Vous êtes sur la page 1sur 10

( Y a

y a

s a

in a

MAJALAH TEOLOGIMAYA # 01
Sejarah pembinaan Alkitab dan Teologi untuk kaum awam dari YABINA ministry dimulai sejak berdiri tahun 1982. Diawali dengan membuka Kursus Alkitab Tertulis (KAT, 1980) dan setelah terbentuk Yayasan dilanjutkan menjadi Kursus Alkitab dan Teologi Tertulis (KATT) kemudian dikembangkan dengan Tatap Muka, pembinaan berlanjut terus dengan diterbitkannya Makalah Sahabat Awam (MSA).

Memasuki era internet, YABINA ministry membuka situs www.yabina.org dan dua milis Mimbar-maya@yabina.org dan SaksibagiKristus@yabina.org yang mengirimkan InFO, Artikel, Renungan dan Diskusi mingguan kepada anggota, dan juga Pendidikan Teologi-maya (PT-maya) melalui milis Pendidikan Teologi-maya@yabina.org. Bahan-bahan pembinaan bersifat Alkitabiah, kritis, apologetis, aktual, dan populer, bahan-bahan dimaksudkan untuk studi pribadi/kelompok, dan menurut statistik yang dibuat oleh arandomserver tercatat bahwa situs YABINA sudah dibuka ratusan ribu kali dan dibaca di sekitar 50 negara. Diperkaya dengan pengalaman penerbitan 12 Seri Buku Saku Yabina (SBSY) dan penulisan 37 Buku, memasuki tahun 2013, YABINA ministry menerbitkan Majalah Teologi maya yang berisi bahan-bahan tematis gabungan dari InFO, Renungan, Artikel, Diskusi, Pendidikan Teologi dan lainnya, dan diterbitkan sebulan sekali dalam format Pdf. dimulai pada bulan Januari 2013.
Majalah Teologia-maya 2013 dikirimkan kepada Sahabat Awam yang mendukung pelayanan YABINA ministry dan mereka yang baru yang mendaftar untuk berlangganan. Mereka yang ingin menerima Majalah Teologia-maya 2013 dapat mendaftarkan diri via email ke sekretariat@yabina.org.

Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik! (Roma 10:15b)

Salam kasih dari YABINA ministry www.yabina.org.

Tema Nomor Perdana: KESELAMATAN DALAM AGAMA-AGAMA DUNIA (1) (Agama Mistik Timur)
Nomor ini adalah Teologimaya yang akan Keselamatan dalam Agamamengenai keselamatan? Dan di dikatakan Alkitab Perjanjian mengenai Keselamatan manusia dengan Yesus Kristus yang yang dipercaya oleh umat Pada umumnya sesuai timbul karena adanya 'alam nyata yang tidak kekal' yang kekal' (Sacred) dan bahwa dapat berhubungan dengan dapatlah digambarkan bahwa 'Profane' itu bertemu pada nomor perdana dari Majalah mengetengahkan tema Agama. Apa kata agama-agama dalam agama Kristen apa yang Lama dan Perjanjian Baru khususnya dalam hubungan adalah Tuhan dan Juruselamat Kristen? definisi Mircea Eliade, 'Agama' kesadaran manusia bahwa dibalik (Profane) ini ada 'alam maya 'manusia dengan sesuatu cara realita itu.' Berdasarkan hal itu dua lingkaran 'Sacred' dan bidang yang disebut agama.

SACRED / YANG SUCI


ORANG SUCI TEMPAT SUCI

HYROPHANY
KITAB SUCI

AGAMA
JALAN KESELAMATAN

UNGKAPAN BERAGAMA
KOMUNITAS RITUAL

PROFANE / MANUSIA & DUNIA


Pada gambar di atas, Sacred (digambarkan sebagai lingkaran di atas) bersinggungan dengan Profane (digambarkan sebagai lingkaran di bawah) dalam apa yang disebut sebagai Agama. 'Sacred' (dengan pusat lingkaran menunjuk pada [1] yang suci) menyatakan diri dalam bentuk segitiga terbalik (dengan puncak ke bawah) yang disebut [2] 'penyataan/pengungkapan' (hierophany) dimana kedua sudut di atasnya menggambarkan [2.1] orang suci dan [2.2] tempat suci, sedangkan puncak di bawah menggambarkan [2.3] kitab suci yang dari dalamnya manusia dapat menggali pokok-pokok ajaran (dogma) dan pedoman tingkah laku (etika). Respons [3] manusia dan dunia (sebagai pusat lingkaran Profane) dapat digambarkan sebagai segitiga yang disebut [4] ungkapan beragama yang dinyatakan dengan puncak segitiga yang menghadap ke atas sebagai [4.1] jalan keselamatan (penebusan) untuk mencapai yang suci itu, dan kedua sudut di alasnya yang menggambarkan [4.2] komunitas umat beragama dan [4.3] upacara dan etik-moral yang dilakukan demi keakraban komunitas tersebut.

