Vous êtes sur la page 1sur 34

Askep Anemia

Pengertian Anemia
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah (Doenges, 1999).

Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 : 935). Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006 : 256). Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh dan perubahan patofisiologis yang mendasar yang diuraikan melalui anamnesis yang seksama, pemeriksaan fisik dan informasi laboratorium.

Etiologi Anemia
Penyebab tersering dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam folat. Selebihnya merupakan akibat dari beragam kondisi seperti perdarahan, kelainan genetik, penyakit kronik, keracunan obat, dan sebagainya. Penyebab umum dari anemia:

Perdarahan hebat Akut (mendadak)

Kecelakaan Pembedahan Persalinan Pecah pembuluh darah Penyakit Kronik (menahun) Perdarahan hidung Wasir (hemoroid) Ulkus peptikum Kanker atau polip di saluran pencernaan Tumor ginjal atau kandung kemih Perdarahan menstruasi yang sangat banyak Berkurangnya pembentukan sel darah merah Kekurangan zat besi Kekurangan vitamin B12 Kekurangan asam folat Kekurangan vitamin C Penyakit kronik Meningkatnya penghancuran sel darah merah Pembesaran limpa Kerusakan mekanik pada sel darah merah Reaksi autoimun terhadap sel darah merah Hemoglobinuria nokturnal paroksismal Sferositosis herediter Elliptositosis herediter Kekurangan G6PD Penyakit sel sabit Penyakit hemoglobin C Penyakit hemoglobin S-C Penyakit hemoglobin E

Thalasemia (Burton, 1990).

Patofisiologi Anemia
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah. Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sistem fagositik atau dalam sistem retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera. Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organorgan penting, Salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer yang memorinya lemah, Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa diperbaiki (Sjaifoellah, 1998).

Manifestasi Klinis Anemia


Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai sistem dalam tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf) yang dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia (badan kurus kerempeng), serta perkembangan kognitif yang abnormal pada anak. Sering pula terjadi abnormalitas pertumbuhan, gangguan fungsi epitel, dan berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lain adalah munculnya sklera (warna pucat pada bagian kelopak mata bawah). Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala

terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung (Sjaifoellah, 1998).

Komplikasi Anemia
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau gampang terkena infeksi saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah lebih kuat. Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan berkelanjutan dapat menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat badan rendah, anemia bisa juga mengganggu perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak (Sjaifoellah, 1998).

Pemeriksaan Penunjang
Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun. Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (molume korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia (aplastik). Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons sumsum tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis). Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat mengindikasikan tipe khusus anemia). LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal : peningkatan kerusakan sel darah merah : atau penyakit malignasi. Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal : pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih pendek. Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB). SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik). Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi (hemolitik) Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin. Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik). Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan defisiensi masukan/absorpsi Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik)

TBC serum : meningkat (DB) Feritin serum : meningkat (DB) Masa perdarahan : memanjang (aplastik) LDH serum : menurun (DB) Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP) Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster, menunjukkan perdarahan akut / kronis (DB). Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam hidroklorik bebas (AP). Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah dalam jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal: peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum dengan penurunan sel darah (aplastik). Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan : perdarahan GI (Doenges, 1999).

Penatalaksanaan Medis
Tindakan umum : Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang. 1. Transpalasi sel darah merah. 2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi. 3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah. 4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen 5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada. 6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.

Pengobatan Anemia
(untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) : 1. Anemia defisiensi besi Penatalaksanaan : Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan yang diberikan seperti ikan, daging, telur dan sayur. Pemberian preparat fe Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan. 2. Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12

3. Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral 4. Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan pemberian cairan dan transfusi darah.

Asuhan Keperawatan Anemia

Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluru(Boedihartono, 1994). Pengkajian pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi : 1) Aktivitas / istirahat Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ; penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak. Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan. 2) Sirkulasi Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi). Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardia. Bunyi jantung : murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara premature (AP). 3) Integritas ego Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan,

misalnya penolakan transfusi darah. Tanda : depresi. 4) Eleminasi Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB). Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine. Tanda : distensi abdomen. 5) Makanan/cairan Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB). Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah. (DB). 6) Neurosensori Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin. Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP). 7) Nyeri/kenyamanan Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB) 8). Pernapasan Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas. Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea. 9) Keamanan Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia. Riwayat terpajan pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi. Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie dan ekimosis (aplastik). 10) Seksualitas

Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB). Hilang libido (pria dan wanita). Imppoten. Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.

Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994). Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi : 1. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan)). 2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah. 3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan. 4. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel. 5. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi dan neurologist. 6. Konstipasi atau diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan proses pencernaan; efek samping terapi obat. 7. Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah interpretasi informasi ; tidak mengenal sumber informasi.

