Vous êtes sur la page 1sur 74

DAFTAR ISI

Pengantar ................1

• Ke Mana Kalian akan Pergi dengan Fitnah ini? ................6

• Fenomena Ghuluw (Ekstrim) yang

Mengkhawatirkan................9

• Berjalan di bawah Bimbingan Ulama Kibar (Besar) adalah

Berkah ................13

• Fenomena Tarbiyah yang Mengkhawatirkan ................24

• Cirikhas Mereka dalam fitnah ini................60

Penutup ................68
‫أين تذهبون بهذه الفتنة؟‬

PENGANTAR

‫بسم اهلل الرمحن الرحيم‬

‫إن احلمد هلل حنمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ باهلل من‬


‫شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا من يهده اهلل فال مضل‬
‫ وأشهد أن ال إله إال اهلل‬,‫له ومن يضلل فال هادي له‬
‫ وصلى اهلل عليه وعلى‬,‫وأشهد أن حممدا عبده ورسوله‬
.‫آله ومن وااله‬

Sungguh teramat berat rasanya bagi penulis secara pribadi
untuk berbicara dalam fitnah ini. Namun apa hendak dikata,
sudah merupakan kemestian bagi kami dari kalangan para du’at
salafiyyin yang mengerti hakekat fitnah ini untuk berbicara.
Memberi penjelasan kepada sebagian salafiyyin Indonesia yang
tengah dilanda kebingungan dan digoncang oleh fitnah yang
membabi buta ini.
Sebenarnya Al-Walid Imam ahlil jarh wat ta’dil Al-’Allamah
Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali hafidzahullah bersama para ‘ulama


Ke mana Kalian akan Pergi dengan Fitnah ini?

kibar (besar) telah menghimbau seluruh pihak untuk meredam


fitnah ini dan menghentikan penyebaran rekaman-rekaman dan
malzamah-malzamah (artikel-artikel) tentang fitnah.
Namun Asy-Syaikh Yahya dan pengikutnya enggan kecuali
semakin mengobarkannya dan menyebarkannya. Nasehat ‘ulama
sudah tidak lagi diindahkan bahkan martabat dan kehormatan
mereka dijatuhkan. Pelecehan dan cercaan kepada ‘ulama pewaris
Nabi n merupakan hal biasa di sisi mereka. Memenuhi rekaman-
rekaman dan malzamah-malzamah (artikel-artikel) yang terus
mereka produksi dan mereka sebarkan hingga merambah negeri
ini dan mengganggu ketenangan dakwah salafiyyah. Upaya
yang begitu serius untuk menyeret salafiyyun Indonesia masuk
dalam fitnah ini. Sampai pada tahap pelecehan dan penghizbian
terhadap da’i-da’i yang tidak menyambut fitnah mereka dan
secara terang-terangan menunjukkan mauqif-nya (sikapnya) yang
berseberangan.
Fitnah semakin menyala di negeri ini, ukhuwah salafiyyin
semakin terancam. Bahkan mulai tercabik-cabik meskipun
baru melanda sebagian tempat saja. Maka sayapun memohon
pertolongan kepada Allah l untuk menulis artikel yang singkat
ini demi memberi pencerahan kepada salafiyyun tentang hakekat
fitnah yang sedang terjadi. Sebagai nasehat dan pembelaan martabat
dan kehormatan ‘ulama yang terzhalimi, serta menyadarkan
pihak yang menzhalimi agar berbenah diri sebelum semakin jauh
melangkah dalam fitnah.
Rasulullah n bersabda:

‫َابِه َو ِل َر ُس ْو ِلِه‬ َ ‫ مِلَ ْن؟ َق‬:‫ ُقْلنَا‬.‫لديْ ُن النَّ ِصيْ َحُة‬


ِ ‫ للِهَِّ َو ِل ِكت‬:‫ال‬ ِّ ‫ا‬
َ ْ‫َو َألِئ َّمِة المُْ ْسِل ِم ن‬
.‫ي َو َع َّامتِ ِه ْم‬


‫أين تذهبون بهذه الفتنة؟‬

“Agama itu nasehat”. Kami berkata: “Untuk siapa?”, Rasulullsh


menjawab: “Untuk Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, Imam-Imam
kaum muslimin dan keumuman kaum muslimin.” (HR. Muslim
dari Abi Ruqayyah Tamim bin Aus Ad-Dari z)

Berkata Al-Imam Al-’Allamah Al-’Utsaimin t dalam


Syarh Riyadhis Shalihin pada syarah hadits ini:

“Di antara nasehat untuk imam-imam kaum muslimin


(‘ulama) adalah tidak boleh menelusuri dan membongkar
aib-aib mereka, ketergelinciran-ketergelincaran mereka
dan kesalahan-kesalahan mereka. Karena mereka bukan
orang-orang yang ma’shum (terjaga) dari kesalahan,
terkadang mereka tergelincir dan keliru.

.‫كل ابن آدم خطاء وخري اخلطائني التوابون‬

“Setiap anak keturunan Adam ber potensi untuk


melakukan kesalahan dan sebaik-baik pelaku kesalahan
adalah yang bertaubat.”

Kemudian beliau (Al-’Utsaimin t) berkata:

“Oleh karena itu aku berkata: “wajib bagi kita untuk


menjaga kehormatan ‘ulama kita dan membela kehormatan
mereka serta memberi ‘udzur atas kesalahan-kesalahan
mereka. Namun hal ini tidaklah menghalangi kita untuk
menghubungi mereka, bertanya kepada mereka, membahas
permasalahan bersama mereka dan mendiskusikannya
dengan mereka. Sehingga kita benar-benar menjadi
orang-orang yang memberi nasehat dengan ikhlas untuk
imam-imam kaum muslimin.”

Rasulullah n bersabda:


Ke mana Kalian akan Pergi dengan Fitnah ini?

.ً‫ْص ْر أخاَ َك ظاَمِلاً أَ ْو َم ْظُل ْوما‬


ُ ‫ان‬
“Tolonglah saudaramu, yang menzhalami ataukah terzhalami.”
(HR. Bukhari dari hadits Anas bin Malik z)

Martabat dan kehormatan para ‘ulama pewaris Nabi n


dan imam-imam kaum muslimin sungguh telah dihinakan dan
dijatuhkan di hadapan umum tanpa kendali dengan fitnah yang
membabi buta ini. Berikut martabat dan kehormatan para du’at
yang berjalan mengikuti jejak mereka dalam menghadapi fitnah
ini ikut menjadi korban pihak-pihak yang tidak bertanggung
jawab dalam memberi nasehat.
Maka merupakan kewajiban bagi kami untuk membela
martabat dan kehormatan mereka sebagai nasehat dan peringatan,
semoga ada manfaatnya.

‫ﭽ ﭭ ﭮ ﭯ ﭰ ﭱﭼ‬
“Berilah peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu
bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.” (Adz-Dzariyat:
55)

Hal ini seiring dengan datangnya izin dari Asy-Syaikh Rabi’


yang membolehkan penyebaran bantahan ilmiah yang berasaskan
pembelaan dari kezhaliman yang mewarnai dan menghiasi tulisan-
tulisan para pengikut Asy-Syaikh Yahya.
Namun yang cukup menarik untuk diperhatikan bahwa
di sela-sela fitnah ini mereka telah terjatuh dalam kesalahan
ilmiah yang bersifat prinsip dalam manhaj. Juga fenomena ghuluw
(ekstrim/berlebih-lebihan) dalam pujian terhadap Asy-Syaikh
Yahya merupakan kasus berbahaya yang sedang melanda mereka.
Seiring dengan fenomena krisis adab dan pembangkangan


‫أين تذهبون بهذه الفتنة؟‬

terhadap nasehat-nasehat ahlul’ ilmi pewaris para Nabi n yang


sedang melanda mereka.
Semoga Allah l memberikan keikhlasan niat dan hidayah
(cahaya ilmu) serta taufiqnya kepada kita dalam setiap ucapan
dan amalan kita. Sebagai bekal berharga untuk menghadapi hari
perhitungan yang pasti.

‫ ﭱ ﭲ ﭳ ﭴ ﭵ ﭶ ﭼ‬. ‫ﭽﭪ ﭫ ﭬ ﭭ ﭮ ﭯ‬
“Hari yang tidak bermanfaat padanya harta dan anak-anak.
Kecuali yang datang menghadap kepada Allah l dengan qalbu
yang selamat.” (Asy-Syu’ara’: 88-89)

Abu Abdillah Muhammad As-Sarbini Al-Makassari


Selesai ditulis 6 Rabi’ul Awal 1430 H


‫أين تذهبون بهذه‬
‫الفتنة؟‬

KE MANA KALIAN
AKAN PERGI DENGAN
FITNAH INI ?

Aku memuji Allah l Rabb sekalian alam yang telah


menganugerahkan nikmat-nikmatnya yang teramat besar kepada
hamba-hambanya. Allah l telah memberi nikmat yang amat besar
bagi umat islam di negeri ini dengan bertebarannya thalabatul ‘ilmi
dan du’at salafiyyin di berbagai pelosok negeri. Mereka mengajak
umat untuk berpegang teguh dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah
berdasarkan pemahaman Salafusshalih (para sahabat g ).
Manhaj Ahlussunnah waljama’ah, yaitu manhaj Rasululah n yang
diajarkannya kepada para Sahabatnya g, lalu diajarkan oleh
mereka kepada para Tabi’in t, lalu Tabi’in mengajarkannya
kepada Tabi’it Tabi’in t. Kemudian selanjutnya diwariskan
kepada Ahlul hadits dari generasi ke generasi sampai hari ini.
Allah l menghendaki dengan hikmahnya yang Maha Sempurna


‫أين تذهبون بهذه الفتنة؟‬

dan Maha Agung tumbuh dan berkembangnya dakwah salafiyah


yang penuh berkah di negeri ini. Negeri yang penuh dengan
kesyirikan, kebid’ahan dan khurafat serta berbagai macam corak
hizbiyyah. Pada era ini dakwah Salafiyyah di negeri ini benar-benar
berkembang dengan pesat. Sekian markaz dan ma’had Ahlussunah
tumbuh dan berkembang di hampir seluruh pelosok tanah air
yang menjanjikan masa depan yang cerah bagi anak negeri ini.
Semua ini semata-mata anugerah dan karunia dari Allah l.
Tiada kata yang pantas terucap selain ucapan ahlul jannah dalam
firman-Nya:

‫ﭽﯯ ﯰ ﯱ ﯲ ﯳ ﯴ ﯵ ﯶ ﯷ ﯸ ﯹ‬
‫ﯺﭼ‬
“Segala puji bagi Allah l yang telah memberi petunjuk kepada
kami (untuk masuk dalam jannahnya) dan tidaklah kami akan
terbimbing kalau bukan karena bimbingan Allah l.” (Al-a’raf:
43)

Para thalabatul ‘ilmi dan du’at yang ada dari kalangan


murid-murid Al-walid Al-Imam Al-mujaddid Al-’Allamah Al-
Muhaddits Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i t bersama murid-
murid Al-walid Al-mujahid Al-Muhaddits Imam Ahlil jarh wat
ta’dil Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali, Asy-Syaikh Muhammad
bin Hadi Al-Madkhali, Asy-Syaikh ‘Abdullah Al-Bukhari serta
masyayikh Ahlissunnah lainnya hafizhahullah telah berjuang dan
berta’awun dalam membangun dan mengembangkan dakwah ini.
Semoga Allah l tetap menjaga dan membimbing mereka untuk
istiqamah (konsisten) di atas manhaj salaf hingga ajal menjemput.
Semoga pula Allah l tetap menjaga kemurnian dakwah salafiyah


Ke mana Kalian akan Pergi dengan Fitnah ini?

yang sedang mereka perjuangkan agar tetap dinikmati kelak oleh


anak cucu negeri ini, amin.
Onak dan duri, rintangan dan cobaan, sudah menjadi
sunnatullah bagi hambanya-hambanya yang berjuang dalam
medan dakwah. Allah l:

‫ﭽﭠ ﭡ ﭢ ﭣ ﭤ ﭥ ﭦ‬
‫ﭧﭼ‬
“Sungguh kami akan menguji kalian hingga kami mengetahui
siapa di antara kalian yang benar-benar berjihad dan benar-
benar sabar, dan kami akan menguji berita-berita kalian.”
(Muhammad: 31)


‫أين تذهبون بهذه الفتنة؟‬

FENOMENA GHULUW (EKSTRIM)


YANG MENGKHAWATIRKAN

Pada era ini tak ayal lagi suatu fitnah yang dahsyat sedang
melanda dakwah salafiyah di negeri Yaman hingga merambah
ke negeri-negeri lainnya, termasuk di negeri ini. Hanya Allah l
yang Maha Tahu kesudahannya.
Fitnah membabi buta yang disulut dan dikobarkan apinya
oleh seorang syaikh yang selama ini dikagumi oleh salafiyyun, yaitu
Asy-Syaikh Yahya bin ‘Ali Al-Hajuri. Bermula dari vonis tanpa
hujjah bahwa Asy-Syaikh Al-Fadhil Abdurrahman bin Mar’i
dan Asy-Syaikh Al-Fadhil Abdullah bin Mar’i hafidzhumallah
keduanya adalah Hizbi.
Fitnah ini membawanya sampai pada predikat yang tidak
pernah dicapai dan disandang oleh imam-imam umat ini, pada
masa lalu dan masa sekarang. Bahkan para Nabi dan Rasul
sekalipun, kecuali Rasulullah Muhammad n . Dia sampai
diagungkan oleh pengikutnya dan pembelanya sebagai Imam
Ats-Tsaqalain (Imam bangsa jin dan manusia). Sebagai upaya
pembenaran atas ijtihadnya dalam setiap permasalahan dan
vonisnya kepada siapapun yang menyelisihinya. Padahal tidak
ada yang berhak digelari dengan gelar ini kecuali Rasulullah


Ke mana Kalian akan Pergi dengan Fitnah ini?

Muhammad n yang memang diutus secara menyeluruh kepada


seluruh bangsa jin dan manusia tanpa kecuali.
Bahkan sampai pada tahap diagungkan dan disucikan oleh
mereka bahwa jika jasadnya meleleh dagingnya akan menjadi
sunnah Rasul dan sisa tubuhnya yang lain akan menjadi ayat-
ayat Al-Qur’an. Igauan ini sejalan dengan ‘aqidah Mu’tazilah
yang menyatakan bahwa Al-Qur’an adalah makhluk dan bukan
kalam Allah l.
Padahal hal tersebut merupakan ghuluw (ekstrim/berlebih-
lebihan) yang tidak bisa ditolerir dan wajib diingkari. Oleh karena
itu para ulama dan masyayikh yang mendengar fenomena ini
mengingkarinya.
Bait-bait ini telah dibacakan di atas kepala Asy-Syaikh
Yahya dan dimuat sebagai lampiran pada buku Al-Khiyanah
Ad-Da’wiyyah karya Abdul Hamid Al-Hajuri yang telah dibaca,
direkomendasi dan diizinkan penyebarannya oleh Asy-Syaikh
Yahya. Namun sampai hari ini kami belum juga mendengar


Dua perkara ini tsabit (tetap) dilantunkan oleh sebagian dari para penyair kesayangan
Asy-Syaikh Yahya dalam rangka membelanya. Bait syair yang pertama berbunyi:
‫و إمام الثقلني اليمين‬ ‫وطعنك هذا يف عاملنا‬
”Dan celaanmu kepada alim kami Imam Ats-Tsaqalain Al-Yamani“
Bait yang lain berbunyi:
‫ولصار آيات الكتاب الباقي‬ ‫لو ذوبوه لذاب حلمه سنة‬
“ Kalau mereka melelehkannya sungguh dagingnya akan meleleh jadi sunnah
dan sisa tubuhnya yang lain akan menjadi ayat-ayat Al-Kitab (Al-Qur’an).”
Dua bait ini dimuat sebagai lampiran pada kitab berjudul Al-Khiyanah Ad-Da’wiyyah
karya Abdul Hamid Al-Hajuri, salah satu masyayikh baru (yunior) hasil rekomendasi
Asy-Syaikh Yahya. Kitab itu telah dibaca, direkomendasi dan diizinkan penyebarannya
oleh Asy-Syaikh Yahya. Hal ini berdasarkan apa yang tertulis pada sampul kitab.

10
‫أين تذهبون بهذه الفتنة؟‬

adanya pengingkaran ataupun taubat dari yang bersangkutan.


Tidak juga pengingkaran atau ralat dari ‘Abdul Hamid Al-Hajuri
atas termuatnya bait-bait tersebut sebagai lampiran pada bukunya,
wallahul musta’an.
Hal ini sangat berbeda dengan penampilan Al-Imam Al-
Mujaddid Al-’Allamah Al-Muhaddits Muhammad Nashiruddin
Al-Albani yang kami dengar sendiri dari rekaman tasjilat Silsilatul
Huda Wan Nur yang berjudul Da’watuna. Beliau disanjung
di hadapan umum sebagai muhaddits dan ‘alim ‘allamah yang
dirindukan mutiara-mutiara ilmunya, maka beliau menangis.
Kemudian beliau berucap penuh tawadhu’:

“Sesungguhnya aku hanyalah seorang thalibul ‘ilmi.


