Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Tumor Thyroid
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Radiologi Universitas Pelita Harapan Rumah Sakit Bhayangkara Tk. I Raden Said Sukanto Periode 10 September 2012 6 Oktober 2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan karunianya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan kepada pembaca tentang prinsip Tumor Thyroid yang merupakan salah satu syarat dalam melaksanakan kepaniteraan klinik Program Pendidikan Profesi Dokter di Bagian Ilmu Radiologi di Rumah Sakit Raden Sukanto Jakarta. Makalah ini berisi beberapa informasi tentang anatomi dan fisiologi kelenjar tiroid, macam-macam metode pencitraan tiroid, serta penampakan tumor pada pencitraan tersebut. Kami harapkan dengan adanya makalah ini, pembaca dapat mendapat pemahaman yang lebih dalam informasi tentang topic ini serta dapat mengaplikasikan teori ini dalam melakukan pendekatan terhadap pasien. Dalam menyelesaikan tugas ini, penulis dibimbing oleh dosen pembimbing dan serta dibantu oleh beberapa pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. A. Munir, Sp. Rad, selaku dosen pembimbing penulisan referat. Rekan-rekan Co-Asisten, serta pihak yang telah membantu dalam penulisan referat ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempuraan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin.
PENDAHULUAN
Kelenjar tiroid merupakan sebuah organ yang terletak pada bagian bawah leher depan di depan trachea memanjang dari tingkat servikal ke-5 hingga torakalis 1. Bentuk kelenjar tersebut bervariasi dari menyerupai huruf H hingga U dan terbentuk oleh 2 lobus lateral panjang yang dengan kutub superior serta inferior yang terhubung dengan bagian yang disebut isthmus yang terletak menutupi cincin trachea ke-2 hingga ke-4. Fungsi kelenjar ini adalah untuk membuat dan mensekresi hormone tiroid seperti tiroksin, atau T4, dan triiodothyronine, atau T3 yang efeknya secara umum adalah untuk memacu pertumbuhan pada bayi dan anak-anak, meregulasi nadi dan kekuatan kontraksi myocardium, mempengaruhi motilitas sistem pencernaan dan pembuangan air dari ginjal, serta mengatur penggunaan energi tubuh melalui pembentukan panas, berat badan, dan metabolisme lemak.
3.2 Fisiologi thyroid Seperti telah dibahas diatas, fungsi utama kelanjar thyroid ini adalah untuk memproduksi serta mensekresi hormone T4 dan T3 yang berfungsi untuk mengendalikan laju
monoiodotirosin bergabung dengan diiodotirosin maka akan menjadi triiodotironin. Jika dua diiodotirosin bergabung akan menjadi tetraiodotitironin atau yang lebih sering disebut tiroksin. Hormon tiroid tidak larut dalam air jadi untuk diedarkan dalam darah harus dibungkus oleh senyawa lain, dalam hal ini tiroglobulin. Tiroglobulin ini juga sering disebut protein pengikat plasma. Ikatan protein pengikat plasma dengan hormone tiroid terutama iroksin sangat kuat jadi tiroksin lama keluar dari protein ini. Sedangkan triiodotironin lebih mudah dilepas karena ikatannya lebih lemah. Efek hormone tiroid Pada tingkat seluler, hormone tiroid berfungsi untuk meningkatkan sintesis protein dengan cara: (1) meningkatkan jumlah dan aktivitas mitokondria dan (2) meningkatkan kecepatan pembentukan ATP. Efek tiroid dalam transport aktif: meningkatkan aftifitas enzyme NaK-ATPase yang akan menaikkan kecepatan transport aktif dan tiroid dapat mempermudah ion kalium masuk membrane sel.
