Vous êtes sur la page 1sur 26

AKUNTANSI KAS

PENGERTIAN KAS DAN SETARA KAS


Kas merupakan aktiva atau sumberdaya ekonomi perusahaan yang paling cepat dapat ditukarkan (likuid) dengan sumberdaya atau aktiva lainnya dan tidak dibatasi penggunaannya. Yang termasuk kas adalah uang koin, uang kertas, cek, uang yang disimpan di bank yang penggunaannya tidak dibatasi. Aktiva yang setara dengan kas (atau: setara kas) adalah aktiva lancar perusahaan yang segera dapat dikonversikan menjadi kas. Yang termasuk aktiva setara kas adalah deposito berumur kurang dari 3 bulan, investasi dalam surat hutang (obligasi) atau surat berharga ekuitas (saham) yang dimaksudkan untuk spekulasi dan sewaktu-waktu dapat dijual (marketable

securities/available on sale securities).

MASALAH-MASALAH DALAM PELAPORAN KAS:


1. Kas yang dibatasi penggunaannya untuk tujuan tertentu (dana). Termasuk dalam pengertian dana adalah: Kas kecil (Petty Cash) yaitu dana yang disisihkan untuk membayar pengeluaranpengeluaran rutin perusahaan yang (Notes to Financial Statement). Apabila jumlahnya material, maka dana ini harus dipisahkan pelaporannya dengan kas,

apakah sebagai aktiva lancar lainnya atau sebagai investasi. Penyisihan kas yang diwajibkan bank sebagai syarat pinjaman. Kas ini jangka

jumlahnya tidak terlampau besar (material) atau tidak memerlukan cek. Biasanya jumlah kas kecil tidak terlampau besar atau material, sehingga dana kas kecil 2.

diklasifikasi

sebagai

investasi

panjang atau aktiva lain-lain.

digabungkan pelaporannya dengan kas. Penyisihan kas untuk membayar obligasi (sinking fund) atau untuk membayar pembangunan, pembelian atau renovasi aktiva tetap. Kas yang dicadangkan untuk hal-hal tertentu apabila jumlahnya tidak material tetap dilaporkan sebagai kas namun harus dicantumkan atau dijelaskan dalam Catatan Atas Laporan Keuangan

Bank Overdraft (cerukan) Cerukan terjadi karena saldo kas di bank tidak mencukupi membayar cek yang ditulis perusahaan tetapi bank tetap

membayarkannya dan akibatnya saldo di bank menjadi minus. Cerukan atau Bank Overdraft harus direklasifikasi (dipindahkan) menjadi hutang lancar.

Contoh: Saldo bank PT. A per 31/122005 menunjukkan saldo (500). PT. A harus membuat reklasifikasi:

Cash Bank Overdraft

500 500

PENGENDALIAN ATAS KAS


Karena Kas memiliki risiko kehilangan dan kecurangan yang tinggi, maka perusahaan 3. menghasilkan pengendalian internal yang lebih baik daripada sistem dana berfluktuasi. Melakukan perhitungan kas (Cash Opname) secara mendadak pada waktu tertentu 4. Menyetorkan penerimaan kas ke bank setiap hari. 5. Menyimpan kas yang belum sempat

sebaiknya menetapkan pengendalian internal yang baik untuk kas. Beberapa pengendalian internal yang dapat diterapkan terhadap akun kas adalah: 1. Memisahkan fungsi penyimpan, pencatat dan otorisasi kas untuk kas. menghindari kas

penyalahgunaan

Kecurangan

disetorkan ke bank di wadah penyimpanan yang aman dari pencurian dan kebakaran (Misalnya: menyediakan brankas).

potensial terjadi apabila fungsi-fungsi itu disatukan. 2. Menggunakan sistem untuk dana kas Imprest (dana tetap) Sistem Imprest 6.

Melakukan Rekonsiliasi Bank

kecil.