Maka tidak ada yang paling pantas aku ucapkan selain
ucapan Ash-Shiddiq Al-Akbar Abu Bakr Ash-Shiddiq
z jika mendengar seseorang memujinya:

‫ واجعلين خريا مما‬,‫اللهم ال تؤاخذني مبا يقولون‬


.‫ واغفر لي ما ال يعلمون‬,‫يظنون‬

“Ya Allah! Janganlah engkau menghukum aku dengan


sebab apa yang mereka katakan dan jadikanlah aku lebih
baik dari apa yang mereka sangka serta ampunilah aku
apa yang tidak mereka ketahui.”

Sungguh fenomena ghuluw ini menjadi qarinah (acuan)


yang kuat akan adanya ketidakberesan pada fitnah yang mereka

Dan ini bukan ghuluw (ekstrim/berlebih-lebihan) –insya Allah Ta’ala- bagi seorang Al-


Albani t. Namun beliau bukan seorang yang gila pujian dan kedudukan, sehingga
dirinya tidak sanggup menerima pujian setinggi itu.

11
Ke mana Kalian akan Pergi dengan Fitnah ini?

perjuangkan. Kalau memang yang mereka perjuangkan adalah


kebenaran dan pembelaan atas dakwah salafiyah, kenapa fenomena
ghuluw yang mengkhawatirkan ini sangat nampak pada mereka.
Bukankah ghuluw sangat bertentangan dengan manhaj salaf ?
Peringatan tentang bahaya ghuluw dalam Al-Qur’an dan As-
Sunnah merupakan sesuatu yang ma’ruf bagi Ahlussunnah.
Inikah bentuk kemurnian manhaj yang ada di “markaz
induk dakwah salafiyyah yang murni sedunia” asuhan Asy-Syaikh
Yahya?


Sebagaimana klaim Abu Fairuz pada tulisan-tulisannya.

12
‫أين تذهبون بهذه الفتنة؟‬

BERJALAN DI BAWAH
BIMBINGAN ULAMA KIBAR
(BESAR) ADALAH BERKAH

Realita yang pahit harus di terima oleh salafiyyun di


Indonesia. Tatkala para pengikut dan pembela setia Asy-Syaikh
Yahya dari kalangan murid-muridnya yang ta’ashshub (fanatik)
kepadanya melancarkan propagandanya. Propaganda yang
begitu serius untuk menyeret para du’at salafiyyin negeri ini agar
masuk dalam fitnah mereka. Demi terealisasinya kepentingan
kepentingan mereka.
Sangat transparan ambisi mereka untuk mendikte dakwah
salafiyah negeri ini dalam berbagai permasalahan dakwah menurut
kebijakan dakwah mereka. Kebijakan dakwah yang mengacu
kepada kebijakan dakwah syaikh mereka.
Adapun du’at salafiyyin negeri ini senantiasa menyandarkan
kebijakannya kepada para ulama kibar (besar) dan imam-imam

Pernyataan kami bahwa fitnah ini membawa kepentingan mereka bukanlah semata-mata


dari kami pribadi, melainkan Imam Ahlil jarh wat ta’dil masa ini Al-Walid Al-Muhaddits
Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali hafizhahullah yang menyifati mereka seperti itu. Beliau
berkata pada nasehat emasnya yang masyhur:

.‫فيهم أغراض شخصية‬


“Pada mereka ada kepentingan-kepentingan pribadi.”

13
Ke mana Kalian akan Pergi dengan Fitnah ini?

Ahlussunnah yang masih hidup maupun yang sudah meninggal.


Sudah menjadi prinsip mereka untuk selalu mengembalikan
urusan dakwah ini kepada ahlinya dari kalangan para imam-imam
Ahlissunnah dan ‘ulama kibar. Terutama masalah-masalah yang
bersifat kontemporer (kekinian) yang cenderung pelik dan rumit.
Hanya para ‘ulama yang matang dan luas ilmunya yang mampu
untuk memahaminya dengan seksama dan berfatwa lebih tepat.
Pada abad ini mereka adalah empat imam yang masyhur:
Al-Imam Al-Muhaddits Al-Albani, Al-Imam Al-Faqih ‘Abdul
‘Aziz bin baz, Al-Imam Al-Muhaddits Al-’Utsaimin, Al-Imam Al-
Muhaddits Muqbil Al-Wadi’i. Sepeninggal mereka masih tersisa Al-
’Allamah Ahmad An-Najmi yang juga sudah meninggal beberapa
bulan yang lalu, Al-’Allamah Shalih Al-Fauzan, Al-’Allamah Al-
Muhaddits Rabi’ bin Hadi Al- Madkhali, Al-’Allamah Al-Faqih
‘Ubaid Al-Jabiri, Al-’Allamah Muhammad bin ‘Abdil Wahhab Al-
Wushabi dan sederetan ‘ulama kibar lainnya hafizhahullah yang
masih hidup dan masyhur di kalangan salafiyyin.
Prinsip ini merupakan pengamalan terhadap firman Allah
l:

‫ﭽ ﭚ ﭛ ﭜ ﭝ ﭞ ﭟ ﭠﭼ‬
“Maka bertanyalah kepada ahlu ‘ilmi jika kalian tidak
mengetahui.” (An-Nahl: 43)

‫ﭽﮊ ﮋ ﮌ ﮍ ﮎ ﮏ ﮐ ﮑ ﮒﮓ ﮔ‬
‫ﮕﮖ ﮗﮘﮙ ﮚﮛﮜﮝ‬

14
‫أين تذهبون بهذه الفتنة؟‬

‫ﮞ ﮟﮠ ﮡ ﮢ ﮣ ﮤ ﮥ ﮦ‬
‫ﮧ ﮨ ﮩﭼ‬
“Jika datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan
atau ketakutan serta merta mereka menyiarkannya. Kalaulah
mereka menyerahkan urusan itu kepada Rasulullah n dan Ulil
Amri (para ‘ulama) di antara mereka, tentulah yang beristinbath
(menarik kesimpulan) dari mereka (Rasulullah n dan Ulil Amri)
akan mengetahuinya. Kalau bukan karena karunia dan rahmat
Allah l kepada kalian tentulah kalian mengikuti syaithan,
kecuali sebagian kecil saja (di antara kalian).” (An-Nisa’: 83)

Demikian pula sabda Rasulullah n:

.‫الب َكُة َم َع أَ َك ِاب ِر ُك ْم‬


ََ‫ر‬
“Berkah itu bersama orang-orang besar kalian (dalam hal ilmu
dan kedudukannya).” (HR. Al-Hakim, dishahihkan oleh Al-
Albani dalam Ash-Shahihah: 1778 dari Ibnu ‘Abbas z )

Rasulullah n juga bersabda:

ْ ِ‫س ِم ْن ُأ َّمي‬
‫ َويَ ْع ِر ْف‬,‫ َويَ ْر َح ْم َص ِغيرْ َ َنا‬,‫ت َم ْن مَلْ جُ ِي َّل َكبِيرْ َ َنا‬ َ ْ‫َلي‬
.‫ِل َعالمِِنَا‬
“Bukan termasuk ummatku siapa yang tidak memuliakan orang-
orang tua kami, tidak menyayangi orang-orang yang lebih muda
(kecil) di antara kami dan tidak mengetahui hak ‘ulama kami.”
(HR. Ahmad, Ath-Thabarani, Al-Hakim dan dihasankan oleh
Al-Albani dalam Shahih At-Targhib wa Tarhib no. 101)

Berkata Ibnu Mas’ud z:

15
Ke mana Kalian akan Pergi dengan Fitnah ini?

‫ َفإَِذا‬,‫اس خَِبيرْ ٍ َما أَ َخ ُذ ْوا اْل ِعْل َم َع ْن أَ َك ِاب ِر ِه ْم‬ ُ ‫َال يَز‬
ُ َّ‫َال الن‬
.‫ار ِه ْم َهَل ُك ْوا‬ َ
ِ ‫أ َخ ُذ ْوُه ِع ْن ِص َغ ِار ِه ْم َو ِش َر‬
“Umat akan senantiasa di atas kebaikan selama mereka
mengambil ilmu dari ulama-ulama besar mereka. Namun jika
mereka mengambil ilmu dari orang-orang kecil mereka dan orang-
orang jelek mereka, maka mereka akan binasa.” (Dikeluarkan
oleh Ibnu ‘Abdil Barr dalam Jami’ Bayanil ‘Ilmi wa Fadhlihi
Bab Halul ‘ilmi Idza Kana ‘Indal Fussaq wal Ardzal)

Ironisnya seringkali kebijakan syaikh mereka berseberangan


dengan kebijakan para ‘ulama kibar itu. Sebagai contoh: masalah
majalah dakwah yang merupakan salah satu ujung tombak dakwah
salafiyyah di negeri ini, masalah muassasah (yayasan) sebagai
payung hukum dakwah dan yang terkini adalah fitnah besar yang

Ketidaksetujuan mereka dengan penerbitan majalah dakwah yang bertolak dari fatwa


guru mereka bahwa dakwah dengan majalah adalah dakwah yang tidak berbobot
dan yang berbobot adalah buku. Alhamdulillah, majalah adalah merupakan salah
satu media dakwah yang besar manfaatnya di negeri ini baik di kalangan Salafiyyin
maupun di kalangan muslimin secara umum. Sebagian muslimin ada yang mendapat
hidayah mengenal manhajsalaf dan diberi taufiq menjadi salafy dengan sebab majalah.
Walhamdulillah, para penulis di majalah mereka juga tidak terlalaikan untuk menulis
buku dan sekian buku telah terbit dari sebagian mereka, jazahumullahu khairan. Juga,
sangat mungkin sebagian dari tulisan-tulisan di majalah untuk dikembangkan dan
disusun oleh penulisnya menjadi suatu buku kelak di kemudian hari.
Ketidak setujuan mereka dengan pendirian yayasan sebagai payung hukum dakwah


salafiyyah di negeri ini bertolak dari fatwa guru mereka bahwa hal itu muhdats (bid’ah).
Penulis sangat terkejut dan heran mendapati salah seorang dari mereka, yaitu Abu
Sulaim Sulaiman Al-Amboni menyatakan dalam artikelnya yang berjudul: Ya Ustadz!!
Ad-Dinun Nasihah bahwa menjadikan yayasan sebagai payung hukum dakwah adalah
bersandar kepada sesuatu yang tidak ada hakekatnya dan mengandung bentuk syirik kecil.
Na’udzu billah minasy syirki! Sepertinya saudara kita ini tidak tahu bahwa hal ini bukan
fatamorgana yang tidak berhakekat, bahkan merupakan realita yang tak bisa diingkari.
Hal ini adalah aturan hukum di negerimu jika hendak membuat perkumpulan dan
lembaga pendidikan (tarbiyah) yang terpisah dari pemerintah lengkap dengan sarana-

16
‫أين تذهبون بهذه الفتنة؟‬

sedang bergejolak saat ini. Lebih ironis lagi adik-adik kita yang
ada di Darul Hadits saat ini notabenenya para pemula (yunior)
yang baru saja menapakkan kakinya dalam medan ilmu dan belum
pernah menapakkan kaki dalam medan dakwah di negeri ini.
Wawasan mereka tentang dakwah ini yang masih dangkal
dan kecenderungan mereka untuk berpaling dari kebijakan
dakwah para ‘ulama kibar menjadikan mereka tampil aneh dan
kaku. Celakanya mereka ingin mendikte dakwah ini menurut
kibijakan mereka sendiri dengan cara-cara yang kaku dan kurang
bijak. Betapa butuhnya mereka belajar lebih banyak tentang adab-
adab seorang thalib dan da’i. Betapa butuhnya mereka untuk
mengenal ulama umat lebih dekat serta mengenal keagungan hak
mereka dalam fatwa dan dakwah.
Berkata Sufyan Ats-Tsauri t:
َ ‫اب يَت‬
‫َكَّل ُم ِعنْ َد اْملَ َشايِخ َوإِ ْن َكا َن َق ْد‬ َّ َّ ‫ت‬
‫الش‬ َ ْ‫إَِذا َرأَي‬
ِ
ُ‫س ِم ْن َخيرْ هِ َفإَِّنُه َقِليْل‬
ِ ْ ِ‫َبَل َغ ِم َن ا ْل ِعْل ِم َمبَْلغاً َفآي‬
.‫الحْ َيَاِء‬

sarana pendukungnya berupa mesjid, madrasah ataupun yang lainnya. Mashlahatnya


sangat besar di negerimu yang merupakan negeri ‘Ajam yang penuh dengan kesyirikan,
khurafat, bid’ah dan ikhtilat di sana sini. Jadi hal ini termasuk dalam bab menempuh
sebab yang bersifat mubah dan memiliki hakekat dalam mencapai maksud disertai
dengan bersandar sepenuhnya kepada Allah l akan hasilnya. Kita tidak mengatakan
bahwa dakwah tanpa yayasan tidak bisa berjalan. Bisa dan hal itu dilakukan oleh sebagian
du’at, namun sulit untuk dikembangkan sampai pada tingkatan salafiyyun berkumpul di
suatu tempat dan mendirikan lembaga pendidikan tersendiri lengkap dengan sarana-
sarananya. Oleh karena itulah para ‘ulama kibar berfatwa dengan ini untuk negara-
negara yang aturannya demikian. Al-Akh Al-Fadhil Askari Al-Bughisi hafizhahullah
sudah membahas dengan tuntas masalah ini dalam risalah kecil berjudul: Mendulang
Berkah Dengan Membuat Yayasan Salafiyyah yang Berlandaskan Tashfiyah Wat-
Tarbiyah Tanpa Dilumuri Fikrah Hizbiyyah Dan Meninggalkan Gerakan Sirriyyah.

17
Ke mana Kalian akan Pergi dengan Fitnah ini?

“Jika engkau melihat seorang pemuda berbicara di sisi


para masyayikh, meskipun dia telah mencapai ketinggian
ilmu, maka jangan lagi berharap kebaikan darinya. Karena
sesungguhnya orang tersebut kurang rasa malunya.”
(Dikeluarkan oleh Al-Baihaqi dalam Al-Madkhal
ila As-Sunan Al-Kubra’ Bab Tauqiril ‘Alim wal
‘ilmi)

Suatu tarbiyyah (pendididikan) yang sangat berbeda


dengan tarbiyah guru besar kami Al-Imam Muqbil Al-Wadi’i
mujaddid da’wah salafiyah di negeri Yaman.
Pada era beliau thalabah ditarbiyah untuk menghargai
dan menghormati para ulama, terutama ‘ulama kibar. Bahkan
dengan penuh tawadhu’ beliau memuji dan menyanjung para
ulama semasanya untuk menumbuhkan rasa cinta dan kestiqahan
(kepercayaan) terhadap mereka.
Mendidik mereka untuk bersikap bijak, lembut, ta’anni
(tenang dan berhati-hati) dan tidak gegabah serta terburu-buru
dalam menerima berita, memberi vonis dan mengambil sikap.
Di antara contohnya beliau duduk di atas kursinya dalam majelis
ketika meninggalnya Al-Imam Al-Albani ada seseorang yang
berdiri dan berkata: “Wahai Syaikhuna! Asy-Syaikh Al-Albani
menyebutmu dalam salah satu kitabnya berkenaan dengan suatu
hadits.”
Maka beliau (Asy-Syaikh Muqbil) terdiam sejenak, lalu
berkata: “Saya hanya seorang thalibul ‘ilmi.”
Lihatlah bagaimana hati-hatinya beliau dalam menanggapi
suatu berita yang disampaikan kepadanya yang belum tentu benar.
Dengan kalimat singkat yang penuh tawadhu’ beliau menutup
kesempatan bagi orang itu untuk menimbulkan fitnah.

18
‫أين تذهبون بهذه الفتنة؟‬

Beliau senantiasa mengajari mereka untuk saling


menghargai adanya perbedaan ijtihad di antara para ulama dalam
perkara-perkara ijtihadiyyah dengan tetap menjaga harga diri dan
kehormatan masing-masing pihak.
Beliau juga selalu mengarahkan murid-muridnya dengan
penuh kasih sayang dan kesabaran untuk menghindari perselisihan
dan perpecahan di kalangan thalabah. Karena hal itu akan menyita
waktu dan menyibukkan dari thalabul ‘ilmi.
Mendidik mereka untuk ta’awun dan saling menasehati
dengan bijak dalam memikul beban dakwah yang berat dan penuh
rintangan ini. Yang membutuhkan rijal dakwah (para aktivis
dakwah) yang berbekal keikhlasan, taqwa, ilmu, sifat hikmah
(bijak), kesabaran dan kehati-hatian serta sifat-sifat terpuji lainnya
yang semestinya dimiliki oleh setiap da’i.
Lihatlah bagaimana sang guru dan ayah yang bijak ini
mengajak dan mengamanahi murid-murid seniornya yang
merupakan para masyayikh kibar di negeri Yaman. Beliau mengajak
mereka dalam melanjutkan dakwah yang diwariskannya dengan
sebuah wasiat emas dan agung. Wasiat untuk ta’awun dengan
baik dan bermusyawarah di antara mereka dalam menyelesaikan
problematika dakwah di Yaman. Karena beliau mengetahui kadar
dan kemampuan murid-muridnya dan beratnya beban dakwah
yang harus dipikul oleh mereka. Mereka yang ditunjuk olehnya
adalah Asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdil Wahhab Al-Wushabi,
Asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdilllah Al-Imam, Asy-Syaikh
‘Abdul ‘Aziz bin Yahya Al-Bura’i, Asy-Syaikh ‘Abdullah bin
‘Utsman Adz-Dzamari dan yang lainnya hafizhahullah . Beliau
menggelari mereka sebagai Ahlul halli wal ‘aqdi, yaitu ulama
yang memiliki keahlian dan kemampuan dalam menyelesaikan
berbagai problema dakwah yang ada.
19
Ke mana Kalian akan Pergi dengan Fitnah ini?

