemih, aliran mula-mula lancar secara tiba-tiba berhenti dan menetes disertai rasa nyeri. Bila pada saat sakit tersebut penderita mengubah posisi, suatu saat air kemih akan dapat keluar karena ketak batu yang pindah. Bila selanjutnya terjadi infeksi yang sekunder, selain nyeri, sewaktu miksi juga akan terdapat nyeri menetap suprapubik.

Batu prostat Umumnya berasal dari batu kandung kemih yang secara retrograd terdorong ke dalam saluran prostat dan mengendap yang akhirnya menjadi batu yang kecil. Pada umumnya batu ini tidak menimbulkan keluhan dan tidak menyebabkan gangguan pasase. Batu uretra Umumnya berasal dari ureter atau kadung kemih yang terbawa sewaktu miksi ke uretra, tetapi menyangkut di daerah yang agak lebar. Tempat yang agak lebar ini adalah pars prostatika, bagian permulaan pars bulbosa, dan di fosa navikulare. Bukan tidak mungkin ditemukan di tempat lain. Gejala yang timbul umumnya miksi yang tiba-tiba berhenti,menjado menetes dan nyeri. Penyulit dapat berupa terjadinya divertikulum, abses, fistel proksimal, dan uremia karena obstruksi urin. KOMPOSISI BATU Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur : kalsium oksalat atau kalsium fosfat, asam urat, magnesium amonium fosfat, xantin, dan sistin, silikat, dan senyawa lainnya. Data mengenai komposisi zat yang terdapat pada batu sangat penting untuk usaha pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya batu residif. Batu kalsium Paling banyak dijumpai, kurang lebih 70-80 % dari seluruh batu saluran kemih. Kandungan batu ini terdiri atas kalsium okalat, kalsium fosfat, atau campuran. Faktor terjadinya batu kalsium adalah : 1. Hiperkalsiuria : Kadar kalsium dalam urine lebih besar dari 250-300 mg/ 24 jam. M enurut Pak (1976) terdapat 3 macam terjadinya hiperkalsiuri, antara lain : Hiperkalsiuri absobtif yang terjadi adanya peningkatan absorbsi kalsium melalui usus Hiperkalsiuri renal karena adanya gangguan kemampuan rearbsorbsi kalsium melalui tubulus ginjal Hiperkalsiuri resorptif kareana terjadi peningkatan resorpsi kalsium tulang, yang banyak terjadi pada hiperparatiroidisme primer atau pada tumor paratiroid. 2. Hiperoksaluri : ekskresi oksalat urine melebihi 45 gr per hari. Keadaan ini banyak dijumpai pada pasien yang mengalami gangguan pada usus sehabis menjadi pembedahan usus dan pasien yang banyak mengonsumsi makanan yang kaya akan oksalat, diantaranya teh, kopi instan, soft drink, kokoa, arbei, dan sayuran berwarna hijau misal bayam.
5

3. Hiperurikosuria : kadar asam urat di dalam urine yang melebihi 850mg/24 jam. Asam urat yang berlebihan dalam urine bertindak sebagai inti batu/nidus untuk terbentuknya batu kalsium oksalat. Sumber asam urat berasal dari makanan yang mengandung banyak purin maupun berasal dari metabolisme endogen. Batu Struvit Disebut juga batu infeksi, karena batu ini terbentuk karena adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah kuman golongan pemecah urea yang dapat menghasilkan enzim urease dan merubah urine menjadi bersuasana basa. Kuman yang termasuk pemecah urea adalah Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Psudomonas, dan Stafilokokus. Suasana basa ini yang memudahkan garam-garam magnesium, amonium, fosfat, dan karbonat membentuk batu magnesium amonium fosfat (MAP) dan karbonat apatit. Batu Asam Urat Batu ini merupakan 10% dari seluruh baru saluran kemih. Penyakit batu asam urat banyak diderita oleh pasien-pasien penyakit gout, penyakit mieloproliperatif, pasien yang mendapat terapi kanker, dan banyak menggunakan obat urikosurik (sulfinpirazonel, thiaside, dan salisilat). Kegemukan, peminum alkohol, dan diet tinggi protein mempunyai peluang lebih besar untuk mendapatkan penyakit ini. Pada manusia, asam urat diekskresikan ke dalam urine dalam bentuk asam urat bebas dan garam urat yang lebih sering berkaitan dengan natrium membentuk natrium urat. Natrium urat lebih mudah larut air dibanding asam urat bebas, sehingga tidak mengadakan kristalisasi di dalam urine. Faktor yang menyebabkan terbentuknya batu asam urat adalah urine yang terlalu asam (ph <6), volume urine yang jumlahnya sedikit (<2 liter/ hari ) atau dehidrasi, hiperurikosuri atau kadar asam urat yang tinggi. Batu asam urat bentuknya halus dan bulat sehingga sering keluar spontan, tidak seperti batu jenis kalsium yang bentuknya bergerigi. Batu asam urat murni bersifat radiolusen, sehingga pada pemeriksaan IVU tampak sebagai bayangan filling defect pada saluran kemih sehingga harus dibedakan dengan bekuan darah, bentukan ginjal yang nekrosis, tumor. Pada pemeriksaan USG memberikan gambaran bayangan akustik (accoustic shadowing). Untuk mencegah timbulnya batu asam urat setelah terapi adalah minum banyak, mempertahankan pH urine diantara 6,5-7, dan mencegah terjadinya hiperurisemia. Dijaga supaya produksi urine tidak kurang dari 1500-2000 mL / hari. Harus dimonitor secara
6