DANA KAS KECIL (Petty Cash)


Dana kas kecil adalah kas yang disisihkan untuk pengeluaran-pengeluaran harian yang relatif kecil yang tidak memerlukan cek. Dalam sistem ini tidak ada pertanggungjawaban terhadap pengeluaran kas kecil. Sistem Dana Tetap (Imprest System), yaitu sistem kas kecil dimana pengisian kas kecil didasarkan pada jumlah pengeluaran di bukti kas keluar kas kecil. Pada saat transaksi terjadi tidak dilakukan

mengoperasikan system dana kas kecil, dilakukan pemisahan antara kasir pemegang kas kecil dengan kasir utama. Secara periodik kasir utama atau bendahara mengisi kas di kasir kas kecil. Ada dua pendekatan atau kebijakan kas kecil: Sistem Dana Berfluktuasi (Fluctuating dalam system dana

pencatatan atas bukti-bukti transaksi. Kasir kas kecil hanya mengumpulkan buktibukti pengeluaran kas. Pencatatan

system), yaitu sistem kas kecil dimana pengisian kas kecil dilakukan dalam jumlah yang tidak teratur dan tidak didasarkan bukti kas keluar. Setiap pengeluaran kas kecil yang terjadi langsung dicatat dengan mengkreditkan akun kas kecil. Dalam

transaksi pengeluaran dilakukan setelah dilakukan pengisian kas kecil. Kas kecil diisi hanya sejumlah pengeluaran yang terjadi sehingga dana kas kecil tetap, kecuali dilakukan kebijakan perubahan saldo kas kecil.

Contoh: Pada tanggal 5/1-2006 PT. A membentuk dana kas kecil sebesar Rp.400.000 dan diisi setiap minggu. Pengeluaran yang terjadi selama satu minggu adalah: 6/1-2006 7/1-2006 9/1-2006 10/1-2006 11/1-2006 Dibayar biaya perjalanan dinas Dibayar biaya bensin Pembelian alat tulis kantor Dibayar pembelian materai Dibayar biaya bnsin Rp.125.000 Rp.20.000 Rp.50.000 Rp.18.000 Rp.15.000

Tanggal 12/1-2006 kas kecil diisi. Catat transaksi diatas dengan menggunakan: A. Sistem imprest, dimana sewaktu penghitungan ditemukan jumlah kas kecil tersisa Rp.169.500 B. Sistem berfluktuasi. Pengisian kas kecil Rp. 350.000. Berapa sisa kas kecil seharusnya?

Jawaban: Transaksi Dibentuk dana kas kecil Rp. 400.000 6/1-06 Biaya perjalanan dinas Petty Cash Cash Tidak dicatat Imprest 400.000 400.000 Petty Cash Cash Traveling expense Petty Cash 7/1-06 Biaya Bensin Rp. 200.000 Tidak dicatat Fuel & Oil Expense Petty Cash 9/1-06 Pembelian alat tulis Tidak dicatat Supplies Expense Petty Cash Tidak dicatat Supplies Expense Petty Cash 11/1-06 Pembelian Bensin Rp. 15.000 12/1-06 Pengisian kas kecil Travelling Expense Fuel & Oil Expense Supplies Expense Cash sort & Over Cash Saldo kas kecil setelah pengisian 125.000 35.000 68.000 2.500 230.500 Rp. 172.000+350.000 = Rp. 522.000 Tidak dicatat Fuel & Oil Expense Petty Cash Petty Cash Cash 350.000 350.000 Fluctuating 400.000 400.000 125.000 125.000 20.000 20.000 50.000 50.000 18.000 18.000 15.000 15.000

Rp.50.000 10/1-06 Pembelian Materai

Rp.169.500+ Rp. 230.500 = Rp.400.000

REKONSILIASI BANK
Rekonsiliasi bank dibuat untuk si penerima cek, maka bank belum menyesuaikan akun kas di bank menurut catatan perusahaan dan menurut catatan bank (rekening Koran). Apabila perusahaan memiliki rekening giro di bank, maka bank mengeluarkan rekening Koran bank secara teratur setiap bulan. Rekening Koran tersebut biasanya berbeda dengan akun kas di bank menurut catatan perusahaan. Rekonsiliasi bank dibuat untuk mengetahui penyebab 3. mengurangkan dari saldo bank. Bank telah mencatat penerimaan kas dalam rekening Koran bank, namun perusahaan tidak mengetahui adanya penerimaan kas atau penagihan yang dilakukan bank sampai rekening Koran diterima. Contoh: Setoran pelanggan yang langsung ke rekening

perusahaan atau penagihan bank kepada pelanggan (Collected by Bank) 4. Bank telah mendebitkan/ membebankan perusahaan, mengetahui namun samapi perusahaan menerima belum rekening

