Vous êtes sur la page 1sur 15

Uji Molisch

Uji molisch adalah uji kimia kualitatif untuk mengetahui adanya karbohidrat. Uji Molisch dinamai sesuai penemunya yaitu Hans Molisch, seorang alhi botani dari Australia. Uji ini didasari oleh reaksi dehidrasi karbohidrat oleh asam sulfat membentuk cincin furfural yang berwarna ungu. Reaksi positif ditandai dengan munculnya cincin ungu di purmukaan antara lapisan asam dan lapisan sampel Sampel yang diuji dicampur dengan reagent Molisch, yaitu -naphthol yang terlarut dalam etanol. Setelah pencampuran atau homogenisasi, H2SO4 pekat perlahan-lahan dituangkan melalui dinding tabung reaksi agar tidak sampai bercampur dengan larutan atau hanya membentuk lapisan. Reaksi yang terjadi adalah :

H2SO4 pekat (dapat digantikan asam kuat lainnya) berfungsi untuk menghidrolisis ikatan pada sakarida untuk menghasilkan furfural. Furfural ini kemudian bereaksi dengan reagent Molisch, -naphthol membentuk cincin yang berwarna ungu.

UJI KULAITATIF UNTUK IDENTIFIKASI KARBOHIDRAT A. Tujuan Praktikum Mengetahui cara identifikasi karbohidrat secara kualitatif membuktikan adanya gula pereduksi atau gula inversi membuktikan adanya monosakarida membuktikan adanya gula ketosa hirolisis pati atau amilum B. Dasar Teori

Karbohidrat sangat akrab dengan kehidupan manusia. Karena ia adalah sumber energi utama manusia. Contoh makanan sehari-hari yang mengandung karbohidrat adalah pada tepung, gandum, jagung, beras, kentang, sayur-sayuran dan lain sebagainya. Karbohidrat adalah polihidroksildehida dan keton polihidroksil atau turunannya. selian itu, ia juga disusn oleh dua sampai delapan monosakarida yang dirujuk sebagai oligosakarida. Karbohidrat mempunyai rumus umum Cn(H2O)n. Rumus itu membuat para ahli kimia zaman dahulu menganggap karbohidrat adalah hidrat dari karbon. Penting bagi kita untuk lebih banyak mengetahui tentang karbohidrat beserta reaksi-reaksinya, karena ia sangat penting bagi kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya. Teori yang mendasari percobaan ini adalah penambahan asam organik pekat, misalanya H2SO4 menyebabakan karbohidrat terhidrolisis menjadi monosakarida. Selanjutnya monosakarida jenis pentosa akan mengalami dehidrasi dengan asam tersebut menjadi furfural, semantara golongan heksisosa menjadi hidroksi-multifurfural. Pereaksi molisch yang terdiri dari a-naftol dalam alkohol akan bereaksi dengan furfural tersebut membentuk senyawa kompleks berwarna ungu. Uji ini bukan uji spesifik untuk karbohidrat, walalupun hasil reaksi yang negatif menunjukkan bahwa larutan yang diperiksa tidak mengandung karbohidrat. Warna ungu kemrah-merahan menyatakan reaksi positif, sedangka warna hijau adalah negatif. Untuk kegaitan praktikum kedua, yang mendasari percobaan uji iodium adalah penmabahan iodium pada suatu polisakarida akan menyababkan terbentuknya kompleks adsorpsi berwarna spesifik. Amilum atau pati dengan iodium mengahailkan warna biru, dekstrin menghasilkan warna merah anggur, glikogen dan sebagian pati yang terhidrolisis bereaksi dengn iodium membantuk warna erah coklat. Pada uji benedict, teori yang mendasarinya adalah gula yang mengandung gugus aldehida atau keton bebas akan mereduksi ion Cu2+ dalam suasana alkalis, menjadi Cu+, yang mengendap sebagai Cu2O (kupro oksida) berwarna merah bata. Ion Cu2+ dari pereaksi Barfoed dalam suasana asam akan direduksi lebih cepat oleh gula reduksi monosakarida dari pada disakarida dan menghasilkan Cu2O (kupro oksida) berwarna merah bata. Hal inilah yang mndasari uji Barfoed. Pada uji bial, dasar dari percobaannya adalah dehidrasi pentosa oleh HCl pekat menghasilkan furfural dengan penambahan orsinol (3.5-dihidroksi toluena) akan berkondesasi membentuk senyawa kompleks berwarna biru. Sedangkan dehidrasi fruktosa oleh HCl pekat menghasilkan hidroksimetilfurfural dengan penambahan resorsinol akan megalami kondensasi membentuk senyawa kompleks berwarna merah jingga menjadi dasar dari uji Seliwanoff. Pada uji Osazon, yang mendasarinya adalah pemanasan karbohidrat yang memiliki gugus aldehida atau keton bersama fenilhidrazin berlebihan akan membentuk hidrazon atao osazon. Osazon yang terbentuk mempunyai bentuk kristal dan titik lebur yang spesifik. Osazon dari disakarida larut dalam air mendidih dan terbentuk kembali bila didinginkan, namun sukrosa tidak membentuk osazon karena gugus aldehida dan keton yang terikat pada monomernya sudah tidak bebas., sebaliknya osazon monosakarida tidak larut dalam air mendidih. Sedangkan teori yang mendasari hidrolisis pati dan sukrosa adalah, pati (starch) tau amilum merupakan polisakarida yang terdapat pada sebagian besar tanaman, terbagi menjadi dua fraksi yaitu amilosa dan