berkala, dan jika terjadi hiperurisemia harus diterapi dengan obat-obatan xantin oksidase di antaranya Allopurinol. Batu jenis lain Batu sistin, xantin, triamteren, dan batu silikat jarang sekali dijumpai. Batu sistin didapatkan karena kelainan metabolisme sistin, yaitu kelainan dalam absorbsi sistin di mukosa usus. Demikian juga batu xantin yang terbentuk karena penyakit bawaan berupa defisiensi enzim xantin oksidase. Pemakaian antasida yang mengandung silikat (magnesium silikat atau aluminometilsalisilat) yang berlebihan dalam jangka waktu lama daoat menimbulkan batu silikat. GAMBARAN KLINIS Keluhan yang paling sering dirasakan adalah nyeri pada pinggang. Nyeri bisa berupa nyeri kolik ataupun bukan kolik. Nyeri kolik karena aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises ataupun ureter meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan batu dari saluran kemih. Nyeri non kolik terjadi akibat peregangan dari kapsul ginjal karena hidronefrosis atau infeksi pada ginjal. Batu yang terletak di distal ureter dirasakan pasien sebagai nyeri pada saat kencing atau sering kencing. Hematuria sering dikeluhkan pasien akibat trauma pada mukosa saluran kemih yang disebabkan oleh batu. Jika demam patut dicurigai sebagai urosepsis dan ini merupakan kedaruratan di bidang urologi. Dalam hal ini harus cepat ditentukan letak kelainan anatomik pada saluran kemih yang mendasari timbulnya urosepsis dan segera dilakukan terapi berupa drainase dan pemberian antibiotika. Pada pemeriksaan fisik ditemukan nyeri ketok pada daerah kostovertebra, teraba ginjal pada sisi sakit akibat hidronefrosis, terlihat tanda-tanda gagal ginjal, retensi urine, dan jika disertai infeksi didapatkan demam/menggigil. Pemeriksaan sedimen urine ditemukan adanya leukosituria, hematuria, dan dijumpai kristal-kristal pembentuk batu. Pemeriksaan kultur urine mungkin menunjukkan ada nya bakteri pemecah urea. Pemeriksaan faal ginjal bertujuan mencari kemungkinan terjadinya penurunan faal ginjal dan sebagai persiapan pasien menjalani pemeriksaan foto IVU. Perlu juga diperiksa kadar elektrolit yang diduga sebagai faktor penyebab timbulnya batu saluran kemih (kadar kalsium, oksalat, fosfat maupun asam urat di dalam darah maupun di urine)