3.4 Tumor tiroid 3.4.1 Definisi Menurut Stanford Cancer Center, tumor tiroid adalah pembesaran yang dapat bersifat jinak (benign) atau ganas (malignant) dan dapat disebabkan oleh bermacam-macam penyebab, antara lain inflamasi, defisiensi yodium yang merupakan salah satu bahan baku dalm pembuatan hormon, kista, kelainan kongenital, serta tumor atau neoplasma. Pada makalah ini, kelainan tumor karena neoplasma akan dibahas lebih dalam. 3.4.2 Etiologi Seperti pada banyak jenis tumor lainnya, penyebab spesifik timbulya tumor tiroid masihmerupakan suatu misteri pada sebagian besar pasien. Diketahui ada beberapa faktor yang mendukung, antara lain adanya riwayat terkena radiasi pada bagian kepala dan leher, terutama saat masih anak-anak, adanya faktor genetik (terutama pada karsinoma jenis medualris). Belun diketahui suatu karsinogen yang berperan untuk karsinoma anaplastik dan medularis. Diperkirakan jenia anaplastik berasal dari perubahan karsinoma tiroid berdiferensiasi baik (papiler dan folikuler) dengan kemungkinan jenis folikuler dua kali lebih besar. Ada dua hal yang sering dibicarakan yang berperan dalam timbulnya karsinoma tiroid khususnya untuk well-differentiated carcinoma (papiler dan folikuler) yaitu radiasi dan endemik goiter. Sedangkan limfoma pada tiroid diperkirakan karena perubahan-perubahan degenerasi ganas dari tiroiditis Hashimoto.
3.4.4 Klasifikasi tumor tiroid Sebagian besar tumor tiroid berupa nodul tunggal yang biasanya adalah jinak. Namun pada beberapa kasus, nodul tersebut dapat berkembang menjadi sebuah keganasan. Contoh klasifikasi nodul tiroid seperti ditulis oleh Mazzaferi adalah sebagai berikut
3.4.5.3 Pemeriksaan penunjang Untuk menyingkirkan diagnosa diferensial diperlukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan fungsi tiroid, dan radiografi sementara untuk diagnosis pasti perlu dilakukan pemeriksaan Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB). Karena pemeriksaan klinis tidak sensitif untuk mengidentifikasi kelainan tiroid, pemeriksaan laboratorium utnuk fungsi tiroid merupakan sebuah keharusan. Satu-satunya tes biokimia yang diperlukan secara umum adalah pengukuran serum tirotropin. Apabila hasilnya dibawah normal, maka tes untuk mengukur jumlah tiroksin bebas atau triiodotironin harus dilakukan untuk membuktikan terjadinya hipertiroid. Sekitar 10 % pasien dengan nodul soliter mengalami penurunan jumlah serum tirotropin yang mengusulkan adanya benign hyperfunctioning nodule. Apabila jumlah serum tirotropinmeningkat maka, jumlah serum antibodi antithyroperoxidase harus diperiksa untuk membuktikan adanya tiroiditis Hashimoto. Tetapi, adanya kenaikan pada pemeriksaan di atas tidak serta-merta menghilangkan perlunya akan biopsi karena seorang klinisi harus menyingkirkan kecurigaan kanker termasuk limfoma yang ditemukan pada 5% kanker tiroid namun berkaitan dengan tiroiditis Hashimoto. Apabila seorang pasien mempunyai riwayat kanker meduler tiroid atau multiple endocrine neoplasia (MEN) type 2 dalam keluarga, maka tingkat calcitonin dalam serum basal harus diperiksa; kenaikan calcitonin dalams erum menandakan adannya kanker meduler tiroid. Pemeriksaan tingkat calcitonin dalam serum tidak dilakukan secara rutin pada pasien tanpa riwayat kanker meduler tiroid dalam keluarga karena karsinoma meduler hanya terjadi pada 1 dari 250 pasien dengan nodul tiroid.
