Vous êtes sur la page 1sur 5

KLIPING

KEWIRAUSAHAAN

Disusun oleh Kelas

: NINA AINI : XI IPS 2

SMA NEGERI 1 BAWANG


TAHUN AJARAN 2013

Kisah Pengusaha Sukses dari Modal Nol

Tri Sumono Tri Sumono yang kini lewat perusahaan CV 3 Jaya, ia mengelola banyak cabang usaha, antara lain, produksi kopi jahe sachet merek Hootri, toko sembako, peternakan burung, serta pertanian padi dan jahe. Bisnis lainnya, penyediaan jasa pengadaan alat tulis kantor (ATK) ke berbagai perusahaan, serta menjadi franchise produk Ice Cream Campina. Dari berbagai lini usahanya itu, ia bisa meraup omzet hingga Rp 500 juta per bulan. Pria kelahiran Gunung Kidul, 7 Mei 1973, ini mengaku tak pernah berpikir hidupnya bakal enak seperti sekarang. Terlebih ketika ia mengenang masa-masa awal kedatangannya ke Jakarta. Mulai merantau ke Jakarta pada 1993, pria yang hanya lulusan sekolah menengah atas (SMA) ini sama sekali tidak memiliki keahlian.

Satu Lagi Mahasiswa Sukses Jadi Pengusaha Tempe

Teguh Wahyudi, Presiden Direktur Sariraya co. ltd adalah satu dari contoh mahasiswa Indonesia yang sukses membangun jaringan bisnis di negeri sakura. Bukan hanya aktif mengelola usahanya yang kian meluas, tetapi juga aktif dalam setiap kegiatan masyarakat Indonesia di Jepang, khususnya di Kota Nagoya.

Bahkan untuk kegiatan Iedul Fitri kemarin, Teguh Wahyudi memiliki andil besar, member jaminan pada pihak kepolisian, bahwa kegiatan ini adalah murni ritual keagamaan dan tidak akan berdampak keributan. Maklum pihak kepolisian jepang, masih khawatir dengan berita di TV jepang, bahwa pelaksanaan pembagian zakat yang merupakan ritual keagamaan Islam, di pasuruan sempat menimbulkan banyak korban jiwa. Ketika saya diundang datang ke pabrik tempe miliknya usai khutbah Iedul Fithri, Teguh Wahyudi menuturkan pengalamannya: semua ini berawal dari kegiatan pembuatan tempe untuk dikonsumsi sendiri (atau sebagai aktiviats di waktu luang/hari libur) . Kegiatan tersebut pertama kali dilakukan akhir Agustus tahun 2003, di tempat Kakak (Anjo-shi, Aichi-ken, Japan).

Sukanto Tanoto Lebarkan Bisnis hingga Brazil

Sukanto Tanoto Konglomerat Raja Garuda Emas, Sukanto Tanoto, tercatat sebagai orang terkaya kelima di Indonesia versi Forbes. Catatan kekayaan bersihnya ditaksir mencapai 2,8 miliar dollar AS per Maret ini. Pria yang kini bertempat tinggal di Singapura ini memiliki aset hingga 12 miliar dollar AS. Kekayaannya tersebut diperoleh dari sejumlah usaha. Sukanto merupakan pemilik perusahaan Asia Pacific Resources International Ltd (APRIL) yang bergerak di bidang industri kertas. Ia juga mempunyai perusahaan minyak sawit Asian Agri. Operasi perusahaannya tidak sekadar berekspansi di dalam negeri. Dengan perusahaan di bidang agribisnisnya, Sukanto merambah China dan Brazil. Perusahaan Pacific Oil & Gas miliknya pun baru-baru ini mengumumkan untuk meluncurkan proyek LNG (Liquid Natural Gas). Sebuah proyek yang bekerja sama dengan dua mitra China, di Provinsi Jiangsu, China. Untuk diketahui saja, pria yang tercatat sebagai anggota Asia Executive Advisory Board of Wharton dan Insead International Council ini tidak menyelesaikan pendidikannya saat berumur 17 tahun. Ia tidak melanjutkan studinya untuk membantu keluarganya. Bahkan kemampuan berbahasa Inggris tidak diperolehnya dari pendidikan formal. Ia belajar bahasa utama di dunia itu secara otodidak dengan menerjemahkan media Readers Digest, Life dan Newsweek.

Raih Omzet Ratusan Juta Dari Sepatu Kayu

Nadia Mutia Rahma, wanita muda ini terbilang sukses mengawali bisnisnya dengan produk sepatu kayu. Dengan nama Kloom Clogs, Nadia meraup omset hingga Rp 250 juta per bulan untuk pasar lokal dan juga ratusan juta untuk pasar mancanegara. Penghasilannya kini tentu tak lepas dari kerja kerasnya. Warga Nusa Loka, BSD City, ini mendesain sendiri sepatu kayunya. Nadia mengaku memang menyukai desain sejak kecil. Saking senangnya, Nadia kecil pernah mengguntinggunting gorden rumah untuk prakarya isengnya. Setelah beranjak dewasa, Nadia makin senang menekuni kegemarannya itu. Perjalanan awal usahanya ini tidak semulus yang dibayangkan. Ia terpaksa menjual mobil yang dibelinya sendiri demi modal usaha sepatu ini. Modalnya seharga satu mobil, he-he-he. Waktu itu mama aku belum kasih modal, jadi sewaktu (sekolah) di Jepang, aku sempat kerja part time. Pas pulang ke Indonesia sempat beli satu mobil, terus mobilnya dijual, itu di tahun 2000-an, kata perempuan 22 tahun itu kepada Kompas.com. Modal sudah didapat, kendala lain muncul. Wanita yang besar di Yogyakarta itu sempat mengalami kesulitan ketika mencari pengrajin sepatu kayu di Kota Pelajar tersebut. Di sana, para pengrajin terbiasa membuat sepatu dengan model biasa, tidak seperti sepatu dengan sentuhan bergaya Eropa rancangan Nadia. Setelah berbulan-bulan mencari, barulah ia menemukan pengrajin yang sesuai. Dari modal tersebut, Nadia menggunakannya untuk membeli bahan baku dan membayar pengrajin. Kendala lainnya muncul lagi. Ia harus berusaha keras melakukan percobaan terhadap produk sepatu kayunya hingga mendapatkan bentuk yang pas dan nyaman dipakai. Bermacam-macam jenis kayu diuji sebagai bahan utama sepatu. Untuk sepatunya, Nadia banyak menggunakan kayu sampang dan mahoni yang diambilnya dari Garut hingga

Kalimantan. Kayunya macam-macam, semuanya dari Indonesia, ujar wanita kelahiran 12 Juni 1989 ini. Meski berbahan kayu, sepatu Kloom Clogs tergolong ringan saat digunakan. Nadia mengatakan, ada teknik khusus untuk mengolah kayu tersebut menjadi ringan dan awet. Ada teknik khusus, seperti getahnya harus diambil terlebih dahulu, dijemur atau direndam selama beberapa jam, dan sebagainya. Pokoknya membuat kayu menjadi ringan dan awet, ujarnya.

Vous aimerez peut-être aussi