Intervensi Keperawatan
Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan (Boedihartono, 1994) Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995). Intervensi dan implementasi keperawatan pasien dengan anemia (Doenges, 1999) adalah : . 1) Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya

pertahanan sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan)). Tujuan : Infeksi tidak terjadi. Kriteria hasil : mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi. - meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase purulen atau eritema, dan demam. Intervensi Keperawatan Tingkatkan cuci tangan yang baik ; oleh pemberi perawatan dan pasien. Rasional : mencegah kontaminasi silang/kolonisasi bacterial. Catatan : pasien dengan anemia berat/aplastik dapat berisiko akibat flora normal kulit. Pertahankan teknik aseptic ketat pada prosedur/perawatan luka. Rasional : menurunkan risiko kolonisasi/infeksi bakteri. Berikan perawatan kulit, perianal dan oral dengan cermat. Rasional : menurunkan risiko kerusakan kulit/jaringan dan infeksi. Motivasi perubahan posisi/ambulasi yang sering, latihan batuk dan napas dalam. Rasional : meningkatkan ventilasi semua segmen paru dan membantu memobilisasi sekresi untuk mencegah pneumonia. Tingkatkan masukkan cairan adekuat. Rasional : membantu dalam pengenceran secret pernapasan untuk mempermudah pengeluaran dan mencegah stasis cairan tubuh misalnya pernapasan dan ginjal. Pantau/batasi pengunjung. Berikan isolasi bila memungkinkan. Rasional : membatasi pemajanan pada bakteri/infeksi. Perlindungan isolasi dibutuhkan pada anemia aplastik, bila respons imun sangat terganggu. Pantau suhu tubuh. Catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau tanpa demam. Rasional : adanya proses inflamasi/infeksi membutuhkan evaluasi/pengobatan. Amati eritema/cairan luka. Rasional : indikator infeksi lokal. Catatan : pembentukan pus mungkin tidak ada bila granulosit tertekan. Ambil specimen untuk kultur/sensitivitas sesuai indikasi (kolaborasi) Rasional : membedakan adanya infeksi, mengidentifikasi pathogen khusus dan mempengaruhi pilihan pengobatan. Berikan antiseptic topical ; antibiotic sistemik (kolaborasi). Rasional : mungkin digunakan secara propilaktik untuk menurunkan kolonisasi atau untuk pengobatan proses infeksi local.

2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah. Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi Kriteria hasil : menunujukkan peningkatan/mempertahankan berat badan dengan nilai laboratorium normal. - tidak mengalami tanda mal nutrisi. - Menununjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan berat badan yang sesuai. Intervensi Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan yang disukai. Rasional : mengidentifikasi defisiensi, memudahkan intervensi. Observasi dan catat masukkan makanan pasien. Rasional : mengawasi masukkan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan. Timbang berat badan setiap hari. Rasional : mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi. Berikan makan sedikit dengan frekuensi sering dan atau makan diantara waktu makan. Rasional : menurunkan kelemahan, meningkatkan pemasukkan dan mencegah distensi gaster. Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan dan gejala lain yang berhubungan. Rasional : gejala GI dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ. Berikan dan Bantu hygiene mulut yang baik ; sebelum dan sesudah makan, gunakan sikat gigi halus untuk penyikatan yang lembut. Berikan pencuci mulut yang di encerkan bila mukosa oral luka. Rasional : meningkatkan nafsu makan dan pemasukkan oral. Menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi. Teknik perawatan mulut khusus mungkin diperlukan bila jaringan rapuh/luka/perdarahan dan nyeri berat. Kolaborasi pada ahli gizi untuk rencana diet. Rasional : membantu dalam rencana diet untuk memenuhi kebutuhan individual. Kolaborasi ; pantau hasil pemeriksaan laboraturium. Rasional : meningkatakan efektivitas program pengobatan, termasuk sumber diet nutrisi yang dibutuhkan.

Kolaborasi ; berikan obat sesuai indikasi. Rasional : kebutuhan penggantian tergantung pada tipe anemia dan atau adanyan masukkan oral yang buruk dan defisiensi yang diidentifikasi. 3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan. Tujuan : dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas. Kriteria hasil : melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari) - menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya nadi, pernapasan, dan tekanan darah masih dalam rentang normal. Intervensi Kaji kemampuan ADL pasien. Rasional : mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan. Kaji kehilangan atau gangguan keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan otot. Rasional : menunjukkan perubahan neurology karena defisiensi vitamin B12 mempengaruhi keamanan pasien/risiko cedera. Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas. Rasional : manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan. Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan kurangi suara bising, pertahankan tirah baring bila di indikasikan. Rasional : meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru. Gunakan teknik menghemat energi, anjurkan pasien istirahat bila terjadi kelelahan dan kelemahan, anjurkan pasien melakukan aktivitas semampunya (tanpa memaksakan diri). Rasional : meningkatkan aktivitas secara bertahap sampai normal dan memperbaiki tonus otot/stamina tanpa kelemahan. Meingkatkan harga diri dan rasa terkontrol. 4) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel. Tujuan : peningkatan perfusi jaringan Kriteria hasil : menunjukkan perfusi adekuat, misalnya tanda vital stabil. Intervensi Awasi tanda vital kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa, dasar kuku. Rasional : memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi jaringan

dan membantu menetukan kebutuhan intervensi. Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi. Rasional : meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler. Catatan : kontraindikasi bila ada hipotensi. Awasi upaya pernapasan ; auskultasi bunyi napas perhatikan bunyi adventisius. Rasional : dispnea, gemericik menununjukkan gangguan jajntung karena regangan jantung lama/peningkatan kompensasi curah jantung. Selidiki keluhan nyeri dada/palpitasi. Rasional : iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial/ potensial risiko infark. Hindari penggunaan botol penghangat atau botol air panas. Ukur suhu air mandi dengan thermometer. Rasional : termoreseptor jaringan dermal dangkal karena gangguan oksigen. Kolaborasi pengawasan hasil pemeriksaan laboraturium. Berikan sel darah merah lengkap/packed produk darah sesuai indikasi. Rasional : mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan /respons terhadap terapi. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi. Rasional : memaksimalkan transport oksigen ke jaringan. 5) Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi dan neurologist. Tujuan : dapat mempertahankan integritas kulit. Kriteria hasil : mengidentifikasi factor risiko/perilaku individu untuk mencegah cedera dermal. Intervensi Kaji integritas kulit, catat perubahan pada turgor, gangguan warna, hangat local, eritema, ekskoriasi. Rasional : kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi dan imobilisasi. Jaringan dapat menjadi rapuh dan cenderung untuk infeksi dan rusak. Reposisi secara periodic dan pijat permukaan tulang apabila pasien tidak bergerak atau ditempat tidur. Rasional : meningkatkan sirkulasi kesemua kulit, membatasi iskemia jaringan/mempengaruhi hipoksia seluler. Anjurkan pemukaan kulit kering dan bersih. Batasi penggunaan sabun. Rasional : area lembab, terkontaminasi, memberikan media yang sangat baik untuk pertumbuhan organisme patogenik. Sabun dapat mengeringkan kulit secara berlebihan.