amilopektin. Amilosa (kurang lebih 20 %) memilki struktur linier dan dengan iodium memberikan warna biru serta larut dalam air. Fraksi yang tidak larut disebut amilopektin (+- 80 %) dengan struktur bercabang. Dengan penambahan iodium fraksi memberikan warna ungu sampai merah. Patai dalam suasana asam bila dipanaskan akan terhidrolisis menjdi senyawa-senyawa yang lebih sedrhana. Hasil hidrolisis dapat dengan iodium dan menghaislkan warna biru samapi tidak berwarna. Hasil akhir hidrolisis dapat ditegaskan dengan uji Benedict. Sukrosa oleh HCl dalam keadaan panas akan terhirolisis, lalu menghasilkan glukosan dan fruktosa. Hal ini menyebabkan uji Benedict dan uji Seliwanoff yang sebelum hidrolisis memberikan hasil negatif menjadi positif. Uji Barfoed menjadi positif pula dan menunjukkan bahwa hidrolisis sukrosa menghasilakn monosakarida. +HCl Sukrosa ----------- Glukosa + Fruktosa C. Alat dan Bahan Alat: 1.Tabung reaksi Pyrex 2.Rak tabung reaksi 3.Pipet tetes 4.Penjepit tabung reaksi 5.Penangas air 6.Alat pemanas 7.Pipet ukur Bahan: 1.Glukosa, fruktosa, galaktosa, maltosa, laktosa, sukrosa, arabinosa, amilum, air kelapa muda masingmasing dalam larutan 1 %. 2.Pereaksi Molisch 3.H2SO4 pekat 4.Larutan Iodium 5.Pereaksi Benedict 6.Pereaksi Barfoed 7.HCl pekat (37 %) 8.Perekasi Seliwanoff 9.Natrium asetat 10.HNO3 pekat 11.HCl 2 N 12.NaOH % 13.Kertas lakmus D. Prosedur Kerja Uji Molisch

Masukkan ke dalam tabung reaksi + Pereaksi Molisch 3 tetes + H2SO4 pekat beberapa tetes

Uji Benedict Masukan ke dalam tabung reaksi + Pereaksi Benedict 15 tetes Kocok Masukkan ke dalam penangas air mendidih selama 5 menit Dinginkan perlahan-lahan

Uji Iodium

Uji Barfoed

Masukan ke dalam tabung reaksi + 5 mL pereaksi Barfoed Masukkan dalam penangas air Uji Seliwanoff Masukan ke dalam tabung reaksi + 10 tetes pereaksi Seliwanoff Masukkan dalam penangas air selama 1 menit E. Hasil Pengamatan Uji Molisch No. Zat Uji Hasil Uji Molisch Karbohidrat (+/-) 1. Glukosa 1% Terbentuk cincin berwarna ungu