Wasiat emas tersebut disambut baik oleh Al-Walid Al-


’Allamah Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali hafizhahullah yang diakui
sebagai Imam ahlil jarh wat ta’dil masa ini dan beliau menghimbau
untuk diaplikasikan dalam menyelesaikan fitnah ini. Seiring
dengan himbauan beliau untuk menjaga ukhuwah dan persatuan
salafiyyin yang mulai tercabik-cabik dengan fitnah ini.
Upaya menasehati yang bersangkutan juga telah dilakukan
oleh Al-Walid Al-’Allamah ‘Ubaid Al-Jabiri hafizhahullah . Beliau
salah satu ‘ulama kibar (besar) ternama yang merupakan salah
satu rujukan utama salafiyyun dalam urusan fatwa dan dakwah
pada masa ini. Dengan penuh ketenangan dan kesabaran beliau
berusaha menasehati dan menyadarkan Asy-Syaikh Yahya agar
meninjau kembali fitnah yang dikobarkannya dan berbenah
diri untuk menjadi seorang da’i yang beradab kepada sesama
du’at dan masyayikh. Nasehat penuh hikmah yang dibangun
di atas kematangan ilmu dan daya nalar yang tajam dalam
memahami fitnah ini. Fitnah yang telah menelan banyak korban
dan menzhalami banyak pihak serta mencabik-cabik ukhuwah
salafiyyin yang telah terbina dengan baik selama ini.
Namun yang bersangkutan tidak memberi sambutan positif
terhadap nasehat-nasehat itu dan tetap pada pendiriannya yang
salah. Bahkan menyikapi nasehat-nasehat ulama dengan cercaan
yang kotor dan vonis yang membabi buta.
Perlu diketahui bahwa terjadi beberapa kali ijtima’ kibar
ulama Yaman dalam upaya menyelesaikan fitnah ini. Yang
pertama di Ma’bar markaz Asy-Syaikh Muhammad Al-Imam
pada 12 Rabi’ul Akhir 1428 H. Yang kedua di Hudaidah markaz
Asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdil Wahhab Al-Wushabi pada
5 Muharram 1429 H untuk menuangkan hasil ijtima’ para

20
‫أين تذهبون بهذه الفتنة؟‬

masyayikh Yaman bersama Asy-Syaikh Rabi’ di musim haji 1428


H. Namun sayang seribu sayang hasil ijtima’ (pertemuan) para
masyayikh yang merupakan aplikasi dari wasiat itu dilecehkan
oleh Asy-Syaikh Yahya. Dia menghina ijtima’ Ma’bar dengan
mengatakan: “kencingi atasnya”.
Terkait dengan ijtima’ ini ada suatu manhaj yang sangat
aneh yang tidak pernah dicontohkan oleh Al-Walid Muqbil bin
Hadi sekalipun selama mengasuh Darul hadits Dammaj dan
memimpin dakwah di Yaman. Apakah gerangan? Ternyata ijtima’
itu hampir berhasil dan meredakan fitnah. Hampir saja Asy-Syaikh
‘Abdurrahman kembali menjadi sunni salafy di sisi Asy-Syaikh
Yahya setelah divonis olehnya sebagai hizbi kalau seandainya
Asy-Syaikh ‘Abdurrahman “minta maaf ” kepadanya. Secara terus
terang Asy-Syaikh Yahya menuntut permintaan maaf Asy-Syaikh
‘Abdurrahman sebagai syarat mutlak jika ingin dibebaskan dari
kehizbian olehnya. Hal ini dinyatakan olehnya dalam kaset
berjudul: Muthalabah ‘Abdir Rahman bil I’tidzar. Namun
karena lembaran hasil ijtima’ tersebut tidak memuat permintaan
maafnya, maka ijitima’ itupun harus gagal begitu saja.
Selanjutnya pelecehan terhadap ijtima’ Hudaidah sampai
pada tahap divonis olehnya sebagai muhdats (bid’ah) dalam
kasetnya yang berjudul Nashihatul Ahbab. Motivasinya tidak

 Lihat buku Nasehat & Teguran Guru Yang Arif & Bijak Terhadap Murid Yang Tidak
Beradab Dalam Berucap & Bertindak terjemahan Al-Akh Abu ‘Umar bin ‘Abdil
Hamid hal : 37.
Hal ini menguatkan kebenaran apa yang dijelaskan oleh Asy-Syaikh Rabi’ dalam


nasehat emasnya yang masyhur bahwa fitnah ini semata-mata merupakan kepentingan-
kepentingan pribadi yang bersangkutan. Artinya bahwa fitnah ini tidak memiliki hakekat
dakwah.
Lihat buku Nasehat & Teguran Guru Yang Arif & Bijak Terhadap Murid yang Tidak


Beradab Dalam Berucap & Bertindak hal (39).

21
Ke mana Kalian akan Pergi dengan Fitnah ini?

lain hanya karena hasil ijtima’ tersebut bertentangan dengan


keinginannya, nas’alullaha as-salamah wal-’afiyah.
Sehingga Al-’Allamah ‘Ubaid Al-Jabiri akhirnya menyingkap
tabir fitnah ini untuk menolong pihak yang terzhalimi (yang
divonis sebagai hizbi tanpa hujjah), membela martabat dan
kehormatan para ulama serta menyelamatkan pihak-pihak yang
masih mungkin untuk diselamatkan dari fitnah ini dengan sebuah
tahdzir (peringatan). Beliau men-jarh (mencela) penyulut fitnah
ini pada sebuah penelponan kepada beliau dari Hadhramaut yang
diizinkan untuk disebar olehnya, bahwa:

‫األخ حييى سليط اللسان فاحش القول ما يرعى‬


‫حللم‬
ِ ‫ وإن كان عنده علم لكن حمروم ا‬,‫حرمة أحد‬
.‫ وال يعرف ضابط احلزبية‬,‫واحلكمة‬
“Saudara Yahya adalah seorang yang lancang
(tajam) lisannya, kotor ucapannya, tidak menjaga
kehor matan seseorang. Meskipun dia punya
ilmu, namun dia terhalangi dari kelembutan dan
hikmah. Dia tidak mengerti dhabith (kriteria)
hizbiyyah.”

Barangkali ketidak mengertian Asy-Syaikh Yahya tentang


kriteria hizbiyyah itulah yang menjatuhkannya dalam fitnah
yang mengemparkan ini. Menvonis dua syaikh yang dicintai
oleh para ‘ulama, thalabatul ‘ilmi dan ikhwah salafiyyun, karena
kesalafiyyahan mereka yang sudah masyhur serta kiprah mereka
yang besar dalam dakwah.
Tahdzir (peringatan) dari fitnah membabi buta ini juga
akhirnya dilontarkan pula oleh Al-’Allamah Rabi’ bin Hadi Al-

22
‫أين تذهبون بهذه الفتنة؟‬

Madkhali. Tahdzir dari fitnah ini beliau sisipkan dalam nesehatnya


yang masyhur untuk menghentikan fitnah dan menghentikan
penyebaran malzamah (artikel) fitnah. Beliau mentahdzir
dari fitnah ini dengan menyifatinya sebagai “Kepentingan-
kepentingan pribadi”. Jadi fitnah ini tidak memuat hakekat dan
kepentingan dakwah sama sekali. Maka apa yang sedang kalian
perjuangkan?!
Bahkan ‘Allamatul Yaman Muhammad bin Abdil Wahhab
Al-Wushabi sang guru yang arif dan bijak akhirnyapun menegur
keras muridnya ini agar meminta maaf kepada para masyayikh
Yaman atas ketergelinciran lisannya mencerca mereka. Beliau
menasehatinya agar bertaubat dari kedustaan-kedustaannya yang
telah menyebar di penjuru-penjuru dunia sepanjang fitnah ini.
Menasehatinya untuk istiqamah dan berhenti membuat tipu daya
dengan kedustaan atas umat. Maka beliau men-jarh Al-Hajuri
sebagai kadzdzab (pendusta) selama dia belum mengumumkan
taubatnya di hadapan umat. Beliau berkata:

‫ويأبى اهلل إال أن يفضح الرجل وأن يظهره على‬


‫ فكذبة بعد كذبة‬,‫حقيقته وأنه كذاب وأنه يكذب‬
.‫بعد كذبة وكذبات أخرى كثرية‬
“Dan Allah enggan kecuali membongkar orang ini
dan menampakkan hakekat dia yang sebenarnya,
bahwa dia adalah kadzdzab (pendusta), bahwa
dia melakukan kedustaan, kedustaan setelah
kedustaan setelah kedustaan dan kedustaan
lainnya yang sangat banyak.”10

10 Lihat buku Nasehat & Teguran Guru Yang Arif & Bijak Terhadap Murid Yang Tidak
Beradab Dalam Berucap & Bertindak. Al-Walid Al-Wushabi hanya membongkar tiga
23
Ke mana Kalian akan Pergi dengan Fitnah ini?

FENOMENA TARBIYAH YANG


MENGKHAWATIRKAN

Ambisi dan kepentingan yang tidak memiliki hakekat


dakwah ini11 ternyata diupayakan dengan serius untuk ditanamkan
dan didiktekan kepada para du’at dan ikhwah salafiyyin Indonesia
oleh sebagian murid-murid Asy-Syaikh Yahya yang ta’ashshub
(fanatik) kepadanya. Baik mereka yang masih di Dammaj maupun
yang sudah berada di negeri ini. Hal itu dilakukan dengan cara
pengiriman berbagai rekaman dan malzamah (artikel) produk
Darul Hadits versi Asy-Syaikh Yahya. Utamanya belakangan ini,
betapa sibuknya mereka dengan urusan ini.
Namun dengan taufiq Allah l mayoritas du’at dan
ikhwah salafiyyin Indonesia tidak menyambut fitnah mereka.
Bahkan sebaliknya berusaha untuk menghalangi ambisi dan
kepentingan itu dengan mengembalikan urusan ini kepada
ahlinya. Mengembalikannya kepada para ulama kibar yang jelas-
jelas menyatakan batilnya vonis itu dan menasehatinya untuk

kedustaan saja untuk menyingkat waktu. Salah satunya adalah kedustaan atas nama Asy-
Syaikh Rabi’ bahwa beliau mengatakan orang-orang yang keluar dari Dammaj adalah
orang-orang fasiq dan fajir. Padahal beliau tidak pernah mengatakan seperti itu dan telah
datang berita dari beliau mengingkarinya. Dua kedustaan lainnya akan di dapati dalam
tulisan ini di sela-sela pembahasan, insya Allah.
Sebagaimana telah dijelaskan oleh Asy-Syaikh Rabi’ pada nasehat beliau yang telah kita
11

nukilkan di atas.
24
‫أين تذهبون بهذه الفتنة؟‬

ruju’ (menarik kembali vonisnya) dan menahan lisannya. Sungguh


tepat untuk mereka bait syair yang berbunyi:

‫ما كل ما يتمنى املرُء يدركُه‬

‫السفن‬
ُ ‫الرياح مبا ال تشتهي‬
ُ ‫جتري‬
“Tidak setiap dambaan seseorang akan tercapai
angin bertiup tidak searah dengan yang dimaukan perahu.”

Melihat realita yang pahit ini merekapun semakin tidak


mampu menahan diri dan semakin membabi buta. Mereka tidak
segan-segan lagi untuk menjatuhkan martabat dan kehormatan
du’at salafiyyin yang berseberangan dengan mereka, bahkan
martabat dan kehormatan ‘ulama kibar. Hal ini tidak jauh
berbeda dengan metode yang ditempuh oleh syaikh mereka
dalam menjatuhkan kehormatan dan kemuliaan para ulama
kibar dan masyayikh lainnya yang berseberangan dengannya.12
Hasbunallah wani’mal wakil.
Inilah tarbiyyah (pendidikan) yang sedang berlangsung di
Darul Hadits Dammaj saat ini. Sebuah fenomena tarbiyah yang
mengkhawatirkan sedang menimpa markaz induk warisan Asy-
Syaikh Muqbil yang kita cintai itu, wallahul musta’an wa’alaihit
tiklan.
Lihatlah bagaimana hasil tarbiyah yang ada sekarang ini.
Sebagai contoh konkret mari kita melihat sepak terjang Abu
Turab, Abu Zakariya, Abu Fairuz, Dzakwan dan kawan-kawannya

12
Lihat hal ini dalam buku Celaan Bertubi-tubi Terhadap Pewaris Para Nabi yang
disusun oleh Al-Akh Abu ‘Umar bin ‘Abdil Hamid.

25
Ke mana Kalian akan Pergi dengan Fitnah ini?

sepanjang fitnah ini. Pada hakekatnya mereka dan kawan-


kawannya sangat membutuhkan bimbingan dan tarbiyah seorang
syaikh yang arif dan bijak. Namun mereka kurang mengenal para
‘ulama kibar dan ‘ulama rabbaniyyun serta tidak mengindahkan
nasehat-nasehat mereka. Betapa anak-anak ini dengan penuh
ta’ashshub (fanatik) berusaha mati-matian untuk membela
syaikhnya. Sampai pada tahap berusaha menjatuhkan kehormatan
dan kemuliaan Al-’Allamah ‘Ubaid Al-Jabiri hafizhahullah dan
Al-’Allamah Muhammad Al-Wushabi.
Keduanya adalah ‘ulama kibar (senior) ternama yang
telah berkibar keharuman namanya di kalangan salafiyyun. Tidak
berlebih-lebihan -insya Allah Ta’ala- jika kita mengatakan bahwa
keduanya merupakan ulama Rabbaniyyun yang membimbing
ummat dengan penuh hikmah. Hal itu mereka raih karena
kematangan ilmu yang tergambar jelas dalam karya-karya tulis
mereka yang sangat berbobot. Demikian pula ketenangan mereka
dalam memberi nasehat-nasehat emas yang bijak dan penuh
hikmah. Semoga Allah l menjaga keduanya dan ulama lainnya
serta memanjangkan umurnya di atas ketaatan kepada Allah l.
Lihatlah sepak terjang Abu Turab dan kawan-kawannya
bahu-membahu untuk menjatuhkan Al-Walid Al-’Allamah
‘Ubaid Al-Jabiri ldengan mengangkat beberapa permasalahan
ilmiah yang tidak remeh. Namun pada hakekatnya menjatuhkan
diri mereka sendiri, wallahul musta’an.
Berkata Abu Turab dalam Nasehat dan Wasiat Buat
Salafiyun Indonesia hal (12) dan diikuti oleh Abu Zakariya dalam

26
‫أين تذهبون بهذه الفتنة؟‬

Konspirasi & Makar terhadap Darul Hadits Dammaj hal (41-


42)13:

“Syeik h ‘Ub aid t elah t er g elin cir d alam b eb era p a


permasalahan yang tidak remeh, diantaranya adalah: ucapan
dia tentang Al Jami’ah Al Islamiyah bahwasanya Jami’ah
tersebut sekarang Salafiyah kecuali sedikit saja dan tetap
bersikeras menyalahkan Syaikh Yahya pada perkataanya
bahwasanya pada Jami’ah Islamiyah itu terdapat Hizbiyyun.
Dan telah kalian ketahui dan akui bahwa perkataan Syaikh
Yahyalah yang benar tanpa ada keraguan sedikitpun.”

Tahukah para pembaca sekalian apa hakekat sesungguhnya


di balik permasalah Jami’ah Islamiyyah (Universitas Islam)
Madinah yang terjadi antara Asy-Syaikh ‘Ubaid dan Asy-Syaikh
Yahya. Yang ada adalah nasehat Al-Walid Asy-Syaikh ‘Ubaid
kepada Asy-Syaikh yahya untuk mencabut fatwanya yang keji
dan mungkar. Fatwa bahwa Al-Jami’ah Al-Islamiyyah adalah
Hizbiyyah bahtah (Hizbiyyah murni), haram mendukung
thullabul ‘ilmi kepada kemungkaran dan hizbiyyah, kami tidak
menasehati untuk belajar di Jami’ah Islamiyyah.
Asy-Syaikh ‘Ubaid telah menegakkan hujjah atasnya dan
menasehatinya untuk ruju’ dari vonis yang keji dan mungkar
tersebut14. Namun Asy-Syaikh Yahya bukannya ruju’ dan berbenah

Kami berusaha menukilkan ucapan-ucapan mereka sesuai dengan teks aslinya menurut
13

naskah yang ada di tangan kami. Jika ada kekeliruan tolong diluruskan.
Lihat nasehat beliau tersebut dalam tulisannya yang berjudul At-Taqrirat Al-’Ilmiyyah
14

Fidz Dzabbi ‘Anil Jami’atil Islamiyyah. Asy-Syaikh ‘Ubaid dalam nasehatnya itu telah
menegakkan hujjah yang menunjukkan keji dan mungkarnya fatwa Asy-Syaikh Yahya
tersebut. Bahwa Jami’ah Islamiyyah Madinah di dirikan oleh Raja Su’ud bin ‘Abdil ‘Aziz
t dan mengangkat Al-Imam Asy-Syaikh Muhammad bin Ibrahim t sebagai
rektornya dan Al-Imam Asy-Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz t sebagai wakil rektor. Yang
dipilih jadi dosen-dosen adalah ‘ulama pilihan pada masanya seperti Asy-Syaikh Hammad
bin Muhammad A-Anshari t, Asy-Syaikh ‘Abdul Muhsin Al-’Abbad hafizhahullah

27
Ke mana Kalian akan Pergi dengan Fitnah ini?

diri. Justru dia mengingkari penisbahan ucapan tersebut kepadanya


dan mendustakannya15. Padahal ucapan tersebut terekam dalam
kaset dan Asy-Syaikh ‘Ubaid mendatangkan bukti kaset rekaman
suara tersebut pada nasehatnya yang kedua16. Namun dia berkelit
untuk menghindar dari topik permasalahan. Caranya dengan
mengangkat permasalahan lain bahwa: “Asy-Syaikh ‘Ubaid
mengatakan salafiyyun yang mayoritas dan mendominasi Jami’ah
Islamiyyah, sedangkan dirinya menyatakan sebaliknya bahwa
Hizbiyyun yang mayoritas dan mendominasi Jami’ah Islamiyyah.”
Padahal hal itu itu tidak ada sama sekali pada ucapan-ucapan Asy-
Syaikh ‘Ubaid dan bukan itu yang dipermasalahkan.
Ini adalah upaya untuk mengelabui salafiyyun bahwa pihak
merekalah yang benar dan Asy-Syaikh ‘Ubaid yang salah. Namun
tidak akan terkelabui kecuali orang yang tidak mengetahui hakekat
permasalahan atau mengetahui akan tetapi qalbunya tertutup dari
kebenaran oleh penyakit ta’ashshub (fanatik). Yang pertama adalah
musibah dan yang kedua musibah yang lebih besar.

