Vous êtes sur la page 1sur 4

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Desain bangunan tahan gempa merupakan hal yang sangat di butuhkan oleh tiap bangunan. Bangunan dengan bentuk arsitektural yang asimetris dan dibangun pada daerah gempa tinggi membutuhkan perhatian ekstra dalam perancangan desain tahan gempa. Hal ini disebabkan karena pada wilayah gempa tinggi yaitu 5 dan 6 percepatan gempa yang terjadi cukup tinggi ditambah dengan bentuk bangunan yang asimetris yang memungkinkan terjadinya gaya gempa yang tidak searah sumbu bangunan. Di Indonesia daerah gempa dibagi menjadi 6 wilayah gempa.(SNI 03-1726) Kriteria pembagian wilayah gempa tersebut di dasarkan atas percepatan puncak batuan dasar akibat pengaruh gempa rencana dengan periode ulang 500 tahun. Setiap wilayah memiliki sebuah respons spektrum yang digunakan untuk memperkirakan beban dinamik yang terjadi ketika struktur menerima beban gempa. Analisis nonlinier statik pushover merupakan analisis yang relatif mudah dilakukan untuk menghitung kuat kapasitas setelah struktur melewati batas elastis. (Almeida 2004) Analisis nonlinier pada umumnya tidak untuk mencari kuantitas gaya-gaya internal atau lendutan yang terjadi. Akan tetapi lebih pada untuk mengetahui perilaku struktur tersebut terhadap pembebanan berlebih.(Dewobroto, 2004) Untuk mendapatkan perilaku struktur secara akurat ketika menerima beban gempa digunakan analisa dinamik time history yang kemudian dapat digunakan sebagai sebuah langkah antisipasi dalam menghadapi gempa. Walaupun analisis inelastis time history sangat bagus secara teknis dalam menganalisis sebuah bangunan tahan gempa, akan tetapi metoda ini masih tergolong mahal dan tidak praktis untuk dilakukan oleh para perencana (Almeida 2004). Karena masalah di atas, kebanyakan perencana merencanakan gedung normal menggunakan analisis linier karena lebih mudah dan relatif lebih murah. Akan tetapi dengan bentuk gedung yang beragam dan tinggi lebih dari 10 tingkat, analisis linier dimungkinkan kurang begitu tepat. Oleh karena itu mulai dikembangkan analisis

statik pushover non linier sebagai salah satu pilihan yang relatif lebih mudah dan sederhana untuk mengetahui kinerja bangunan ketika menerima beban gempa. Menurut Lumantarna,B(2005) dan Hoedjanto,D(2005) perancangan gempa pada saat ini hanya menititikberatkan pada life safety (keselamatan jiwa). Sehingga yang terjadi ketika gempa yang sangat kuat melanda suatu bangunan, korban jiwa dapat diperkecil karena bangunan tidak mengalami keruntuhan. Akan tetapi kerusakan struktur yang sedemikian beratnya menyebabkan gedung tidak dapat diperbaiki sehingga apabila fungsi gedung tersebut adalah penting seperti rumah sakit, gedung pemerintahan maka kegiatan dalam gedung tersebut akan terhenti. Oleh karena itu diperlukan sebuah disain bangunan tahan gempa yang lebih memperhatikan tingkat kinerja bangunan setelah menerima beban gempa. Pada perkembangan terbaru disain bangunan tahan gempa mulai dikenalkan suatu konsep dari ATC-40,1996 dengan metode performance point dan FEMA-356 ,1997 dengan metode target displacement tentang konsep Performance Based Seismic Design (PBSE). Konsep PBSE adalah konsep yang menetapkan tingkat kinerja (performance level) yang diharapkan dapat dicapai saat struktur dilanda gempa dengan intensitas tertentu. Sehingga pemilik dan perencana dapat memilih sasaran perancangan sesuai yang diinginkan. Sebuah gedung yang menerima beban melebihi batas ultimate akan mengalami kondisi inelastis. Pada kondisi ini terjadi perubahan kekakuan serta perubahan sifat beton menjadi inelastik ketika menerima beban. Nonlinieritas material dilakukan untuk mendekati perilaku material beton ketika menerima beban berlebih. Nonlinieritas material dilakukan dengan cara memasukkan diagram tegangan regangan beton terkekang yang inelastis.Ada banyak usulan model digram tegangan regangan beton terkekang antara lain Cussons Paultre, Legeron, Mendis, Razvi, Diniz Frangopol dll. Dalam penelitian ini dipilih model diagram tegangan milik Cussons Paultre karena menurut penelitian yang dilakukan Giri (2007) menyebutkan bahwa model diagram tegangan regangan milik Cussons Paultre memiliki perilaku yang mirip dengan hasil eksperimental dibandingkan model diagram tegangan regangan yang lain.Sedangkan non linieritas geometri yaitu efek P delta dan large deformation analisis hanya perlu diaplikasikan pada bangunan yang menerima beban aksial yang besar seperti 2