+ 2. Fruktosa 1 % Terbentuk cincin berwarna ungu + 3. Galaktosa 1 % Terbentuk cincin berwarna ungu + 4. Maltosa 1 % Terbentuk cincin berwarna ungu + 5. Laktosa 1 % Terbentuk cincin berwarna ungu + 6. Sukrosa 1 % Terbentuk cincin berwarna ungu + 7. Arabinosa 1 % Terbentuk cincin berwarna ungu + 8. Amilum 1 % Terbentuk cincin berwarna ungu + 9. Air Kelapa Muda Terbentuk cincin berwarna ungu +

Uji Benedict No. Zat Uji Hasil Uji Benedict Gula Reduksi (+/-)

1. Glukosa 1% Terbentuk endapan kuning + 2. Fruktosa 1 % Terbentuk endapan kuning + 3. Galaktosa 1 % Terbentuk endapan kuning + 4. Maltosa 1 % Terbentuk endapan kuning + 5. Laktosa 1 % Terbentuk endapan kuning kecoklatan + 6. Sukrosa 1 % Terbentuk edapan kuning kecoklatan + 7. Arabinosa 1 % Terbentuk endapan merah bata + 8. Amilum 1 % Tidak terbentuk endapan 9. Air Kelapa Muda Terbentuk endapan kuning kecoklatan + Uji Iodium No. Zat Uji Hasil Uji Iodium Hidrolisis(+/-)

1. Amilum 1 % + air + iodin Warna bening ada endapan hitam dan berubah menjadi kuning kehijauan + 2. Amilum 1 % + HCl + iodin Waran larutan hijau berubah menjadi biru-hijau dan terbebtuk endapan hitam + 3. Amilum 1 % + NaOH + iodin Warna larutan bening Uji Barfoed No. Zat Uji Hasil Uji Barfoed Monosakarida (+/-) 1. Glukosa 1% tidak terbentuk endapan 2. Fruktosa 1 % tidak terbentuk endapan 3. Galaktosa 1 % tidak terbentuk endapan 4. Maltosa 1 % tidak terbentuk endapan 5. Laktosa 1 % tidak terbentuk endapan 6. Sukrosa 1 % tidak terbentuk endapan 7.

Arabinosa 1 % tidak terbentuk endapan 8. Amilum 1 % tidak terbentuk endapan 9. Air Kelapa Muda tidak terbentuk endapan -

Uji Seliwanoff No. Zat Uji Hasil Uji Seliwanoff Ketosa(+/-) 10. Glukosa 1% Warna kekuning-kuningan 11. Fruktosa 1 % Warna merah bata + 12. Galaktosa 1 % bening 13. Maltosa 1 % bening 14. Laktosa 1 % Warna kekuning-kuningan 15. Sukrosa 1 % Warna merah bata +

16. Arabinosa 1 % Warna kekuning-kuningan 17. Amilum 1 % Warna kekuning-kuningan 18. Air Kelapa Muda Warna merah bata F. Pembahasan Pada praktikum ini membahas mengenai uji kualitatif karbohidrat diantaranya yaitu uji molisch, benedict, iodium, barfoed dan seliwanoff. Masing-masing uji kualitatif karbohidrat dapat dijelaskan berikut ini. 1. Uji Molisch Uji Molisch digunakan untuk menidentifikasi apakah suatu zat mengandung karbohidrat. Uji ini dilakukan dengan menambahkan dua tetes pereaksi molisch pada larutan uji dan ditambahkan H2SO4 pekat perlahan-lahan pada dinding tabung sampai terbentuk cincin berwarna ungu. Apabila suatu larutan uji menunjukkan adanya cincin berwarna ungu, maka larutan uji tersebut positif mengandung karbohidrat. Pereaksi molisch yang terdiri dari a-naftol dalam alkohol akan bereaksi dengan furfural tersebut membentuk senyawa kompleks berwarna ungu. Uji ini bukan uji spesifik untuk karbohidrat, walalupun hasil reaksi yang negatif menunjukkan bahwa larutan yang diperiksa tidak mengandung karbohidrat. Warna ungu kemerah-merahan menyatakan reaksi positif, sedangka warna hijau adalah negatif. Pada uji Molisch, semua zat uji adalah termasuk karbohidrat. hal tersebut dapat dilihat pada terbentuknya cincin berwarna ungu. Reaksi yang berlangsung adalah sebagai berikut : HO CH2OHHCOHHCOHHCOHC=O + H2SO4 CH + OH Pentosa Furfural -naftol