KESELAMATAN DALAM AGAMA HINDU


Agama India kuno sudah terdeteksi sejak sekitar tahun 3000-BC dan nama Hindu adalah nama India dalam bahasa Persia, dan merupakan agama tradisi budaya yang berkaitan dengan tanah India yang disebut sebagai The Mother India yang lebih merupakan agama yang berorientasi kepada alam dan pertanian dan dapat dikatakan sebagai 'percampuran sekte kultus, kebiasaan, ideide dan aspirasi' yang beragam dan bervariasi di sekitar 700.000 desa. Dalam agama Hindu yang kuno ada yang percaya tentang apa yang disebut Tuhan ada yang tidak dan umumnya menjadikan kekuatan alam sebagai sesembahan (Manisme & Animisme) dan dengan adanya pengaruh bangsa Aria di Utara (ca.abad ke-XV-BC) yang menghasilkan bahasa Sansekerta berkembanglah dewa-dewi (politheisme) yang merupakan personifikasi kekuatan-kekuatan alam seperti Agni (dewi api), Indra (dewa langit/ perang) dan Varuna (dewa pengatur kosmis), dan memuncak dalam apa yang disebut sebagai Trimurti yaitu dewa Brahman, Shiva dan Wishnu dan para dewinya yaitu Saraswati, Lakhsmi dan Kali/Duga. Dewi Shakti adalah simbol kewanitaan. Di samping dewa-dewi ini dikenal para perantara (avatar) seperti Rama dan Krishna. Para penguasa/raja dianggap sebagai anak dewa. Krishna sering dipersonifikasikan sebagai binatang Sapi (kultus Mother Goddes).

Dengan berkembangnya agama menjadi Pantheisme/Mistisisme (kebatinan) maka konsep dewa-dewi berkembang menjadi konsep Monisme mengenai keberadaan zat yang 'SATU' (The One) yang disebut Brahman yang mendasari semua keberadaan dan keberadaan zat yang satu itu dalam diri manusia sebagai Atman, dan bahwa adanya penyatuan zat manusia Atman dengan Brahman sebagai zat yang satu itu. Sekalipun semula tidak mempunyai agama terstruktur dengan para imamnya kemudian timbullahlah golongan Rishi (orang-orang suci) dan Sadhu (orang suci pengelana/asketik) yang dianggap menjadi perantara antara dewa-dewi dengan manusia. Mereka memberitakan jalan hidup kekekalan yang disebut sanata dharma. Kemudian timbullah para Imam yang memimpin upacara suci di kuil-kuil dan memuncak pada abad ke-VIII-BC. Pada abd ke-VI-V-BC timbullah pemberontakan akan agama imam dengan berkembangnya agama Upanishad (mistik) seperti Buddhisme dan Jainisme. Hinduisme mengalami kebangkitan kembali sekitar abad ke-III-BC sampai AD-III. Tempat-tempat yang dianggap suci yang terutama adalah sungai Gangga yang airnya dianggap sebagai lambang kehidupan dimana setiap hari orang melakukan mandi suci, demikian juga kota suci Varanashi di tepi sungai Gangga yang dianggap akhir kehidupan dimana yang mati dibakar dan abunya ditaburkan di sungai Gangga dan Alahabad ditepi pertemuan sungai ini dengan sungai Yamuna dimana dalam 12 tahun sekali diadakan festival mandi suci. Agama Hindu kuno tidak memiliki kitab suci tetapi kemudian bangsa Aria yang datang membawa Agama Aria menghasilkan kitab Veda (Vid = pengetahuan) yang kemudian ada yang dinyanyikan (Rig Veda).

Mistik Upanishad
Veda kemudian diakhiri dengan Vedanta (akhir Veda) dalam bentuk kitab Upanishad dimana berkembang konsep pantheisme/mistisime mengenai hakekat monisme Brahman - Atman. Pada kurun antara abad ke-III-BC sampai AD-III kebangkitan Hinduisme menghasilkan kitab-kitab Sutra yang merupakan perumusan pokok-pokok penting dari Veda dan Upanishad. Manusia dianggap sebagai mahluk bagian alam yang menjadi permainan para dewa-dewi dan kemudian dalam perkembangan agama Hindu menjadi Pantheisme/Mistisime berkembang menjadi konsep Atman (pusat manusia) yang sehakekat dengan Brahman (pusat alam semesta). baik upacara agama atau jalan kebatinan ditujukan untuk menyatukan Atman dengan Brahman. Dalam mengungkapkan rasa keagamaan mereka, agama Hindu (Hinduisme) mengenal juga cara-cara melalui jalan keselamatan, komunitas umat, dan upacara & etik moral beragama yang sangat melekat dalam kehidupan sosial budaya masyarakat. Hinduisme mempercayai bahwa kehidupan di dunia merupakan perjalan ziarah yang panjang melalui jalan samsara yang miliaran tahun lamanya melalui siklus roda kehidupan (mandala) dan kelahiran kembali yang disebut sebagai reinkarnasi atau transmigrasi jiwa. Melalui jalan bhakti (devosi), jnana (pengetahuan), dan karma (perbuatan) manusia berusaha melepaskan diri dari siklus karmanya menuju kelepasan yang disebut moksa. Jalan ini juga biasa diisi dengan pertarakan (asketisme) dan penggunaan mantra, dan kemudian setelah adanya Upanishad berkembanglah jalan Yoga (meditasi). Berbeda dengan agama Hindu yang menekankan jalan keselamatan melalui upacara agama ritual dibimbing para Imam, dari Hinduisme yang bersumber tradisi Arya berkembang bentuk lain pengajaran rahasia yang berkembang dikalangan guru-guru tradisi Veda dan ikut memberi bentuk baru pada Hinduisme. Ini kemudian dikenal sebagai Upanishads (upa = dekat, ni = bawah, shad = duduk), karena mereka yang mempelajarinya duduk dibawah dekat guru mereka. Guru-guru itu tidak berurusan dengan para dewa atau korban ritual, mereka lebih tertarik untuk menemukan dasar alam semesta (ground of the universe), yaitu Realitas (Brahman) yang ada sebelum semuanya ada. Pada saat yang sama mereka tertarik menggali hakekat kesadaran manusia. Mereka sampai kepada kesimpulan bahwa apa yang azasi dari aku perorangan (atman) tidak lain adalah realitas yang mendasari kosmos.

