Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan oleh akibat-akibat tertentu atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan.1,2
Frekuensi abortus sukar ditentukan karena abortus buatan banyak tidak dilaporkan, kecuali apabila terjadi komplikasi. Abortus spontan kadang-kadang hanya disertai gejala dan tanda ringan, sehingga pertolongan medik tidak diperlukan dan kejadian ini dianggap sebagai terlambat haid sehingga wanita itu sendiri tidak mengetahui bahwa ia sudah hamil. Di Indonesia diperkirakan frekuensi abortus spontan berkisar 10-15%. Setiap tahunnya diperkirakan ada 5 juta kehamilan per-tahun, dengan demikian setiap tahun terjadi 500.000-750.000 abortus spontan.3
Data rekam medik di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2006 mnunjukkan angka kejadian abortus sebesar 123 kasus dengan kejadian abortus imminens sebanyak 106 kasus (86,17%), abortus komplit sebanyak 2 kasus (1,62%), abortus inkomplit sebanyak 12 kasus (9,75%) dan missed abortion sebanyak 3 kasus (2,44%).4
Abortus dapat menimbulkan komplikasi berupa perdarahan dan infeksi. Abortus terkomplikasi berkontribusi terhadap kematian ibu sekitar 15%. Data tersebut seringkali tersembunyi di balik data kematian ibu akibat perdarahan atau sepsis. Data lapangan menunjukkan bahwa sekitar 60-70% kematian ibu disebabkan oleh perdarahan, dan sekitar 60% kematian akibat perdarahan tersebut, atau sekitar 35-40% dan seluruh kematian ibu, disebabkan oleh perdarahan postpartum.3
Berdasarkan data diatas mengenai tingginya angka kejadian abortus dan komplikasi yang menyertainya, maka pengetahuan mengenai diagnosis dan penatalaksanaan abortus sangat penting untuk menurunkan angka kematian ibu. 4
2.1 Definisi Aborsi Abortus adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan dengan usia kehamilan sebelum 20 minggu dan berat janin kurang dari 500 gram.1,2 2.2 Etiologi Etiologi terjadinya abortus dapat disebabkan oleh bermacam-macam faktor yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Kelainan perkembangan zygot, 49% dengan degenerasi embrio (blighted ovum) 50 60 % disebabkan kelainan kromosom dari hasil konsepsi. Faktor maternal Penyakit infeksi Gangguan nutrisi yang berat Penyakit kronis Alkoholik dan perokok Anomali uterus dan serviks Gangguan immunologi
10. Trauma
2.3 Patofisiologi Patofisiologi kelainan yang terpenting ialah perdarahan dalam decidua dan nekrose sekitarnya. Karena perdarahan ini ovum terlepas sebagian atau seluruhnya dan berfungsi sebagai benda asing yang menimbulkan kontraksi. Kontraksi ini akhirnya mengeluarkan isi rahim. Sebelum minggu- ke 10 telur biasanya dikeluarkan dengan lengkap. Hal ini disebabkan karena sebelum minggu ke 10 villi chorialis belum menanamkan diri dengan erat ke dalam decidua, hingga telur mudah terlepas keseluruhannya. Antara minggu ke 10 - 12 chorion tumbuh dengan cepat dan hubungan villi chorialis dengan decidua makin erat, hingga mulai saat tersebut sering sisa-sisa chorion (placenta) tertinggal kalau terjadi 2
abortus. Kadang-kadang telur yang lahir dengan abortus mempunyai bentuk yang istimewa, misalnya : 1. Telur kosong (blighted ovum) yang berbentuk kantong amnion berisi air tuban tanpa janin. 2. Mola cruenta adalah telur yang dibungkus oleh darah kental. Mola cruenta terbentuk, kalau abortus terjadi dengan lambat laun hingga darah
berkesempatan membeku antara decidua dan chorion. Kalau darah beku ini sudah seperti daging disebut juga molacarnosa. 3. Mola tuberosa ialah telur yang memperlihatkan benjolan-benjolan disebabkan haematom-haematom antara amnion dan chorion. 4. Nasib janin yang mati bermacam-macam, ka.lau masih sangat kecil dapat diabsorbsidan hilang. Kalau janin sudah, agak besar, maka cairan amnion diabsorbsi hirrgga janin tertekan : foetus compressus. Kadang-kadang janin menjadi kering, mengalami rnummifikasi hingga menyerupai perkamen : foetus papyraceus. Foetus papyraceus lebih sering terdapat pada kehamilan kembar ; pada abortus biasa, jarang terjadi. Mungkin juga janin yang sudah agak besar mengaiami macerasi. 2,6
2.4 Klasifikasi Abortus terbagi menjadi beberapa berdasarkan cara terjadinya, dan bentuk klinisnya. 1. Cara Terjadinya : a. Abortus spontan b. Abortus provokatus Kriminalis. Medisinalis 2. Bentuk klinis a. Abortus iminens. b. Abortus insipiens. c. Abortus inkompletus. d. Abortus kompletus. e. Abortus habitualis. 3
2.4.1. Abortus Spontan Abortus spontan adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktorfaktor mekanis atau pun medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah. Abortus spontan dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu : 1. Abortus Kompletus (Keguguran lengkap) Abortus yang disertai dengan pengeluaran hasil konsepsi (desidua dan fetus), sehingga rongga rahim kosong. Terapi: hanya dengan uterotonika. 2. Abortus Inkompletus (Keguguran bersisa) Abortus yang disertai dengan pengeluaran sebagian dari hasil konsepsi dengan meninggalkan desidua atau plasenta.