‫تعلم فتلك مصيبة‬ َ ‫إ ْن‬


ُ ‫كنت ال‬

dan yang lainnya hafizhahullah. Pendiriannya dalam rangka menebar tauhid dan sunnah
yang murni di atas manhaj salaf dengan mengajarkan kitab-kitab pilihan yang isinya
murni sunnah yang meliputi bidang akidah dan amal, terbebas dari syirik dan bid’ah.
Dilengkapi dengan kitab-kitab pilihan dalam bidang akhlak. Adalah syakhuna Al-Walid
Al-Imam Muqbil Al-Wadi’ salah satu lulusan Jami’ah islamiyyah. Demikian pula Al-
Walid Imam Ahlil jarh wat ta’dil Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali serta ‘ulama kibar lainnya
yang merupakan lulusan Jami’ah Islamiyyah.
15
Inilah kedustaan Asy-Syaikh Yahya yang kedua yang dibongkar oleh Asy-Syaikh
Muhammad bin ‘Abdil Wahhab Al-Wushabi pada nasehatnya kepada muridnya ini.
Lihat buku Nasehat & Teguran Guru Yang Arif & Bijak Terhadap Murid Yang Tidak
Beradab Dalam Berucap & Bertindak hal (43).
16
Lihat An-Nakdush Shahih Lima Tadhammanahu At-Tanbih As-Sadid Min
Mukhalafati Al-Jawab Ash-Sharih.

28
‫أين تذهبون بهذه الفتنة؟‬

‫أعظم‬ َ ‫وإ ْن‬


ُ ‫كنت تعلم فاملصيبة‬
“Jika engkau tidak mengetahui maka itu adalah musibah
dan jika engkau mengetahui maka musibahnya lebih besar.”

Berkata Abu Turab dan Abu Zakariya selanjutnya:

“Dan perkara lainnya adalah pelecehannya terhadap Imam


besar Syu’bah bin Hajjaj.”

Wahai Abu Turab! Wahai Abu Zakariya! Apakah kalian


menyangka bahwa kalian telah menjadi pembela Ahlul hadits
dengan tuduhan ini? Siapapun yang mengenal kesalafiyyan Al-
’Allamah ‘Ubaid Al-Jabiri dan kecintaannya kepada ahlul hadits
dan salafussalih tidak akan percaya bahwa beliau melakukan hal
itu. Asy-Syaikh ‘Ubaid semata-mata bermaksud menerangkan
bahwa tidak setiap jarh (celaan) yang datang lantas ditelan begitu
saja. Karena terkadang sebagian orang men-jarh (mencela) dengan
sesuatu yang pada hakekatnya bukan jarh. Lalu beliau memberi
contoh dengan Amirul Mukminin dalam ilmu hadits, yaitu
Syu’bah bin Hajjaj. Perhatikan nash ucapan beliau17:

‫شعبة رمحه اهلل العلماء ما يقبلون جرحه ألن الرجل‬


‫ بارك اهلل فيك فما كل‬, ‫متجاوز ُم ْف ِرط يف جرحه‬
‫وأحياناً بعض الناس جيرح مبا ليس‬, ‫جرح هو جرح‬
.ً‫جرحا‬
“Para ulama tidak menerima jarh Syu’bah begitu saja,
karena beliau berlebihan dalam men-jarh. Semoga Allah

Beliau mengucapkannya saat peneleponan kepadanya dari Hadhramaut.


17

29
Ke mana Kalian akan Pergi dengan Fitnah ini?

l memberkatimu, jadi tidak setiap jarh yang ada


memang benar-benar jarh, terkadang sebagian orang
menjarh dengan sesuatu yang (pada hakekatnya) bukan
jarh.”

Sudah merupakan sesuatu yang ma’ruf bagi yang belajar


ilmu musthalah hadits bahwa sebagian ahli hadits ada yang dikenal
mutasyaddid (berlebihan) dalam men-jarh, seperti Syu’bah bin
Hajjaj. Terkadang Syu’bah menjarah seseorang dengan suatu
sebab yang dipandang oleh ahli hadits lainnya bukan alasan yang
benar untuk men-jarh. Di antara contoh yang sering dinukilkan
dalam kitab-kitab musthalah apa yang dikeluarkan oleh Abu Bakr
Al-Khatib Al-Bagdadi dalam Al-Kifayah fi ‘ilmi Ar-Riwayah,
Bab Dzikri Ba’di Akhbar Mani Stufsira Fil Jarhi Wadzakara Ma
La Yusqitu Al-’Adalah:

َ
‫ “رأيته‬:‫تركت حديث فالن؟” قال‬ ‫ “ل‬:‫قيل ِلشعبة‬
ِ‫م‬
”.‫ض َعَلى ِب ْرَذون فرتكت حديثه‬ ُ
ُ ‫يرك‬
Syu’ bah ditanya: “Kenapa engkau meninggalkan
haditsnya Fulan?” Dia menjawab: “Aku telah melihatnya
memacu kuda tarik (beban), maka akupun meninggalkan
haditsnya.”

Lihatlah Al-Imam Muqbil Al-Wadi’i berkata dalam Al-


Muqtarah Fi Ajwibati As’ilatil Musthalah jawaban pertanyaan
no (112):

‫فقد يكون اجمليب متشددًا مثل شعبة عندما سئل‬


.‫ رأيته يركض على برذون‬:‫عن شخص فقال‬

30
‫أين تذهبون بهذه الفتنة؟‬

“Boleh jadi yang menjawab mutasyaddid (berlebihan)


seperti halnya Syu’bah ketika ditanya tentang seseorang
(yang dia tinggalkan haditsnya): “Aku melihatnya
memacu kuda tarik (beban).”

Demikian pula perkataan Al-Walid Imam Ahlil jarh wat


ta’dil masa ini Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali dalam nasehatnya
kepada Falih Al-Harbi berjudul Nashihah Ukhawiyyah Ila Al-
Akh Falih Al-Harbi Al-Ula18:

‫” مل تركت‬:‫ أنه قيل له‬-‫رمحه اهلل‬- ‫وُذكر عن شعبة‬


‫ “رأيته يركض على برذون‬:‫حديث فالن؟” فقال‬
‫ مع أن شعبة إمام يف احلديث ونقد‬,”‫فرتكت حديثه‬
‫ لكن نقده هنا ليس بصواب ألن مثل هذا‬,‫الرجال‬
.‫ال يعد من أسباب اجلرح املسقطة للعدالة‬
“Diriwayatkan dari Syu’bah z bahwasanya beliau
ditanya: “Kenapa engkau meninggalkan haditsnya
Fulan?” Beliau menjawab: “Aku telah melihatnya
memacu kuda tarik (beban), maka akupun meninggalkan
haditsnya.” Padahal Syu’bah adalah imam dalam ilmu
hadits dan kritik rijal (rawi-rawi hadits). Namun di
sini kritikannya/jarh-nya keliru, karena yang seperti
ini tidak dianggap sebagai sebab yang menggugurkan
adalah seseorang (kebersihan agamanya dari sebab-sebab
kefasikan dan perusak kehormatan) sehingga tercela.”

Melalui perantaraan artikel berjudul Adz-Adzabbu As-Sadid ‘An ‘Irdhi Syaikhuna


18

‘Ubaid.

31
Ke mana Kalian akan Pergi dengan Fitnah ini?

Berkata Al-Imam Al-Wadi’i dalam Al-Muqtarah, pada


bagian akhir kitab tersebut:

‫ فقد‬،‫وأئمة اجلرح والتعديل منهم املتشدد ومنهم املتوسط‬


‫ سفيان الثوري‬:‫ ويقابله‬،‫ذكر العلماء من املتشدّدين شعبة‬
‫ املتشددين حييى بن سعيد‬:‫ ومنهم أي‬،‫وهو من املتوسطني‬
‫ ومن‬،‫ يقابله عبدالرمحن بن مهدي من املتوسطني‬،‫القطان‬
ً ‫ ويقابله‬،‫أيضا حييى بن معني‬
‫أيضا أمحد بن‬ ً ‫املتشددين‬
‫ ويقابله‬،‫ ومن املتشددين أبوحامت‬،‫حنبل من املتوسطني‬
‫ فإذا عدل املتشدد يف اجلرح‬.‫البخاري من املتوسطني‬
،‫ فهو ال يعدّل إال عن تثبّت‬،‫عضضت عليه بالنواجذ‬
‫ وشيخه‬،‫كذا من املوثقني من هو متساهل كابن حبان‬
‫ والعجلي كذلك يف توثيق‬،‫ابن خزمية يف توثيق اجملاهيل‬
.‫ فمنهم من هو متساهل يف التوثيق‬،‫اجملاهيل‬
“Imam-imam Ahlil jarh wat ta’dil ada yang mutasyaddid
(berlebih-lebihan) dan ada yang mutawassith (adil) dalam
men-jarh. Para ulama telah menyebutkan di antara mereka
yang berlebih-lebihan dan adil dalam men-jarh. Contohnya:
Syu,bah berlebih-lebihan dan Sufyan Ats-Tsauri adil, Yahya
bin Sa’id Al-Qaththan berlebih-lebihan dan ‘Abdur Rahman
bin Mahdi adil, Yahya bin Ma’in berlebih-lebihan dan Ahmad
bin Hanbal adil, Abu Hatim berlebih-lebihan dan Al-Bukhari
adil. Jika yang berlebih-lebihan jarh-nya mentazkiyah (memuji/

32
‫أين تذهبون بهذه الفتنة؟‬

merekomendasi) seseorang, maka gigitlah tazkiyahnya kuat-kuat


dengan gigi gerahammu. Karena tidaklah dia mentazkiyahnya
kecuali setelah tatsabbut (pengecekan yang teliti). Demikian pula
ada yang mutasahil (bermudah-mudahan) dalam mentazkiyah
orang-orang yang majhul (tidak dikenal), seperti Ibnu Hibban
dan Ibnu Khuzaimah (syaikhnya Ibnu Hibban), demikian pula
Al-’Ijli. Jadi di antara mereka ada juga yang bermudah-mudahan
dalam mentazkiyah”

Hal ini penting diketahui untuk memberi hukum yang


tepat kepada seorang perawi hadits yang dipersilisihkan, sebagian
mentazkiyah dan sebagian men-jarh.
Maksudnya terkait dengan fitnah ini adalah bahwa jarh
Asy-Syaikh Yahya kepada Asy-Syaikh ‘Abdullah Mar’i dan Asy-
Syaikh ‘Abdurrahman Mar’i sebagian masyayikh Ahlussunnah
yang masyhur kesalafiyyahannya dikalangan para ulama
bahwa keduanya adalah Hizbi, berlebih-lebihan. Jarh tersebut
tidak berasaskan hujjah yang sesuai dengan dhabit (kriteria)
hizbiyyah. Itulah sebabnya sampai hari ini tidak seorangpun dari
kalangan kibar ‘ulama dan para masyayikh yang masyhur yang
membenarkan jarh tersebut. Termasuk imam ahlil jarh wat ta’dil
masa ini Al-’Allamah Rabi’ bin Hadi, walhamdulillahi Rabbil
‘alamin. Semoga Allah menjaga dan memanjangkan umur mereka
di atas ketaatan.
Berkata Abu Turab dan Abu Zakariya selanjutnya:

“Dan yang ketiga: tuduhan keji terhadap orang yang


mengatakan bahwa Ahlus Sunnah lebih dekat kepada Al Haq
daripada selainnya, padahal perkataan ini adalah perkataan
para pentahqiq seperti Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah dan
Al Imam Ibnu Baaz dan Al ‘Allaamah Ibnu ‘Utsaimin dan

33
Ke mana Kalian akan Pergi dengan Fitnah ini?

selain mereka yang semoga Alloh merahmati mereka dan


bukan hanya perkataan Syeikh Yahya semata. Akan tetapi,
dia tetap mempertahankan prinsipnya dalam keadaan
marah demi untuk membela temannya ‘Abdurrohman. Dan
Syeikh Yahya telah membantahnya dengan bantahan yang
cukup meyakinkan dan membuat dia tidak berkutik dan
membungkamnya.”

Hendaknya kita berhati-hati dalam permasalahan-


permasalahan besar seperti ini. Permasalahan ini adalah
permasalahan manhaj yang sangat prinsipil. Wahai Abu Turab!
Wahai Abu Zakariya! Asy-Syaikh Yahya menyatakan bahwa
Ahlussunah adalah jama’ah yang lebih dekat kepada Al-Haq
daripada kelompok-kelompok lainnya. Kemudian kalian
membelanya. Apakah ini merupakan ta’ashshub (fanatik) atau
kalian memang tidak mengerti?
Kenapa kalian tidak meruju’ kepada ‘ulama kibar yang
telah diakui keilmuannya dan dijadikan rujukan utama oleh
ummat. Mereka adalah ‘ulama pewaris Nabi n yang menerima
dan mewarisi ilmu ini dari ‘ulama dan imam-imam Ahlussunnah
sebelum mereka, seiring dengan lamanya mereka menekuni dan
mendalami ilmu ini menjadikan ilmu dan pemahaman mereka
benar-benar matang, Bukan sekedar kesimpulan-kesimpulan
pribadi yang bersifat spontanitas.
Al-Walid Al-’Allamah ‘Ubaid Al-Jabiri telah menegaskan
bahwa “Ahlussunnah adalah Ahlul Haq”. Inilah i’tiqad
Ahlussunnah wal Jama’ah yang merupakan i’tiqad Syaikhul islam
Ibnu Taimiyah, Al-Imam ‘Abdul ‘Aziz bin Baz dan Al-’Allamah
Ibnu ‘Utsaimin serta selain mereka t.
Syaikhul islam t ditanya tentang madzhab salaf dalam
hal akidah dan apakah Ahlul hadis lebih dekat kepada al-haq

34
‫أين تذهبون بهذه الفتنة؟‬

daripada selainnya pada awal juz 4 dari Majmu’ Al-Fatawa. Beliau


menjawab dengan jawaban yang panjang dan pada hal: 53 beliau
berkata:

‫وأبو حممد بن قتيبة يف أول كتاب خمتلف احلديث ملا‬


‫ذكر أهل احلديث وأئمتهم وأهل الكالم وأئمتهم‬
‫قفى بذكر أئمة هؤالء ووصف أقواهلم وأعماهلم‬
‫ووصف أئمة هؤالء وأقواهلم وأفعاهلم مبا يبني لكل‬
‫أحد أن أهل احلديث هم أهل احلق واهلدى وأن‬
.‫غريهم أوىل بالضالل واجلهل واحلشو والباطل‬
“Abu Muhammad bin Qutaibah pada awal kitab
Mukhtaliful Hadits, ketika menyebutkan Ahlul hadits
serta imam-imam mereka dan Ahlul kalam serta imam-
imam mereka, beliau ikuti dengan menyifati imam-imam
Ahlul hadits, ucapan-ucapan mereka dan amalan-amalan
mereka. Demikian pula beliau menyifati imam-imam
Ahlul kalam, ucapan-ucapan mereka dan amalan-amalan
mereka. Dengan itu semua jadi jelas bagi siapapun
bahwasanya Ahlul hadits adalah Ahlul haq dan Ahli
petunjuk, dan bahwasanya selain mereka lebih pantas
dengan kesesatan, kejahilan, kehinaan dan kebatilan.”


Berkata Syaikhul islam dalam Minhajus Sunnah An-
Nabawiyyah (2/521):

‫فاعتقاد أهل احلديث هو السنة احملضة ألنه هو‬


.‫اإلعتقاد الثابت عن النيب صلى اهلل عليه وسلم‬
35
Ke mana Kalian akan Pergi dengan Fitnah ini?

“Maka i’tiqad ahlul hadits adalah sunnah Nabi yang


murni, karena itulah i’tiqad yang tsabit (tetap) dari Nabi
n.”