Bantu untuk latihan rentang gerak. Rasional : meningkatkan sirkulasi jaringan, mencegah stasis. Gunakan alat pelindung, misalnya kulit domba, keranjang, kasur tekanan udara/air. Pelindung tumit/siku dan bantal sesuai indikasi. (kolaborasi) Rasional : menghindari kerusakan kulit dengan mencegah /menurunkan tekanan terhadap permukaan kulit. 6) Konstipasi atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan proses pencernaan; efek samping terapi obat. Tujuan : membuat/kembali pola normal dari fungsi usus. Kriteria hasil : menunjukkan perubahan perilaku/pola hidup, yang diperlukan sebagai penyebab, factor pemberat. Intervensi Observasi warna feses, konsistensi, frekuensi dan jumlah. Rasional : membantu mengidentifikasi penyebab /factor pemberat dan intervensi yang tepat. Auskultasi bunyi usus. Rasional : bunyi usus secara umum meningkat pada diare dan menurun pada konstipasi. Awasi intake dan output (makanan dan cairan). Rasional : dapat mengidentifikasi dehidrasi, kehilangan berlebihan atau alat dalam pengidentifikasi defisiensi diet. Dorong masukkan cairan 2500-3000 ml/hari dalam toleransi jantung. Rasional : membantu dalam memperbaiki konsistensi feses bila konstipasi. Akan membantu memperthankan status hidrasi pada diare. Hindari makanan yang membentuk gas. Rasional : menurunkan distress gastric dan distensi abdomen Kaji kondisi kulit perianal dengan sering, catat perubahan kondisi kulit atau mulai kerusakan. Lakukan perawatan perianal setiap defekasi bila terjadi diare. Rasional : mencegah ekskoriasi kulit dan kerusakan. Kolaborasi ahli gizi untuk diet siembang dengan tinggi serat dan bulk. Rasional : serat menahan enzim pencernaan dan mengabsorpsi air dalam alirannya sepanjang traktus intestinal dan dengan demikian menghasilkan bulk, yang bekerja sebagai perangsang untuk defekasi. Berikan pelembek feses, stimulant ringan, laksatif pembentuk bulk atau enema sesuai indikasi. Pantau keefektifan. (kolaborasi) Rasional : mempermudah defekasi bila konstipasi terjadi. Berikan obat antidiare, misalnya Defenoxilat Hidroklorida dengan atropine

(Lomotil) dan obat mengabsorpsi air, misalnya Metamucil. (kolaborasi). Rasional : menurunkan motilitas usus bila diare terjadi. . 7) Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah interpretasi informasi ; tidak mengenal sumber informasi. Tujuan : pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana pengobatan. Kriteria hasil : pasien menyatakan pemahamannya proses penyakit dan penatalaksanaan penyakit. - mengidentifikasi factor penyebab. - Melakukan tiindakan yang perlu/perubahan pola hidup. Intervensi Berikan informasi tentang anemia spesifik. Diskusikan kenyataan bahwa terapi tergantung pada tipe dan beratnya anemia. Rasional : memberikan dasar pengetahuan sehingga pasien dapat membuat pilihan yang tepat. Menurunkan ansietas dan dapat meningkatkan kerjasama dalam program terapi. Tinjau tujuan dan persiapan untuk pemeriksaan diagnostic. Rasional : ansietas/ketakutan tentang ketidaktahuan meningkatkan stress, selanjutnya meningkatkan beban jantung. Pengetahuan menurunkan ansietas. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya. Rasional : megetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya. Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang. Rasional : dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas. Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet makanan nya. Rasional : diet dan pola makan yang tepat membantu proses penyembuhan. Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan. Rasional : mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai keberhasilan dari tindakan yang dilakukan.

Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan

lainnya. (Lynda Juall Capenito, 1999:28) Evaluasi pada pasien dengan anemia adalah : 1) Infeksi tidak terjadi. 2) Kebutuhan nutrisi terpenuhi. 3) Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas. 4) Peningkatan perfusi jaringan. 5) Dapat mempertahankan integritas kulit. 6) Membuat/kembali pola normal dari fungsi usus. 7) Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana pengobatan.

DAFTAR PUSTAKA
Boedihartono. 1994. Proses Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta. Burton, J.L. 1990. Segi Praktis Ilmu Penyakit Dalam. Binarupa Aksara : Jakarta Carpenito, L. J. 1999. Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan, Diagnosis Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, ed. 2. EGC : Jakarta Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian pasien. ed.3. EGC : Jakarta Effendi , Nasrul. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta. Hassa. 1985. Ilmu Kesehatan Anak jilid 1. FKUI : Jakarta Noer, Sjaifoellah. 1998. Standar Perawatan Pasien. Monica Ester : Jakarta. Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.