Gejala klinis yang ditemukan antara lain adalah amenorea, sakit perut, dan mulas-mulas; perdarahan yang bisa terjadi dapat sedikit atau banyak, dan biasanya berupa stolsel (darah beku); sudah ada keluar fetus atau jaringan; pada abortus yang sudah lama terjadi atau pada abortus provakatus yang dilakukan oleh orang yang tidak ahli, sering terjadi infeksi. Pada pemeriksaan dalam (V.T.) untuk abortus yang baru terjadi didapati serviks terbuka, kadang-kadang dapat diraba sisa-sisa jaringan dalam kanalis servikalis atau kavum uteri, serta uterus yang berukuran lebih kecil dari seharusnya.
Pemeriksaan USG hanya dilakukan bila kita ragu dengan diagnosis secara klinis. Besar uterus telah lebih kecil dari umur kehamilan dan kantong gestasi sudah sulit dikenali, kavum uteri tampak massa hiperekoik yang bentuknya tak beraturan. Penatalaksanaan yang dilakukan yaitu bila ada tanda-tanda syok maka atasi dulu dengan pemberian cairan dan transfusi darah. Kemudian keluarkan jaringan secepatmungkin dengan metode digital dan kuretase. Setelah itu beri obatobat uterotonika dan antibiotika. 3. Abortus Insipiens (Keguguran sedang berlangsung) Adalah abortus yang sedang berlangsung, dengan ostium sudah terbuka dan ketuban yang teraba. Kehamilan tidak dapat dipertahankan lagi. Terapi: seperti abortus inkompletus. 4. Abortus Iminens (Keguguran membakat) Keguguran membakat dan akan terjadi. Dalam hal ini keluarnya fetus masih dapat dicegah dengan memberikan obat-obat hormonal dan antispasmodika serta istirahat. Kalau perdarahan setelah beberapa minggu masih ada, maka perlu ditentukan apakah kehamilan masih baik atau tidak. Kalau reaksi kehamilan 2 kali berturut turut negatif, maka sebaiknya uterus dikosongkan (kuret). 5. Missed Abortion Adalah keadaan dimana janin sudah mati, tetapi tetap berada dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih. Fetus yang meninggal ini (a) bisa keluar dengan sendirinya dalam 2-3 bulan sesudah fetus mati; (b) bisa diresorbsi kembali sehingga hilang; (c) bisa terjadi mengering dan menipis yang disebut: fetus papyraceus; atau (d) bisa jadi mola karnosa, dimana fetus yang 5
sudah mati 1 minggu akan mengalami degenerasi dan air ketubannya diresorbsi. Gejala: Dijumpai amenorea; perdarahan sedikit-sedikit yang berulang pada permulaannya, serta selama observasi fundus tidak bertambah tinggi, malahan tambah rendah. Kalau tadinya ada gejala-gejala kehamilan. belakangan menghilang, diiringi dengan reaksi kehamilan yang menjadi negatif pada 2-3 minggu sesudah fetus mati. Pada pemeriksaan dalam, serviks tertutup dan ada darah sedikit. Sekali-sekali pasien merasa perutnya dingin atau kosong. Terapi: Berikan obat dengan maksud agar terjadi his sehingga fetus dan desidua dapat dikeluarkan, kalau tidak berhasil lakukan dilatasi dan kuretase. Dapat juga dilakukan histerotomia anterior. Hendaknya pada penderita juga diberikan tonika dan antibiotika. Komplikasi: Bisa timbul hipo atau afibrinogenemia. Fetus yang sudah mati begitu melekatnya pada rahim sehingga sulit sekali untuk dilakukan kuretase. 6. Abortus Habitualis (Keguguran berulang) Abortus yang terjadi dimana penderita mengalami keguguran berturut-turut 3 kali atau lebih. Menurut HERTIG abortus spontan terjadi dalam 10% dari kehamilan dan abortus habitualis 3,6-9,8% dari abortus spontan. Kalau seorang penderita telah mengalami 2 kali abortus berturut-turut maka optimisme untuk kehamilan berikutnya berjalan normal adalah sekitar 63%. Kalau abortus 3 kali berturut-turut, maka kemungkinan kehamilan ke 4 berjalan normal hanya sekitar 16%. Etiologi: (1) Kelainan dari ovum atau spermatozoa, dimana kalau terjadi pembuahan hasilnya adalah pembuahan yang patologis.