Beliau juga berkata pada kitab yang sama (4/313):

‫فمن سلك سبيل أهل السنة استقام قوله وكان من‬


‫ وإال حصل يف‬,‫أهل احلق واإلستقامة واإلعتدال‬
.‫جهل وكذب وتناقض كحال هؤالء الضالل‬
“Maka barangsiapa mengikuti jejak ahlissunnah akan
istiqamah (konsisten) ucapannya di atas haq dan adalah
dia termasuk dari kalangan Ahlul haq, ahli istiqamah
dan ahli keadilan. Jika tidak mengikuti jejak mereka
dia akan terjatuh dalam kejahilan, kedustaan dan
pertentangan antara ucapan yang satu dengan ucapannya
yang lain. Seperti keadaan Ahli kesesatan.”


Berkata Al-Imam Ibnu Baz t dalam Majmu’ Fatawa wa
Maqalat Ibnu Baz (8/166-167):

‫الذي يدعو إىل كتاب اهلل وسنة رسوله صلى اهلل‬


‫ بل هو من‬، ‫عليه وسلم ليس من الفرق الضالة‬
‫الفرق الناجية املذكورة يف قوله صلى اهلل عليه‬
‫ افرتقت اليهود على إحدى وسبعني‬: ‫وسلم‬
‫فرقة وافرتقت النصارى على اثنني وسبعني فرقة‬

36
‫أين تذهبون بهذه الفتنة؟‬

‫وستفرتق أميت على ثالث وسبعني فرقة كلها يف‬


‫النار إال واحدة قيل ومن هي يا رسول اهلل؟ قال من‬
‫كان على مثل ما أنا عليه اليوم وأصحابي ويف لفظ‬
‫‪ « :‬هي اجلماعة «واملعنى ‪ :‬أن الفرقة الناجية ‪ :‬هي‬
‫اجلماعة املستقيمة على ما كان عليه النيب صلى اهلل‬
‫عليه وسلم وأصحابه رضي اهلل عنهم ‪ .‬من توحيد‬
‫اهلل ‪ ،‬وطاعة أوامره وترك نواهيه ‪ ،‬واالستقامة على‬
‫ذلك قوال وعمال وعقيدة ‪ ،‬هم أهل احلق وهم دعاة‬
‫اهلدى ولو تفرقوا يف البالد ‪ ،‬يكون منهم يف اجلزيرة‬
‫العربية ‪ ،‬ويكون منهم يف الشام ‪ ،‬ويكون منهم يف‬
‫أمريكا ‪ ،‬ويكون منهم يف مصر ‪ ،‬ويكون منهم يف‬
‫دول أفريقيا ‪ ،‬ويكون منهم يف آسيا ‪ ،‬فهم مجاعات‬
‫كثرية يعرفون بعقيدتهم وأعماهلم ‪ ،‬فإذا كانوا على‬
‫طريقة التوحيد واإلميان باهلل ورسوله ‪ ،‬واالستقامة‬
‫على دين اهلل الذي جاء به الكتاب وسنة رسوله‬
‫صلى اهلل عليه وسلم فهم أهل السنة واجلماعة‬
‫وإن كانوا يف جهات كثرية ‪ ،‬ولكن يف آخر الزمان‬
‫يقلون جدا‪».‬‬

‫‪37‬‬
Ke mana Kalian akan Pergi dengan Fitnah ini?

“Yang menyeru kepada Kitab Allah dan Sunnah Rasul-


Nya n tidak termasuk dari kelompok-kelompok sesat,
bahkan dia termasuk jama’ah yang selamat yang
disebutkan dalam sabdanya:
“Yahudi telah berpecah belah menjadi tujuh puluh satu
golongan, Nashara telah berpecah belah menjadi tujuh
puluh dua golongan, dan ummatku akan berpecah
belah menjadi tujuh puluh tiga golongan, seluruhnya
dalam neraka kecuali satu golongan saja.” Lalu ada yang
bertanya: “Siapa satu golongan itu wahai Rasulullah?”
Beliau berkata:”Mereka adalah yang berjalan semisal
dengan apa aku jalani pada hari bersama Sahabatku.”
Dalam lafzh yang lain: “Mereka adalah Al-Jama’ah.”
Maknanya bahwa Al-Firqah An-Najiyah adalah Jamaah
yang istiqamah (konsisten) di atas apa yang dijalani
Nabi n bersama para Sahabat g dalam bidang tauhid,
mentaati perintahnya dan meninggalkan larangannya,
serta beristiqamah di atasnya dalam ucapan, perbuatan
dan aqidah. Merekalah Ahlul haq dan du’at al-huda
(petunjuk). Meskipun mereka bertebaran di berbagai
penjuru dunia, ada yang di Jazirah Arab, ada yang di
Syam, ada yang di Amerika, ada yang di Mesir, ada yang
di negeri-negeri benua Afrika dan ada yang di Asia. Jadi
mereka adalah jamaah-jamaah yang banyak (bertebaran)
dikenali dengan aqidah-aqidah dan amalan-amalan
mereka. Jika mereka berjalan di atas jalan tauhid dan iman
kepada Allah dan rasul-Nya, serta beristiqamah di atas
agama Allah yang datang dengannya Al-Qur’an dan As-
Sunnah, maka merekalah Ahlussunnah Wal Jama’ah.
Meskipun mereka bertebaran di berbagai penjuru dunia,
Namun di akhir zaman jumlah mereka minim sekali.”
Berkata Al-Imam Al-Utsaimin t dalam Syarh Al-
’Aqidah Al-Wasithiyyah/terbitan Daruts Tsurayya hal (39):

38
‫أين تذهبون بهذه الفتنة؟‬

‫سمُ وا أهل السنة ألنهم متمسكون بها ومسوا أهل‬


‫ وهلذا مل تفرتق‬.‫اجلماعة ألنهم جمتمعون عليها‬
‫ جند أهل البدع‬,‫هذه الفرقة كما افرتق أهل البدع‬
‫ والروافض‬,‫ واملعتزلة متفرقوت‬,‫كاجلهمية متفرقون‬
‫ لكن‬,‫ وغريهم من أهل التعطيل متفرقني‬,‫متفرقون‬
‫ وإن كان حيصل‬,‫هذه الفرقة جمتمعة على احلق‬
‫ وهو خالف ال‬,‫ لكنه خالف ال يضر‬,‫بينهم خالف‬
.‫ إخل‬.... ‫يضلل يعضهم بعضا‬

“Mereka dinamakan Ahlussunnah karena mereka


berpegang teguh dengan sunnah dan dinamakan
Ahlul jamaah karena mereka berjamaah di atas
Sunnah. Oleh karena itu Jamaah ini tidaklah berpecah
belah seperti berpecah belahnya Ahlul bid’ah. Kami
mendapati Ahlul bid’ah seperti Jahmiyyah berpecah belah,
Mu’tazilah berpecah belah, Rafidhah berpecah belah dan
selain mereka dari kalangan ahli ta’thil berpecah belah.
Sedangkan golongan Ahlussunah berkumpul di
atas al-haq. Meskipun terjadi khilaf di antara sesama
Ahlussunnah, namun khilaf itu tidak membahyakan
mereka. Dalam arti khilaf yang terjadi di antara mereka
tidaklah menjadikan pihak yang berselisih saling menvonis
dengan kesesatan …. dst.”

Pada naskah program Maktabah Syamilah (1/26):

39
Ke mana Kalian akan Pergi dengan Fitnah ini?

َّ ‫َو المَُْر اُد ِب ِه ْم ُهنَا َسَل ُف َه ِذهِ ا لأُْ َّمِة ِم َن‬


‫الص َحا َبِة‬
‫الص ِريح‬ ‫َم ُعوا َعَلى الحْ َ ِّق‬َ ‫اجت‬
ْ ‫ين‬ َّ ، ‫ني‬
َ ‫ال ِذ‬ َ ‫َوالتَّ ِاب ِع‬
ِ َّ
‫الل َعَليِْه‬
َُّ‫اللِ َت َعالىَ َو ُسنَِّة َر ُسوِلِه َصَّلى ه‬
َّ‫ِم ْن ِكتَاب ه‬
ِ
.‫َو َسَّل َم‬

“Yang dimaksud dengan Ahlussunnah wal jama’ah di sini


adalah salaf ummat ini dari kalangan Sahabat dan Tabi’in
yang berkumpul di atas al-haq yang terang dari
Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya n.”

Berkata Al-Imam Muqbil bin Hadi Al-Wadi’I dalam Al-


Mushara’ah hal (67-68)19:

‫ ومن خرج‬.‫املسلمون جيب أن يكونوا حزبا واحدا‬


‫ (ومن‬: ‫عن هذا احلزب الواحد فيشمله قوله تعاىل‬
‫يشاقق الرسول من بعد ما تبني له اهلدى ويتبع غري‬
‫سبيل املؤمنني نوله ما توىل ونصله جهنم وساءت‬
‫ روى أبو داود يف سننه عن حممد بن عمر‬. )ً‫مصريا‬

Melalui perantaraan artikel bantahan ‘Abdur Rahman Al-Barmaki yang berjudul: Idhah
19

Ad-Dalil fi Kasyfi Syubahil Hajuri Shahibil Batri wat Ta’til hal: 13-14. Perlu diketahu
bahwa artikel-artikel bantahan ‘Abdurrahman bin Ahmad Al-Barmaki kepada Asy-
Syaikh Yahya dan pengikutnya dipuji oleh Asy-Syaikh ‘Ubaid sebagai bantahan yang
bagus, sebagaimana pada penelponan kepada beliau dari Hadhramaut.

40
‫أين تذهبون بهذه الفتنة؟‬

‫بن علقمة عن أبي سلمة عن أبي هريرة –رضي‬


‫اهلل عنه‪ -‬قال ‪ :‬عن النيب –صلى اهلل عليه وعلى‬
‫آله وسلم‪ -‬قال ‪ ( :‬افرتقت اليهود على إحدى‬
‫أو ثنتني وسبعني فرقة ‪ ،‬وافرتقت النصارى على‬
‫اثنتني وسبعني فرقة وستفرتق هذه األمة على ثالثة‬
‫وسبعني فرقة كلها يف النار إال فرقة ) ‪ .‬ومن هي‬
‫هذه الفرقة ؟ هي مجاعة املسلمني جاءت مفسرة يف‬
‫سنن أبي داود من حديث معاوية رضي اهلل عنه أنه‬
‫قال بهذا املعنى عن النيب –صلى اهلل عليه وعلى‬
‫آله وسلم‪ ( : -‬افرتقت اليهود على إحدى وسبعني‬
‫فرقة ) ‪-‬وذكر حنو هذا احلديث‪-‬ثم قيل ‪ :‬يا رسول‬
‫اهلل من هي الفرقة ؟ قال ‪:‬وهي اجلماعة) بل مجاعة‬
‫املسلمني أهل احلق يف هذا احلديث نفسه‪ ,‬إن‬
‫الفرق املخالفة تتجارى بهم األهواء كما يتجارى‬
‫َ‬
‫الكلب يف مفاصل صاحبه أو بهذا املعنى داء يف‬
‫الكْلب ‪....‬إخل»‬
‫‪“Kaum muslimin wajib untuk berkumpul sebagai‬‬
‫‪satu golongan. Barangsiapa keluar dari golongan‬‬

‫‪41‬‬
Ke mana Kalian akan Pergi dengan Fitnah ini?

tersebut, maka dia terkena firman Allah l (yang


artinya):
“Barangsiapa menentang Rasul setelah jelas baginya
pet unjuk d an me ng ikut i selain jalannya kaum
mukminin, niscaya kami akan membiarkan dia dalam
penyimpangannya dan kami akan bakar dia dalam
Jahannam, dan Jahannam adalah sejelek-jelek tempat
kembali.”
Abu Dawud meriwayatkan dalam Sunan-nya dari
Muhammad bin ‘Amr bin ‘Alqamah dari Abi Salamah
dari Abu Hurairah t dari Nabi n bahwa beliau
bersabda: “Yahudi telah berpecah belah menjadi tujuh
puluh satu atau tujuh puluh dua golongan, Nashara telah
berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan, dan
ummatku akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga
golongan, seluruhnya dalam neraka kecuali satu golongan
saja.”
Siapakah satu golongan tersebut? Golongan itu Jama’ah
kaum muslimin. Tafsirannya datang dalam Sunan Abi
Dawud dari hadits Mu’awiyah z bahwasanya dia
meriwayatkan dari Nabi n yang semakna dengan ini:
“Yahudi telah berpecah belah menjadi tujuh puluh satu
golongan”,
-dan menyebutkan yang semakna dengan hadits ini-
“Lalu ada yang bertanya: “ Siapa satu golongan itu
wahai Rasulullah?” Beliau berkata:”Mereka adalah Al-
Jama’ah.”
Maka Jamaah kaum muslimin adalah Ahlul haq
dalam hadits ini. Sesungguhnya golongan-golongan
yang menyelisihi mereka dijalari oleh hawa nafsu seperti
menjalarnya penyakit rabies (anjing gila) pada tubuh
penderitanya –atau yang semakna dengan ini-, suatu
penyakit pada anjing ….dst”

42
‫أين تذهبون بهذه الفتنة؟‬


Adapun nukilan-nukilan Asy-Syaikh Yahya dari sebagian
ahlul ‘ilmi yang dianggap oleh saudara kita Abu Turab sebagai
hujjah yang membungkam Al-Walid ‘Ubaid al-Jabiri, pada
hakekatnya tidak terkait dengan inti permasalahan. Puncak-
puncaknya adalah penjelasan bahwa seluruh kalangan yang
tergabung dalam ahlul haq martabat dan kedudukan mereka
dalam manhaj ini bertingkat-tingkat dalam hal dekat dan jauhnya
mereka dari al-haq. Jadi manhaj Ahlussunnah adalah manhaj haq
yang berasaskan Al-Qur’an, As-Sunnah dan Ijma salaf. Manhaj
ini merupakan manhaj yang menyeluruh dan meliputi perkara
akidah, ibadah, akhlak dan mu’amalah. Maka Ahlussunnah
sebagai satu-satunya golongan yang berjalan di atas manhaj yanq
haq ini adalah Ahlu haq. Namun bukan berarti setiap orang yang
bermanhaj Ahlissunnah selalu benar dalam setiap ucapannya dan
amalannya, bahwa dia selalu benar pada setiap apa yang dibawanya
dan ditinggalkannya. Martabat dan kedudukan mereka dalam
manhaj ini bertingkat-tingkat sesuai dengan kadar ilmu, iman dan
amalan mereka. Maka yang paling dekat kepada al-haq di antara
mereka adalah para sahabat g, demikian pula yang paling
dekat kepada al-haq adalah Ahlul hadits dan ulama, demikianlah
seterusnya.
Sebagai contoh, Asy-Syaikh Yahya menukilkan perkataan
Al-Walid Al-Imam Al-Wadi’i dalam Riyadhul Jannah fir Raddi
‘Ala A’da’ As-Sunnah hal: 23. Sebenarnya Al-Imam Al-Walid
sedang mengulas siapa yang paling pantas masuk pertama kali
dalam golongan Ahlussunnah. Golongan yang mendapatkan
jaminan keselamatan sebagai Al-Firqah An-Najiyah, karena iman
mereka, ilmu mereka, amal shalih mereka, kesabaran mereka

43
‫?‪Ke mana Kalian akan Pergi dengan Fitnah ini‬‬

‫‪dalam memegang al-haq dan mendakwahkannya, serta sifat-sifat‬‬


‫‪terpuji lainnya yang tertera dalam surat Al-’Ashr dan Al-Mu’minun‬‬
‫?‪ayat: (1-11). Apakah ahlul hadits atau ahlul fiqhi atau siapa‬‬
‫‪Maka beliau mengatakan:‬‬

‫وأقرب الناس ممن تنطبق عليه هذه الصفات هم‬


‫أهل احلديث‪.‬‬
‫‪“Dan kalangan manusia yang paling dekat untuk‬‬
‫”‪dilekatkan padanya sifat-sifat ini adalah ahlul hadits.‬‬

‫‪Kemudian beliau berkata selanjutnya:‬‬

‫وقد قال غري واحد من أهل العلم ‪ :‬إن املراد مبا‬


‫أخرجه البخاري ومسلم يف صحيحيهما من حديث‬
‫معاوية واملغرية بن شعبة عن النيب صلى اهلل عليه‬
‫وعلى آله سلم ‪ “ :‬ال تزال طائفة من هذه األمة‬
‫قائمة على أمر اهلل‪ 20‬ال يضرهم من خالفهم حتى‬
‫يأتي أمر اهلل « ‪ .‬قال غري واحد من أهل العلم ‪:‬‬
‫إن املراد بهم أهل احلديث؛ ألنهم ال يتعصبون‬
‫ألي مذهب‪ ,‬وإمنا يتعصبون للحق‪ ،‬وال ينبغي أن‬
‫يقصر على احملدثني فالرجل الصاحل املتبع للحق من‬

‫‪ Dalam riwayat lain dengan lafazh:‬‬


‫‪20‬‬

‫“ ال تزال طائفة من أميت ظاهرين على احلق “‬

‫‪44‬‬
‫أين تذهبون بهذه الفتنة؟‬

‫الفرقة الناجية وإن مل يكن حمدثاً إال أن أهل احلديث‬


21 ً ً
.‫دخوال أوليا‬ ‫يدخلون‬

“Berkata sebagian Ahlul ‘ilmi bahwasanya yang dimaksud


dengan hadits yang dikeluarkan oleh Bukhari dan Muslim
dalam shahih keduanya dari hadits Mu’awiyah dan Al-
Mughirah bin Syu’bah dari nabi n:
“Senantiasa ada sekelompok dari ummatku yang
tegak di atas agama Allah (al-haq), tidak akan
memudharatkan mereka siapapun yang menyelisihi
mereka hingga datang ketetapan Allah (hari kiamat).”
Berkata sebagian ahlul ‘ ilmi bahwasanya yang
dimaksud dengan mereka adalah Ahlul hadits.
Karena mereka tidak ta’ashshub ( fanatik) kepada
suatu madzhabpun, mereka semata-mata hanya
fanatik kepada al-haq. Namun tidak semestinya
dibatasi pada kalangan Ahlul hadits saja. Maka setiap
orang shalih yang mengikuti al-haq termasuk Al-Firqah
An-Najiyah, meskipun dia bukan Ahlul hadits. Hanya
saja Ahlul haditslah yang pertama kali masuk di
dalamnya.”

