Vous êtes sur la page 1sur 22

REFERAT

Tumor Thyroid

Pembimbing: dr. A. Munir, Sp. Rad

Penyusun: Audrey Budiono 07120080088

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Radiologi Universitas Pelita Harapan Rumah Sakit Bhayangkara Tk. I Raden Said Sukanto Periode 10 September 2012 6 Oktober 2012

Audrey Budiono 2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan karunianya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan kepada pembaca tentang prinsip Tumor Thyroid yang merupakan salah satu syarat dalam melaksanakan kepaniteraan klinik Program Pendidikan Profesi Dokter di Bagian Ilmu Radiologi di Rumah Sakit Raden Sukanto Jakarta. Makalah ini berisi beberapa informasi tentang anatomi dan fisiologi kelenjar tiroid, macam-macam metode pencitraan tiroid, serta penampakan tumor pada pencitraan tersebut. Kami harapkan dengan adanya makalah ini, pembaca dapat mendapat pemahaman yang lebih dalam informasi tentang topic ini serta dapat mengaplikasikan teori ini dalam melakukan pendekatan terhadap pasien. Dalam menyelesaikan tugas ini, penulis dibimbing oleh dosen pembimbing dan serta dibantu oleh beberapa pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. A. Munir, Sp. Rad, selaku dosen pembimbing penulisan referat. Rekan-rekan Co-Asisten, serta pihak yang telah membantu dalam penulisan referat ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempuraan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin.

Jakarta, 17 September 2012

Audrey Budiono 2012

PENDAHULUAN
Kelenjar tiroid merupakan sebuah organ yang terletak pada bagian bawah leher depan di depan trachea memanjang dari tingkat servikal ke-5 hingga torakalis 1. Bentuk kelenjar tersebut bervariasi dari menyerupai huruf H hingga U dan terbentuk oleh 2 lobus lateral panjang yang dengan kutub superior serta inferior yang terhubung dengan bagian yang disebut isthmus yang terletak menutupi cincin trachea ke-2 hingga ke-4. Fungsi kelenjar ini adalah untuk membuat dan mensekresi hormone tiroid seperti tiroksin, atau T4, dan triiodothyronine, atau T3 yang efeknya secara umum adalah untuk memacu pertumbuhan pada bayi dan anak-anak, meregulasi nadi dan kekuatan kontraksi myocardium, mempengaruhi motilitas sistem pencernaan dan pembuangan air dari ginjal, serta mengatur penggunaan energi tubuh melalui pembentukan panas, berat badan, dan metabolisme lemak.

Audrey Budiono 2012


TINJAUAN PUSTAKA
3. 1 Anatomi Kelenjar thyroid mulai terbentuk pada embryo sebagai invaginasi mesoderm pada dasar faring di foramen cecum darimana ia kemudian turun ke bagian anterior trachea dan bercabang membentuk dua lobus lateralis yang masing-masing berukuran 4 cm x 2 cm x 1 cm pada orang dewasa. Jaringan ektopik yang menyisa dapat terlihat pada bagian manapun dari thyroglossal duct ini dan dapat berkembang menjadi kista midline dengan dinding dari epitel selapis gepeng yang apabila terinfeksi dapat menjadi tumor. Bagian caudal dari thyroglossal duct membentuk lobus pyramidalis thyroid yang dapat teraba pada kondisi dimana terjadi inflamasi thyroid yang bersifat difus atau stimulasi. Sementara pembesaran ke arah atas pada kelenjar thyroid terhambat oleh adanya otot sternothyroid yang berikatan dengan thyroid cartilage, pembesaran ke arah bawah tidak terhambat sehinggga pembesaran thyroid atau disebut juga goiter umumnya terlihat membesar ke arah posterior dan inferior (bahkan juga dapat melampaui bagian mediastinum superior, atau yang disebut juga dengan goiter substernal).