(2) Kesalahan-kesalahan pada ibu, yaitu disfungsi tiroid, kesalahan korpus luteum, kesalahan plasenta, yaitu tidak sanggupnya plasenta menghasilkan progesteron sesudah korpus luteum atrofis. Ini dapat dibuktikan dengan mengukur kadar pregnandiol dalam urin. Selain itu juga bergantung kepada keadaan gizi si ibu (malnutrisi), kelainan antomis dari rahim, febris undulands (contagious abortion), hipertensi oleh karena kelainan pembuluh darah sirkulasi pada plasenta/villi terganggu dan fetus jadi mati. Dapat juga gangguan psikis, serviks inkompeten, atau rhesus antagonisme. 6
Pemeriksaan: (1) Histerosalfingografi,u ntuk mengetahui ada tidaknya mioma uterus submukosa dan anomali kongenital. (2) BMR dan kadar jodium darah diukur untuk mengetahui apakah ada atau tidak gangguan glandula thyroidea. (3) Psiko analisis. Terapi: Pengobatan pada kelainan endometrium pada abortus habitualis lebih besar hasilnya jika dilakukan sebelum ada konsepsi daripada sesudahnya. Merokok dan minum alkohol sebaiknya dikurangi atau dihentikan. Pada serviks inkompeten terapinya adalah operatif: SHIRODKAR atau MC DONALD (cervical cerclage). 7. Abortus Infeksiosus dan Abortus Septik Abortus infeksiosus adalah keguguran yang disertai infeksi genital. Abortus septik adalah keguguran disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman atau toksinnya ke dalam peredaran darah atau peritoneum. Hal ini sering ditemukan pada abortus inkompletus, atau abortus buatan, terutama yang kriminalis tanpa memperhatikan syarat- syarat asepsis dan antisepsis. Bahkan pada keadaan tertentu dapat terjadi perforasi rahim. Diagnosis : (a) Adanya abortus: amenore, perdarahan, keluar jaringan yang telah ditolong di luar rumah sakit (b) Pemeriksaan: kanalis servikalis terbuka, teraba jaringan, perdarahan, dan sebagainya (c) Tanda-tanda infeksi alat genital: demam, nadi cepat, perdarahan. berbau, uterus besar dan lembek, nyeri tekan, lekositosis (d) Pada abortus septik: kelihatan sakit berat, panas tinggi, menggigil. nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun sampai syok. Perlu diobservasi apakah ada tanda perforasi atau.akut abdomen. Terapi: (1) Bila perdarahan banyak, berikan transfusi darah clan cairan yang cukup (2) Berikan antibiotika yang cukup dan tepat (buat pemeriksaan pembiakan dan uji kepekaan obat): - Berikan suntikan penisilin 1 juta satuan tiap 6 jam Berikan suntikan streptomisin 500 mg setiap 12 jam. - Atau antibiotika spektrum luas lainnya. (3) 24 sampai 48 jam setelah dilindungi dengan antibiotika - atau lebih cepat bila terjadi perdarahan banyak; lakukan dilatasi dan kuretase untuk mengeluarkan basil konsepsi (4) Infus dan pemberian antibiotika diteruskan menurut kebutuhan dan kemajuan penderita (5) Pada abortus septik terapi sama 7
saja, hanya dosis dan jenis antibiotika ditinggikan dan dipilih jenis yang tepat sesuai dengan hasil pembiakan dan uji kepekaan kuman. (6) Tindakan operatif, melihat jenis komplikasi dan banyaknya perdarahan; dilakukan bila keadaan umum membaik dan panas mereda.8,9,10
2.4.2. Abortus Provakatus (induced abortion) Adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat-obatan maupun alat-alat. Abortus ini terbagi lagi menjadi: a. Abortus Medisinalis (abortus therapeutica) Adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli. b. Abortus Kriminalis Adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.10