Jadi Ahlussunnah adalah Ahlul haq berdasarkan hadits
yang disebutkan oleh Al-Imam Muqbil Al-Wadi’ t dan yang
paling pantas untuk masuk pertama kali dalam golongan ini
adalah Ahlul hadits, wallahul muwaffiq.

21
Melalui perantaraan artikel bantahan ‘Abdur Rahman Al-Barmaki yang berjudul: Idhah
Ad-Dalil fi Kasyfi Syubahil Hajuri Shahibil Batri wat Ta’til hal: 12.

45
Ke mana Kalian akan Pergi dengan Fitnah ini?

Adapun nukilan Asy-syaikh Yahya dari Syaikhul islam


dalam Majmu’ Al-Fatawa (4/23) yang dijadikan hujjah olehnya
adalah:

‫ومجيع الطوائف املتقابلة من أهل األهواء تشهد‬


.‫هلم بأنهم أصلح من اآلخرين وأقرب إىل احلق‬
“Seluruh golongan yang berseberangan dari kalangan
ahlul ahwa’ bersaksi bahwa Ahlussunnnahlah yang lebih
baik dan lebih dekat kepada al-haq.”

Maka cermatilah dengan seksama, bukankah Syaikhul Islam


sedang menukil keyakinan Ahlul ahwa’ terhadap Ahlussunnah.
Ahlul ahwa’ beranggapan bahwa Ahlussunnah lebih baik dan
lebih dekat kepada al-haq daripada mereka sendiri. Syaikhul
Islam bukan mengemukakan keyakinannya atau keyakinan
ahlussunnah.
Yang menguatkan hal ini perkataan Syaikhul Islam
selanjutnya:

‫فنجد كالم أهل النحل فيهم وحاهلم معهم مبنزلة‬


.‫كالم أهل امللل مع املسلمني وحاهلم معهم‬
“Maka kita mendapati ucapan golongan-golongan lainnya
terhadap Ahlussunnah dan keadaan mereka bersama
Ahlussunnah kedudukannya seperti ucapan umat-
umat lainnya terhadap umat islam dan keadaan mereka
bersama umat islam.”

46
‫أين تذهبون بهذه الفتنة؟‬

Setelah ini semua apakah saudara kita Abu Turab atau


yang lainnya masih tetap mempertahankan apa yang diajarkan
oleh imam mereka, padahal itu adalah keyakinan Ahlul ahwa’
terhadap Ahlussunnah, bahwa Ahlussunnah lebih dekat kepada
al-haq daripada mereka? Berarti manhaj yang selama ini engkau
banggakan dan engkau yakini akan mengantarmu kepada jannah
Allah l bukan manhaj yang haq?? Kalau Ahlussunnah bukan
Ahlul haq lalu siapa yang berjalan di atas manhaj yang haq???
Kemudian Abu Turab dan Abu Zakariya menutup
ulasannya dengan berkata:

“Demikian pula yang membuat tidak berbobotnya perkara


Syaikh Ubaid dalam masalah ini karena berita-berita
yang sampai kepadanya penuh dengan kebohongan dan
dibuat-buat yang datang dari sebagian orang- orang
yang membuat berita-berita bohong, sementara dia
mengibaratkan berita-berita itu adalah benar , sehingga
sampai menjerumuskannya ke dalam beberapa penyelisihan
dan kedustaan dan penentangan terhadap dakwah salafiyyah
dan tidak mendengar nasehat para penasehat agar menjauhi
perbuatan-perbuatan tersebut!”

Wahai Abu Turab! Wahai Abu Zakariya! Biarkanlah


para pembaca yang adil dan punya akal jernih yang menilai
apakah memang perkara Asy-Syaikh ‘Ubaid berbobot atau tidak
berbobot dalam masalah ini? Atau barangkali Abu Turablah
yang telah menyuguhkan sajian ilmiah yang berbobot dalam
Nasehat & Wasiat-nya serta Abu Zakariya dalam Konspirasi &
Makar-nya buat salafiyyin Indonesia? Demikian pula biarkanlah
para pembaca yang menilai siapakah sesungguhnya yang telah
membawa banyak kedustaan di tengah-tengah umat sepanjang
fitnah ini? Demikian juga siapakah sesungguhnya yang terjatuh

47
Ke mana Kalian akan Pergi dengan Fitnah ini?

dalam penyelisihan dan penentangan serta pembangkangan


terhadap nasehat para ulama?
Terakhir berkata Abu Turab dan Abu Zakariya:

“Dan juga tidak ada salah seorang dari para ‘Ulama yang
mencocokinya dalam tahdzirannya terhadap Dammaj.”

Wahai Abu Turab! Wahai Abu Zakariya! Apa yang kalian


maksud dengan penisbahan kepada Dammaj? Kalau yang kalian
maksud Darul Hadits Dammaj sebagai markaz Ahlussunnah yang
yang penuh dengan hikmah dan penghormatan kepada para ulama
pewaris Nabi n, maka itu dulu pada masa Al-Walid Muqbil Al-
Wadi’i t. Kalau yang engkau maksud dengannya binaan Asy-
Syaikh Yahya sekarang ini, maka yang sampai kepada kami adalah
tahdziran Asy-Syaikh ‘Ubaid dari fitnah membabi buta yang
meliputi Dammaj saat ini. Kecuali yang diselamatkan oleh Allah
l yang ada di sana. Tidaklah tahdzir itu beliau keluarkan kecuali
setelah kesabaran yang panjang dalam menasehati Asy-Syaikh
Yahya untuk berhenti mencela dan melecehkan kehormatan ulama
di majelis-majelisnya. Setelah beliau melihat bahwa Asy-Syaikh
Yahya tidak bisa lagi dinasehati, seiring dengan kelancangannya
mentahdzir Jami’ah Islamiyyah. Berkata Asy-Syaikh ‘Ubaid pada
penelponan kepadanya dari Hadhramaut:

‫الرجل حذر من اجلامعة وتلقف هذا منه بعض‬


‫أتباعه وحيذرون من اجلامعة اإلسالمية حتى يف‬
‫ رجل‬, ‫ رجل كما قلت لك‬, ‫الغرب حيذرون منها‬
.‫سليط اللسان‬

48
‫أين تذهبون بهذه الفتنة؟‬

“Orang ini (maksudnya Asy-Syaikh Yahya) telah


mentahdzir Jami’ah Islamiyyah. Sebagian pengikutnya
telah mengambil tahdziran tersebut darinya dan
merekapun mentahdzir Jami’ah Islamiyyah. Sampai-
sampai yang ada di wilayah Barat juga ikut mentahdzir.
Orang ini seperti telah aku katakan bahwa lisannya
lancang.”22

Maka beliaupun mentahdzir dari fitnah ini yang merupakan


tarbiyah berbahaya bagi generasi salafiyyun. Bukankah fitnah dan
tarbiyah ini telah melahirkan kader-kader tangguh seperti kalian.
Tangguh dalam mencela dan melecehkan ‘ulama kibar panutan
umat. Serta tangguh dalam kecerobohan menukil berita-berita
dusta. Demikian pula kecorobohan menvonis hizbi kepada
siapapun yang berseberangan dengan kalian.
Bukankah Al-Walid Al-’Allamah Al-Wushabi mencocoki
beliau dalam mentahdzir dari fitnah Asy-Syaikh Yahya dengan
menyatakan bahwa Asy-Syaikh Yahya kadzdzab (pendusta).
Keduanya adalah ulama kibar yang adil, bijak dan bernilai
ucapannya di tengah-tengah ummat.
Selanjutnya, bukankah kalian sendiri yang menukilkan
bahwa Al-Walid Al-’Allamah Rabi’ bin Hadi menasehati siapa
saja yang diberi kesempatan untuk datang ke Dammaj untuk
tidak melibatkan diri dalam fitnah ini. Kenapa kalian justru
menceburkan diri dalam fitnah ini sampai basah kuyup begini?
Tidak kalah hebatnya Al-Akh Dzakwan –semoga Allah
l memperbaikinya- dalam tulisannya Menggulung Jaringan
Sindikat Membongkar Makar Pengkhianat Abdur Rahman
Al-’Adeny pada footnote hal: 28 setelah menyebutkan tuduhan-

Lihat kembali kasus Jami’ah Islamiyyah pada hal: 28-29.


22

49
Ke mana Kalian akan Pergi dengan Fitnah ini?

tuduhan dusta seperti yang disebutkan oleh Abu Turab dia


berkata:

“Dan yang lebih menyedihkan lagi keluarnya fatwa


beliau yang membolehkan pemilu, dan bahkan mengajak
Ahlussunnah untuk mensukseskannya, sehingga Syaikhuna
Al Ghoyur Yahya - hafidzahulloh – berbicara tentangnya
dan membantah fatwa yang batil ini. Di antara ucapan
Fadhilatusy Syaikh Yahya -hafizhahulloh- adalah: “Demi
Alloh, Ubaid Al Jabiry tidak pantas untuk berfatwa. Maka
hendaknya orang yang hadir menyampaikan kepada yang
tidak hadir.” dan beliau mengulangnya dua kali.”

Allahul musta’an, wahai Dzakwan –semoga Allah l


memperbaikimu-! Al-Walid Al-’Allamah ‘Ubaid Al-Jabiri
tidak berfatwa bolehnya pemilihan umum dan tidak mengajak
Ahlussunnah untuk mensukseskannya. Ini nash fatwa beliau
untuk kita cermati bersama:

‫االنتخابات من األمور الوافدة على أهل اإلسالم‬


‫فهي ليست من الشرع احملمدي وإمنا عربت إلينا‬
‫من خالل أناس تشبعوا باملبادي الغربية أو غريها‬
‫من سبل االحنراف عن دين اهلل احلق أصوله‬
.‫وفروعه‬
ً
‫فأوال حنن نستنكرها بقلوبنا وال نطمئن إليها ألنه‬
‫بدعة دخلت على أهل اإلسالم عن طريق بعض‬

50
‫أين تذهبون بهذه الفتنة؟‬

‫مروجون هلا عن غري أهل‬


‫أهل األسالم املنحرفني َّ‬
‫دت فأصبحت ال بد منها‪.‬‬
‫اإلسالم فن ِف ْ‬

‫فإذا تقرر هذا فأقول‪:‬‬


‫ً‬
‫أوال‪ :‬الجيوز الدخول فى االنتخابات أصال إال‬
‫لضرورة تعود على من تركها بالضرر عليه يف دينه‬
‫أو دنياه أو يف كليهما‪.‬‬

‫وثانياً‪ :‬هذه الضرورة هلا صور‪ -...‬وذكرها‪ ,‬ثم‬


‫قال‪ -:‬الشيء الثاني أنه إذا تيقن أهل السنة‬
‫خاصة واملسلمون عامة أنهم إذا مل يدخلوا يف هده‬
‫تهضم حقوقهم‬
‫االنتخابات يف أي دولة كانت ِ‬
‫والتستوفى ألنهم مل ّ‬
‫يرشحوا أحدا فهنا هذا نرى‬
‫أن يدخلوا االنتخابات من أجل حتقيق ملصاحلهم‬
‫واستيفاءهم حقوقهم ومتكينهم من أخد ما هو حق‬
‫هلم‪.‬‬
‫‪“Pemilihan umum adalah perkara-perkara baru yang‬‬
‫‪datang kepada kaum muslimin, jadi bukan bagian dari‬‬
‫‪syariat Muhammad n . Perkara ini datangnya dari‬‬
‫‪sela-sela kaum yang merasa lebih puas dengan prinsip-‬‬
‫‪prinsip orang Barat atau selainnya dari jalan-jalan‬‬

‫‪51‬‬
Ke mana Kalian akan Pergi dengan Fitnah ini?

yang menyimpang daripada agama Allah l yang


haq ushul-nya dan furu’-nya. Maka pertama-tama
kami mengingkarinya dengan qalbu dan tidak setuju
dengannya. karena perkara itu adalah bid’ah yang datang
kepada islam melalui jalur sebagian kaum muslimin yang
menyimpang dari jalan yang lurus. Merekalah yang
mengedarkannya hingga benar-benar laris dan akhirnya
menjadi suatu keharusan. Jika hal ini telah jelas maka aku
berkata:
1. Pada asalnya tidak boleh ikut dalam pemilu kecuali
dalam keadaan darurat yang akan memudharatkan
pihak yang tidak ikut memilih. Apakah mudharat pada
agamanya atau dunianya, atau bahkan kedua-duanya.
2. Keadaan darurat tersebut bentuknya bermacam-
macam…

-Lalu beliau menyebutkan bentuk-bentuk tersebut,


kemudian berkata:-

Perkara kedua adalah jika Ahlussunnah secara khusus


dan kaum muslimin secara umum di negeri manapun
merasa yakin bahwa ketidak ikut sertaan mereka dalam
pemilu akan mengakibatkan hak-hak mereka terlantar
dan tidak terpenuhi, akibat mereka tidak mencalonkan
seseorang (wakil dari mereka), maka pada kondisi seperti
ini kami berpendapat bahwa mereka ikut serta dalam
pemilu. Hal itu dalam rangka merealisasikan mashlahat-
mashlahat mereka, mengambil hak-hak mereka dan
mendapat kesempatan mengambil apa yang merupakan
hak mereka.”

52
‫أين تذهبون بهذه الفتنة؟‬

Bukankah sangat jelas bagi kita bahwa pada asalnya beliau


mengharamkan pemilu dan hanya membolehkannya dalam
kondisi darurat dan dalam rangka merealisasikan mashlahat yang
lebih besar serta mencegah mafsadat yang lebih besar dengan
syarat-syaratnya. Kenapa kemudian kalian menuduh beliau
membolehkannya secara mutlak dan mengajak Ahlussunnah
untuk mensukseskannya?
Wahai Dzakwan! Mana sikap adil kalian dalam bersaksi?
Lupakah kalian dengan firman Allah l:

‫ﭽﮨ ﮩ ﮪ ﮫ ﮬ ﮭ ﮮ ﮯﮰ ﮱ‬
‫ﯓ ﯔ ﯕ ﯖ ﯗ ﯘﯙ ﯚ ﯛ ﯜ‬
‫ﯝﯞ ﯟ ﯠﯡ ﯢ ﯣ ﯤ ﯥ ﯦ ﭼ‬
“Wahai orang-orang yang beriman hendaklah kalian senantiasa
menegakkan (kebenaran) karena Allah l, menjadi saksi-saksi
yang adil. Janganlah kebencian kalian kepada suatu kaum
menyeret kalian untuk tidak berbuat adil. Berbuat adillah,
sesungguhnya hal itu lebih dekat kepada ketaqwaan. Bertaqwalah
kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Tahu apa yang kalian
amalkan.” (Al-Maidah:8)

Relakah engkau untuk divonis berdusta atas nama Asy-


Syaikh ‘Ubaid? Kalau engkau tidak rela, maka kenapa engkau
rela untuk dirimu melakukan hal ini kepada seorang kibar ulama
pewaris Nabi n.
Atau barangkali engkau belum membaca sendiri nash fatwa
beliau dan hanya mendengarnya dari seseorang? Jika iya, kenapa
engkau tidak tatsabbut (mengecek) terlebih dahulu sebelum

53
Ke mana Kalian akan Pergi dengan Fitnah ini?

berbicara? Atau engkau sudah membacanya, namun engkau tidak


paham?
Atau semua ini akibat ta’ashshub (fanatik)? Inna lillahi
wainna ilaihi raji’un.
Beginikah cara kita menyikapi ijtihad seorang ‘alim ketika
ijtihadnya berbeda dengan pendapat kita. Padahal belum tentu
ijtihad kita yang benar. Mana adab kita terhadap seorang ‘alim
besar yang memiliki hak untuk berijtihad berdasarkan nash
Rasulullah n:

‫اب َفَلُه أَ ْج َرا ِن َوإَِذا َح َك َم‬


َ ‫اجتَ َه َد ُث َّم أَ َص‬ ْ ‫إَِذا َح َك َم الحْ َا ِك ُم َف‬
.‫اجتَ َه َد ُث َّم أَ ْخ َطأَ َفَلُه أَ ْج ٌر‬
ْ ‫َف‬
“Jika seorang Hakim memutuskan hukum dengan ijtihad dan dia
benar, maka baginya dua pahala. Jika dia memutuskan hukum
dengan ijtihad dan dia keliru, maka baginya satu pahala.”
(Muttafaq ‘alaih)

Berdasarkan hadits ini seorang Mujtahid yang benar


ijtihadnya medapatkan dua pahala, yaitu pahala ijtihadnya dan
pahala dia menepati kebenaran. Mujtahid yang keliru ijtihadnya
mendapatkan satu pahala, yaitu pahala ijtihadnya. Adapun
kesalahan hasil ijtihadnya dimaafkan.
Apakah Rasulullah n mengatakan: “Jika ijtihadnya keliru,
maka dia tidak pantas lagi untuk berijtihad.”?
Namun seperti kata Asy-Syaikh ‘Ubaid dalam An-Naqdu
Ash-Shahih:

54
‫أين تذهبون بهذه الفتنة؟‬

‫ أنه‬-‫هداه اهلل‬- ‫ولكن املعروف عن الشيخ حييى‬


‫حيمل على من خالفه يف موارد االجتهاد ويشنِّع‬
ِ
‫عليه ويمَ قته وُيسيء القول فيه وهذا هو نهج‬
‫من ُح ِر َم احللم واحلكمة وخالف دعاة احلق على‬
.‫بصرية‬

“Namun yang ma’ruf pada Asy-Syaikh Yahya –


semoga Allah l membimbingnya- bahwasanya dia
akan menyerang siapa saja yang menyelisihinya dalam
permasalahan-permasalahan ijtihadiyyah, mencercanya,
membencinya dan berbicara jelek tentangnya. Inilah
metode orang yang tidak dikarunia kelembutan dan
hikmah, dan menyelisihi du’at al-haq yang berdakwah di
atas bashirah (cahaya ilmu).”