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Selain pemeriksaan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk menegakkan diagnosis, penyakit batu perlu ditunjang dengan pemeriksaan radiologik dan laboratorium, dan penunjang lainnya untuk menentukan adanya obstruksi saluran kemih, infeksi dan gangguan faal ginjal. Secara radiologik, batu dapat radiopak dan radiolusen. Yang radiolusen umumnya ada;ah dari jenis asam urat murni. Pada radiopak pemeriksaan dengan foto polos sudah cukup untuk menduga adanya batu saluran kemih bila foto diambil dua arah. Selain foto polos, perlu juga foto pielografi intravena. Pada batu yang radiolusen, foto dengan bantuan kontras akan menyebabkan terdapatnya defek pengisian pada tempat batu sehingga memberi gambaran kosong pada daerah batu. Yang menyulitkan adalah bila ginjal yang mengandung batu tidak berfungsi lagi sehingga kontras tidak muncul. Dalam hal seperti ini, perlu dilanjutkan dengan pielografi retrograd yang dilaksanakan pemasangan kateter ureter melalui sistokop pada ureter ginjal yang tidak dapat berfungsi untuk memasukkan kontras. Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk mencari kelainan kemih yang dapat menunjang adanya batu di saluran kemih, menentukan fungsi ginjal, dan menentukan sebab terjadinya batu. Pemeriksaan USG dapat untuk melihat semua jenis batu, baik radiolusen maupun yang radiopak. Selain itu, dapat ditentukan ruang dan lumen saluran kemih. Dapat juga dipakai selama tindakan pembedahan untuk mencegah tertinggalnya batu. DIAGNOSIS BANDING Jika dicurigai terjadi kolik ureter maupun ginjal, khususnya yang kanan, perlu dipertimbangkan kemungkinan kolik saluran cerna, kandung empedu, atau appendisitis akut. Selain itu pada perempuan perlu dipertimbangkan kemungkinan adneksitis. Bila terjadi hematuria, perlu dipertimbangkan kemungkinan keganasan apalagi bila hematuria terjadi tanpa nyeri. Selain itu, perlu juga diingat bahwa batu saluran kemih yang bertahun-tahun dapat menyebabkan terjadinya tumor yang umumnya karsinoma epidermoid, akibat rangsangan dan inflamasi. Khusus untuk batu ginjal dengan hidronefrosis, perlu dipertimbangkan kemungkinan tumor ginjal mulai dari jenis ginjal polikistik hingga tumor Grawitz. Pada batu ureter, terutama dari jenis yang radiolusen, apalagi bila disertai dengan hematuria yang tidak disertai dengan kolik, perlu dipertimbangan kemungkinan tumor ureter walaupun tumor ini jarang ditemukan. Dugaan batu saluran kemih juga perlu dibandingkan dengan kemungkinan tumor kandung kemih, terutama bila batu bersifat radiolusen. Batu prostat biasanya tidak sukar
8

didiagnosis karena gambaran radiologiknya yang khas, yang kecil seperti kumpulan pasir di daerah prostat. Akan tetapi, pada pemeriksaan colok dubur dapat memberi kesan adanya keganasan, terutama bila terdapat batu yang cukup banyak sehingga teraba seperti karsinoma prostat. Dalam keadaan yang tidak pasti itu perlu dilakukan biopsi prostat. PENYULIT / KOMPLIKASI Komplikasi batu saluran kemih biasanya obstruksi, infeksi sekunder, dan iritasi yang berkepanjangan pada urotelium yang dapat menyebabkan tumbuhnya keganasan yang sering berupa karsinoma epidermoid. Sebagai akibat obstruksi, khususnya di ginjal atau ureter, dapat terjadi hidronefrosis dan kemudian berkelanjutan dengan atau tanpa pionefrosis yang berakhir dengan kegagalan faal ginjal yang terkena. Bila terjadi pada kedua ginjal, akan timbul uremia karena gagal ginjal total. Khusus pada batu uretra, dapat terjadi divertukulum uretra. Bila obstruksi berlangsugn lama, dapat terjadi ekstravasasi kemih dan terbentuklah fistula yang terletak proksimal dari batu ureter. PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan batu saluran kemih harus tuntas sehingga bukan hanya mengeluarkan batu saja, tetapi disertai terapi penyembuhan penyakit batu atau paling sedikit disertai dengan terapi pencegahan. Hal ini karena batu merupakan gejala penyakit batu sehingga pengeluaran batu dengan cara apapun bukanlah suatu terapi yang sempurna. Selanjutnya, perlu juga diketahui bahwa pengeluaran batu baru diperlukan bila menyebabkan gangguan pada saluran air kemih. Bila batu ternyata tidak memberi gangguan fungsi ginjal, batu tersebut tidak perlu diangkat, diharapkan batu dapat keluar sendiri. Penanganannya dapat berupa terapi medis dan simptomatik atau dengan bahan pelarut. Dapat pula dengan pembedahan atau dengan tindakan yang kurang invasif, misalnya nefrostomi perkutan, atau tanpa pembedahan sama sekali secara gelombang kejut. Terapi medis dan simptomatik Terapi medis BSK berusaha mengeluarkan batu atau melarutkan batu. Pengobatan simtomatik mengusahakan agar nyeri, khususnya kolik yang terjadi, menghilang dengan pemberian simpatolitik. Dapat diberi saran minum berlebihan ataupun diberi diuretik, diharapkan batu keluar dengan sendirinya.