ASUHAN KEPERAWATAN ANEMIA

A. PENGERTIAN

Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dan atau hitung eritrosit lebih rendah dari normal. Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah Hb dalam 1mm3 darah atau berkurangnya volume sel yang didapatkan (packed red cells volume) dalam 100 ml darah.

B. PENYEBAB ANEMIA Anemia dapat dibedakan menurut mekanisme kelainan pembentukan, kerusakan atau kehilangan sel-sel darah merah serta penyebabnya. Penyebab anemia antara lain sebagai berikut: 1. Anemia pasca perdarahan : akibat perdarahan massif seperti kecelakaan, operasi dan persalinan dengan perdarahan atau perdarahan menahun:cacingan. 2. Anemia defisiensi: kekurangan bahan baku pembuat sel darah. Bisa karena intake kurang, absorbsi kurang, sintesis kurang, keperluan yang bertambah. 3. Anemia hemolitik: terjadi penghancuran eritrosit yang berlebihan. Karena faktor intrasel: talasemia, hemoglobinopatie,dll. Sedang factor ekstrasel: intoksikasi, infeksi malaria, reaksi hemolitik transfusi darah. 4. Anemia aplastik disebabkan terhentinya pembuatan sel darah oleh sumsum tulang (kerusakan sumsum tulang).

C. TANDA DAN GEJALA

1. Tanda-tanda umum anemia: a. pucat, b. tacicardi, c. bising sistolik anorganik, d. bising karotis, e. pembesaran jantung.
2. Manifestasi khusus pada anemia:

a. Anemia aplastik: ptekie, ekimosis, epistaksis, ulserasi oral, infeksi bakteri, demam, anemis, pucat, lelah, takikardi. b. Anemia defisiensi: konjungtiva pucat (Hb 6-10 gr/dl), telapak tangan pucat (Hb < 8 gr/dl), iritabilitas, anoreksia, takikardi, murmur sistolik, letargi, tidur meningkat, kehilangan minat bermain atau aktivitas bermain. Anak tampak lemas, sering berdebar-debar, lekas lelah, pucat, sakit kepala, anak tak tampak sakit, tampak pucat pada mukosa bibir, farink,telapak tangan dan dasar kuku. Jantung agak membesar dan terdengar bising sistolik yang fungsional. c. Anemia aplastik : ikterus, hepatosplenomegali.

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Kadar Hb.

Kadar Hb <10g/dl. Konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata < 32% (normal: 32-37%), leukosit dan trombosit normal, serum iron merendah, iron binding capacity meningkat. 2. Kelainan laborat sederhana untuk masing-masing tipe anemia : a. Anemia defisiensi asam folat : makro/megalositosis b. Anemia hemolitik : retikulosit meninggi, bilirubin indirek dan total naik, urobilinuria. c. Anemia aplastik : trombositopeni, granulositopeni, pansitopenia, sel patologik darah tepi ditemukan pada anemia aplastik karena keganasan.

E. PENATALAKSANAAN

a. Anemia pasca perdarahan: transfusi darah. Pilihan kedua: plasma ekspander atau plasma substitute. Pada keadaan darurat bisa diberikan infus IV apa saja. b. Anemia defisiensi: makanan adekuat, diberikan SF 3x10mg/kg BB/hari. Transfusi darah hanya diberikan pada Hb <5 gr/dl. c. Anemia aplastik: prednison dan testosteron, transfusi darah, pengobatan infeksi sekunder, makanan dan istirahat.

F. MASALAH KEPERAWATAN YANG SERING MUNCUL 1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan berkurangnya komparten seluler yang penting untuk menghantarkan oksigen / zat nutrisi ke sel. 2. Tidak toleransi terhadap aktivitas berhubungan dengan tidak

seimbangnya kebutuhan pemakaian dan suplai oksigen. 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya selera makan.

G. TINDAKAN KEPERAWATAN 1. Perfusi jaringan adekuat


-

Memonitor tanda-tanda vital, pengisian kapiler, wama kulit, membran mukosa. Meninggikan posisi kepala di tempat tidur Memeriksa dan mendokumentasikan adanya rasa nyeri. Observasi adanya keterlambatan respon verbal, kebingungan, atau gelisah Mengobservasi dan mendokumentasikan adanya rasa dingin. Mempertahankan suhu lingkungan agar tetap hangat sesuai kebu tuhan tubuh. Memberikan oksigen sesuai kebutuhan.

2. Mendukung anak tetap toleran terhadap aktivitas Menilai kemampuan anak dalam melakukan aktivitas sesuai dengan kondisi fisik dan tugas perkembangan anak. Memonitor tanda-tanda vital selama dan setelah melakukan aktivitas, dan mencatat adanya respon fisiologis terhadap aktivitas (peningkatan denyut jantung peningkatan tekanan darah, atau nafas cepat). Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga untuk

berhenti melakukan aktivitas jika teladi gejala-gejala peningkatan denyut jantung, peningkatan tekanan darah, nafas cepat, pusing atau kelelahan). Berikan dukungan kepada anak untuk melakukan kegiatan sehari hari sesuai dengan kemampuan anak. Mengajarkan kepada orang tua teknik memberikan reinforcement terhadap partisipasi anak di rumah. Membuat jadual aktivitas bersama anak dan keluarga dengan melibatkan tim kesehatan lain. Menjelaskan dan memberikan rekomendasi kepada sekolah tentang kemampuan anak dalam melakukan aktivitas, memonitor kemam puan melakukan aktivitas secara berkala dan menjelaskan kepada orang tua dan sekolah. 3. Memenuhi kebutuhan nutrisi yang adekuat
Mengijinkan anak untuk memakan makanan yang dapat ditoleransi anak, rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan anak meningkat.

Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi. Mengijinkan anak untuk terlibat dalam persiapan dan pemilihan makanan Mengevaluasi berat badan anak setiap hari.

KASUS : Ny. Ani 25 tahun post partum mengalami pendarahan hebat 1000 cc, wajah pucat , lemah, TTV ND: 100x /menit , TD:100/80 MmHg , RR: 20x /menit ,dada berdebar,Ny ani membutukan perawatan khusus yang sesuai dengan keluhan berdasarkan asuhan kep yg diberikan . Pd ny ani yang mengalami anemia. PENGERTIAN : Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dan atau hitung eritrosit lebih rendah dari normal. Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah Hb dalam 1mm3darah atau berkurangnya volume sel yang didapatkan (packed red cells volume) dalam 100 ml darah Nilai normal dari hasil pemeriksaan laboratorium Eritrosit : 3,6-5,0 juta/mm (perempuan) 4,2-5,5 juta/mm (laki) Leukosit : 3.500-10.000/mm Hemoglobin : 12-15 g/dL (perempuan) 14-16,5 g/dL (laki) Trombosit : 150.000-350.000/mm Ket : Umur eritrosit 120 hari dan pendewasaan sel berlangsung sekitar 7 hari. Fungsi : membawa oksigen dari paru kejaringan. Umur hemoglobin : Fungsi : pembentukan zat warna darah. Umur leukosit :

Fungsi :Melindungi tubuh terhadap infasi bakteri atau benda asing lainnya Umur trombosit: Fungsi : untuk mengontrol terjadinya pendarahan (pembentukan benang fimbrin untuk proses pembekuan darah) JENIS JENIS ANEMIA : Anemia Aplastik Suatu gangguan sel sel induk di sumsum tulang dapat menimbulkan kematian Anemia Difesiensi Besi Keadaan di mana kandungan besi tubuh total turun di bawah tingkat normal Anemia pada penyakit ginjal kronis Anemia ini di sebabkan oleh menurunya ketahanan hidup sel darah merah maupun defisiensi eritropoetin Anemia megaloblastik Sering di sebabkan oleh difisiensi vitamin B12 dan asam folat yang mengakibatkan sintesis DNA tergangu Anemia hemolitik Eritrosit memiliki rentang usia yang memendek Anemia sel sabit Salah satu dari hemoglobin sekunder karena kelainan hemoglobin ETIOLOGI : Pada dasarnya anemia terjadi karena gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang Kehilangan darah keluar tubuh (perdarahan) Proses pengacuran eritrosit dalam tubuh sebelum waktunya (hemolisis)

Anemia dapat dibedakan menurut mekanisme kelainan pembentukan, kerusakan atau kehilangan sel-sel darah merah serta penyebabnya. Penyebab anemia antara lain sebagai berikut: Anemia pasca perdarahan : akibat perdarahan massif seperti kecelakaan, operasi dan persalinan dengan perdarahan atau perdarahan menahun:cacingan. Anemia defisiensi: kekurangan bahan baku pembuat sel darah. Bisa karena intake kurang, absorbsi kurang, sintesis kurang, keperluan yang bertambah. Anemia hemolitik: terjadi penghancuran eritrosit yang berlebihan. Karena faktor intrasel: talasemia, hemoglobinopatie,dll. Sedang factor ekstrasel: intoksikasi, infeksi malaria, reaksi hemolitik transfusi darah. Anemia aplastik disebabkan terhentinya pembuatan sel darah oleh sumsum tulang (kerusakan sumsum tulang). TANDA DAN GEJALA - 5L (Lima) : Letih Lemah Lesu Lemas Lunglai - Tanda-tanda umum anemia : Pucat, Tacicardi, Bising sistolik anorganik, Bising karotis, Pembesaran jantung. GEJALA Gejala gejala yang disebabkan oleh pasokan oksigen yang tidak mencukupi kebutuhan ini, bervariasi . Anemia bisa menyebabkan kelelahan , kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang.

Jika anemia bertambah berat, maka dapat menyebabkan stroke atau serangan jantung. ASUHAN KEPERAWATAN ANEMIA PENGKAJIAN Keluhan Utama : Wajah pucat, lemah, mengalami pendarahan hebat kurang lebih 1000 cc. TTV: TD = 100/80 mmHg Nadi= 100 x/menit RR= 20 x/menit RP D (Riwayat Penyakit Dahulu) : Riwayat Penyakit Dahulu yang mendukung dengan melakukan serangkaian pertanyaan, meliputi : 1. Apakah sebelumnya klien pernah menderita anemia 2. Apakah meminum suatu obat tertentu dalam jangka lama 3. Apakah pernh menderita penyakit malaria 4. Apakah pernah mengalami pembesaran limfe 5. Apakah pernah mengalami penyakit keganasan yang tersebar seperti kanker payudara, leukimia dan multipel mieloma 6. Apakah pernah kontak dengan zat kimia toksik ; dan penyinaran dengan radiasi 7. Apakah pernah menderita penyakit menahun yang mengakibatkan ginjal dan hati 8. Apak pernah menderita penyakit infeksi dan defisiensi endokrin 9. Apakah pernah mengalami kekurangan vitamin yang penting, seperti ; vit B12, asam folat, vit C dan besi