Apakah berarti Al-Imam Al-Albani, Al-Imam Ibnu Baz


dan Al-Imam Ibnu ‘Utsaimin rahimahumullah tidak pantas
berfatwa menurut timbangan imam kalian dalam menyikapi
perbedaan ijtihad di antara ulama?! Karena ketiga imam yamg
kami sebutkan juga telah berfatwa bolehnya pemilihan umum
pada kondisi tertentu pula. Dalam rangka menempuh mafsadat
yang lebih kecil untuk merealisasikan mashlahat yang lebih besar
dan mencegah mafsadat yang lebih besar beserta kriteria-kriteria
lainnya dari kaidah ini.
Lihatlah bagaimana adab seorang kibar ‘ulama Yaman Al-
Muhaddits Asy-Syaikh Muhammad Al-Imam dalam kitabnya
Tanwir Azh-zhulumat li Kasyfi Mafasid wa Syubhat Al-
Intikhabat. Beliau menanggapi ijtihad tiga imam tersebut dengan

55
Ke mana Kalian akan Pergi dengan Fitnah ini?

penuh adab dan penghormatan kepada mereka. Tanpa melecehkan


mereka sedikitpun, apalagi mengatakan bahwa mereka tidak
pantas untuk berfatwa. Inilah tarbiyah ‘ulama kibar pewaris
Nabi n yang mendidik salafiyyun untuk saling menghargai dan
menghormati adanya perbedaan ijtihad. Apalagi terhadap seorang
‘alim besar yang lebih senior. Sungguh sangat berbeda dengan
tarbiyah yang kalian dapatkan dari syaikh kalian.
Perhatikan dengan baik nasehat syaikhuna Al-Walid Al-
Imam Muqbil Al-Wadi’i t dalam Nasihati li Ahlissunnah
hal:12 saat menerangkan bagaimana cara mengobati khilaf yang
terjadi di kalangan Ahlussunnah. Beliau berkata:

‫ رضي اهلل‬- ‫ النظر يف اختالف الصحابة‬:‫ومنها‬


‫ إذا‬,‫عنهم – فمن بعدهم من العلماء املربزبن‬
,‫نظرت إىل اختالفهم محلت خمالفك على السالمة‬
‫ وعلمت أنك مبطالبته‬,‫ومل تطالبه باخلضوع لرأيك‬
,‫للخضوع لرأيك تدعوه إىل تعطيل فهمه وعقله‬
‫ قال‬,‫ والتقليد يف الدين حرام‬,‫وتدعوه إىل تقليدك‬
‫ إىل غري ذلك‬.‫ ﭽ ﯯ ﯰ ﯱ ﯲ ﯳ ﯴ ﯵﯶ ﭼ‬:l ‫اهلل‬
‫ «القول‬:‫من األدلة املبسوطة يف كتاب الشوكاني‬
.»‫املفيد يف أدلة اجلتهاد والتقليد‬
“Di antaranya: memperhatikan khilaf yang terjadi di
antara para sahabat g dan khilaf generasi setelah
mereka dari kalangan ‘ulama yang terkenal. Jika

56
‫أين تذهبون بهذه الفتنة؟‬

engkau memperhatikan khilaf mereka engkaupun


akan menanggapi orang yang menyelisihimu dengan
tanggapan yang sehat dan engkau tidak menuntutnya
untuk tunduk kepada pendapatmu sendiri. Karena engkau
mengetahui bahwa menuntut dia untuk tunduk kepada
pendapatmu artinya mengajak dia untuk menelantarkan
pemahamannya dan akalnya serta mengajaknya untuk
taqlid kepadamu. Sedangkan taqlid haram dalam agama
ini. Allah l berfirman (yang maknanya): “Janganlah
engkau mengikuti sesuatu yang tidak engkau ketahui
ilmunya.”- (Al-Isra’: 36)-. Serta dalil-dalil lainnya yang
duraikan dalam kitab Asy-Syaukani: “Al-Qaul Al-Mufid
fi Adillah Al-Ijtihad wat Taqlid”.

Yang lebih dahsyat dari keduanya Abu Fairuz –semoga


Allah l memperbaikinya- dalam makalahnya yang berjudul:
Bangkitnya Kesadaran Penuh 23 pada hal (41-42):

“Sesungguhnya baku tolong antara Ubaid Al Jabiry dengan


komplotan hizb baru itu24 sudah terkenal. Dan usaha dia
untuk mengobarkan api fitnah itu nyata. Juga makar dia
terhadap dakwah Salafiyyah di Yaman –pada umumnya- dan
terhadap Syaikhuna Yahya hafizhahullah –pada khususnya-
itu telah terdeteksi.” Kemudian Abu Fairuz melanjutkan:
“Maka tak akan bermanfaat baginya tangisanmu buatnya
sedikitpun, karena Allah telah membongkar aibnya. Semoga
Allah menyusulinya dengan rahmat-Nya yang luas. Kalau
tidak begitu, maka dia itu bukanlah orang pertama yang

Dengan judul aslinya: Inbi’ats At-Tanabbuh. Artikel ini diizinkan penyebarannya oleh
23

Asy-Syaikh Yahya dan telah dimuraja’ah oleh tiga masyayikh baru yang direkomendasi
oleh Asy-Syaikh yahya. Semoga Allah l menjaga da’i yang divonis hizbi dalam artikel
tersebut dan menjaga kita semua dari kehizbian.
Yang dia maksud adalah Asy-Syaikh ‘Abdurrahman Mar’i dan Asy-Syaikh Abdullah
24

Mar’i hafizhahumallah.

57
Ke mana Kalian akan Pergi dengan Fitnah ini?

terjatuh di dalam kebatilan di masa tua. Sesungguhnya


amalan itu berdasarkan masa penghabisannya.”

Sebentar wahai adikku! Jangan tergesa-gesa! Api fitnah apa


yang beliau kobarkan? Makar apa yang terdeteksi dan aib apa yang
terbongkar?
Bukankah para masyayikh kibar Yaman bersama masyayikh
lainnya serta mayoritas salafiyyin negeri itu menyambut positif dan
berterima kasih atas nasehat-nasehat emasnya dan perhatiannya
kepada mereka. Khususnya dalam menghadapi fitnah ini.
Maka kenapa nasehat beliau untuk menyadarkan dan
menyelamatkan kalian dari api fitnah yang sedang berkobar-kobar,
kalian anggap sebagai makar dan api fitnah yang dikobarkan?
Sebaliknya cercaan dan pelecehan syaikh kalian kepada
Asy-Syaikh ‘Ubaid dan para ulama pewaris Nabi n 25 kalian
anggap sebagai ijtihad seorang ‘alim mujtahid yang tidak bisa
diganggu gugat.
Di mana sikap adil kalian? Ataukah karena yang sedang
kalian bela adalah seorang “Imam Ats-Tsaqalain”? Hasbunallah
wani’mal wakil.
Kelancangan dan kecerobohan anak-anak ini dan kawan-
kawannya terhadap para ‘ulama pewaris Nabi n merupakan
salah satu keanehan zaman yang menggemparkan dan sekaligus
memilukan. Memang “aneh tapi nyata”. Sungguh, ini adalah
tarbiyah yang membahayakan ummat.
Tidakkah kalian khawatir menjadi Ruwaibidhah, yaitu safih
(orang dungu) yang berbicara dalam urusan umat yang besar?!

Lihat fenomena ini dalam buku Celaan Bertubu-tubi Terhadap Pewaris Para Nabi.
25

58
‫أين تذهبون بهذه الفتنة؟‬

Sadarilah diri kalian dan berbenah dirilah sebelum jauh


melangkah! Sebelum kalian benar-benar tenggelam dan binasa
dengan fitnah ini! Berdirilah kalian pada posisi yang semestinya di
hadapan kibar ‘ulama pewaris Nabi n! Ingat:

.‫رحم اهلل امرأ عرف قدر نفسه‬


“Allah merahmati seorang yang menyadari kadar dirinya.”

Berkata Sufyan Ats-Tsauri t:

َ ‫اب يَت‬
‫َكَّل ُم ِعنْ َد اْملَ َشايِخ َوإِ ْن َكا َن َق ْد‬ َّ ‫ت‬
َّ ‫الش‬ َ ْ‫إَِذا َرأَي‬
ِ
‫س ِم ْن َخيرْ ِ هِ َفإَِّنُه َقِليْ ُل‬ْ ِ‫َبَل َغ ِم َن ا ْل ِعْل ِم َمبَْلغاً َفآي‬
.‫الحْ َيَاِء‬
“Jika engkau melihat seorang pemuda berbicara di sisi
para masyayikh, meskipun dia telah mencapai ketinggian
ilmu, maka jangan lagi berharap kebaikan darinya. Karena
sesungguhnya orang tersebut kurang rasa malunya.”
(Dikeluarkan oleh Al-Baihaqi dalam Al-Madkhal ila
As-Sunan Al-Kubra’ Bab Tauqiril ‘Alim wal ‘ilmi)

Kalau seorang anak kecil (muda) lancang mendahului para


masyayikh seperti ini hakekatnya, maka bagaimana dengan yang
membicarakan masyayikh kibar dan mencelanya?!

59
Ke mana Kalian akan Pergi dengan Fitnah ini?

CIRI KHAS MEREKA


DALAM FITNAH INI

Pertama, Di antara ciri khas mereka adalah mengajak


salafiyyun untuk merujuk kepada Asy-Syaikh Yahya saja
bersama para masyayikh baru (yunior) yang direkomendasi
olehnya26 dan berpaling dari nasehat-nasehat para ulama kibar
umat. Ini merupakan pembodohan dan pengelabuan terhadap
umat. Upaya untuk menjauhkan umat dari ulamanya dan ini
fenomena yang sangat berbahaya.
Wahai Abu Turab dan kawan-kawan! Apakah kalian ingin
mengajak salafiyyun merujuk kepada masyayikh yunior dalam
fitnah besar seperti ini dan memalingkan mereka dari ulama kibar
rujukan umat?

‫ﭽ ﯔ ﯕ ﯖ ﯗ ﯘ ﯙ ﯚﯛ ﭼ‬
“Apakah kalian hendak mengganti apa yang lebih baik bagi
kalian dengan sesuatu yang lebih rendah.” (Al-Baqarah: 61)

Dalam arti sebagai para masyayikh rujukan mereka untuk menandingi para ulama
26

kibar, di antaranya Asy-Syaikh Abdul Hamid Al-Hajuri penulis artikel Khiyanah


Ad-Da’wiyyah yang telah kami singgung kiprahnya dalam fitnah ini pada hal (11),
Abu ‘Amar ‘Abdul Karim Al-Hajuri, Muhammad Al-’Amudi, Abu Bilal Al-Hadrami,
Muhammad Hizam Al-Ba’dani dan yang lainnya.

60
‫أين تذهبون بهذه الفتنة؟‬

Sebagai contoh, mereka menyebar nasehat salah satu


masyayikh baru (yunior) tersebut yang bernama Muhammad
Hizam Al-Ba’dani yang berisi tahdziran kepada salah satu du’at
senior salafiyyin Indonesia karena penentangannya terhadap
fitnah ini -semoga Allah l menjaganya dan menjaga kita semua
dari kehizbian dan kesesatan-. Dalam nasehatnya tersebut dia
mengatakan bahwa:

“Sesungguhnya masyayikh Ahlussunnah di Yaman belum


membebaskan Abdurrahman Al-’Adni dari kesalahan dan
fitnah.”

Sepintas bagi salafiyyun yang tidak memiliki wawasan dan


pengetahuan yang cukup tentang fitnah akan menyangka bahwa
masyayikh yang dimaksud adalah seluruh masyayikh Yaman
yang merupakan ulama kibar. Padahal yang dia maksud adalah
masyayikh baru (yunior) tersebut.
Karena para ‘ulama kibar dan para masyayikh yang sudah
berbicara tentang fitnah ini tidak satupun yang mendukung Asy-
Syaikh Yahya dalam fitnah ini. Baik Asy-Syaikh Rabi’ dan Asy-
Syaikh ‘Ubaid, begitu pula masyayikh kibar yang direkomendasi
oleh Asy-Syaikh Muqbil sebagai Ahlul Halli Wal-’Aqdi serta
diberi wasiat untuk menyelesaikan problematika da’wah di Yaman
khususnya. Sebagaimana telah kita uraikan di awal.
Mereka berusaha mengecoh diri mereka sendiri serta
mengecoh umat dengan kaidah: “Penduduk suatu negeri lebih
tahu dengan apa yang ada di negerinya” atau “Yang mengetahui
merupakan hujjah bagi yang tidak mengetahui”, dan yang
semakna dengan itu. Subhanallah, dengan ini mereka berusaha
menanamkan di tengah-tengah umat bahwa para ulama kibar

61
Ke mana Kalian akan Pergi dengan Fitnah ini?

telah ikut campur dalam suatu fitnah besar yang mereka tidak
ketahui? Bahwa ulama kibar telah berbicara tentang fitnah ini
tanpa ilmu?
Serendah itukah martabat dan kedudukan ‘ulama kibar
umat ini di mata mereka? Dengan ini mereka telah masuk dalam
lingkaran syubhat yang sangat berbahaya. Syubhat ini bisa
meruntuhkan ketsiqahan (kepercayaan) umat terhadap ulama
mereka dan ini fenomena yang sangat berbahaya bagi umat.
Oleh karena itu syubhat ini dijawab dan dirobohkan oleh
Al-Walid Al-Muhaddits Abu Ibrahim Muhammad bin ‘Abdil
Wahhab Al-Wushabi hafidzhullah27, beliau berkata:

‫إذا مل ُيسمع لنصائح العلماء فنسمع نصائح من؟‬


,‫ ونصح الشيخ عبيد اجلابري‬,‫إذا نصح الشيخ ربيع‬
‫ هذا نرد وهذا‬,‫ ونصح أبو إبراهم‬,‫ونصح فالن‬
‫ ملا‬.‫ شابهنا املبتدعة شابهنا أبا الفنت املصري‬,‫نرد‬
‫ فإذا ُنصحوا قالوا‬،‫تقول حنن أعلم شابهت املبتدعة‬
‫ أو ردوا نصيحة‬، ‫بأن فالناً ما يفهم أو مايعرف‬
‫ ياأخي يف هذا الوقت من‬.‫العلماء بأي أسلوب‬
‫كان يف دماج أو يف عدن أو يف مكة أو يف املدينة أو‬
‫يف البيضاء أو يف بعدان أصبح اجملتمع اآلن كقرية‬
‫ أمور األخبار طارت شرقاً وغرباً وهواتف‬،‫واحدة‬

27
Nasehat ini terekam dalam kaset, walhamdulillah ‘ala taufiqihi.

62
‫أين تذهبون بهذه الفتنة؟‬

،‫ املسألة ما صارت صعبة‬.‫حتى عند بايعي البصل‬


‫ وهذا يأتي‬,‫هذا له أصحاب وهذا له أصحاب‬
‫ فهذه الشبهة ما تنطلي‬,‫باألخبار وهذا يأتي باألخبار‬
‫ كيف العلماء ما‬،‫على العلماء أن تقول حنن أعلم‬
،‫يفهمون؟ يعين األخبار تصل إليهم إىل حد التواتر‬
‫تأتيهم ال من شخص وال من اثنني وال من ثالثة‬
‫وال من أربعة وال من مخسة وال من ستة ولكن إىل‬
‫ فصار كأنه يف موضع الفتنة معايش‬،‫حد التواتر‬
‫ فما أصبحت غريبة عليه ال من قريب وال من‬،‫هلا‬
,‫ بس هو كيف ترد النصائح يقال حنن أخرب‬،‫بعيد‬
.‫هذه ماهي حجة‬

“Jika kita tidak mau mendengar nasehat ulama maka


nasehat siapa yang akan kita dengar? Jika Asy-Syaikh
Rabi’ sudah menasehati, Asy-Syaikh ‘Ubaid Al-Jabiri
sudah menasehati, fulan sudah menasehati, Abu Ibrahim28
sudah menasehati, lalu nasehat yang ini kita bantah dan
nasehat yang itu kita bantah29. Jika demikian berarti kita
menyerupai mubtadi’ah, kita menyerupai pentolan fitnah

28
Yaitu beliau sendiri.
29
Untuk diketahui bahwa nasehat emas Asy-Syaikh Rabi’ yang telah kita nukilkan juga
dibantah oleh Asy-Syaikh Yahya dengan memerintahkan sebagian muridnya untuk
membantahnya dan telah dilakukan, wallahul musta’an.