H CH2OHHCOHHCOHHCOHHCOHC=O + H2SO4 Heksosa O

H2C CH + OH OH 5-hidroksimetil furfural -naftol

Rumus dari cincin ungu yang terbentuk adalah sebagai berikut: O

__SO3H H2C C OH

Cincin ungu senyawa kompleks 2. Uji Benedict Uji Benedict digunakan untuk mendeteksi zat uji mengandung gula pereduksi atau gula invers. Pereaksi benedict terdiri dari kupri sulfat, natrium sitrat, dan natrium karbonat. Ke dalam 5 ml pereaksi dalam tabung reaksi ditambahkan 8 tetes larutan contoh, kemudian tabung reaksi ditempatkan dalam air mendidih selama 5 menit. Timbulnya endapan warna hijau , kuning, atau merah orange menunjukkan adanya gula pereduksi. Pada uji benedict, teori yang mendarsarinya adalah gula yang mengandung gugus aldehida atau keton bebas akan mereduksi ion Cu2+ dalam suasana alkalis, menjadi Cu+, yang mengendap sebagai Cu2O (kupro oksida) berwarna merah bata. Pada uji Benedict, indikator terkandungnya Gula Reduksi adalah dengan terbentuknya endapan berwarna merah bata. hal teresebut dikarenakan terbentuknya hasil reaksi berupa Cu2O. Berikut reaksi yang berlangsung: OO RCH + Cu2+ 2OH- RCOH + Cu2O Gula Pereduksi Endapan Merah Bata Dari hasil uji benedict, larutan uji postif terdapat gula pereduksi adalah glukosa, maltosa, sukrosa, galaktosa, fruktosa, laktosa, arabinosa dan air kelapa muda. Sedangkan yang tidak memiliki gula pereduksi adalah amilum. 3. Uji Iodium Pati (starch) atau amilum merupakan polisakarida yang terdapat pada sebagian besar tanaman, terbagi

menjadi dua fraksi yaitu amilosa dan amilopektin. Amilosa (kurang lebih 20 %) memilki struktur linier dan dengan iodium memberikan warna biru serta larut dalam air. Fraksi yang tidak larut disebut amilopektin (kurang lebih 80 %) dengan struktur bercabang. Dengan penambahan iodium fraksi memberikan warna ungu sampai merah. Pati dalam suasana asam bila dipanaskan akan terhidrolisis menjdi senyawa-senyawa yang lebih sedrhana. Hasil hidrolisis dapat dengan iodium dan menghasilkan warna biru samapi tidak berwarna. Dari hasil uji hidrolisis menggunakan pereaksi iodium hasil positif dihasilkan pada amilum yang dihidrolisis dengan air dan asam (HCl). Dengan ditunjukannya perubahan warna dari bening menjadi biru menunjukkan bahwa amilum dapat terhidrolisis oleh air dan asam menjadi amilosa dan amilopektin. Mungkin juga dengan bantuan panas, amilum bisa terhidrolisis menjadi monosakarida-monosakarida. Tetapi praktikum tidak sampai mengidentifikasi karbohidrat hasil hidrolisis dari amilum. 4. Uji Barfoed Pada uji barfoed untuk mendeteksi karbohidrat yang tergolong monosakarida. Pereaksi barfoed terdiri dari kupri asetat dan asam asetat. Ke dalam 5 ml peraksi dalam tabung reaksi ditambahkan 1 ml larutan contoh, kemudian tabung reaksi ditempatkan dalam air mendidih selama 1 menit. Endapan berwarna merah orange menunjukkan adanya monosakarida dalam contoh. Ion Cu2+ dari pereaksi Barfoed dalam suasana asam akan direduksi lebih cepat oleh gula reduksi monosakarida dari pada disakarida dan menghasilkan Cu2O (kupro oksida) berwarna merah bata. Hal inilah yang mndasari uji Barfoed. Pada uji Barfoed, yang terdeteksi monosakarida membentuk endapan merah bata karena terbentuk hasil Cu2O. berukut reaksinya : OO Cu2+ asetat RCH + RCOH + Cu2O+ CH3COOH n-glukosa E.merah monosakarida bata Pada praktikum ini tidak terdeteksi adanya monosakarida. Kemungkinan adanya pemanasan yang terlalu lama menyebabkan perubahan warna tidak terdeteksi. Menurut Winarno (2004) dalam pengujian monosakarida mengunakan perekaksi Barfoed, setelah dipanaskan selama 1 menit, didiamkan beberapa saat sehingga dapat dilihat perubahan yang terjadi pada larutan uji tersebut. 5. Uji Seliwanoff Pada uji Seliwanof, ketosa terdeteksi pada zat uji Fruktosa dengan terbentuknya warna merah bata; yaitu karena terbentuknya resorsinol. Berikut reaksinya : CH2OH OH O OH OH +HCl H CH2OH H2C CH + kompleks berwarna OH H OH merah bata 5-hidroksimetil furfural resorsinol

