Vous êtes sur la page 1sur 1

Apakah Pemerintah Pusat sudah Rela dengan Otonomi Daerah?

oleh Isep Cuarsa (Catatan) pada 25 Maret 2009 pukul 15:07 Berawal dari ide/pemikiran Ryas Rasyid tentang perlunya perubahan dalam sistem birokrasi di Indonesia yg sentralistik menjadi bentuk Otonomi, dan didukung dengan berhembusnya angin reformasi....selanjutnya wacana otonomi daerah menjadi sesuatu yg populer utk dibicarakan. pertanyaan selanjutnya adalah level daerah mana yang akan diberikan beban (baca:kewenangan) otonomi? apakah pemerintah provinsi? ato kabupaten/kota? ada pemikiran bahwa kalo otonomi diberikan pada level provinsi seperti konsep negara bagiannya US seperti pemikiran amien rais, akan memicu terjadinya disintegrasi bangsa, apalagi pada saat itu lg rame2nya daerah2 yg kaya akan SDA (aceh, riau, papua) menuntut pembagian kue dgn porsi yg lebih besar ato memisahkan diri/separatis..... oleh karena itu, otonomi diletakkan/dibebankan pada level yg lebih rendah yaitu kabupaten/kota.... dan pemerintah provinsi karena pd otonomi disebut 'tidak mempunyai' wilayah maka diberi gelar 'wakil pemerintah pusat di daerah' (konsep dekonsentrasi) padahal mah bagian apanya yg diwakili? sampe sekarang tidak pernah jelas apakah pemprov itu 'pemerintah pusat' seperti konsep dekonsentrasi ato 'pemerintah daerah' yg tidak mempunyai daerah/wilayah????? seiring dgn berjalannya waktu, makin terlihat bahwa sebenarnya 'pemerintah pusat' dgn 6 urusan-nya (politik, ekonomi, hankam,agama, hub luar negri, dan fiskal) seperti konsep otonomi, belum sepenuhnya rela/bisa melepaskan semua urusan diluar 6 urusan tersebut kepada pemerintah daerah....hal tersebut terbukti dari : pertama, masih gemuknya jumlah departemen yg ada, padahal logikanya kalo emang pemerintah pusat fokus dengan 6 urusan pemerintah pusat dan mau berbagi/memberikan urusan sisanya pada pemerintah daerah, maka seharusnya jumlah departemen tidak lebih dari 6 departemen teknis, :kedua terbitnya regulasi2 yg bertentangan dgn prinsip otonomi, hal tersebut bisa dilihat dari regulasi2 teknis ie:UU SDA dgn turunnya PP43/2008 ttg pengelolaan air tanah, disebutkan bahwa untuk pengelolaan CAT lintas provinsi, kewenangan pengelolaannya berada pada kontrol menteri ESDM, tanpa melihat dampak dari implementasi regulasi tsb, seperti: apakah DESDM mempunyai cukup banyak personil untuk menangani/melayani permintaan rekomendasi teknis dari ribuan perusahaan yg akan membuat sumur bor di seluruh wilyah indonesia?? : contoh lain lebih jelas terlihat pada PP 38/2007 tentan pembagian kewenangan antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota, dan masih banyak contoh lain dari tidak dipertimbangkannya kemampuan diri utk implementasi dari regulasi.... intinya......bisa ditarik benang merah bahwa sebenarnya pemerintah pusat masih belum bisa melepaskan urusan2 selain 6 urusan pemerintah pusat kepada daerah......

Vous aimerez peut-être aussi