Gambar 3.1 Anatomi kelenjar tiroid

3.2 Fisiologi thyroid Seperti telah dibahas diatas, fungsi utama kelanjar thyroid ini adalah untuk memproduksi serta mensekresi hormone T4 dan T3 yang berfungsi untuk mengendalikan laju

Audrey Budiono 2012


metabolisme tubuh. Untuk menghasilkan hormon-hormon tersebut, kelenjar tiroid harus dapat menyerap iodine dari darah dan menggabungkannya dengan tironin yang merupakan gabungan dari dua senyawa asam amino tirosin. Dalam proses pembentukannya, terjadi langkah-langkah sebagai berikut: a. Proses penjeratan ion iodide dengan mekanisme pompa iodida. Pompa ini dapat memekatkan iodida kira-kira 30 kali konsentrasinya dalam darah; b. Proses pembentukan tiroglobulin. Tiroglobulin adalah glikoprotein besar yang nantinya akan mensekresikan hormone tiroid; c. Proses pengoksidasian ion iodida menjadi iodium. Proses ini dibantu oleh enzim peroksidase dan hydrogen peroksidase. d. Proses iodinasi asam amino tirosin. Pada proses ini iodium (I) akan menggantikan hydrogen (H) pada cincin benzena tirosin. Hal ini dapat terjadi karena afinitas iodium terhadap oksigen (O) pada cincin benzena lebih besar daripada hydrogen. Proses ini dibantu oleh enzim iodinase agar lebih cepat. e. Proses organifikasi tiroid. Pada proses ini tirosin yang sudah teriodinasi (jika teriodinasi oleh satu unsure I dinamakan monoiodotirosin dan jika dua unsure I menjadi diiodotirosin). f. Proses coupling (penggandengan tirosin yang sudah teriodinasi). Jika

monoiodotirosin bergabung dengan diiodotirosin maka akan menjadi triiodotironin. Jika dua diiodotirosin bergabung akan menjadi tetraiodotitironin atau yang lebih sering disebut tiroksin. Hormon tiroid tidak larut dalam air jadi untuk diedarkan dalam darah harus dibungkus oleh senyawa lain, dalam hal ini tiroglobulin. Tiroglobulin ini juga sering disebut protein pengikat plasma. Ikatan protein pengikat plasma dengan hormone tiroid terutama iroksin sangat kuat jadi tiroksin lama keluar dari protein ini. Sedangkan triiodotironin lebih mudah dilepas karena ikatannya lebih lemah. Efek hormone tiroid Pada tingkat seluler, hormone tiroid berfungsi untuk meningkatkan sintesis protein dengan cara: (1) meningkatkan jumlah dan aktivitas mitokondria dan (2) meningkatkan kecepatan pembentukan ATP. Efek tiroid dalam transport aktif: meningkatkan aftifitas enzyme NaK-ATPase yang akan menaikkan kecepatan transport aktif dan tiroid dapat mempermudah ion kalium masuk membrane sel.