Upanishad berkepentingan untuk mengatasi perasaan yang asali keberadaan manusia akan kekuatiran dan frustrasi. Mereka juga menyadari gejolak dan hidup yang bersifat sementara, tetapi mereka mencari esensi yang kekal bukan saja dari luar tetapi dari dalam diri mereka. Jalan keselamatan mereka adalah pengetahuan dan penglihatan rohani dan cara praktis penyatuan aku (jiwa) atman ke Realitas Brahman ini dilakukan melalui Yoga. Pelaku Yoga biasa disebut yogi. Yoga merupakan salah satu jalan keselamatan dalam Hinduisme, yaitu cara untuk mencapai Moksa atau Kelepasan. Yoga berarti usaha mendisiplin diri untuk 'merealisasikan kehadiran Tuhan dalam diri,' tetapi Yoga dapat juga berarti suatu 'usaha mengatur kekuatan alam dan roh,' dan juga sebagai usaha 'penyatuan diri dengan zat ilahi.' Ada berbagai jalan yang ditempuh dalam Yoga, yaitu (i) Bhakti Yoga dilakukan melalui cinta dan pengabdian; (ii) Karma Yoga dilakukan dengan pengorbanan diri dan perbuatan baik; (iii) Jnana Yoga melalui ilmu pengetahuan untuk mengerti kebenaran hidup; (iv) Raja Yoga melalui meditasi mistik (kebatinan) untuk menemukan diri (self) manusia terdalam; dan (v) Hatha Yoga melalui gerak dan hidup (pernafasan). Posisi dan gerak tubuh tertentu dianggap sebagai jalan menuju kesempurnaan pula. Semua jalan itu ditujukan untuk menuju keadaan bersatunya roh diri manusia (Atman) dengan roh ilahi/roh semesta (Brahman) itu, atau persatuan mikro kosmos dengan sumbernya makro kosmos, yaitu persatuan jiwa manusia dengan jiwa alam sebagai kelepasan. Beberapa cara yang dilakukan dalam Yoga adalah sebagai berikut: (i) Yama, yaitu penyangkalan diri; (ii) Niyama, yaitu tingkah laku moral; (iii) Asanas, yaitu sikap atau postur tubuh; (iv) Pranayama, yaitu pengaturan pernafasan; (v) Pratyahara, yaitu penguasaan indera; (vi) Dharana, yaitu pengaturan fikiran untuk dikonsentrasikan kepada obyek; (vii) Dhyana, yaitu meditasi dalam, dan (viii) Samadhi, yaitu pencapaian kesadaran jati diri tertinggi. Bila ke-delapan jalan itu telah berhasil dicapai, maka tercapailah pencerahan/ kelepasan/keselamatan. Dalam praktek Yoga juga dilakukan pengucapan mantra (kata-kata suci/berkhasiat) Om-Ram, dan sasaran dari latihan Yoga adalah untuk membangkitkan Kundalini yaitu kekuatan ilahi yang sedang tidur dalam diri manusia yang berbentuk seperti ular, karena itu disebut juga sebagai Kekuatan Ular. Dalam Yoga dipercaya bahwa tubuh manusia dibungkus oleh sinar yang disebut sebagai Aura, dan tubuh manusia dianggap mempunyai 7 Chakra. Melalui latihan postur dan gerak, kekuatan Kundalini dapat dibangunkan dan naik ke otak untuk mencapai Samadhi dan Kebebasan, dan kemudian Yogi itu akan mendapatkan kekuatan batin dan hidup langgeng selama disukainya.

KESELAMATAN DALAM AGAMA BUDDHA


Agama Buddha dapat dikatakan sebagai pembaruan agama Hindu dan Buddha artinya mereka yang telah bangun. Buddhisme dirintis Siddharta Gautama, (lahir 563SM). Setelah mendirikan agama ia disebut sebagai Buddha yaitu 'seseorang yang telah mengalami pencerahan' atau telah bangun. Karena kehidupan mewah yang dialaminya tidak mendatangkan kepuasan, dan melihat penderitaan disekitarnya, ia kemudian meninggalkan istana rumahnya, dan keluarganya (isteri dan seorang anak) dan menjadi pengelana. Selama enam tahun ia berkelana mencari arti hidup dan berguru kepada pada orang-orang suci. Sebelumnya dalam tiga perjalanannya ia menjumpai penderitaan dunia dalam tiga bentuk, yaitu (1) orang tua yang menderita; (2) orang cacat yang kesakitan; dan (3) pengantar jenazah menangis. Dalam perjalanan ke-empat ia bertemu dengan rahib Hindu yang bergembira sekalipun mengemis mencari makan, ini menyebabkan ia berpendapat bahwa kehidupan itu sia-sia. Dibawah dua guru Brahmana ia kemudian mencari melalui jalan Yoga untuk menyatukan Atman dengan Brahman tetapi dianggap tidak membawa kepada pengetahuan.

Sebagai orang yang dilahirkan dalam lingkungan agama Hindu, sekalipun ia berontak terhadap praktek Hinduisme orthodox, ajarannya menerima beberapa pengajaran Hindu seperti soal setiap mahluk hidup mengalami siklus kelahiran dan kematian yang tidak terhingga (reinkarnasi), ajaran tentang Karma (hukum pembalasan), hukum alam sebab dan akibat dimana yang baik hidupnya akan mendapat pahala dan yang tidak baik akan terhukum, bahwa dunia adalah tempat hidup yang penuh dengan penderitaan dan kepedihan dimana orang bijak harus melepaskan diri, dan jalan hikmat terletak pada penguasaan keinginan dan nafsu. Sekalipun menerima pengajaran Hindu pada umumnya, ia menolak cara-cara yang digunakan dalam agama Hindu untuk mencapai tujuan itu yang penuh dengan usaha menyakiti diri (asketik / bertarak) yang dianggapnya sebagai tidak berguna dan sia-sia. Ia mempelopori 'Jalan Tengah' (middle way) yaitu diantara usaha menjalani kehidupan dengan cara 'menyakiti diri' dan 'pemuasan nafsu diri', suatu usaha menghindari sikap ekstrim dengan cara yang tenang. Buddha juga menolak pembagian kasta India dan memandang semua manusia setara dalam memiliki potensi spiritual.