perbedaan itu. Perbedaan ini biasanya disebabkan oleh: 1. Perusahaan telah mencatat penerimaan kas dalam akun kas dibank, namun sampai rekening Koran diterima, penerimaan kas tersebut belum tercantum. Contoh: Setoran dalam perjalanan (Deposit in transit), yaitu setoran yang sudah dicatat menambah saldo akun kas di bank di buku besar perusahaan namun sampai rekening Koran diterbitkan belum tercantum di Rekening Koran. 2. Perusahaan telah mencatat pengeluaran cek (pengeluaran kas) di register cek, namun sampai rekening Koran diterima perusahaan, cek-cek (pengeluaran kas) itu belum ada di rekening Koran karena cek belum ditukarkan pelanggan. Pengeluaran ini disebut Cek yang belum dicairkan (Outstanding Cheque) yaitu Cek yang sudah ditulis perusahaan dan diserahkan serta telah dicatat sebagai 5.

Koran. Pembebanan bank (Bank Charges) biasanya terdiri dari: Biaya administrasi, yaitu biaya

pengurusan rekening perusahaan Cek kosong (Not Sufficient Fund/NSF), yaitu cek-cek yang diterima perusahaan dari pelanggan namun ketika dicairkan dana pelanggan tidak memadai. Kesalahankesalahan Bank atau

perusahaan. Kesalahan-kesalahan yang sering terjadi adalah kesalahan mencatat jumlah cek atau penerimaan atau kesalahan pendebitan atau pengkreditan yang dilakukan oleh bank.

Ada beberapa pendekatan atau cara membuat rekonsiliasi bank: 1. Rekonsiliasi bank 1 kolom

pengeluaran, namun sampai rekening Koran dikeluarkan oleh bank belum dicairkan oleh si pemegang cek. Karena belum diuangkan oleh

menyesuaikan saldo rekening Koran bank agar sesuai dengan saldo kas di bank di buku besar atau sebaliknya, menyesuaikan

saldo kas di bank di akun Buku besar perusahaan agar sesuai dengan saldo di rekening Koran. 2. Rekonsiliasi bank 2 kolom

3.

Rekonsiliasi bank 4 kolom (Proof of Cash) biasanya digunakan oleh auditor untuk memeriksa mutasi bank perusahaan dan meguji saldo bank. Dilakukan dengan menyesuaikan saldo bank awal,

menyesuaikan saldo rekening Koran Bank dan catatan saldo kas di bank di buku besar perusahaan sehingga diperoleh saldo kas di bank yang sebenarnya.

penerimaan bank, pengeluaran bank dan saldo akhir.

Contoh: PT. AYALA SUKSES REKONSILIASI BANK PER 30 Juni 2004 Balance per bank statement (Saldo menurut rekening Koran) Add: Less: - Deposit in transit - Outstanding cheque Rp. 7.000.000 1.540.000 Rp. (2.000.000) Rp. 6.540.000

Balance per book

Catatan Kas di Bank bulan Juli: Saldo 31 Juli 2004 Setoran Juli Cek bulan juli Penagihan wesel tagih Biaya bank NSF Cheque Diminta:

Rekening Koran 8.650.000 5.000.000 4.000.000 1.000.000 15.000 335.000

Buku 9.250.000 5.810.000 3.100.000 0 0 0

Buat Rekonsiliasi bank dengan bentuk 1 kolom, 2 kolom dan 4 kolom. 1. Rekonsiliasi Bank 1 kolom ( menyesuaikan saldo kas di bank menurut rekening Koran bank menuju saldo kas di buku besar perusahaan, atau sebaliknya). Dalam membuat rekonsiliasi bank model ini, harus diasumsikan salah satu saldo salah dan perlu disesuaikan menuju saldo yang dianggap benar. Apabila saldo kas di bank menurut rekening Koran bank diasumsikan salah, maka perlu disesuaikan ke saldo kas di bank menurut buku besar yang diasumsikan benar. Sebaliknya, apabila saldo kas di bank menurut buku besar diasumsikan salah, maka perlu disesuaikan ke saldo kas di bank menurut rekening koran yang diasumsikan benar. Model 1 kolom untuk rekonsiliasi bank PT. Ayala Sukses dapat dibuat sebagai berikut:

PT. AYALA SUKSES REKONSILIASI BANK (Saldo di rekening Koran menuju saldo di buku besar) Per 31 Juli 2009 Saldo kas di bank menurut rekening koran Menambah: Deposit in transit Bank Charge NSF Cheque 2.350.000 15.000 335.000 8.650.000