Audrey Budiono 2012


Efek pada metabolisme karbohidrat: menaikkan aktifitas seluruh enzim. Efek pada metabolisme lemak: mempercepat proses oksidaasi dari asam lemak. Pada plasma dan lemak hati hormone tiroid menurunkan koleserol, fosfolipid, dan trigliserid dan menaikkan asam lemak bebas. Efek tiroid pada metabolisme vitamin: menaikkan kebutuhan tubuh akan vitamin karena vitamin bekerja sebagai koenzime dari metabolisme. Oleh karena metabolisme sebagian besar sel meningkat akibat efek dari tiroid, maka laju metabolisme basal akan meningkat dan peningkatan laju basal setinggi 60-100 persen diatas normal. Efek pada berat badan: bila hormon tiroid meningkat, maka hamper selalu menurunkan berat bada, dan bila produksinya sangat berkurang, maka hampir selalu menaikkan berat badan. Efek ini terjadi karena hormon tiroid meningkatkan nafsu makan. Efek terhadap sistem kardiovaskuler: aliran darah, curah jantung, frekuensi denyut jantung, dan volume darah mengkiat karena meningkatnya metabolisme dalam jaringan mempercepat pemaiakan oksigen dan memperbanyak produk akhir yang dilepas dari jaringan. Efek ini menyebabkan vasodilatasi pada sebagian besar jaringan tubuh, sehingga meningkatkan aliran darah. Efek pada respirasi: meningkatnya kecepatan metabolisme akan meningkatkan pemaiakan oksigen dan pembentukan karbondioksida. Efek pada saluran cerna: meningkatkan nafsu makan dan asupan makanan. Tiroid adpat meningkatkan kecepatan sekresi getah pencernaan dan pergerakan saluran cerna. Pengaturan sekresi hormon tiroid Regulasi hormon tiroid diprakarsai oleh hormon TSH (Thyroid Stimulating Hormone) yang disekresi oleh hipotalamus. TSH berfungsi untuk: 1. Meningkatkan proteolisis tiroglobulin 2. Meningkatkan aktifitas pompa iodium 3. Meningkatkan iodinasi tirodin dan meningkatkan kecepatan proses coupling 4. Meningkatkan ukuran dan meningkatkan aktifitas sekretorik sel tiroid. 5. Meingkatkan jumlah sel-sel tiroid, disertai perubahan sel kuboid jadi kolumner,. Hormon TSH dirangsang oleh TRH (Thyrotropin Releasing Hormone). Sintesis, sekresi, dan transport hormon yang dihasilkan tiroid Uptake dan sekresi yodium

Audrey Budiono 2012


Seperti dinyatakan diatas, kebutuhan yodium untuk pembentukan tiroksin. Untuk membentuk jumlah normal tiroksin,setiap tahunnya dibutuhkan kira-kira 50 mg yodium yang ditelan dalam bentuk iodida, atau kira-kira 1 mg perminggu. Iodida yang ditelan secara oral akan diabsorbsi dari saluran cerna ke dalam darah dengan pola yang kira-kira mirip dengan klorida. Biasanya, sebagian besar dari iodida tersebut dengan cepat dikeluarkan oleh ginjal, tetapi hanya setelah kira-kira satu per limanya dipindahkan dari sirkulasi darah oleh sel-sel kelenjar tiroid secara selektif dan dipergunakan untuk sintesis hormon tiroid. Kemudian, agar dapat digunakan untuk pembentukan hormone tiroksin maka pertama-tama harus terjadi pengangkutan iodida dari darah kedalam sel-sel dan folikel kelenjar tiroid. Membran basal tiroidmempunyai kemampuan yang spesifik untuk memompakan iodide secara aktif ke bagian dalam sel. Kemampuan ini disebut penjeratan iodide (iodide trapping).

3.4 Tumor tiroid 3.4.1 Definisi Menurut Stanford Cancer Center, tumor tiroid adalah pembesaran yang dapat bersifat jinak (benign) atau ganas (malignant) dan dapat disebabkan oleh bermacam-macam penyebab, antara lain inflamasi, defisiensi yodium yang merupakan salah satu bahan baku dalm pembuatan hormon, kista, kelainan kongenital, serta tumor atau neoplasma. Pada makalah ini, kelainan tumor karena neoplasma akan dibahas lebih dalam. 3.4.2 Etiologi Seperti pada banyak jenis tumor lainnya, penyebab spesifik timbulya tumor tiroid masihmerupakan suatu misteri pada sebagian besar pasien. Diketahui ada beberapa faktor yang mendukung, antara lain adanya riwayat terkena radiasi pada bagian kepala dan leher, terutama saat masih anak-anak, adanya faktor genetik (terutama pada karsinoma jenis medualris). Belun diketahui suatu karsinogen yang berperan untuk karsinoma anaplastik dan medularis. Diperkirakan jenia anaplastik berasal dari perubahan karsinoma tiroid berdiferensiasi baik (papiler dan folikuler) dengan kemungkinan jenis folikuler dua kali lebih besar. Ada dua hal yang sering dibicarakan yang berperan dalam timbulnya karsinoma tiroid khususnya untuk well-differentiated carcinoma (papiler dan folikuler) yaitu radiasi dan endemik goiter. Sedangkan limfoma pada tiroid diperkirakan karena perubahan-perubahan degenerasi ganas dari tiroiditis Hashimoto.