Jalan Pencerahan
Buddha kemudian pergi ke utara India dan dengan lima pengikut melakukan pertarakan (ascese). Karena jalan ini juga tidak mendatangkan solusi ia melakukan meditasi dibawah pohon Boddhi dan mencapai pencerahan dan Empat Kebenaran Mulia, dan sejak itu ia dinamakan Buddha atau yang telah dibangunkan dan mengalami pencerahan (the enlightened one). Kemudian bersama ke lima pengikutnya ia berkotbah pertama kali di Benares (Vanarasi). Ia kemudian berkelana ke India bagian Utara sebagai rahib pengemis sambil mengajarkan ajarannya selama sekitar 45 tahun. Di masa tua, mengajarkan kepada ketidak tetapan dialami di dunia ini, pada umur 80 tahun kembali ke Nirvana daris egala sesuatu. ia para atau dan yang yang mengalami pengikutnya perubahan meninggal dipercayai dipercayai sakit keras dan mengenai yang selalu di Kushinagara sebagai telah sebagai puncak

Dalam agama Buddha, konsep tentang yang suci atau ketuhanan tidak ada, yang ada adalah kondisi Nirwana yaitu perhentian terakhir menuju ketiadaan. Agama Buddha memang dipersoalkan hakekatnya sebagai agama, sebab Buddhisme ini praktis didasarkan atas hal-hal yang rasional dan sekalipun juga bersifat transendental, sangat sedikit sekali berurusan dengan yang supranatural, dan konsep ketuhanan juga kabur sehingga dapatlah disebut bahwa Buddhisme adalah agama yang sebenarnya A-Theist (Tidak ber Tuhan dalam pengertian Tuhan Atheisme), namun untuk menghindari kerancuan dan pengidentikkan dengan A-Theisme Komunisme yang berkonotasi negatip anti-Tuhan maka agama Buddha sering disebut sebagai berkeyakinan Non-Theist. Tidak ada orang suci dalam agama Buddha, ia bukan Tuhan dan juga bukan perantara Tuhan, ia tidak dapat menjadi penebus. Yang lebih dipentingkan bukan orang suci tetapi jalan suci atau Dharma yaitu ide pengajaran yang sifatnya kekal dan tidak pernah berhenti. Semua orang harus menjadi Buddha dan dalam Theravada dianggap ada beberapa Buddha (mula-mula 6 dan kemudian 28) dimana Sidharta Gautama adalah yang utama dan sedang dinantikan Buddha yang akan datang dalam diri Maitreya. Bagi aliran Mahasanghikas diakui bahwa ada banyak sekali Buddha seperti banyaknya pasir di pantai. Tidak ada tempat suci khusus bagi agama Buddha kecuali pohon Boddhi yang dianggap keramat, lainnya adalah kuil-kuil dan candi-candi. Di Indonesia kita jumpai banyak candi yang dianggap tempat suci untuk tempat bermeditasi seperti yang terkenal yaitu candi Borobudur. Ajaran Buddha diajarkan dari mulut ke mulut dan di hafalkan, baru dikemudian hari ucapanucapan Buddha ditulis oleh para pengikutnya.