Mengurangi: Outstanding Checks Notes Receivable (1.100.000) (1.000.000)

Saldo Kas di Bank menurut Buku Besar

9.250.000

Keterangan:
1. Pos- pos yang menambah saldo rekening Koran adalah penerimaan-penerimaan yang belum terlihat dalam rekening Koran, namun sudah dicatat oleh perusahaan di buku besar (yaitu deposit in transit). Pembebanan oleh Bank (biaya administrasi, NSF Cheque) dan pendapatan bunga atas simpanan 2. Pos-pos yang mengurangi saldo rekening Koran adalah pengeluaran-pengeluaran yang sudah dicatat di buku besar namun tidak terlihat di rekening Koran (contoh:

Outstanding Cheque). Penagihan-penagihan bank kepada pelanggan atau setoran

pelanggan ke rekening perusahaan yang belum dicatat perusahaan ke buku besar (dalam kasus itu adalah Note Receivable) harus dikurangkan dari rekening Koran.

(pendapatan jasa giro) belum dicatat oleh perusahaan sebagai pengeluaran dan

penerimaan sehingga harus ditambahkan ke saldo rekening Koran. 2.

Rekonsiliasi Bank 2 kolom (menyesuaikan masing-masing saldo kas di bank untuk mencari saldo yang sebenarnya) Rekening Koran ini dibuat dengan Koran. Tujuannya adalah mencari saldo kas di bank yang sebenarnya. Model 2 kolom untuk kasus PT. AYALA SUKSES dapat dibuat sebagai berikut:

menyesuaikan kedua saldo kas di bank, baik menurut buku besar ataupun menurut rekening

PT. AYALA SUKSES REKONSILIASI BANK Per 31 Juli 2004 Saldo kas di bank menurut 8.650.000 Saldo kas di bank menurut Buku Besar Menambah: 2.350.000 Notes Receivable Mengurangi: (1.100.000) Bank Charge NSF Cheque (15.000) (335.000) 1.000.000 9.250.000

rekening koran Menambah: Deposit in transit Mengurangi: Outstanding Checks

Saldo seharusnya Kas di Bank

9.900.000

Saldo seharusnya Kas di Bank

9.900.000

Keterangan: 1. Perhitungan setoran dalam perjalanan (Deposit in transit) bulan juli: Setoran bulan juli menurut buku Setoran bulan juli menurut rekening koran Selisih setoran Setoran dalam perjalanan bulan juni Setoran dalam perjalanan bulan juli 2. Perhitungan Cek-cek yang masih beredar (Oustanding Cheques) bulan juli: Rp.5.810.000 (Rp.5.000.000) Rp. 810.000 Rp. 1.540.000 Rp. 2.350.000

Cek-cek bulan juli dikeluarkan perusahaan Cek bulan juli menurut Rekening Koran (termasuk cek bulan juni) Cek-Cek beredar bulan juni Cek bulan juli yang sebenarnya diterima bank Cek-Cek yang beredar bulan juli Rp. 4.000.000 (Rp. 2.000.000)

Rp. 3.100.000

(Rp.2.000.000) Rp. 1.100.000

3.

Unsur-unsur yang menambah atau mengurangi saldo akun kas di bank menurut buku besar adalah unsur yang belum dicatat di buku besar sampai rekening Koran diterima.

4.

Unsur-unsur yang menambah atau mengurangi saldo rekening Koran adalah unsure yang belum dicatat oleh bank sebagai penerimaan atau pengeluaran samapi rekening Koran dikirimkan.

Rekonsiliasi Bank 4 kolom

Ada 3 cara melakukan rekonsiliasi bank 4 kolom: 1. Saldo rekening koran dan saldo kas di bank menurut buku besar disesuaikan untuk mencari saldo yang benar 2. Saldo bank disesuaikan terhadap saldo (dicari buku

3.

Saldo buku besar disesuaikan terhadap saldo rekening koran.

Penyesuaian dibuat terhadap saldo awal, saldo penerimaan dan saldo pengeluaran pada bulan dilakukannya rekonsiliasi bank, dan saldo akhir.

perbedaannya) perusahaan 1.