Pada hasil uji seliwanoff ketosa terdeteksi pada zat uji fruktosa, sukrosa dan air kelapa muda. G. Kesimpulan 1.Glukosa, fruktosa, galaktosa, maltosa, laktosa, sukrosa, arabinosa, amilum, air kelapa muda masingmasing dalam larutan 1 %. Terbukti positif karbohidrat 2.Glukosa, fruktosa, galaktosa, maltosa, laktosa, sukrosa, arabinosa, air kelapa muda terdapat gula inversi yaitu dengan terbentuknya endapan kuning dan merah bata. 3.Pada uji barfoed tidak teridentifikasi adanya monosakarida. 4.Pada hidrolisis pati (amilum) dapat terhidrolisis dengan air dan asam. 5.Pada Uji Seliwanof, Ketosa terdapat pada fruktosa, sukrosa dan air kelapa muda.

Uji Benedict, Uji Gula Pereduksi (Kualitatif)

Uji benedict adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula (karbohidrat) pereduksi. Gula pereduksi meliputi semua jenis monosakarida dan beberapa disakarida seperti laktosa dan maltosa. Nama Benedict merupakan nama seorang ahli kimia asal Amerika, Stanley Rossiter Benedict (17 Maret 1884-21 Desember 1936). Benedict lahir di Cincinnati dan studi di University of Cincinnati. Setahun kemudian dia pergi ke Yale University untuk mendalami Physiology dan metabolisme di Department of Physiological Chemistry.
Pada uji Benedict, pereaksi ini akan bereaksi dengan gugus aldehid, kecuali aldehid dalam gugus aromatik, dan alpha hidroksi keton. Oleh karena itu, meskipun fruktosa bukanlah gula pereduksi, namun karena memiliki gugus alpha hidroksi keton, maka fruktosa akan berubah menjadi glukosa dan mannosa dalam suasana basa dan memberikan hasil positif dengan pereaksi benedict. Satu liter pereaksi Benedict dapat dibuat dengan menimbang sebanyak 100 gram sodium carbonate anhydrous, 173 gram sodium citrate, dan 17.3 gram copper (II) sulphate pentahydrate, kemudian dilarutkan dengan akuadest sebanyak 1 liter. Untuk mengetahui adanya monosakarida dan disakarida pereduksi dalam makanan, sample makanan dilarutkan dalam air, dan ditambahkan sedikit pereaksi benedict. Dipanaskan dalam waterbath selamaa 4-10 menit. Selama proses ini larutan akan berubah warna menjadi biru (tanpa adanya glukosa), hijau, kuning, orange, merah dan merah bata atau coklat (kandungan glukosa tinggi). Sukrosa (gula pasir) tidak terdeteksi oleh pereaksi Benedict. Sukrosa mengandung dua monosakrida (fruktosa dan glukosa) yang terikat melalui ikatan glikosidic sedemikian rupa sehingga tidak mengandung gugus aldehid bebas dan alpha hidroksi keton. Sukrosa juga tidak bersifat pereduksi. Uji Benedict dapat dilakukan pada urine untuk mengetahui kandungan glukosa. Urine yang mengandung

glukosa dapat menjadi tanda adanya penyakit diabetes. Sekali urine diketahui mengandung gula pereduksi, test lebih jauh mesti dilakukan untuk memastikan jenis gula pereduksi apa yang terdapat dalam urine. Hanya glukosa yang mengindikasikan penyakit diabetes