2.5 Komplikasi Komplikasi yang dapat terjadi pada abortus yaitu : 1. Perdarahan. 2. Kerusakan alat genitalia. 3. Infeksi berakhir dengan infertilitas dan peningkatan hamil ektopik.9
10
Pemeriksaan fisik (Saat MRS) Status Generalis : Vital sign : - Tekanan darah - Nadi Berat badan Tinggi badan Kepala : - Mata - Hidung - Mulut - Telinga : 43 kg : 150 cm : Konjungtiva anemis (+/+) : Normal : Normal : Normal : 100/70 mmHg : 78 kali/menit - Suhu - Pernafasan : 36,5 C : 20 kali/menit
Leher : Pembesaran kelenjar (-/-) Dada : - Paru - Jantung Perut : : Bentuk flat : Hepar dan lien tak teraba Massa (-), nyeri tekan (+) Perkusi : Timpani : Perkusi sonor, auskultasi vesikuler, ronki (-/-), wheezing (-/-) : S1:S2 tunggal reguler, bising jantung (-)
Inspeksi Palpasi
Status Obstetrik : Pemeriksaan Luar Pemeriksaan Dalam : TFU : tidak teraba : V/V normal, portio kuncup, keluar jaringan, stosel (+)
11
Darah lengkap o Leukosit o Hb o HCT o Platelet o BT o CT Urin Lengkap Berat jenis : 1,015 Warna : merah keruh Blood : +4 pH : 7 protein : +3 epitel + Lekosit : 3-5 Eritrosit : penuh PP test (+) 14.400 10 g/dl 30,5 % 343.000/mm3 2 8
2. USG (4/04/2008)
Uterus normal, ukuran 6,4 x 8,6 cm, GS dan janin tidak tampak. Ada gambaran echogenic didaerah fundus uterus, tidak tampak jaringam fetus. Liver, gall blader, pancreas, spleen, kedua kidney, urinary bladder dan caecum tidak tampak kelainan. Tidak ada ascites intra abdomen et pelvic
Diagnosa kerja G1P0A0 + suspek abortus inkomplit Penatalaksanaan 1. Amoxicilin 3x1 gr 2. Asam mefenamat 3 x 500 mg 3. Observasi vital sign dan tanda perdarahan 4. Pasang DC 12
BAB 4 PEMBAHASAN
NO 1 Abortus adalah
TEORI berakhirnya
dengan pengeluaran hasil konsepsi dengan usia kehamilan < 20 minggu dan berat janin < 500 gram 2 Etiologi Kelainan perkembangan zygot, Kelainan kromosom dari hasil konsepsi. Faktor maternal Penyakit infeksi Gangguan nutrisi yang berat Penyakit kronis Alkoholik dan perokok Anomali uterus dan serviks Gangguan immunologis Trauma. 5 3 Diagnosis Abortus Inkomplit a. Gejala klinis - Amenorea, - Sakit perut, dan mulas-mulas; - Perdarahan (sedikit atau banyak), Diagnosis Abortus Inkomplit a. Anamnesa - Pasien mengeluh kram dan nyeri perut sejak 1 hari sebelum MRS, disertai Perdarahan sekitar 4 sarung dan2 pembalut. - Keluar gumpalan darah dan jaringan seperti hati ayam terjadi b. Pemeriksaan Luar TFU tidak teraba 13 Abortus pada pasien ini kemungkinan disebabkan oleh trauma, karena dari anamnesa diperoleh sekitar 12 jam sebelum mengalami abortus pasien menempuh perjalanan menggunakan motor pada jalan berlubang dan
berupa stolsel (darah beku) - Sudah ada keluar fetus atau jaringan; b. Pemeriksaan dalam (V.T.) : - Untuk abortus yang baru
c. Pemeriksaan Dalam
jaringan dalam kanalis servikalis atau Vulva/Vagina normal, portio menutup, kavum uteri, - Serta uterus yang berukuran lebih kecil dari seharusnya. keluar jaringan, stosel (+) d. Laboratorium PP test (+) e. USG
Uterus normal, ukuran 6,4 x 8,6 cm, GS dan janin tidak tampak. Ada gambaran echogenic didaerah fundus uterus, tidak tampak jaringam fetus. Kesan : Suspect abortus complete
f. Hasil Operasi Dilakukan kuret, keluar sisa konsepsi 10cc Diagnosa pre operatif : ab inkomplit Diagnosa post operatif : Ab inkomplit 8 Komplikasi Perdarahan. Kerusakan alat genitalia. Pasien ini mengalami perdarahan yang cukup banyak disertai infeksi Vital Sign :
Suhu Nadi Pernafasan : 36,5 C : 78 kali/menit
Infeksi berakhir dengan infertilitas dan Tekanan darah : 100/70 mmHg peningkatan hamil ektopik .