Gambar 3.2 Interpretasi pemeriksaan laboratorium pada tumor tiroid. Selain pemeriksaan laboratorium seperti dijabarkan diatas, pencitraaan yang digunakan untuk mendiagnosis tumor tiroid adalah dengan radiografi yaitu Ultrasonografi (USG). Teknik ultrasound yang menggunakan gelombang suara yang dipantulkan dari transduser frekuensi tinggi yang linear untuk membandingkan echostrukur tiroid pada area yang heterogen. USG juga dapat membedakan nodul padat dari lesi kistik dan mengkarakterisasi kista kompleks dimana terdapat komponen padat dan kistik. Beberapa ciri khas nodul lebih sering ditemukan pada lesi yang bersifat ganas seperti kapsul nodul yang ireguler dan mikrokalsifikasi dan beberapa ciri khas lain merupakan kekhasan untuk lesi jinak seperti penampilan yang spongiformis dan perubahan kistik walaupun penemuan-penemuan tersebut bukanlah tolok ukur diagnosis. Menurut Bonavita et al, tidak adanya kalsifikasi dan penampakan hipoechoic merupakan karakteristik yang cukup spesifik (>90%) untuk mengidentifikasi adanya keganasan. Ultrasound juga dapat dipergunakan untuk memonitor besarnya kelenjar tiroid dalam beberapa kurun waktu, untuk memandu aspirasi nodul dalam proses biopsi, serta untuk menilai nodus limfa regional pada pasien dengan kanker tiroid setelah operasi maupun dalam penindakan lanjutnya. Gambaran USG pada tumor tiroid 1. Adenoma tiroid Pada USG, adenoma tampak sebagai massa padat yang dapat hiperechoic, isoechoic atau hypoechoic. Mereka sering mempunyai halo hiperechoic di pagian perfier yang licin dan tebal karena terbuat dari kapsul fibrous dan pembuluh darah yang dapat terlihat menggunakan Doppler. (Patel 2005)
Gambar 3.3 Adenoma tiroid pada lobus kanan. Menunjukkan gambaran khas dengan kapsul yang licin dan tebal dan pembuluh darah pada bagian perifer.
Gambar 3.5 Nodul soliter pada apex lobus kanan, hypoechoic dan tidak homogen karena adanya bagian hiperechoic dan hypoechoic pada bagian inferior. Setelah pemeriksaan histologi, adenoma ini ditetapkan sebagai mocrofollikuler adenoma.
2. Karsinoma papiler Pada 90% kasus karsinoma papiler ditemukan massa hipoechoic yang dikarenakan sel yang berdesakan dengan sedikitnya substansi koloid, mikrokalsifikasi yang telihat sebagai titik kecil hiperechoic dengan atau tanpa bayangan akustik. Pada pasien dengan karsinoma papiler, dpaat juga ditemui metastasis ke kelenjar limfe servikal yang terlihat sebagai titik echogenic karena mikrokalsifikasi. (Patel 2005)
Gambar 3.7 Gambar longitudinal dari massa thyroid pada lobus kiri yang menggambarkan peningkatan aliran darah ke daerah tersebut serta margin yang tidak terdefinisikan.
Gambar 3.8. Potongan tranversal dan longitudinal pada lobus kiri. Nodule kecil paratrakeal pada pole atas berukuran 0.85 x 0.83 x 1.04 cm yang hipoechoic, tidak homogen serta tida mempunyai halo. Pemeriksaan PA meneakkan diagnosis karsinoma papilaris.
3. Karsinoma folikuler Tidak ada karakteristik khas yang dapat membedakan antara karsinoma folikuler dengan adenoma walaupun beberapa ciri khas dapat menjadi tolok ukur dalam menegakkan diagnosis yaitu margin tumor yang ireguler, halo tebal dan ireguler, pembuluh darah yang tersusun secara berliku pada Doppler. (Patel 2005)
Gambar 3.9 Massa pada lobus kiri yang dicurigai sebagai karsinoma folikuler
4. Karsinoma medula Penampakan lesi pada karsinoma medularis menyerupai penampakan pada lesi karsinoma papilaris. Invasi lokal dan metastasis ke organ lain dan fokus kalsifikasi lebih sering dijumpai pada karsinoma medularis. (Patel 2005)
Gambar 3.10 Massa hipoechoic pada lobus kanan dengan kalsifikasi besar dan kasar yang merupakan karakteristik karsinoma medularis.
Gambar 3.11 Ultrasonografi nodul soliter pada wanita berusia 39 tahun dengan karsinoma medularis. USG memperlihatkan adanya makrokalsifikasi. (Bonavita et al) 5. Karsinoma anaplastik (undifferentiated ) Pada USG, lesi karsinoma tipe ini terlihat hipechoic dan sering tampak menyelubungi atau menginvasi pembuluh darah dan otot. Selain itu, sering terlihat bagian-bagian yang mengalami nekrosis, pendarahan, dan kalsifikasi.(Patel 2005)
Gambar 3.12 Karsinoma anaplastik pada wanita berusia 44 tahun dengan nodule progresif besar dan keras pada lobus kanan.