RPS (Riwayat Penyakit Sekarang) : Penurunan kadar eritrosit dan Hb dalam darah yaitu dengan adanya kelemahan fisik, pusing dan sakit kepala, gelisah, diaforesis

(keringat dingin), takikardi, sesak napas serta kolaps sirkulasi yang progresif cepat atau syok. Psikososial : Menolak, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah, marah, perilaku menyerang, fokus pada diri sendiri. Interaksi sosial: stress karena keluarga, pekerjaan, kesulitan biaya ekonomi, kesulitan koping dengan stressor yang ada. Pemeriksaan Fisik : Keadaan umum klien pucat. Ini umumnya diakibatkan oleh berkurangnya volume darah, berkurangnya Hb, dan vasokontriksi untuk memperbesar pengiriman oksigen ke organ2 vital. MELIPUTI : B1 (Breathing) Dispnea (kesulitan pernafasan), napas pendek, dan cepat lelah waktu melakukan aktivitas jasmani merupakan manifestasi berkurangnya pengiriman oksigen. B2 (bleeding) takikardi dan bising jantung menggambarkan beban kerja dan curah jantung yang meningkat, pucat pada kuku, telapak tangan serta membran mukosa bibir dan konjungtiva. Keluhan nyeri dada bila melibatkan arteri koroner. Angina (nyeri dada), khususunya pada klien usia lanjut dg stenosis koroner (penyempitan pembuluh darah koroner) dapat di akibatkan karena iskemiamiokardium. Pada anemia berat, dapat menimbulkan gagal jantung kongestif sebab otot jantung yang kekurangan O2 tidak dapat menyesuaikan diri dg beban kerja jantung yang meningkat. B3 (brain) Disfungsi neorologis, sakit kepala, pusing, kelemahan dan tinitus (telinga berdengung) B4 (bladder) Gangguan ginjal, penurunan produksi urin B5 (bowel) Penurunan intake nutrisi di sebabakan karena anoreksia, nausia, konstipasi atau diare. Serta stomatitis (sariawan lidah dan mulut)

B6 (bone) Kelemahan dalam melakukan aktifitas 11 Pola : 1) Aktivitas / istirahat


Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ; penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak. Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi,

menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan

2) Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi). Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan

nadi melebar, hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardia. Bunyi jantung : murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi) kuku : : mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara premature (AP).

3) Integritas ego

Gejala

: keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya

penolakan transfusi darah. Tanda : depresi.

4) Eleminasi
Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB). Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine. Tanda : distensi abdomen.

5) Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB). Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin

B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah. (DB).

6) Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin. Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental :

tak mampu berespons, lambat dan dangkal.

Oftalmik

hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari lubang-

lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP).

7) Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)

8) Pernapasan
Gejala Tanda : : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas. takipnea, ortopnea, dan dispnea.

9) Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada radiasi; baik Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi. Rasional : meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk

kebutuhan seluler. Catatan : kontraindikasi bila ada hipotensi. Awasi upaya pernapasan ;auskultasi bunyi napas perhatikan bunyi adventisius. Rasional : dispnea, gemericik menununjukkan gangguan jajntung karena regangan jantung lama/peningkatan kompensasi curah jantung. Selidiki keluhan nyeri dada/palpitasi. Rasional : iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial/ potensial risiko infark. Hindari penggunaan botol penghangat atau botol air panas. Ukur suhu air mandi dengan thermometer. Rasional : termoreseptor jaringan dermal dangkal karena gangguan oksigen. Kolaborasi pengawasan hasil pemeriksaan laboraturium. Berikan sel darah merah lengkap/packed produk darah sesuai indikasi Rasional : mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan /respons terhadap terapi. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi. Rasional : memaksimalkan transport oksigen ke jaringan.

10) Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruas, misal menoragia atau amenore (DB). Hilang libido (pria dan wanita) Impoten Tanda : serviks dan dinding vagina pucat

11) Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala : Kecenderungan keluarga untuk anemia.Penggunaan antikonvulsan masa lalu/saat ini, antibiotik, agen kemoterapi (gagal sumsum tulang), aspirin,obat antiinflamasi,atau antikoagulan.Penggunaan alkohol kronis.Adanya/ berulangnya episode perdarahan aktif. Riwayat penyakit hati dan ginjal.Pembedahan sebelumnya, misal,,splenektomi; eksisi tumor; penggantian katup prostetik; eksisi bedah duodenum atau reseksi gaster. Riwayat adanya masalah dengan penyembuhan luka atau perdarahan; infeksi kronis,penyakit granulomatus kronis atau kanker (sekunder anemia).

DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Aktual/ resiko tinggi pola nafas tidak efektif yang berhubungan dengan respons peningkatan frekuensi pernafasan 2. Aktual/resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan penurunan intake, mual dan anoreksia (penurunan nafsu makan). 3. Aktual/resiko tinggi intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai O2 ke jaringan dengan kebutuhan sekunder dari penurunan curang jantung. INTERVENSI

Aktual/ resiko tinggi pola nafas tidak efektif yang berhubungan dengan respons peningkatan frek Tujuan : dalam waktu 3x24 jam tidak terjadi perubahan pola nafas. KH : klien tidak sesak nafas respirasi dalm batas normal 15- 20 x/menit respon batuk berkurang. INTERVENSI Auskultasi bunyi napas Kaji adanya edema

RASIONAL Indikasi edema paru sekunder akibat d

Curiga gagal kongesti atau kelebihan v

Ukur intake dan output

Penurunan curah jantung mengakibatk ginjal, retensi natrium atau air dan pen urine

Timbang berat badan

Perubahan tiba-tiba dari BB menunjuk keseimbangan cairan

Pertahankan pemasukan total cairan 2000 ml/24 jam dalam toleransi kardiovaskuler

Memenuhi kebutuhan cairan tubuh ora memerlukan pembatasan dengan adany jantung

Kolaborasi
o

berikan diet tanpa garam

o natrium

berikan diuretik, contoh furosemide, sprinolakton, hidronolakton

meningkatkan retensi c plasma yang berdampak terh beban kerja jantung dan akan kebuthan miokardium. o diuretik bertujuan untuk menu plasma dan menurunkan rete sehingga menurunkan resiko paru o hipokalemia dapat membatasi

pantau data laboratorium elektrolit kalium.

Aktual/resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan penurunan intake, mual dan anoreksia.

Tujuan : dalam waktu 3x24 jam terdapat peningkatan dalam pemunuhan nutrisi. KH : klien secara subjektif termotivasi untuk melakukan pemenuhan nutrisi sesuai anjuran, klien dan ke nutrisi yang tepat pada klien, asupan meningkat pada porsi makan yang disediakan. INTERVENSI Jelaskan ttg manfaat makan bila dikaitkan dengan kondisi klien saat ini. Lanjutkan agar klien memakan-makanan yang disediakan di RS Beri makanan dalam keadaan hangat dan porsi kecil setra diet tinggi kalori, tinggi protein

RASIONAL Dengan pemahaman klien akan lebih ko aturan

Untuk menghindari makanan yang justr proses penyembuhan klien

Untuk meningkatkan selera dan menceg mempercepat perbaikan kondisi serta m kerja jantung

Libatkan keluarga pasien dalam pemenuhan nutrisi tambahan Klien kadang kala mempunyai selera ma

yang tidak bertentangan dengan penyakitnya.

terbiasa sejak dirumah. Dengan bantuan pemenuhan nutrisi dengan tidak bertenta diet akan meningkatkan pola nutrisi

Lakukan dan ajarkan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan serta sebelum dan sesudah intervensi atau pemerikasaan per oral Beri motivasi dan dukungan psikologis

Hygiene oral yang baik akan meningkat klien

Meningkatkan secara psikologis

Kolaborasi:
o o

dengan nutrisi ttg pemenuhan diet klien pemberian multivitamin

o meningkatkan o

pemenuhan sesua

klien memenuhi asupan vitamin yang penurunan asupan nutrisi seca perbaiki daya tahan

Aktual/resiko tinggi intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan antara su jaringan dengan kebutuhan sekunder dari penurunan curang jantung.

Tujuan: aktivitas sehari-hari klien terpenuhi dan meningkatnya kemampuan beraktivitas. KH : klien menunjukkan kemampuan beraktivitas tanpa gejal-gejala yang berat, terutama mobilisasi tem INTERVENSI Catat frekuensi dan irama jantung serta perubahan tekanan darah selama dan sesudah aktivitas. Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas, dan berikn aktivitas senggang yang tidak berat Anjurkan klien untuk menghindari peningkatan tekanan abdomen, misal: mengejan saat defekasi Jelaskan pola peningkatan bertaahap dari tingkat aktivitas. Contoh: bangun dari kursi bila tidak ada nyeri, ambulasi dan istirahat selama 1 jam setelah makan. Pertahankan klien tirah baring sementara sakit. Pertahankan rentang gerak pasif selama sakit kritis.

RASIONAL Respons klien terhadap aktivitas dapat m penurunan oksigen miokardium.

Menurunkan kerja miokardium/konsum

Dengan mengejan dapat mengakibatkan peningkatan tekanan darah.

Aktivitas yang maju memberikan kontro meningkatkan regangan dan mencegah a Untuk mengurangi beban jantung.

Meningkatkan kontraksi otot sehingga m balik.

Evaluasi tanda vital saat kemajuan aktivitas terjadi.

Untk mengetahui fungsi jantung bila dik aktivitas

Berikan waktu istirahat diantara waktu aktivitas.

Untuk mendapatkan cukup waktu resolu

tidak terlalu memaksa kerja jantung. Selama aktivitas kaji EKG, dispnea, sianosis, kerja dan frekuensi napas, serta keluhan subjektif. Melihat dampak dari aktivitas terhadap

IMPLEMENTASI

Aktual/ resiko tinggi pola nafas tidak efektif yang berhubungan dengan respons peningkatan frek Tujuan : dalam waktu 3x24 jam tidak terjadi perubahan pola nafas. KH : klien tidak sesak nafas respirasi dalm batas normal 15- 20 x/menit respon batuk berkurang. IMPLEMENTASI Mengauskultasi bunyi napas engkMaji adanya edema Mengukur intake dan output

RASIONAL Indikasi edema paru sekunder akibat d

Curiga gagal kongesti atau kelebihan v

Penurunan curah jantung mengakibatk ginjal, retensi natrium atau air dan pen urine

Menimbang berat badan

Perubahan tiba-tiba dari BB menunjuk keseimbangan cairan

Mempertahankan pemasukan total cairan 2000 ml/24 jam dalam toleransi kardiovaskuler

Memenuhi kebutuhan cairan tubuh ora memerlukan pembatasan dengan adany jantung

Kolaborasi
o Memberikan

diet tanpa garam

o natrium

Memberikan diuretik, contoh furosemide, sprinolakton, hidronolakton

meningkatkan retensi c plasma yang berdampak terh beban kerja jantung dan akan kebuthan miokardium. o diuretik bertujuan untuk menu plasma dan menurunkan rete sehingga menurunkan resiko paru o hipokalemia dapat membatasi

Memantau data laboratorium elektrolit kalium.