63
Ke mana Kalian akan Pergi dengan Fitnah ini?

Al-Mishri 30. Tatkala engkau mengatakan bahwa kami


lebih tahu masalah ini (daripada ulama) artinya engkau
menyerupai mubtadi’ah. Jika mereka dinasehati mereka
mengatakan bahwa fulan tidak mengerti masalah atau
tidak tahu masalah, atau mereka membantah nasehat
para ulama dengan cara apa saja (yang mampu mereka
lakukan). Wahai saudaraku! Pada masa sekarang ini
barang siapa berada di Dammaj atau di ‘Aden atau di
Makkah atau di Madinah atau di Baidha’ atau di Ba’dan,
seluruh masyarakat sekarang ini seakan hidup bersama
dalam satu daerah. Informasi tersebar dengan cepat ke
Timur dan ke Barat, sampai-sampai para penjual bawang
merahpun memiliki telepon (HP). Permasalahan fitnah
yang terjadi bukan sesuatu yang sulit untuk diikuti.
Pihak yang ini punya sahabat dan pihak lainnya punya
sahabat. Pihak yang ini membawa informasi dan pihak
yang lain membawa informasi. Syubhat ini, yaitu bahwa
kami lebih mengetahui permasalahan (daripada ulama)
tidak akan mengelabui ulama. Bagaimana mungkin para
ulama tidak mengerti permasalahan? Maksudnya bahwa
informasi sampai kepada para ulama dari berbagai jalan
sampai pada tahap mutawatir. Informasi datang bukan
hanya dari satu orang, dua orang, tiga orang, empat
orang, lima orang atau enam orang. Informasi datang
dari banyak orang sampai pada tingkatan mutawatir31.
Sehingga ‘alim tersebut seakan-akan berada di tempat
terjadinya fitnah dan hidup bersama fitnah itu. Jadi fitnah
bukan merupakan sesuatu yang asing baginya, tidak dari
jauh tidak pula dari dekat. Namun permasalahannya
bagaimana caranya supaya nasehat-nasehat ulama

Yaitu Abul Hasan Musthafa bin Sulaiman Al-Mishri. pentolan fitnah hizbiyyah ikhwanul
30

mislimin di Yaman yang telah dinasehati sekian lamanya oleh para ulama untuk ruju’ dari
kesalahan-kesalahannya, namun tidak mau mendengar nasehat dan tidak mau bertaubat.
Sehingga akhirnya ditahdzir oleh para ulama, Asy-Syaikh Rabi’ bersama ulama lainnya.
Jumlah yang sangat banyak sehingga mustahil terjadi kedustaan atau kekeliruan.
31

64
‫أين تذهبون بهذه الفتنة؟‬

bisa dibantah dengan mengatakan: kami lebih tahu


permasalahan. Ini bukan hujjah.”

Kedua. Ciri khas mereka yang lain dalam fitnah ini adalah
upaya menjatuhkan siapapun yang berseberangan dengan
mereka. Bersandar kepada nukilan-nukilan berita dari kalangan
mereka sendiri yang sulit untuk dipertanggungjawabkan.
Tidak bersandar kepada sesuatu yang tertera dalam buku atau
terekam dalam kaset. Akibatnya mereka tampil menyendiri
(gharib) berbeda dengan berita-berita yang telah masyhur.
Itulah sebabnya mereka kerap kali tergelincir dalam kedustaan
dan kasalahan. Berkata Abu Yusuf Al-Qadhi:

.‫من تتبع غريب احلديث كذب‬


“Barangsiapa menelusuri hadits yang gharib dia akan
jatuh dalam kedustaan.”

Sebagai contoh mereka menukilkan berita bahwa Al-


’Allamah Al-Wushabi mencela Al-Imam Al-Walid Muqbil Al-
Wadi’i. Yang masyhur dari beliau adalah sanjungan-sanjungannya
kepada Al-Imam Al-Walid sejak masa hidupnya Al-Walid hingga
sekarang. Sebagaimana pula yang masyhur dari Al-Imam Al-
Wadi’i sanjungan-sanjungannya kepada Al-’Allamah Al-Wushabi
hingga meninggalnya.
Yang tidak kalah kejinya penukilan mereka bahwa Al-
’Allamah Al-Wushabi menuduh Al-’Allamah Rabi’ bin Hadi
dan al-’Allamah Shalih Al-Fauzan sebagai jawasis (mata-mata)
pemerintah. Bau kedustaan yang tercium dari isi nukilan ini
sudah cukup untuk mendustakannya. Seorang syaikh sekaliber
beliau tidak mungkin berbicara seperti itu -insya Allah Ta’ala-.
65
Ke mana Kalian akan Pergi dengan Fitnah ini?

Apalagi yang masyhur dari beliau adalah pujian-pujiannya dan


penghormatannya kepada para ulama Arab Saudi. Nukilan ini
berbau namimah (adu domba) di antara ulama -semoga Allah
lmenjaga mereka-.
Demikian pula apa yang mereka isukan bahwa Asy-Syaikh
Al-Wushabi akan menyambut salah seorang hizbi takfiri bernama
Ad-Duwaisy. Ini adalah kedustaan lainnya dari sekian banyak
kedustaan yang terbongkar sehingga beliau men-jarh Asy-Syaikh
Yahya sebagai kadzdzab (pendusta)32.
Kemudian dengan entengnya mereka ingin menjatuhkan
tahdziran Al-’Allamah Al-Wushabi ini dengan berita bahwa: “Asy-
Syaikh Al-Wushabilah telah disalahkan dan dinasehati oleh ulama
Yaman. Sampai-sampai para ulama Yaman datang ke Dammaj
untuk memohon kepada syaikh Yahya agar sudi memaafkan. Asy-
Syaikh Yahya memaafkan dengan syarat jangan lagi ikut campur
fitnah ‘Abdurrahman. Ini disampaikan Asy-Syaikh Yahya di
hadapan ribuan thalabah di Darul Hadits Dammaj”.33
Maka kami katakan pertama kali bahwa bagaimana
mungkin kita percaya dengan berita yang janggal ini sedangkan
beritanya datang dari satu jalan yang sulit untuk di terima
beritanya. Tentu saja kami tidak akan percaya sampai kalian
mendatangkan keterangan secara resmi dari para ulama Yaman
yang mereka isyaratkan. Baik dalam bentuk kaset rekaman atau
keterangan tertulis dari para ulama itu sebagai bukti kebenaran
berita tersebut. Karena nasehat dan tahdziran Asy-Syaikh Al-

Lihat buku Nasehat & Teguran Guru Yang Arif & Bijak Terhadap Murid Yang Tidak
32

Beradab Dalam Berucap & Bertindak hal ( 41-42 ).


Sebagaimana dalam tulisan Abu Fairuz yang bertema Pujian Para Ulama Buat
33

Syaikhuna An-Nashihul Amin.

66
‫أين تذهبون بهذه الفتنة؟‬

Wushabi tersebut tersebar secara resmi dan masyhur di kalangan


salafiyyin. Sedangkan dari Asy-Syaikh Al-Wushabi sendiri belum
ada ralat secara resmi dari beliau yang sampai kepada kami.
Kemudian sisi lain yang kita soroti dari ucapan Asy-Syaikh
Yahya tersebut bahwa dia bersedia memaafkan dengan syarat
jangan lagi ikut campur dalam urusan fitnah ini. Subhanallah,
fitnah yang telah menggemparkan dunia dan mencabik-cabik
ukhuwah salafiyin tidak boleh diurusi dan diselesaikan oleh para
ulama seperti Al-’Allamah Al-Wushabi. Kalau memang urusan
ini adalah urusan dakwah, maka kenapa ulama tidak boleh ikut
campur? Atau dengan ini Asy-Syaikh Yahya sendiri mengakui apa
yang dikatakan oleh Asy-Syaikh Rabi’ -sadar atau tidak- bahwa
urusannya dengan Asy-Syaikh ‘Abdurrahman hanyalah semata-
mata kepentingan pribadi yang tidak berkaitan dengan dakwah.
Lalu kenapa sampai pada tahap penghizbian dan pentahdziran
Asy-Syaikh ‘Abdurrahman atas nama dakwah salafiyyah? Hingga
menggangu ketenangan salafiyyin dan merusak ketenangan
dakwah salafiyyah hampir di seluruh dunia. Kenapa begini wahai
murid-murid “Imam Ats-Tsaqalain”?
Barangkali contoh-contoh ini cukup mewakili sebagai
gambaran betapa mereka telah memaksakan diri dalam fitnah ini.
Nukilan-nukilan mereka tentang Asy-Syaikh Abdurrahman Mar’i
dan Asy-Syaikh ‘Abdullah Mar’i hafizhumallah kurang lebih
serupa dengan contoh-contoh tersebut dalam hal kecerobohan
dan kedustaan penukilan.

67
Ke mana Kalian akan Pergi dengan Fitnah ini?

PENUTUP

Kami tidak mengatakan bahwa kedua syaikh yang terzhalimi


tersebut atau siapapun dari kalangan ‘ulama yang ada ma’shum
(terjaga) dari kesalahan sama sekali.
ْ ‫ومن له احلسنى‬
‫فقط‬ ّ ‫من ذا الذي ما ساء‬
‫قط‬
“Siapakah yang tidak pernah bersalah sama sekali
dan siapakah yang padanya hanya kebaikan saja.”

Namun topik kita adalah kesalahan yang menjadikan


seseorang terjatuh dalam kehizbian sehingga dia divonis sebagai
hizbi.
Maka kalau seandainya apa-apa yang mereka nukilkan
tentang keduanya merupakan hakekat yang benar adanya,
apakah perkara-perkara itu cukup untuk dijadikan hujjah dalam
menghukumi keduanya hizbi?
Alhamdulillah, Allah l yang menjadi saksi terbaik bahwa
ternyata nukilan-nukilan itu mayoritasnya dusta. Jika ada dari
nukilan-nukilan itu yang benar, maka puncak-puncaknya adalah
permasalahan ijtihadiyyah. Pantaskah hanya karena perbedaan
ijtihad lantas yang berbeda ijtihadnya ditanggapi dengan lisan
yang tajam? Bahkan sampai pada tahap yang berseberangan

68
‫أين تذهبون بهذه الفتنة؟‬

ijtihadnya di vonis sebagai hizbi? Padahal belum tentu ijtihad kita


yang benar. Allahul musta’an.
Namun inilah realita yang harus kita hadapi pada era ini.
Munculnya suatu kaum yang ditarbiyah untuk menerima dan
menelan begitu saja setiap berita yang datang tanpa tatsabbut
(pengecekan) yang seksama. Suatu kaum yang menimbang perkara-
perkara ijtihadiyyah dengan timbangan yang berlebih-lebihan
dan dengan lisan yang tajam serta menjatuhkan? Hasbunallah
wani’mal wakil.
Kalau seandainya apa yang mereka banggakan sebagai
bukti-bukti kehizbian keduanya memang merupakan hujjah,
maka tentulah Imam Ahlul jarh wat ta’dil Asy-Syaikh Rabi’ serta
ulama kibar lainya akan mendukung mereka. Jika demikian
tentulah kamipun akan bersama mereka.
Namun para ulama yang telah mengikuti fitnah ini sejak
awal munculnya dan telah mempelajarinya dengan teliti dan penuh
kehati-hatian ternyata tidak bersama mereka. Justru sebaliknya
menasehati mereka untuk berhenti dari fitnah membabi buta ini.
Fitnah yang telah merusak dakwah di Yaman secara khusus dan di
negeri-negeri lainnya secara umum, termasuk di negeri ini.
Semestinya mereka berhenti dan berbenah diri sejak awal,
namun Allah l menghendaki lain. Akhirnya imam merekapun
terpaksa di-jarh secara terang-terangan oleh Al-Walid ‘Ubaid
Al-Jabiri’ dan Al-Walid Muhammad Al-Wushabi hafidzhumallah
setelah kesabaran yang panjang. Hal itu dalam rangka menyingkap
hakekat fitnah ini sebagai upaya menasehati dan menyelamatkan
dia sendiri dan pengikutnya agar kembali ke jalan yang benar.
Demikian pula pihak-pihak yang tidak mengerti, agar berhati-hati
dari fitnah ini.

69
Ke mana Kalian akan Pergi dengan Fitnah ini?

Namun mereka bukannya mendengar nasehat, bahkan


sebaliknya upaya mereka semakin serius untuk menjatuhkan
martabat dan kehormatan Asy-Syaikh ‘Abdur Rahman Mar’i dan
Asy-Syaikh ‘Abdullah Mar’i hafidzhumallah. Lebih dari pada
itu mereka semakin lupa diri, hingga lancang untuk berusaha
menjatuhkan martabat dan kehormatan Al-Walid ‘Ubaid Al-
Jabiri dan Al-Walid Al-Wushabi hafidzhumallah. Hasbunallah
wani’mal wakil.
Sadarkah mereka bahwa mereka sedang berusaha menanduk
gunung besar dan tinggi menjulang untuk meruntuhkannya.
Betapa indah perkataan seorang penyair:

‫ناطح اجلبل العالي يوماً ِلُيوهنُه‬


َ ‫يا‬

ِ ‫أش ِفق على الرأس وال ُتش ِفق على‬


‫اجلبل‬

“Wahai penanduk gunung tinggi di suatu hari untuk


melemahkannya,
kasihanilah kepalamu dan jangan kasihan kepada gunungnya.”

Tidakkah lebih baik bagi mereka untuk berhenti


memaksakan diri dan segera berbenah diri. Beralih kepada sesuatu
yang bermanfaat dan menyibukkan diri dengan menuntut ilmu.
Dari pada membebani diri dengan sesuatu yang terkesan sangat
dipaksakan. Ada sebuah bait syair yang berbunyi:

‫وجاوزه إىل ما تستطيع‬ ‫إذا مل تستطع شيئًا فدعه‬


“Jika engkau tidak mampu atas suatu perkara maka
tinggalkanlah

70
‫أين تذهبون بهذه الفتنة؟‬

dan alihkanlah dirimu kepada apa yang engkau mampu.”

Hendaklah kita mendengarkan nasehat ayah-ayah kita


para ulama kibar yang memiliki kecemburuan lebih besar
terhadap manhaj dan dakwah ini daripada kita. Kalau memang
ada seorang mubtadi’ atau hizbi yang membahayakan dakwah
ini mereka lebih tahu daripada kita dan lebih tahu bagaiman cara
menyelesaikannya.
Tidakkah kita khawatir, jika terus menyombongkan diri
dengan pandangan kita sendiri dan tidak mengindahkan nasehat
ulama bahwa kita akan menjauh dari jalannya kaum mukminin.
Jangan sampai seseorang merasa aman dari makar Allah atas
penyimpangan ini. Jangan menyangka bahwa membangkang dari
nasehat ulama umat bukan fenomena yang berbahaya. Allah l
berfirman:

‫ﭽ ﭸ ﭹ ﭺﭻ ﭼ ﭽ ﭾ ﭿ ﮀ ﮁ‬
‫ﮂﭼ‬
“Apakah mereka merasa aman dari makar Allah? Maka tidak
ada yang merasa aman dari makar Allah kecuali orang-orang
yang merugi.” (Al-A’raf: 99)

Adapun saudara-saudaraku thalabatul ‘ilmi yang sampai


saat ini belum terlibat dalam fitnah ini bersama mereka maka
pujilah Allah l dan bersyukurlah kepadanya. Ikutilah nasehat
ayah-ayah kalian para ulama kibar ummat ini, berkah Allah l
bersama-sama mereka -insya Allah Ta’ala-.
Kami tutup dengan nasehat Al-Walid Al-Muhaddits
Muhammad bin ‘Abdil Wahhab Al-Wushabi saat beliau menutup
nasehatnya yang telah kita nukilkan di atas. Beliau berkata:

71
Ke mana Kalian akan Pergi dengan Fitnah ini?

‫حنب أننا نرتفع عن اتباع اهلوى وتكون مكانة‬


‫العلماء باقية يف قلوبنا احرتام أهل العلم وتوقري‬
‫ التوفيق والثبات‬l ‫ ونسأل اهلل‬.‫أهل العلم باقية‬
.‫لنا ولكم وجلميع املسلمني‬
“Kita menyukai bahwasanya kita semua menjauhkan diri
dari mengikuti hawa nafsu dan kedudukan ulama tetap
bersemayam dalam qalbu-qalbu kita. Pemuliaan dan
pengagungan ahlul ‘ilmi tetap bersemayam dalam qalbu-
qalbu kita. Kami memohon kepada Allah l taufiq dan
tsabat untuk diri-diri kami, diri-diri kalian dan seluruh
kaum muslimin.”

Washallallahu ‘alaihi wa’ala alihi wasallam,


walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.

72

Vous aimerez peut-être aussi