Saldo rekening koran dan saldo kas di bank menurut buku besar disesuaikan untuk mencari saldo yang benar

Untuk kasus PT. AYALA SUKSES dibuat rekonsiliasi bank 4 kolom berikut ini: PT. AYALA SUKSES REKONSILIASI BANK 4 KOLOM (PROOF OF CASH) PER 31 Juli 2007 Saldo per Juli Keterangan 30-Jun-04 Penerimaan Pengeluaran Saldo rekening koran Rp 7.000.000 Rp 6.000.000 Rp 4.350.000 Setroran dalam perjalanan a. Per 31 Juni 2007 Rp 1.540.000 Rp(1.540.000) b, Per 31 Juli 2007 Rp 2.350.000 Outstanding Cheque: a. Per 31 Juni 2007 Rp(2.000.000) Rp(2.000.000) b, Per 31 Juli 2007 Rp 1.100.000 Saldo kas di bank yang benar Rp 6.540.000 Rp 6.810.000 Rp 3.450.000 Saldo Kas di Bank menurut buku besar Penagihan wesel tagih Biaya jasa bank NSF Cheque Saldo kas di bank yang benar 2. Rp 6.540.000 Rp Rp 1.000.000 Rp -

Saldo per 31/07/2007 Rp 8.650.000 Rp Rp 2.350.000

Rp(1.100.000) Rp 9.900.000 Rp 9.250.000 Rp 1.000.000 Rp (15.000) Rp (335.000) Rp 9.900.000

Rp 6.540.000

Rp 1.000.000

Rp 15.000 Rp 335.000 Rp 350.000

Saldo bank disesuaikan (dicari perbedaannya) terhadap saldo buku perusahaan

Untuk kasus PT. AYALA SUKSES dibuat rekonsiliasi bank 4 kolom berikut ini: PT. AYALA SUKSES REKONSILIASI BANK 4 KOLOM (PROOF OF CASH) PER 31 Juli 2007 Saldo per Juli 30-Jun-04 Penerimaan Pengeluaran Rp 7.000.000 Rp 6.000.000 Rp 4.350.000 Rp 1.540.000 Rp(1.540.000) Rp 2.350.000 Rp(2.000.000)

Keterangan Saldo rekening koran Setroran dalam perjalanan a. Per 31 Juni 2007 b, Per 31 Juli 2007 Outstanding Cheque: a. Per 31 Juni 2007

Saldo per 31/07/2007 Rp 8.650.000 Rp Rp 2.350.000

Rp(2.000.000)

b, Per 31 Juli 2007 Penagihan wesel Biaya Jasa Bank NSF Cheque Saldo kas di bank menurut buku besar 3.

Rp 1.100.000 Rp(1.000.000) Rp (15.000) Rp (335.000) Rp 6.540.000 Rp 5.810.000 Rp 3.100.000

Rp(1.100.000) Rp(1.000.000) Rp 15.000 Rp 335.000 Rp 9.250.000

Saldo buku besar disesuaikan terhadap saldo rekening koran.

Untuk kasus PT. AYALA SUKSES dibuat rekonsiliasi bank 4 kolom berikut ini: PT. AYALA SUKSES REKONSILIASI BANK 4 KOLOM (PROOF OF CASH) PER 31 Juli 2007 Keterangan Saldo menurut buku besar Setroran dalam perjalanan a. Per 31 Juni 2007 b, Per 31 Juli 2007 Outstanding Cheque: a. Per 31 Juni 2007 b, Per 31 Juli 2007 Penagihan wesel Biaya Jasa Bank NSF Cheque Saldo kas di bank menurut buku besar Saldo per 30-Jun-04 Rp 6.540.000 Rp(1.540.000) Juli Penerimaan Pengeluaran Rp 5.810.000 Rp 3.100.000 Rp 1.540.000 Rp(2.350.000) Rp 2.000.000 Rp(1.100.000) Rp 1.000.000 Rp 15.000 Rp 335.000 Rp 7.000.000 Rp 6.000.000 Rp 4.350.000 Saldo per 31/07/2007 Rp 9.250.000 Rp Rp(2.350.000)

Rp 2.000.000

Rp 1.100.000 Rp 1.000.000 Rp (15.000) Rp (335.000) Rp 8.650.000

Membuat Pencatatan Penyesuaian Saldo Kas di Bank di buku besar Penyesuaian dilakukan untuk unsur- unsur yang belum dicatat di buku besar sampai rekening Koran diterima. Untuk kasus PT. Ayala Sukses, penyesuaian dicatat sebagai berikut: 1. Menyesuaikan penerimaan kas Cash Note Receivable 1.000.000 1.000.000

2.