: 20 kali/menit
Pemeriksaan penunjang : - Hb saat MRS 10 g/dl setelah 10 jam kemudian kadar Hb turun menjadi 7,5 g/dl - Leukosit 14.400/mm3 9 Penatalaksanaan : - Tangani tanda-tanda syok (pemberian cairan dan transfusi darah) Penatalaksanaan : 1. Awal (UGD) : - IVFD RL 20 tpm 14
- Kemudian keluarkan jaringan secepat mungkin kuretase - Memberikan uterotonika - Antibiotika dengan metode digital dan
- Tranfusi PRC 1 kolf - Amoksisilin 3x1 gr iv - Asam mefenamat 3x500mg tablet - Observasi vital sign 2. Ruangan : - IVFD RL 20 tpm - Cefadoxyl 2 x 500mg tablet - Asam Mefenamat 3 x 500 mg tablet - Biosanbe 2 x 1 - Methergin tab 3 x 1 - Kuretase
15
Peristiwa
Penatalaksanann
Cek Hb cito
KU baik, perdarahan sedikit Telp radiologi, advis hasil USG besok Lapor Sp. OG : transfusi PRC 1 kolf, inj cefotaxim 1 gr. Skin tes cefotaxim, hasil (-) Injeksi cefotaxim 1 gr iv Pasien mengeluh pusing, TD: 100/60, n: 108, R: 24, t: 374 Lapor dr jaga : PCT 500mg, transfusi PRC pelan-pelan -
16
11.30
11.45
21.00
17-04-10 08.00 Perdarahan pervaginam sedikit, KU baik, TD : 105/60 mmHg, N : 100 x/i , t : 360C Mengantar pasien ke OK Menjemput pasien ke OK LAPORAN OPERASI : Diagnosa pre operatif : ab inkomplit Diagnosa post operatif : Ab inkomplit, sisa konsepsi Macam operasi : Kuret Laporan operasi: Dilakukan kuret, lalu juga keluar sisa konsepsi 10cc Terapi post operasi : 12.00 16.00 Cefat 2 x 500mg Mefinal 3 x 500 mg Biosanbe 2 x 1 Methergin tab 3 x 1
22.00
KU baik, TD : 110/70 mmHg , N : 92 x/i. Perdarahan (+) berkurang KU baik baik, TD : 110/70 mmHg
18-04010
Hasil Lab : Lekosit : 7.600 Hb : 8,0 Ht : 24.400 Trombosit : 186.000 Pasien pulang
17
KESIMPULAN
berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, kemudian direncanakan dilakukan kuretase, dengan hasil operasi, dilakukan kuret, keluar sisa konsepsi 10cc, Diagnosa pre operatif : ab inkomplit, Diagnosa post operatif : Ab inkomplit. Secara umum, alur penegakkan diagnosis dan penatalaksanaan pada pasien ini sudah tepat menurut literatur yang ada.
18
DAFTAR PUSTAKA 1. Cunningham, G.F, dkk. 2005. Obstetri Williams Ed 2. Jakarta : EGC. Hal : 951-975 2. Hadjanto. B. 2008. Perdarahan Pada Kehamilan Muda. Dalam : Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal : 459-473 3. Azahari. 2002. Masalah abortus dan kesehatan reproduksi perempuan. Bagian obstetri & ginekologi fk unsri/ rsmh palembang seminar kelahiran tidak diinginkan (aborsi) dalam kesejahteraan reproduksi remaja, palembang 25 juni 2002 4. Widyastuti, y. 2007. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Abortus Di Instalasi Rawat Inap Kebidanan RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang, Online : http://images.arikbliz.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/shn5mgokci oaa ls94q1/faktorfaktor%20yang%20berhubungan%20%20dengan%20kejadian%20abortus.do c?nmid=244992381, diakses 20 april 2010. 5. Opique. Abortus. http://www.rofiqahmad.wordpress.com, diakses tanggal 18 April 2010 6. Sastrawinata. S.R. 1984. Obstetri Patologi. Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung. Jakarta : EGC. Hal : 717 7. Bunga. S.R. 2006. Pedoman Diagnosis dan Terapi. Samarinda : SMF Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSUD AW. Sjahranie Kalimantan Timur. Hal : 1-6 8. Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi Jilid 1. Jakarta : EGC. Hal : 209-216 9. Manuaba, I.B.G. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB. Jakarta : EGC. Hal : 584-593 10. Achadiat, Chrisdiono M. 2004. Prosedur Tetap Obstetri dan Gnekologi. Jakarta : EGC. Hal 26-31
19