Audrey Budiono 2012


Radiasi sebagai penyebab karsinoma tiroid terbukti di Amerika Serikat bahwa pada tahun 1925-1955 banyak sekali anak-anak diterapi dengan radiasi pada daerah leher dan kepala. Dari penelitian diperoleh data adenoma dan karsinoma tiroid pada anak-anak yang diberi radiasi demikian tinggi dan ini diobservasi dan terjadi antara 3-17 tahun kemudian. Demikian pula penelitian di kepulauan Marshall tempat percobaan bom hidrogen dekat ATol Bikini, ditemukan hal yang sama yaitu ornag-orang dan anak-anak yang terpapar radiasi menderita kelainan tiroid dan karsinoma tiroid yang lebih tinggi dan keganasan ini terlihat antara 11-15 tahun kemudian. Hubungan antara endemik goiter dengan karsinoma tiroid dilakukan percobaan pada binatang percobaan dengan membuat defisiensi yodium melalui pemberian makanan yang burakng kandungan yodium atau dilakukan reseksi kelenjar tiroid, maka dalam observasi, karsinoma terjadi pada hipoplasia yang tidak diobati, dan itu terjadi karena pengaruh hiperstimulasi dari TSH. Pada manusia dengan keadaan yang terus menerus distimulasi oleh TSH pada beberapa penderita ditemukan karsinoma tiroid folikuler yang bermetastasis. 3.4.3 Faktor resiko Faktor resiko tumor tiroid antara lain: Usia Jenis kelamin. Kelainan tiroid lebih sering ditemukan pada wanita. Ras Faktor genetik Riwayat penyakit serupa dalam keluarga Diet. Riwayat pernah menderita kelainan tiroid sebelumnya. Pengaruh radiasi di daerah leher dan kepala pada masa lampau. Kecepatan tumbuh tumor Riwayat gangguan mekanik di daerah leher.

3.4.4 Klasifikasi tumor tiroid Sebagian besar tumor tiroid berupa nodul tunggal yang biasanya adalah jinak. Namun pada beberapa kasus, nodul tersebut dapat berkembang menjadi sebuah keganasan. Contoh klasifikasi nodul tiroid seperti ditulis oleh Mazzaferi adalah sebagai berikut

Audrey Budiono 2012


Adenoma Macrofollicular adenoma Microfollicular adenoma Embryonal adenoma Hurtle cell adenoma Atypical adenoma Adenoma with papillae Signet-ring adenoma Carcinoma Papillary Follicular Medullary Anaplastic Other: thyroid lymphoma Colloid nodule Dominant nodule in a multinodular goiter Other Inflammatory thyroid o Subacute thyroiditis o Chronic lymphocytic thyroiditis Cyst Simple cyst Cystic/solid tumors (hemorrhagic/necrotic) Rare unilateral lobe agenesis 3.4.5 Diagnosis Seperti mendiagnosis penyakit lainnya, diperlukan anamnesa yang lengkap, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang untuk membantu menegakkan sebuah diagnosis. 3.4.5.1 Anamnesis Langkah pertama dalam mendiagnosis tumor tiroid adalah menanyakan dengan detail dan lengkap tentang masalah kesehatan. Kondisi kesehatan secara umum, riwayat kesehatan keluarga, faktor resiko tumor tiroid, serta gejala yang dirasakan. Pasien biasanya datang dengan keluhan sebagai berikut: sebuah benjolan atau pembesaran pada leher yang cepat membesar atau tidak, dypsnea, dysphagia, batuk lama, fatigue dan rasa nyeri pada leher. 3.4.5.2 Pemeriksaan fisik Selama pemeriksaan fisik, bisa didapatkan adanya benjolan pada leher yang soliter atau multinoduler, tekstur benjolan itu sendiri apakah terasa padat atau kenyal, bentuk benjolannya yang tidak beraturan atau rata, apakah terasa hangat pada palpasi, dapat digerakan atau tidak, ada atau tidaknya rasa nyeri pada palpasi, serta pembesaran kelenjar limfe. Diagnosis diferensial meliputi setiap benjolan pada leher depan yang berhubungan dengan tiroid dan keluhan-keluhan pada tiroid seperti o Granulomatous disease Developmental abnormalities o Dermoid