Gambar 3.13. Karsinoma anaplastik pada wanita berusia 84 tahun. USG lobus kiri dengan potongan transversal memperlihatkan adanya tumor stadium lanjut (anak panah)dengan margin posterior yang infiltratif serta invasi otot prevertebralis. (Hoang et al)
Selain pemeriksaan radiografi, dapat dilakukan teknik scintigraphy (atau disebut juga Radionuclide Imaging) menggunakan
123
I dan
99m
aktifitas fungsional dan morfologi kelenjar. Yodium biasanya diberikan secara oral dan pencitraan diambil 8-24 jam kemudian sedangkan technetium diberikan secra intravena dan pencitraan diambil pada waktu lebih awal (30-60 menit sejak pemberian). Setelah itu, gambar diambil menggunakan rectilinear scanner atau kamera gamma dimana rectilinear scanner mendapatkan gambar berukuran lebih besar (life-size) sehingga bagian yang bermasalah dapat ditandai sedangkan kamera gamma menghasilkan pencitraan dengan resolusi lebih baik walaupun bagian yang akan dinilai harus ditandai dengan radioaktif untuk korelasi klinis. Pencitraan dengan radionuclide memberikan informasi tentang ukuran dan bentuk kelenjar tiroid serta distribusi aktifitas tracer dalam kelanjar yang berguna untuk membedakan penyebab thyrotoxicosis; pembesaran kelenjar dengan konsentrasi tracer yang tinggi dan homogen merupakan penemuan tipikal pada penyakit Graves. Sebaliknya, satu atau lebih bagian dengan aktifitas tracer yang berbeda serta adanya nodul yang teraba biasanya merupakan karakterikstik khas dari toxic nodular goiter. Pada pencitraan yang bertujuan untuk membedakan lesi jinak dari ganas, scintigraph dapat memberikan keterangan
Gambar 3.14 Scintiscan normal kelenjar tiroid seorang wanita berusia 31 tahun.
Gambar 3.15 Scintiscan cold nodul besar pada bagian dasar lobus kiri yang merupakan nodul hiperplasi.
Gambar 3.16 Scintiscan tiroid seorang wanita berusia 69 tahun dengan cold nodul soliter berkonsistensi keras pada bagian basal lobus kiri. Hasil biopsi menunjukkan karsinoma papiler.
Gambar 3. 17 Scintiscan tiroid seorang wanita berusia 65 tahun. Dengan cold nodul pada pole bawah lobus kiri. Hasil FNAB menunjukkan karsinoma meduler.
3.4.6 Penatalaksanaan Pada dasarnya, terapi tumor tiroid dapat dibagi menjadi terapi operatif dan terapi nonoperatif. Apabila sudah terubkti melalui biopsi bahwa tumor bersifat ganas, maka terapi operatif dapat dipertimbangkan. Sebaliknya, apabila tumor tidak bersifat ganas, maka terapi lain seperti pemberian levotiroksin untuk mensupresi TSH dan terapi radioiodida dapat dilakukan.
4. Sillery JC, et al. Thyroid Follicular Carcinoma: Sonographic Features of 50 Cases. AJR Am J Roentgenol 2010; 194(1): 44-54 5. Patel SB, Shah SR, Goswami KG, Patel HB. Pictorial essays: Ultrasound features of thyroid and parathyroid lesions. Indian J Radiol Imaging [serial online] 2005 [cited 2012 Sep 24];15211-6. Available from http://www.ijri.org/text.asp?2005/15/2/211/28805 6. Lazlo H. Clinical Practice: The Thyroid Nodule. N Engl J Med 2004; 351:1764-1771. 7. Welker MJ, Orlov D. Thyroid Nodules. Am Fam Physician. 2003 Feb 1;67(3):559567. 8. Antony J, ed. Ultrasound Image Gallery. 2012. Ultrasound Images of Diseases of Thyroid Gland. www.ultrasound-images.com/thyroid.htm, diakses pada tanggal 23 September 2012. 9. Imaging of the Thyroid Gland. 2003. www.thyroidimaging.com diakses tanggal 23 September 2012. 10. Bonavita JA, et al. Pattern Recognition of Benign Nodules at Ultrasound of the Thyroid: Which Nodules Can Be Left Alone? AJR Am J Roentgenol 2009; 193(1): 207-213. 11. Hoang JK, et al. US Features of Thyroid Malignancy: Pearls and Pitfalls. RadioGraphics 2007; 27,847-860.