4 Kebenaran Mulia & 8 Jalan Mulia


Buddha kemudian mengajarkan 4 Kebenaran Mulia, yaitu (1) Penderitaan adalah umum; (2) Penderitaan disebabkan keinginan cinta diri; (3) cara mengatasi penderitaan adalah mengurangi keinginan; (4) Cara untuk mencapai pengurangan keinginan adalah dengan mengikuti jalan tengah, tehnik mana diuraikan dalam 8 Jalan Mulia, yaitu (1) Pengetahuan yang benar; (2) Keputusan yang benar; (3) Perkataan yang benar; (4) Perbuatan yang benar; (5) Kehidupan yang benar; (6) Usaha yang benar; (7) Kesadaran yang benar; dan (8) Pengheningan cipta yang benar. Manusia dalam konsep Buddha adalah Micro Cosmos tetapi berbeda dengan Atman Hindu yang menyatu dalam Brahman semesta, manusia dalam Buddha adalah Atman yang berusaha melepaskan dirinya dari penjara tubuh menuju kepada An-Atman (ketiadaan Atman), dan ini dicapai melalui usaha meditasi menuju pencerahan. Tujuan hidup Buddha adalah usaha mendisiplinkan diri dengan cara melakukan amal baik dan ketenangan batin. Jalan keselamatan dalam Buddha adalah pencarian dalam mencapai pengetahuan menuju pencerahan itu. Dan tujuan pencerahan itu bukan menuju tempat tertentu (semacam surga) tetapi suatu keadaan yang disebut Nirwana, keadaan kelepasan menuju status 'tiada'. Kondisi inilah yang disebut menjadi Buddha, dan tugas seorang Buddhis adalah mengajak orang lain untuk menjadi Buddha pula. Dharma sebagai hukum kehidupan lahir dan mati mempercayai bahwa manusia mengalami karma yang baik bila hidup baik dan karma yang jelek bila hidup tidak baik melalui siklus hidup kembali yang disebut reinkarnasi. Berbeda dengan konsep Atman Hinduisme yang bersiklus hidup secara tetap dan terus menerus tidak berkesudahan, dalam Buddhisme siklus itu menuju kondisi perhentian akhir yang tiada yang disebut Nirwana (An-Atman) yang bisa dicapai dalam hidup ini melalui pencerahan, suatu kondisi perhentian dimana tidak ada lagi keinginan dan penderitaan. Setelah kematian Buddha timbul pertentangan tentang interpretasi ajaran-ajarannya dan timbul dua aliran utama yaitu aliran Theravada atau Hinayana (kendaraan kecil) yang bersifat konservatif yang menyebar ke selatan seperti Thailand, Myanmar, Kamboja, Laos, dan Srilangka, dan aliran Mahasanghikas atau Mahayana (kendaraan besar) yang bersifat liberal yang menyebar ke utara seperti Tibet, Nepal, Sikkim, Buthan, Vietnam, Cina, Jepang, Monggolia, Korea dan Manchuria. Aliran Theravada mengacu pada kitab-kitab asli/kuno dan menekankan usaha pribadi dalam mencapai pencerahan, sedangkan aliran Mahayana menganggap bahwa keselamatan bukan untuk diri pribadi tetapi untuk semua orang. Aliran Theravada tidak mempunyai upacara kecuali bahwa semua orang harus menjadi bhiksu untuk memperoleh selamat sedangkan dalam aliran Mahayana semua orang adalah Buddha. Theravada lebih memurnikan ajarannya sedangkan Mahayana cenderung bersinkretisasi dengan agama local sehingga timbul banyak aliran dan upacara (Lamaisme di Tibet, Sam Kauw di Cina, Zen Buddhisme di Jepang dll.) Bagi seorang Buddhis yang baik yang memperoleh pencerahan, terbukalah Nirwana yaitu tujuan spiritual tertinggi. Nirwana adalah keberadaan tetap dari semua keadaan yang bersifat realitas puncak yang tidak berpribadi, atau bahwa seseorang telah berhenti dari siklus reinkarnasinya. Untuk mengembangkan pengajaran di atas, Buddha mengajarkan bentuk dasar kepercayaan mengenai 'Aku' (Self). Menurut Buddha, konsep Aku itu berlawanan dengan Atman Hindu yang merupakan bagian dari Brahman, zat semesta itu, karena itu Buddha menyebutnya AnAtman atau An-Atta. Dengan konsep An-Attanya, Buddha disebut sebagai pemberita yang termashur tentang ajaran 'tidak ada aku', karenanya ia kemudian dijuluki sebagai 'Anatta vadi' yang berarti pemberita tentang ajaran ketidak-ber-pribadian. Disini juga jelas tentang konsep 'Jalan Tengah' mengenai 'Aku' yaitu ia 'bukan Atman tetapi menuju An-Atman/An-Atta.' Sekalipun ada konsep meditasi dan semedi baik di agama Hindu maupun Buddha, keduanya berbeda. Bila dalam Hindu kedua disiplin itu digunakan untuk mengusahakan penyatuan Atman dengan Brahman, dalam Buddhisme, baik meditasi maupun samadi digunakan untuk usaha 'meniadakan aku' menuju 'Nirwana' yaitu pemadaman sempurna dari hawa nafsu menuju 'ketiadaan Aku.' Dibandingkan dengan agama Hindu dimana agama Buddha berasal jelas ada perbedaan konsep tentang 'aku' dan secara negatip orang dapat menentukan dua hal tentang hakekat nirwana itu.

Jadi, dari terang kutipan-kutipan tersebut jelas bahwa yang disebut sebagai 'Aku' atau 'AnAtta' dalam Buddha bukanlah kekuatan Mikro-kosmos yang berpotensi kundalini atau prana tetapi suatu 'ketidak-adaan' sesuatu yang 'nihil.' Dan penyangkalan diri dan latihan meditasi maupun samadi disini ditujukan untuk menuju keketidak-adaan itu. Agama Buddha adalah agama sinkretis yang mempopulerkan ajaran Un 'jalan tengah' yang menuju 'yang SATU' dan menghindarkan ekstrim, itulah sebabnya, khususnya aliran Mahayana dengan mudah berbaur dengan agama-agama lain seperti 'Sam Kauw/Tridharma' dengan Taoisme dan Konhucuisme, dan 'Ch'an atau Zen' dengan Taoisme. Agama Buddha-lah yang kemudian menjadi dasar 'Universalisme' tentang Yang SATU itu.

KESELAMATAN DALAM AGAMA TAO


Agama Tao dan Konghucu di Tiongkok/Cina sangat unik karena berbeda dengan agama lainnya didunia, agama ini bertumbuh dalam situasi terisolir tanpa pengaruh dari luar dan juga berbeda dengan Yahudi, Kristen dan Islam yang monotheistik, agama di Cina tidak berpusat Tuhan seperti Kunghucu yang dianggap bukan agama. Baru setelah agama-agama asli di Tiongkok/Cina, maka datang pengaruh agama Buddha yang datang dari India sekitar tahun 500M. Bentuk agama juga tidak jelas dan pada dinasti Shang (1751-1050 SM) yang mulai tercatat secara sejarah, juga tidak ditemukan petunjuk kearah itu kecuali bahwa masyarakat di zaman itu hidup dari kepercayaan akan 'kekuatan dan roh yang mempengaruhi manusia hidup dan yang membutuhkan korban dan sesajen' (manisme & animisme). Orang Cina juga percaya akan keseimbangan alam yang kemudian dilambangkan dengan Yin-Yang (pantheisme) dan dipentingkannya 't'ien ming' (kesejahteraan rakyat atau kehendak langit), Mistik ini sangat kuat meresapi masyarakat Cina bahwa mereka menyadari akan adanya saling pengaruh antara langit (termasuk dunia roh-roh) dan bumi (termasuk manusia hidup). Konsep keseimbangan ini sudah lama ada dalam buku I-Ching. Penyembahan nenek moyang mulai dikenal pada awal dinasti Chow (1122-325 SM) dan bangkit kembali ketika Konghucu (500 SM) mengajarkan untuk menghormati orang tua termasuk kalau sudah meninggal. Karena kepercayaan adanya penerusan hidup dari dunia orang hidup ke dunia orang mati maka pemakaman biasa diramaikan dengan upacara dan sesajen yang menjamin sampainya roh-roh itu ke tempatnya tanpa gangguan. Agar kehidupan berjalan baik secara timbal balik dipraktekkan 'Feng Shui'.