Audrey Budiono 2012


Tiroiditis DeQuervain Tiroiditis Hashimoto Graves Diseas Limfoma tiroid Nodul tiroid Goiter

3.4.5.3 Pemeriksaan penunjang Untuk menyingkirkan diagnosa diferensial diperlukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan fungsi tiroid, dan radiografi sementara untuk diagnosis pasti perlu dilakukan pemeriksaan Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB). Karena pemeriksaan klinis tidak sensitif untuk mengidentifikasi kelainan tiroid, pemeriksaan laboratorium utnuk fungsi tiroid merupakan sebuah keharusan. Satu-satunya tes biokimia yang diperlukan secara umum adalah pengukuran serum tirotropin. Apabila hasilnya dibawah normal, maka tes untuk mengukur jumlah tiroksin bebas atau triiodotironin harus dilakukan untuk membuktikan terjadinya hipertiroid. Sekitar 10 % pasien dengan nodul soliter mengalami penurunan jumlah serum tirotropin yang mengusulkan adanya benign hyperfunctioning nodule. Apabila jumlah serum tirotropinmeningkat maka, jumlah serum antibodi antithyroperoxidase harus diperiksa untuk membuktikan adanya tiroiditis Hashimoto. Tetapi, adanya kenaikan pada pemeriksaan di atas tidak serta-merta menghilangkan perlunya akan biopsi karena seorang klinisi harus menyingkirkan kecurigaan kanker termasuk limfoma yang ditemukan pada 5% kanker tiroid namun berkaitan dengan tiroiditis Hashimoto. Apabila seorang pasien mempunyai riwayat kanker meduler tiroid atau multiple endocrine neoplasia (MEN) type 2 dalam keluarga, maka tingkat calcitonin dalam serum basal harus diperiksa; kenaikan calcitonin dalams erum menandakan adannya kanker meduler tiroid. Pemeriksaan tingkat calcitonin dalam serum tidak dilakukan secara rutin pada pasien tanpa riwayat kanker meduler tiroid dalam keluarga karena karsinoma meduler hanya terjadi pada 1 dari 250 pasien dengan nodul tiroid.

Audrey Budiono 2012

Gambar 3.2 Interpretasi pemeriksaan laboratorium pada tumor tiroid. Selain pemeriksaan laboratorium seperti dijabarkan diatas, pencitraaan yang digunakan untuk mendiagnosis tumor tiroid adalah dengan radiografi yaitu Ultrasonografi (USG). Teknik ultrasound yang menggunakan gelombang suara yang dipantulkan dari transduser frekuensi tinggi yang linear untuk membandingkan echostrukur tiroid pada area yang heterogen. USG juga dapat membedakan nodul padat dari lesi kistik dan mengkarakterisasi kista kompleks dimana terdapat komponen padat dan kistik. Beberapa ciri khas nodul lebih sering ditemukan pada lesi yang bersifat ganas seperti kapsul nodul yang ireguler dan mikrokalsifikasi dan beberapa ciri khas lain merupakan kekhasan untuk lesi jinak seperti penampilan yang spongiformis dan perubahan kistik walaupun penemuan-penemuan tersebut bukanlah tolok ukur diagnosis. Menurut Bonavita et al, tidak adanya kalsifikasi dan penampakan hipoechoic merupakan karakteristik yang cukup spesifik (>90%) untuk mengidentifikasi adanya keganasan. Ultrasound juga dapat dipergunakan untuk memonitor besarnya kelenjar tiroid dalam beberapa kurun waktu, untuk memandu aspirasi nodul dalam proses biopsi, serta untuk menilai nodus limfa regional pada pasien dengan kanker tiroid setelah operasi maupun dalam penindakan lanjutnya. Gambaran USG pada tumor tiroid 1. Adenoma tiroid Pada USG, adenoma tampak sebagai massa padat yang dapat hiperechoic, isoechoic atau hypoechoic. Mereka sering mempunyai halo hiperechoic di pagian perfier yang licin dan tebal karena terbuat dari kapsul fibrous dan pembuluh darah yang dapat terlihat menggunakan Doppler. (Patel 2005)