gedung tinggi atau pada sebuah struktur yang fleksibel.(Dewobroto,2004) Pada kasus ini non linieritas geometri dan large deformation di wakili dengan efek P delta. Efek P delta perlu di perhatikan karena gedung yang akan di analisis tergolong gedung tinggi lebih dari 10 lantai. Di harapkan dengan penelitian ini diperoleh sebuah data rujukan yang cukup komprehensif tentang tingkat kinerja gedung tinggi yang memiliki beragam bentang ketika menerima beban gempa kuat yang sudah memperhitungkan nonlinieritas material dan geometri. 1.2 Permasalahan Permasalahan yang harus dipecahkan dalam penelitian ini ialah : Bagaimana pengaruh variasi hubungan tegangan regangan Cussons Paultre terhadap kinerja rangka gedung 3 dimensi ? Bagaimana pengaruh variasi bentang struktur terhadap kinerja struktur berdasarkan FEMA 356 dan ATC 40? Bagaimana tingkat daktilitas struktur tersebut, dimana lokasi terjadinya sendi plastis, dan kurva kapasitas pemodelan? 1.3 Tujuan Tujuan dilakukan penelitian ini ialah: Mengetahui pengaruh variasi hubungan tegangan regangan Cussons Paultre terhadap kinerja rangka gedung 3 dimensi Mengetahui pengaruh variasi bentang struktur terhadap kinerja struktur 3 dimensi berdasarkan FEMA 356 dan ATC 40. Dapat mengevaluasi tingkat daktilitas struktur permodelan, lokasi terjadinya sendi plastis, dan kurva kapasitas pemodelan

1.4 Lingkup Pembahasan Adapun masalah yang akan di bahas pada penelitian ini : Desain elemen struktur dan pendetailan tulangan memakai SNI-28472002. Analisis statis nonlinier yang digunakan adalah analisis pushover berdasarkan FEMA-356. Non linieritas yang dilakukan ialah non linieritas material dan geometri. Program bantu yang dipakai adalah ETABS 9 Nonlinier. Diagram tegangan regangan beton terkekang yang digunakan ialah model Cussons Paultre Tidak membahas perancangan elemen struktur sekunder seperti tangga Tidak merencanakan struktur bangunan bawah Pada saat menjalankan pushover analysis, deformasi tanah diabaikan. Hubungan pondasi dan tanah dianggap rigid. Perancangan tidak meninjau faktor ekonomis dan metoda pelaksanaan di lapangan. 1.5 Manfaat Penelitian Mendapatkan data pembanding yang dapat menjelaskan pengaruh nonlinieritas material dan bentang struktur bangunan terhadap tingkat kinerja gedung yang selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam perancangan gedung tinggi agar mendapat disain bangunan tahan gempa yang lebih aman dan efisien.

Vous aimerez peut-être aussi