Pelarutan Jenis batu yang dapat dilarutkan adalah batu asam urat. Dengan pemberian natrium bikarbonat disertai makanan alkalis, batu asam urat diharapkan dapat larut. Lebih baik bila dibantu dengan usaha menurunkan kadar asam urat air kemih dan darah dengan bantuan allopurinol. Batu struvit tidak dapat dilarutkan tetapi dapat dicegah pembesarannya bila diberikan pengobatan dengan pengasaman kemih dan pemberian antiurease. Litotripsi Untuk batu kandung kemih, batu dipecahkan memakai litotriptor secar mekanis melalui sistoskop atau dengan memakai gelombang elektrihidrolik atau ultrasonik. Untuk batu ureter, digunakan ureteroskop dan batu dapat dihancurkan memakai gelombang ultrasonik, elektrohidrolik, atau sinar laser. Untuk batu ginjal, litotripsi dilakukan dengan bantuan nefroskopi perkutan untuk membawa tranduser melalui sonde ke batu yang ada di ginjal. Cara ini disebut nefrolitotripsi perkutan. ESWL ( Ekstracorporeal shock wave lithotripsy) dapat memecah batu tanpa perlukaan di tubuh sama sekali. Gelombang kejut dialirkan melalui air ke tubuh dan dipusatkan di batu yang akan dipecahkan. Batu akan hancur berkeping-keping dan keluar bersama dengan urine. Kadang diperlukan tindakan tambahan berupa pemasangan kateter. Tindakan ESWL ini tidak akan bermanfaat bila terdapat kelainan saluran kemih, misal stenosis yang akan menghalangi keluarnya batu yang sudah dipecahkan. Pembedahan Terapi pembedahan dilakukan bila tidak tersedia alat litotripsor, ESWL, atau cara non bedah tidak berhasil. Batu ginjal yang terletak di kaliks perlu dilakukan tindakan bedah bila terdapat hidrokaliks. Batu sering dikeluarkan melalui nefrolitotomi yang tidak mudah karena batu biasanya tersembunyi di dalam kaliks. Batu pelvis juga perlu dibedah bila menyebabkam hidronefrosis, infeksi atau menyebabkan nyeri yang hebat. Pada umumnya, batu pelvis yang berbentuk tanduk rusa amat mungkin menyebabkan kerusakan ginjal. Operasi untuk batu pielum disebut pielolitotomi. Ureterolitotomi selalu didasarkan atas gangguan fungsi ginjal, nyeri yang tidak dapat ditoleransi oleh pasien, dan penanganan medis yang tidak berhasil. Batu kandung kemih selalu menyebabkan gangguan miksi yang hebat sehingga perlu dilakukan tindakan. Tidak jarang batu uretra yang ukurannya <1cm dapat keluar sendiri atau dengan bantuan
10

pemasangan kateter uretra selama tiga hari ; batu akan terbawa ke luar dengan aliran air kemih yang pertama. Batu uretra harus dikeluarkan melalui tindakan uretratomi eksterna. Komplikasi yang dapat terjadi sebagai akibat operasi ini adalah striktur uretra. Batu prostat pada umunya tidak membutuhkan tindakan bedah.

11

KESIMPULAN Batu saluran kemih adalah terbentuknya batu di dalam saluran kemih. (bisa di ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra). Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungan dengan gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik). Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih pada seseorang. Faktor-faktor itu adalah faktor intrinsik, yaitu keadaan yang berasal dari tubuh seseorang dan faktor ekstrinsik, yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan sekitarnya. Secara teoritis batu dapat terbentuk di seluruh kemih terutama pada tempat-tempat yang sering mengalami hambatan aliran urin, yaitu sistem kalises ginjal atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan pada pelvikalise (stenosis uretro-pelvis), divertikel, obstruksi infravesika kronis seperti pada BPH, striktur, dan buli-buli neurogenik merupakan keadaankeadaan yang memudahkan terjadinya pembentukan batu. Tanda dan gejala batu saluran kemih ditentukan oleh letaknya, besarnya, dan morfologinya. Namun, penyakit ini mempunyai tanda umum, yaitu hematuria, baik secara makroskopik maupun mikroskopik. Bila disertai infeksi saluran kemih, dapat ditemukan kelainan endapan urin, bahkan mungkin demam atau tanda sistemik lain. Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur : kalsium oksalat atau kalsium fosfat, asam urat, magnesium amonium fosfat, xantin, dan sistin, silikat, dan senyawa lainnya. Data mengenai komposisi zat yang terdapat pada batu sangat penting untuk usaha pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya batu residif. Penatalaksanaan batu saluran kemih harus tuntas sehingga bukan hanya mengeluarkan batu saja, tetapi disertai terapi penyembuhan penyakit batu atau paling sedikit disertai dengan terapi pencegahan. Penanganannya dapat berupa terapi medis dan simptomatik atau dengan bahan pelarut. Dapat pula dengan pembedahan atau dengan tindakan yang kurang invasif, misalnya nefrostomi perkutan, atau tanpa pembedahan sama sekali secara gelombang kejut.

12

DAFTAR PUSTAKA Purnomo, Basuki B. 2011. Dasar-dasar Urologi. Jakarta : Sagung Seto Sjamsuhidajat, de Jong.2011. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta : EGC

13

Vous aimerez peut-être aussi