Aktual/resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan penurunan intake, mual dan anoreksia.

Tujuan : dalam waktu 3x24 jam terdapat peningkatan dalam pemunuhan nutrisi. KH : klien secara subjektif termotivasi untuk melakukan pemenuhan nutrisi sesuai anjuran, klien dan ke nutrisi yang tepat pada klien, asupan meningkat pada porsi makan yang disediakan. IMPLEMENTASI Menjelaskan ttg manfaat makan bila dikaitkan dengan kondisi klien saat ini. Melanjutkan agar klien memakan-makanan yang disediakan di RS Memberi makanan dalam keadaan hangat dan porsi kecil setra diet tinggi kalori, tinggi protein

RASIONAL Dengan pemahaman klien akan lebih ko aturan

Untuk menghindari makanan yang justr proses penyembuhan klien

Untuk meningkatkan selera dan menceg mempercepat perbaikan kondisi serta m kerja jantung

Melibatkan keluarga pasien dalam pemenuhan nutrisi tambahan yang tidak bertentangan dengan penyakitnya.

Klien kadang kala mempunyai selera ma terbiasa sejak dirumah. Dengan bantuan pemenuhan nutrisi dengan tidak bertenta diet akan meningkatkan pola nutrisi

Melakukan dan ajarkan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan serta sebelum dan sesudah intervensi atau pemerikasaan per oral Memberi motivasi dan dukungan psikologis

Hygiene oral yang baik akan meningkat klien

Meningkatkan secara psikologis

Kolaborasi:
o o

dengan nutrisi ttg pemenuhan diet klien pemberian multivitamin

o meningkatkan o

pemenuhan sesua

klien memenuhi asupan vitamin yang penurunan asupan nutrisi seca perbaiki daya tahan

Aktual/resiko tinggi intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan antara su jaringan dengan kebutuhan sekunder dari penurunan curang jantung.

Tujuan: aktivitas sehari-hari klien terpenuhi dan meningkatnya kemampuan beraktivitas. KH : klien menunjukkan kemampuan beraktivitas tanpa gejal-gejala yang berat, terutama mobilisasi tem IMPLEMENTASI RASIONAL

Mencatat frekuensi dan irama jantung serta perubahan tekanan darah selama dan sesudah aktivitas. Meningkatkan istirahat, batasi aktivitas, dan berikn aktivitas senggang yang tidak berat Menganjurkan klien untuk menghindari peningkatan tekanan abdomen, misal: mengejan saat defekasi Menjelaskan pola peningkatan bertaahap dari tingkat aktivitas. Contoh: bangun dari kursi bila tidak ada nyeri, ambulasi dan istirahat selama 1 jam setelah makan. Mempertahankan klien tirah baring sementara sakit. Mempertahankan rentang gerak pasif selama sakit kritis.

Respons klien terhadap aktivitas dapat m penurunan oksigen miokardium.

Menurunkan kerja miokardium/konsum

Dengan mengejan dapat mengakibatkan peningkatan tekanan darah.

Aktivitas yang maju memberikan kontro meningkatkan regangan dan mencegah a Untuk mengurangi beban jantung.

Meningkatkan kontraksi otot sehingga m balik.

Mengevaluasi tanda vital saat kemajuan aktivitas terjadi.

Untk mengetahui fungsi jantung bila dik aktivitas

Memberikan waktu istirahat diantara waktu aktivitas.

Untuk mendapatkan cukup waktu resolu tidak terlalu memaksa kerja jantung. Melihat dampak dari aktivitas terhadap

Selama aktivitas mengkaji EKG, dispnea, sianosis, kerja dan frekuensi napas, serta keluhan subjektif.

1. 2. 3. 4. 5.

EVALUASI Terhindar dari resiko perfusi perifer Bebas dari nyeri Terpenuhinya akivitas sehari-hari Terpenuhinyta kebutuhan nutrisi Menunjukkan penurunan kecemasan Memahami penyakit dan tujuan perawatannya Mematuhi semua aturan medis Mengetahui kapan harus meminta bantuan medis bila nyeri menetap atau sifatnya berubah

Vous aimerez peut-être aussi

  • Wilms Tumor
    Wilms Tumor
    Document1 page
    Wilms Tumor
    Clara Vika Betarahmawati
    Pas encore d'évaluation
  • Askep 1
    Askep 1
    Document4 pages
    Askep 1
    Clara Vika Betarahmawati
    Pas encore d'évaluation
  • Bab I
    Bab I
    Document35 pages
    Bab I
    Clara Vika Betarahmawati
    Pas encore d'évaluation
  • Diabetes Insipidus
    Diabetes Insipidus
    Document52 pages
    Diabetes Insipidus
    Clara Vika Betarahmawati
    Pas encore d'évaluation
  • OTOSKLEROSIS
    OTOSKLEROSIS
    Document117 pages
    OTOSKLEROSIS
    Clara Vika Betarahmawati
    Pas encore d'évaluation