Uji Benedict dan Uji Iodium


BAB I UJI BENEDICT DAN IODIUM A. Landasan Teori 1. Uji Benedict Larutan Fehling dan larutan Benedict adalah varian dari larutan yang secara ensensial sama. Keduanya mengandung ion-ion tembaga (II) yang dikompleks dalam sebuah larutan basa. Larutan Benedict mengandung ion -ion tembaga (II) yang membentuk kompleks dengan ion -ion sitrat dalam larutan natrium karbonat. Lagi -lagi, pengompleksan ion-ion tembaga (II) dapat mencegah terbentuknya sebuah endapan kali ini endapan tembaga (II) karbon at. Larutan benedict dapat dibuat dengan cara mencampurkan 173 g natrium sitrat dan 100 g Na2CO3 anhidrat ke dalam 800 ml air, aduk, lalu saring. lalu ke dalamnya tambahkan 17,3 g tembaga sulfat yang telah dilarutkan dalam 100 ml H20. volume total dibua t menjadi 1 liter degan penambahan air. pereaksi benedict siap digunakan. Larutan Fehling dan larutan Benedict digunakan dengan cara yang sama. Beberapa tetes aldehid atau keton ditambahkan ke dalam reagen, dan campurannya dipanaskan secara perlahan dal am sebuah penangas air panas selama beberapa menit. Keton Tidak ada perubahan warna pada larutan biru. Aldehid Larutan biru menghasilkan sebuah endapan merah gelap dari tembaga(I) oksida. Aldehid mereduksi ion tembaga(II) menjadi tembaga(I) oksida. Kar ena larutan bersifat basa, maka aldehid dengan sendirinya teroksidasi menjadi sebuah garam dari asam karboksilat yang sesuai. Persamaan untuk reaksi-reaksi ini selalu disederhanakan untuk menghindari keharusan menuliskan ion tartrat atau sitrat pada ko mpleks tembaga dalam rumus struktur. Persamaan setengah-reaksi untuk larutan Fehling dan larutan Benedict bisa dituliskan sebagai: Menggabungkan persamaan di atas dengan persamaan setengah reaksi untuk oksidasi aldehid pada kondisi basa yakni akan menghasilkan persamaan lengkap: (http://www.chem-istry.org/materi_kimia/sifat_senyawa_organik/aldehid_dan_keton/oksidasi_aldehid_dan_keton/) Molekul maltosa atau glukosa yang terlihat dari hasil positif pada uji benedict yang terbukti dengan terbentuknya warna merah bata pada tabung reaksi yang telah dipanaskan. Maltosa yang diuji dengan benedict memberikan warna merah bata, sedangkan amilum yang diuji dengan iod akan memberikan kompleks warna biru -ungu. Warna merah bata yang terbentuk disebabkan oleh maltosa dan glukosa memiliki gugus aldehid yang bebas sehingga dapat mereduksi ion -ion tembaga (Cu) yang terdapat pada larutan benedict menjadi Cu2O yang berwarna merah bata. (http://rismakafiles.wordpress.com/2009/03/15/dialisis/) Pada prinsipnya baik fehling, tollens maupun benedict digunakan untuk mengetahui apakah suatu gula merupakan gula pereduksi atau bukan (mempunyai gugus aldehida bebas). Reaksi Benedict akan menyebabkan larutan yang berwarna biru akan berubah menjadi orange atau kuning. Untuk mengetahui gula pereduksi yang mempunyai sifat reduksi lebih kuat, reaks i 2. Uji Iodium Laut merupakan sumber utama iodium. Di daerah pantai, air dan tanah banyak mengandung iodium sehingga tanaman yang tumbuh di daerah pantai cukup mengandung iodium(S unita Almatsier,2004:264). Iodium digunakan untuk menguji apakah suatu makanan mengandung karbohidrat atau tidak. Amilum salah satu kabohidrat terdiri atas dua macam polisakarida yang kedua-duanya adalah polimer dari glukosa yaitu amilosa (kirakira 20 -28%) dan sisanya