Audrey Budiono 2012

Gambar 3.3 Adenoma tiroid pada lobus kanan. Menunjukkan gambaran khas dengan kapsul yang licin dan tebal dan pembuluh darah pada bagian perifer.

Gambar 3.4 Folikular adenoma tiroid pada lobus kiri.

Audrey Budiono 2012

Gambar 3.5 Nodul soliter pada apex lobus kanan, hypoechoic dan tidak homogen karena adanya bagian hiperechoic dan hypoechoic pada bagian inferior. Setelah pemeriksaan histologi, adenoma ini ditetapkan sebagai mocrofollikuler adenoma.

2. Karsinoma papiler Pada 90% kasus karsinoma papiler ditemukan massa hipoechoic yang dikarenakan sel yang berdesakan dengan sedikitnya substansi koloid, mikrokalsifikasi yang telihat sebagai titik kecil hiperechoic dengan atau tanpa bayangan akustik. Pada pasien dengan karsinoma papiler, dpaat juga ditemui metastasis ke kelenjar limfe servikal yang terlihat sebagai titik echogenic karena mikrokalsifikasi. (Patel 2005)

Gambar 3.6 Massa pada lobus kanan tiroid dengan mikrokalsifikasi

Audrey Budiono 2012

Gambar 3.7 Gambar longitudinal dari massa thyroid pada lobus kiri yang menggambarkan peningkatan aliran darah ke daerah tersebut serta margin yang tidak terdefinisikan.

Gambar 3.8. Potongan tranversal dan longitudinal pada lobus kiri. Nodule kecil paratrakeal pada pole atas berukuran 0.85 x 0.83 x 1.04 cm yang hipoechoic, tidak homogen serta tida mempunyai halo. Pemeriksaan PA meneakkan diagnosis karsinoma papilaris.

3. Karsinoma folikuler Tidak ada karakteristik khas yang dapat membedakan antara karsinoma folikuler dengan adenoma walaupun beberapa ciri khas dapat menjadi tolok ukur dalam menegakkan diagnosis yaitu margin tumor yang ireguler, halo tebal dan ireguler, pembuluh darah yang tersusun secara berliku pada Doppler. (Patel 2005)

Audrey Budiono 2012

Gambar 3.9 Massa pada lobus kiri yang dicurigai sebagai karsinoma folikuler

4. Karsinoma medula Penampakan lesi pada karsinoma medularis menyerupai penampakan pada lesi karsinoma papilaris. Invasi lokal dan metastasis ke organ lain dan fokus kalsifikasi lebih sering dijumpai pada karsinoma medularis. (Patel 2005)

Gambar 3.10 Massa hipoechoic pada lobus kanan dengan kalsifikasi besar dan kasar yang merupakan karakteristik karsinoma medularis.

Audrey Budiono 2012

Gambar 3.11 Ultrasonografi nodul soliter pada wanita berusia 39 tahun dengan karsinoma medularis. USG memperlihatkan adanya makrokalsifikasi. (Bonavita et al) 5. Karsinoma anaplastik (undifferentiated ) Pada USG, lesi karsinoma tipe ini terlihat hipechoic dan sering tampak menyelubungi atau menginvasi pembuluh darah dan otot. Selain itu, sering terlihat bagian-bagian yang mengalami nekrosis, pendarahan, dan kalsifikasi.(Patel 2005)

Gambar 3.12 Karsinoma anaplastik pada wanita berusia 44 tahun dengan nodule progresif besar dan keras pada lobus kanan.