Mistik I-Ching
Tiongkok/Cina di samping India adalah kawasan Timur (Oriental) kaya akan ajaran kebatinan kuno, hal itu terlihat dari begitu banyaknya ajaran kebatinan yang bersumber pada keyakinan kuno yang lahir di Tiongkok/Cina seperti Hongsui/Feng Shui, dan dalam latihan kesehatan kita melihat pengaruhnya melalui pengobatan alternatif a.l. Akupunktur dan Reflexiologi, dan dalam silat Tai Chi dan Waitankung. Dari semuanya ada prinsip dasar yang dipercaya yaitu mengenai 'Chi' atau nafas/tenaga hidup yang ada di alam dan dalam diri setiap mahluk. Ajaran kebatinan yang bersifat pantheistik dan animistik sudah dipercayai dalam agama Cina purba. Sejak dahulu kala orang Cina melakukan penyembahan alam dan roh-roh yang bisa dilihat dalam praktek rakyat dalam penyembahan nenek-moyang, astrologi/horoskop/shio (perbintangan), necromancy (feng shui), ramalan/ nujum (gwamia), maupun dalam ajaran silat atau ilmu bela diri seperti yang sudah disebutkan di atas. Sejak lama konsep 'keseimbangan alam' dalam bentuk 'Yin-Yang' menguasai hidup orang Cina, baik dalam kehidupan pribadi, kehidupan berkeluarga, masyarakat, pertanian dan pembangunan, ilmu bela diri, dan pengobatan. Setidaknya, di tahun 2205 SM, ketika sungai Huangho meluap dan mengakibatkan banjir besar, Kaisar Yu mencetuskan gerakan masal Tarian

Agung untuk diikuti rakyat yang prinsipnya adalah usaha 'mengikuti harmoni alam dengan melakukan gerakan delapan arah' (pat kwa/meridian), dasar mana ditemukan jejaknya jauh sebelumnya dalam buku filsafat keseimbangan 'I Ching' (4600 SM) dan buku pengobatan Cina klasik 'Nei-Ching' (abad XXVII SM). I-Ching disebut 'Kitab Tentang Perubahan' itu, dikenal sebagai filsafat tua yang mendasari keyakinan agama-agama di Cina sejak 3000 SM. Dalam kepercayaan kuno Cina, I Ching dianggap sebagai nujum yang dapat memberi petunjuk rejeki bagi manusia baik dalam bidang sosial, keluarga, bisnis maupun kesehatan. I- Ching berpusat pada konsep Yin & Yang yang dikelilingi 64 buah hexagram yang masingmasing diberi nama khusus. Yin mewakili yang negatip seperti bumi, bulan dan perempuan sedangkan Yang mewakili segala sesuatu yang positip seperti Matahari dan laki-laki. Yin dan Yang digambarkan sebagai sebuah lingkaran yang dibagi dua bagian sama besar yang berwarna hitam dan putih. Masing-masing bagian digambarkan sebagai berkepala bulatan yang berekor runcing. Di pusat bulatan kepala ada bintik yang warnanya berbeda dengan bulatan tersebut yang mengambarkan bahwa tidak ada yang mutlak dari kedua bagian/bulatan itu. Yin & Yang itu beroperasi mengikuti Meridian Langit yang biasanya dibagi menjadi 8 arah trigram atau Pat Kwa. Jauh sebelum kelahiran Lao Tsu dan Kong Hu Cu, sebenarnya baik trigram maupun hexagram sudah terbentuk. Trigram sendiri disebut diciptakan oleh kaisar Fu Hsi di tahun 2800 SM, sedangkan pada abad ke-XII M konsep Yin-Yang yang pantheistik bercampur dengan animisme kuno menghasilkan berbagai faham seperti agama rakyat yang berbau mistik dan magis dan agama 'Tao' yang bersifat mistik yang dipelopori Lao Tsu (575-485 SM) yang dipercayai bersama dengan ajaran etis yang dipelopori oleh Kong Hu Cu (551-479 SM). Satu milenium kemudian, pada tahun 520 M pendeta Buddha dari India bernama Tat Mo Chowsu (Bodhidarma) memperkenalkan agama Buddha ke Cina termasuk pengaruhnya yang kuat dalam dunia silat yang berpusat di biara Shao-Lin. Perpaduan ketiga faham Taoisme, Kunfusianisme dan Buddhisme menghasilkan agama sinkretis yang kemudian diberi nama Sam Kauw (Tri-Dharma). Perpaduan antara ajaran Tao dan Buddha disebut sebagai Ch'an menyebar ke semenanjung Korea dan kepulauan Jepang (di Jepang dikenal sebagai Zen).