amilopektin. Amilosa adalah dari 250-300 unit D-glikosidik, jadi molekulnya merupakan rantai terbuka. Molekul amilo pektin lebih besar dari pada molekul amilosa karena terdiri atas lebih dari 100 0 unit glukosa. Butir-butir pati tidak larut dalam air dinggin tapi apabila suspensi dalam air dipanaskan maka akan terjadi suatu karutan koloid yag kental. Larutan koloid ini apabila diberi larutan iodium akan berwarna biru. Warna biru tersebut disebabkan oleh molekul amilosa yang terbentuk senyawa. (Anna Poedjiadi, 1994).Bila makanan yang kita tetesi lugol menghitam, maka makanan tersebut mengandung karbohidrat. Semakin hitam berarti makanan tersebut banyak kandungan karbohidrat Amilopektin dengan ioduim akan memberikan warna ungu dan menrah lembayunng. Amilum dapat dihidrolisis sempurna dengan menggunakan asam sehingga menghasilkan glukosa. Hidrolisis juga dapat dilakukan dengan bantuan enzim amilase. Dalam ludah dan dalam cairan yang dikeluarkan oleh pankreas terdapat amilase yang bekerja terhadap amilum yang terdapat dalam makanan kita. Oleh enzim amilase dirubah menjadi maltosa. (Anna Poedjiadi, 1994) Larutan amilum yang ditempatkan dalam tabung reaksi kemudian ditambah larutan iodin(lugol) warnanya menjadi biru kehitaman. Setelah larutan tersebut dipanaskan warnanya menjadi kuning agak bening dengan uap berwarna biru. Setelah didinginkan kembali, warna larutan tersebut kembali menjadi biru kehitaman. Ketika larutan tersebut ditambah dengan larutan NaOH, warna biru menjadi hilang berubah menjadi kuning agak jingga. Na yang bersifat alkalis dapat mengikat iodin sehingga warna biru kehitaman menjadi hilang .

Pembahasan Pada uji molisch, hasil uji menunjukkan bahwa semua bahan yang diuji adalah karbohidrat. Pereaksi molisch membentuk cincin yaitu pada larutan glukosa, fruktosa, sukrosa, laktosa, maltosa, dan pati menghasilkan cincin berwarna ungu hal ini menunjukkan bahwa uji molish sangat spesifik untuk membuktikan adanya golongan monosakarida, disakarida dan polisakaida pada larutan karbohidrat. Pada uji benedict, hasil uji positif ditunjukkan oleh fruktosa, glukosa, maltosa, dan laktosa, sedangkan untuk karbohidrat jenis sukrosa dan pati menunjukkan hasil negatif. Sekalipun aldosa atau ketosa berada dalam bentuk sikliknya, namun bentuk ini berada dalam kesetimbangannya dengan sejumlah kecil aldehida atau keton rantai terbuka, sehingga gugus aldehida atau keton ini dapat mereduksi berbagai macam reduktor, oleh karena itu, karbohidrat yang menunjukkan hasil reaksi positif dinamakan gula pereduksi. Pada sukrosa, walaupun tersusun oleh glukosa dan fruktosa, namun atom karbon anomerik keduanya saling terikat, sehingga pada setiap unit monosakarida tidak lagi terdapat gugus aldehida atau keton yang dapat bermutarotasi menjadi rantai terbuka, hal ini menyebabkan sukrosa tak dapat mereduksi pereaksi benedict. Pada pati, sekalipun terdapat glukosa rantai terbuka pada ujung rantai polimer, namun konsentrasinya sangatlah kecil, sehingga warna hasil reaksi tidak tampak oleh penglihatan. Dalam asam, polisakarida atau disakarida akan terhidrolisis parsial menjadi sebagian kecil monomernya. Hal inilah yang menjadi dasar untuk membedakan antara polisakarida, disakarida, dan monosakarida. Monomer gula dalam hal ini bereaksi dengan fosfomolibdat membentuk senyawa berwarna biru. Dibanding dengan monosakarida, polisakarida yang terhidrolisis oleh asam mempunyai kadar monosakarida yang lebih kecil, sehingga intensitas warna biru yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan dengan larutan monosakarida. Pada tabel 3. terlihat bahwa monosakarida menunjukkan kereaktifan yang lebih besar daripada disakarida maupun