Audrey Budiono 2012

Gambar 3.13. Karsinoma anaplastik pada wanita berusia 84 tahun. USG lobus kiri dengan potongan transversal memperlihatkan adanya tumor stadium lanjut (anak panah)dengan margin posterior yang infiltratif serta invasi otot prevertebralis. (Hoang et al)

Selain pemeriksaan radiografi, dapat dilakukan teknik scintigraphy (atau disebut juga Radionuclide Imaging) menggunakan
123

I dan

99m

Tc pertechnetate (99mTcO4) untuk menilai

aktifitas fungsional dan morfologi kelenjar. Yodium biasanya diberikan secara oral dan pencitraan diambil 8-24 jam kemudian sedangkan technetium diberikan secra intravena dan pencitraan diambil pada waktu lebih awal (30-60 menit sejak pemberian). Setelah itu, gambar diambil menggunakan rectilinear scanner atau kamera gamma dimana rectilinear scanner mendapatkan gambar berukuran lebih besar (life-size) sehingga bagian yang bermasalah dapat ditandai sedangkan kamera gamma menghasilkan pencitraan dengan resolusi lebih baik walaupun bagian yang akan dinilai harus ditandai dengan radioaktif untuk korelasi klinis. Pencitraan dengan radionuclide memberikan informasi tentang ukuran dan bentuk kelenjar tiroid serta distribusi aktifitas tracer dalam kelanjar yang berguna untuk membedakan penyebab thyrotoxicosis; pembesaran kelenjar dengan konsentrasi tracer yang tinggi dan homogen merupakan penemuan tipikal pada penyakit Graves. Sebaliknya, satu atau lebih bagian dengan aktifitas tracer yang berbeda serta adanya nodul yang teraba biasanya merupakan karakterikstik khas dari toxic nodular goiter. Pada pencitraan yang bertujuan untuk membedakan lesi jinak dari ganas, scintigraph dapat memberikan keterangan

Audrey Budiono 2012


yang terbatas karena data yang didapat hanya memggambarkan apakah nodul tersebut hot (aktif dengan supresi jaringan extranoduler) atau cold.

Gambar 3.14 Scintiscan normal kelenjar tiroid seorang wanita berusia 31 tahun.

Gambar 3.15 Scintiscan cold nodul besar pada bagian dasar lobus kiri yang merupakan nodul hiperplasi.

Audrey Budiono 2012

Gambar 3.16 Scintiscan tiroid seorang wanita berusia 69 tahun dengan cold nodul soliter berkonsistensi keras pada bagian basal lobus kiri. Hasil biopsi menunjukkan karsinoma papiler.

Gambar 3. 17 Scintiscan tiroid seorang wanita berusia 65 tahun. Dengan cold nodul pada pole bawah lobus kiri. Hasil FNAB menunjukkan karsinoma meduler.

3.4.6 Penatalaksanaan Pada dasarnya, terapi tumor tiroid dapat dibagi menjadi terapi operatif dan terapi nonoperatif. Apabila sudah terubkti melalui biopsi bahwa tumor bersifat ganas, maka terapi operatif dapat dipertimbangkan. Sebaliknya, apabila tumor tidak bersifat ganas, maka terapi lain seperti pemberian levotiroksin untuk mensupresi TSH dan terapi radioiodida dapat dilakukan.

Audrey Budiono 2012


Pada tahun 1996, kelompok kerja dokter spesialis endokrinologi di Amerika menetapkan sebuah algoritma penatalaksanaaan untuk pasien dengan nodul tiroid. Algoritma ini ditetapkan untuk mempermudah dan memperjelas diagnosis dan manajemen nodul tiroid dan dijabarkan pada diagram berikut.