Agama Konghucu
Faham Konghucu (Conficianism) sebenarnya tidak dapat disebut agama, soalnya faham ini tidak berbicara mengenai teologi (pengajaran mengenai Tuhan) tetapi hanya mengajarkan hal-hal yang menyangkut Etika hidup bermasyarakat. Itulah sebabnya ada yang menempatkan faham ini bukan sebagai agama tetapi sekedar sebagai ajaran Etika. Agama Konghucu tidak mempunyai konsep mengenai 'Yang Suci' kecuali bahwa mereka menerima dan meneruskan kepercayaan kuno mengenai langit yang disebut 'Thian' dan lebih menekankan pada hubungan kemanusiaan, itulah sebabnya Konghucu disebut bukan agama melainkan 'etika.' Konsep mengenai 'Thian' ini berkembang dalam pemikiran mazhab Konghucu, yaitu dari 'ketuhanan yang utama' (Analek, Konghucu) ke 'kekuatan moral semesta' (Meng-Tsu), dan kemudian 'alam semesta' (Hsun-Tsu). Dalam tahap kedua 'Neo Confucianism' dibawah Chang Tsai mengarah pada pantheisme yang telah dipengaruhi Taoisme dan Buddhisme. Langit ini berisi para nenek-moyang (Ti) yang diperintah oleh penguasa (Shang-Ti). Faham ini dirintis Konghucu (551-479 SM) yang meletakkan dasar etika, kemudian dilanjutkan oleh pengikutnya Meng Tsu (371289 SM) yang meletakkan dasar mistik, dan Hsun-Tsu (298-238 SM) yang meletakkan dasar praktis dan ajaran tentang 'li.'. Karena menekankan etika dan moral, Konghucu tidak mempunyai tempat-tempat suci. Kuilkuil Konghucu yang biasanya berwarna merah bukan tempat-tempat penyembahan yang dianggap suci, melainkan hanya tempat belajar, dimana buku-buku mengenai faham Konghuucu disimpan untuk bisa dipelajari. Kuil Konghucu dibangun di Beijing pada abad XIII dengan Aula yang

menyimpan 300 tablet karya klasik faham Konghucu. Ajaran konghucu ditulis dalam buku-buku seperti Analek, Chung-yung dll. Pikiran langit dan bumi yang melahirkan segala sesuatu disebut 'jen', dan manusia yang tercipta karena materi dan energi memperoleh kehidupannya dari pikiran langit dan bumi. Manusia harus mengikuti 5 konsep yaitu Jen (hubungan ideal), Chun-Tzu (kemanusiaan yang benar), Li (sopan), Te (kekuasaan), dan Wen (seni perdamaian). Konghucu mengajarkan humanisme (jen) atau 'jalan etika', tetapi dalam buku Chung-yung (dari Meng-Tsu), salah satu dari ke-4 buku yang menjadi pegangan, menunjukkan penyatuan 'ch'eng' dengan langit dan bumi atau 'jalan mistik.' Karena itu disebut Meng-Tsulah yang menjadikan faham Konghucu sebagai agama mistik. Karena tidak merupakan agama dan memiliki liturgi maka konghucu hanya merupakan wacana hubungan perilaku antar manusia dalam komunitas yang menyeluruh. Menurut Konghucu, keluarga adalah unit dasar masyarakat, karena itu pentingnya ikatan kekeluargaan akan memperkuat negara. Sebenarnya tidak ada upacara khusus dalam agama Konghucu semula, yang ada adalah hubungan hormat antara anak dan ayah, adik dan kakak, isteri dan suami, yang muda dengan teman yang tua, dan rakyat dan penguasa.

Agama Tao
Berbeda dengan faham Konghucu, faham Tao banyak berbicara mengenai supra-natural, namun kelihatan bahwa agama Tao lebih bersifat agama mistik, yaitu kepercayaan akan yang SATU yang tidak berpribadi sebagai kebenaran semesta. Pendiri Taoisme adalah kemudian dilanjutkan oleh perkembangannya, Taoisme suci sebagai tempat beribadat itu meja sembahyang disebut kuburan. Ajaran Taoisme ditulis (Jalan dan kekuatannya), dan 'Lieh-tzu.' Lao Tsu (lahir 604 SM) 'Chuang Tzu.' Dalam kemudian membangun kuil-kuil yang diisi patung-patung. Selain juga tempat suci, selain Lao Tzu dalam 'Tao Teh Ching' 'Chuang-Tzu', 'Huai-nan-tzu'

Dalam Taoisme kita melihat konsep yang suci sebaliknya dari Konghucu. Bila Konghucu lebih menekankan kehidupan dibumi, Taoisme lebih mengarahkan kepada 'Tao' yang mutlak yang merupakan transformasi ketuhanan secara folosofis dan mistis. Tao adalah prinsip semesta yang mencerminkan perubahan dan juga merupakan pola perilaku manusia (wu-wei). Tao adalah 'jalan realitas mutlak' atau 'jalan alam semesta', dan 'jalan yang mengatur kehidupan.' Pandangan ini pada hakekatnya meneruskan faham monisme dualistis yang berasal dari buku IChing yang ditulis sekitar tahun 3000 SM. Pada prinsipnya dalam Taoisme yang disebut 'Tuhan' adalah TAO, yaitu kekuatan dasar semesta yang tidak bisa disebut atau diberi nama, tidak berpribadi, tetapi merupakan kekuatan semesta yang menghasilkan segala sesuatu dalam alam ini (monisme). Konsep ini mirip dengan pengertian 'Prima Causa' atau 'Ground of All Being' dalam filsafat Yunani Purba. Mengenai Tao ini, kepercayaan Cina kuno sejak I Ching ribuan tahun sebelumnya, Lao Tsu kemudian mengembangkannya Sifat kebatinan (mistik) dari agama Tao terlihat dari kepercayaan bahwa hakekat manusia sama dengan Tao dan tugas manusia adalah mengusahakan dirinya hidup menjadi bagian Tao. Tao itu mengekspresikan dirinya dalam kekuatan energi 'Chi' yang mengikuti hukum Yin dan Yang yang saling bertentangan, seimbang, tetapi saling memlengkapi secara harmonis. Setan sebagai pribadi tidak dikenal dalam Taoisme filsafat kecuali dalam Taoisme Magis yang berkembang kemudian setelah kematian Lao Tsu dimana setan-setan hanya merupakan personifikasi dari roh-roh nenek-moyang yang jahat. Sekalipun demikian, setan itu dikembangkan dalam sisi Yin (negatip) yang mencakup baik setan, kejahatan, dan dosa. Sebaliknya, aspek Yang (positip) melambangkan hal-hal baik, kuat dll. Interaksi Yin & Yang ini menghasilkan segala sesuatu