polisakarida. Hal tersebut diatas menunjukkan bahwa uji barfoed digunakan untuk membedakan reaktifita antara monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Pada uji fermentasi, gas CO2 yang dihasilkan ragi lebih cepat terjadi pada monosakarida, khususnya glukosa. Hal ini menunjukkan bahwa monosakarida lebih reaktif dari disakarida ataupun polisakarida. Selain itu, Pati dan disakarida lainnya merupakan molekul yang relatif lebih besar dibandingkan dengan monosakarida sehingga kemampuan ragi untuk mencerna , mengubah pati tersebut menjadi etil alkohol dan karbon dioksida lebih banyak memerlukan energi dan waktu yang lebih lama. Pembentukan 4-hidroksimetil furfural ini terjadi pada reaksi antara fruktosa, sukrosa, laktosa dan pati yang mendasari uji selliwanof ini. Fruktosa merupakan ketosa, dan sukrosa terbentuk atas glukosa dan fruktosa, sehingga reaksi dengan pereaksi selliwanof menghasilkan senyawa berwarna jingga. Reaksi ini mestinya tidak terjadi pada pati dan laktosa, karena pati tersusun dari unit-unit glukosa yang dihubungkan oleh ikatan 1,4-a-glikosida, sedangkan laktosa tersusun darigalaktosa dan glukosa yang keduanya merupakan aldosa. Salah satu alasan yang menyebabkan terjadinya reaksi antara pereaksi selliwanof dengan pati dan laktosa adalah terkontaminasinya kedua karbohidrat ini oleh ketosa. Pembentukkan osazon pada uji osazon terlihat dengan adanya endapan yang terjadi. Endapan ini spesifik bagi setiap jenis karbohidrat, baik monosakarida, oligosakarida, maupun polisakarida. Gambar 1. (data hilang) menunjukkan bentuk endapan yang spesifik bagi berbagai macam karbohidrat. Dari hasil pecobaan, dapat dinyatakan bahwa uji osazon digunakan untuk mengidentifikasi monosakarida, disakarida, dan sebagian polisakarida. Dari hasil pengamatan dibawah mikroskop, didapatkan gambar penampang yang berbeda-beda, hal ini karena masingmasing bahan memiliki rantai hidrokarbon yang berbeda-beda pula, ada yang rantai hidrokarbonya lurus dan ada pula yang bercabang. Pada uji iod, terlihat pada tabel.7 hanya pati lah yang menunjukkan reaksi positif bila direaksikan dengan iodium. Hal ini disebabkan karena dalam larutan pati, terdapat unit-unit glukosa yang membentuk rantai heliks karena adanya ikatan dengan konfigurasi pada tiap unit glukosanya. Bentuk ini menyebabkan pati dapat membentuk kompleks dengan molekul iodium yang dapat masuk ke dalam spiralnya, sehingga menyebabkan warna biru tua pada kompleks tersebut. Kesimpulan Uji molisch digunakan untuk menentukan karbohidrat secara umum, uji benedict digunakan untuk menentukan gula pereduksi dalam karbohidrat. Uji barfoed digunakan untuk mengidentifikasi antara monoskarida, disakarida, dan polisakarida. Uji selliwanof digunakan untuk menentukan karbohidrat jenis ketosa. Uji fermentasi yang menggunakan ragi dapat mencerna dan merubah karbohidrat menjadi etil alkohol dan gas karbondioksida. Uji osazon digunakan untuk mengamati perbedaan yang spesifik bagi tiap karbohidrat melalui penampang endapan yang dihasilkannya. Pada uji iod, hanya pati lah yang dapat membentuk senyawa kompleks berwarna biru dengan iodium.

Vous aimerez peut-être aussi