Gambar 3.18 Algoritma evaluasi dan penatalaksanaan nodul tiroid.

Audrey Budiono 2012


PENUTUP
Tumor tiroid adalah pembesaran yang dapat bersifat jinak (benign) atau ganas (malignant) dan dapat disebabkan oleh bermacam-macam penyebab, antara lain inflamasi, defisiensi yodium yang merupakan salah satu bahan baku dalm pembuatan hormon, kista, kelainan kongenital, serta tumor atau neoplasma. Penyebab tumor ini masih belum diketahuis ecara pasti walaupun beberapa penelitian telah menemukan beerapa faktor resiko yakni riwayat paparan radiasi pada bagian kepala dan leher, riwayat defisiensi yodium (mis. pasien tinggal di daerah endemik goiter), riwayat kanker tiroid dalam keluarga, jenis kelamin wanita, dan riwayat trauma mekanik bekepanjangan. Diagnosis ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pasien bisasnya datang dengan berbagai keluhan sebegai berikut: Benjola pada daerah leher, sulit menelan, sulit bernafas, rasa nyeri di leher, atau lelah. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tiroid membesar adanya benjolan pada leher yang soliter atau multinoduler, tekstur benjolan itu sendiri apakah terasa padat atau kenyal, bentuk benjolannya yang tidak beraturan atau rata, apakah terasa hangat pada palpasi, dapat digerakan atau tidak, ada atau tidaknya rasa nyeri pada palpasi, serta pembesaran kelenjar limfe. Pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologis seperti ultrasonografi dan scintigrafi. Terapi yang dilakukan tergantung stadium dan hasil biopsi. Dpaat dilakukan terapi operatif untuk tumor ganas dan terapi non operatif untuk tumor yang jinak.

Audrey Budiono 2012


DAFTAR PUSTAKA
1. Gardner DG, Shoback DM, Greenspan FS. Greenspans Basic and Clinical Endocrinology.8th ed. The Thyroid Gland. NewYork: McGraw-Hill Medical. c2011. 2. Kumar V, Abbas AK, Fausto N, et al. Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease. 8th ed. Philadelphia: Sauders Elsevier. c2010 3. Stanford Medicine Cancer Institute. 2012. Information About Endocrine Cancers: Thyroid Tumors. http://cancer.stanford.edu/endocrine/thyroid, diakses pada tanggal 22
September 2012.

4. Sillery JC, et al. Thyroid Follicular Carcinoma: Sonographic Features of 50 Cases. AJR Am J Roentgenol 2010; 194(1): 44-54 5. Patel SB, Shah SR, Goswami KG, Patel HB. Pictorial essays: Ultrasound features of thyroid and parathyroid lesions. Indian J Radiol Imaging [serial online] 2005 [cited 2012 Sep 24];15211-6. Available from http://www.ijri.org/text.asp?2005/15/2/211/28805 6. Lazlo H. Clinical Practice: The Thyroid Nodule. N Engl J Med 2004; 351:1764-1771. 7. Welker MJ, Orlov D. Thyroid Nodules. Am Fam Physician. 2003 Feb 1;67(3):559567. 8. Antony J, ed. Ultrasound Image Gallery. 2012. Ultrasound Images of Diseases of Thyroid Gland. www.ultrasound-images.com/thyroid.htm, diakses pada tanggal 23 September 2012. 9. Imaging of the Thyroid Gland. 2003. www.thyroidimaging.com diakses tanggal 23 September 2012. 10. Bonavita JA, et al. Pattern Recognition of Benign Nodules at Ultrasound of the Thyroid: Which Nodules Can Be Left Alone? AJR Am J Roentgenol 2009; 193(1): 207-213. 11. Hoang JK, et al. US Features of Thyroid Malignancy: Pearls and Pitfalls. RadioGraphics 2007; 27,847-860.

Vous aimerez peut-être aussi