dalam alam, seperti misalnya bumi & langit, wanita & pria, negatif & positif, dingin & panas yang selalu ada berpasangan dan merupakan komponen-komponen alam yang saling mengisi secara harmonis sekalipun bertentangan. Baik bumi maupun manusia dan mahluk lainnya akan mengalami malapetaka bila keseimbangan itu terganggu. Manusia dalam pandangan Taois adalah bagian dari alam semesta yang diciptakan oleh Tao dan manusia perlu mengalami perubahan yang harmonis dengan alam. Bila Tao dianggap sebagai 'prima causa' dan kekuatan mistik semesta atau makro cosmos, maka manusia dan mahluk-mahluk di bumi disebut mikro-kosmos yang semuanya memiliki 'Chi' dalam dirinya yang bekerja mengikuti irama keseimbangan Yin & Yang. Yang disebut keselamatan atau kesembuhan adalah bila tercapai keselarasan antara irama Yin & Yang manusia dan mahluk dengan Yin & Yang semesta alam, dan tugas manusia adalah mengusahakan keseimbangan tersebut. Manusia disebut sehat dan sejahtera bila keseimbangan itu terjaga, tetapi kalau keseimbangan itu terganggu, maka manusia akan jatuh sakit atau kesejahteraannya menurun. Tugas manusia dalam hidupnya adalah menjaga keseimbangan Yin & Yang ini agar senapas dengan Yin & Yang alam semesta, dan tugas penyelamatan adalah mencapai harmoni manusia dengan alam, Chi dengan Tao. Bagi Taoisme, alam semesta adalah kekal dari dahulu sampai sekarang dan tetap dalam keseimbangan kosmis demikian, demikian juga yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Cara dan Jalan keselamatan dalam Taoisme adalah sikap berdiam diri secara pasif dan perenungan/ kontemplasi mistik dan 'usaha penyatuan dengan Tao yang tidak bernama.' Dalam latihan silat, jalan itu dilakukan dengan gerakan seperti Tao-Chi. Bila semula para pengikut Taoisme lebih bersifat usaha pencarian secara pribadi dalam perkembangan berikutnya mereka membentuk kelompok agama dengan kuil-kuil dan patung-patung. Semula ajaran Taoisme bersifat filosofis, tetapi kemudian ajaran ini berkembang menjadi mistis dan magis dengan upacara-upacara yang bisa menjurus pada tahyul setelah mengalami sinkretisasi dengan agama leluhur. Bila kita melihat bahwa dalam Taoisme, Tao itu digambarkan sebagai 'energi' semesta yang menjadi penyebab pertama (prima causa), maka konsep Chi adalah energi yang menghidupkan manusia. Keberadaan energi Chi ini dipercaya sebagai melingkupi seluruh tubuh manusia dan berbentuk sinar sekeliling tubuh manusia yang disebut sebagai 'Aura.' Sama dengan apa yang dipercayai dalam Yoga, dalam penyembuhan Cina dikenal pula 'pusat-pusat energi' (chakra). Berdasarkan teori soal energi inilah maka disebutkan bahwa bila keseimbangan energi itu terganggu maka seseorang akan mengalami ketidak seimbangan kesehatan tubuh atau sakit dan untuk memulihkannya dilakukan usaha-usaha mengembalikan keseimbangan energi tersebut sehingga manusia kembali menjadi sehat. Jadi keseimbangan energi harus dijaga dalam proses penyembuhan Cina, dan lebih dari itu, sebagai mikro-kosmos yang menjadi bagian dari makrokosmos, manusia harus berusaha agar keseimbangan itu selaras dengan keseimbangan alam semesta. Sekarang bagaimana manusia mengusahakan keseimbangan energi 'Chi' tersebut? Menurut sistem penyembuhan Cina ada berbagai cara untuk melakukan hal itu, seperti misalnya melalui (1) makanan & minuman yang tertib dan sehat seperti vegetarian (tidak makan daging). Ini merupakan usaha yang pasif atau perilaku biasa sehari-hari. Selanjutnya usaha aktif dilakukan melalui TaoRevitalisasi yaitu yang mencakup (2) latihan pernafasan; (3) pengolahan pikiran/batin; dan (4) gerakan tubuh. Orang-orang mengkaitkan usaha pengolahan batin melalui Tao-Revitalisasi itu jauh sampai kepada Kaisar Kuning yang menulis kitab 'Nei Ching' yang sudah disebutkan terdahulu. Aplikasi praktis dalam bidang kesehatan dalam Tao-Revitalisasi dipopulerkan melalui berbagai nama seperti Chi-Kung, Tai-Chi dan Waitankung. Diantaranya yang paling populer adalah latihan 'pernafasan' Chi-Kung yang juga disebut sebagai Nei-Kung. Chi Kung sekarang juga dikenal sebagai aliran keagamaan Fa Lun Gong.

Bersambung ke Majalah Teologi-maya # 02 KESELAMATAN DALAM AGAMA-AGAMA DUNIA (2) (Agama Monotheisme)
10

Vous aimerez peut-être aussi