Menyesuaikan Pengeluaran kas Bank charge expense Account Receivable Cash 15.000 335.000 350.000

67

AKUNTANSI PIUTANG (Receivable)


Piutang (Receivable) merupakan klaim suatu entitas terhadap pelanggan atau pihak lain atas uang, jasa atau barang. Untuk tujuan pelaporan keuangan piutang dapat diklasifikasikan atas piutang jangka panjang dan piutang jangka pendek. Piutang Jangka Panjang adalah klaim kepada pihak lain yang diharapkan tertagih lebih dari satu periode akuntansi atau lebih dari satu siklus operasi. Piutang Jangka Pendek merupakan klaim kepada pelanggan atau pihak lain yang diharapkan tertagih dalam satu tahun atau satu siklus operasi normal. Selanjutnya, piutang dapat juga merupakan janji tertulis dari pelanggan atau pihak lain kepada perusahaan untuk membayar sejumlah uang tertentu pada suatu tanggal di masa depan. Piutang Usaha merupakan janji lisan dari pelanggan untuk membayar sejumlah uang tertentu pada suatu tanggal di masa depan. Piutang wesel bisa berjangka panjang dan berjangka pendek,

tergantung perjanjian antara peminjam/pembeli dengan yang memberi pinjaman/penjual.

Sedangkan Piutang Usaha biasanya berjangka pendek dan diharapkan ditagih dalam 30 hari, 45 hari atau 60 hari tergantung syarat-syarat

penjualan (term). Piutang Non Dagang timbul dari berbagai jenis transaksi yang bukan dari kegiatan perdagangan, misalnya piutang karyawan, piutang kepada pemegang saham, uang muka

digolongkan di neraca atas Piutang Dagang dan Piutang Non Dagang. Piutang Dagang terdiri atas Piutang wesel (Notes Receivable) dan Piutang Usaha (Account Receivable). Piutang wesel

PIUTANG USAHA (ACCOUNT RECEIVABLE)

PENGAKUAN PIUTANG USAHA


Piutang usaha diakui/dicatat sebesar nilai pertukaran atau nilai faktur yang telah disepakati oleh pihak penjual dan pembeli. Dalam pengakuan atas piutang usaha, terdapat dua faktor yang memengaruhi pencatatan nilai piutang usaha, yaitu:

1. Diskun Dagang (Trade discount). Diskun dagang adalah diskun yang mencegah terjadinya perubahan harga berulangulang (harga tetap sesuai katalog, namun diberikan diskun). Apabila terdapat diskun dagang maka piutang usaha diakui senilai jumlah neto (setelah dikurangi diskun). Misalnya, PT. Aris memberikan diskun 30% untuk setiap pembelian barang.

diberikan oleh penjual kepada pembeli atas dasar daftar harga yang diberikan penjual. Diskun ini biasanya diberikan karena pembeli membeli

barang/jasa dalam volume/jumlah tertentu atau kebijakan perusahaan memberikan diskun untuk

68

Apabila pada tanggal tersebut daftar harga menunjukkan harga perunit Rp. 20.000, maka PT.

Aris mencatat penjualan 100 unit barang yang dijual secara kredit sebagai berikut:

Account Receivable (piutang Usaha Sales (Penjualan) (100 Unit @ Rp. 20.000) x 70%
2. Diskun Tunai (Cash Discount). Berbeda dengan diskun dagang, diskun tunai diberikan apabila pembeli barang membayar sesuai dengan periode diskun yang tercantum dalam syarat-syarat pembayaran. Apabila pembeli membayar dalam periode yang disebutkan dalam syarat-syarat pembelian (term), maka diskun diberikan sebesar persentase tertentu. Misalnya, syarat 2/10, net 30 maka diskun 2% diberikan a. Metode Neto ( Net Method). Piutang diakui sebesar jumlah penjualan setelah dikurangi dengan diskun. Metode ini mengasumsikan pembeli akan mengambil

1.400.000 1.400.000

apabila membayar dalam 10 hari sejak tanggal penagihan/faktur dan jatuh tempo dalam masa 30 hari sejak tanggal penjualan, atau 2/10 EOM (Ending of Month) maka diskun 2% diberikan apabila membayar dalam 10 hari sejak akhir bulan. Pengakuan terhadap diskun tunai dan piutang

dapat dilakukan dengan dua pendekatan:

(pembayaran melebihi periode diskun) maka manajemen pembeli tidak efisien. Diskun yang

tidak diambil akan diakui sebagai keuntungan karena diskun penjualan dibatalkan (Sales Discount Forfeited).

kesempatan untuk memanfaatkan diskun yang diberikan. Apabila diskun tidak diambil

Transaksi Nama Akun 1. Penjualan kredit Rp. 25.000.000. Syarat 2/10, n/30 Account receivable Sales 2. Diterima pengembalian barang (retur) Rp.500.000 Sales return Account receivable Cash 3. Diterima cicilan piutang usaha dalam periode Account receivable diskun, jumlah piutang Rp. 15.000.000 4. Diterima pelunasan piutang usaha Rp.9.500.000 Cash setelah periode diskun Account receivable Sales discount forfeited
b. Metode bruto (Gross Method). Piutang dicatat sebesar nilai yang ada pada faktur dan diskun dicatat dalam akun Diskun Penjualan apabila perusahaan menerima

D 24.500.000 490.000

K 24.500.000 490.000

14.700.000 14.700.000 9.500.000 9.310.000 190.000

merupakan metode yang paling mudah diterapkan dan paling banyak digunakan. Diskun penjualan disajikan di laporan rugi-laba (Income Statement) sebagai pengurang dari akun Penjualan.

pembayaran pada periode diskun. Metode ini

67

Transaksi 1. Penjualan Kredit Rp. 25.000.000. Syarat 2/10, N/30

Nama Akun Account Receivable Sales 2. Diterima pengembalian barang (retur) Rp. 500.000 Sales Return Account Receivable 3. Diterima Cicilan Piutang Usaha dalam peirode diskun. Cash Jumlah piutang Rp. 15.000.000 Sales Cash Discount Account Receivable Cash 4. Diterima Pelunasan piutang Usaha sejumlah Rp. Account Receivable 9.500.000 setelah periode diskun
Dibandingkan metode bruto, metode neto menghasilkan praktik yang lebih baik karena piutang disajikan dekat dengan nilai realisasinya. Dalam kenyataan, metode neto sulit diterapkan

D Rp 25.000.000 Rp 500.000 Rp Rp 14.700.000 Rp 300.000

K Rp 25.000.000 500.000

Rp 15.000.000 Rp 9.500.000 Rp 9.500.000

karena membutuhkan analisa tambahan dan pencatatan penyesuaian diakhir perode untuk diskun tunai yang tidak diambil (Sales Discount Forfeited).

PENILAIAN PIUTANG USAHA


Piutang Usaha dinilai sebesar nilai realisasi neto (Net Realizable Value), yaitu nilai yang diperkirakan bisa dikonversi menjadi kas. Untuk menilai Piutang Usaha pada nilai realisasinya, maka perlu mengestimasi piutang usaha yang tak tertagih dan penaksiran atas retur dan penyisihan Metode Penghapusan Langsung Metode ini digunakan hanya bila piutang yang tidak tertagih tidak material. Secara teoretis, metode ini tidak cocok karena tidak memadankan biaya dan pendapatan periode. Metode mendebit akun biaya piutang tak tertagih dan mengkreditkan akun piutang usaha. Apabila setelah dihapus, pelanggan membayar kembali setelah periode penghapusan piutang usaha, maka 2. penjualan yang akan terjadi. Untuk menaksir jumlah piutang yang tak tertagih terdapat dua metode yang biasa digunakan: 1. Metode Penghapusan Langsung (Direct Write-Off Method) Metode Penyisihan (Allowance Method)

Penghapusan Langsung mencatat biaya piutang tak tertagih (Bad debt Expense) pada periode ketika piutang usaha tidak bisa ditagih. Piutang yang benar-benar tidak bisa ditagih dicatat dengan

penerimaan itu dicatat sebagai keuntungan (Gain from Uncollectible Amount Recovery). Metode ini merupakan metode yang diwajibkan dalam

Undang-Undang Perpajakan.

Metode Penyisihan (Allowance Method) Dalam metode penyisihan, setiap akhir periode akuntansi ditaksir/ diestimasi jumlah biaya piutang tidak tertagih. Hasil taksiran biaya piutang tak tertagih (Bad debt Expense) dicatat ke jurnal Apabila dengan mendebit akun biaya piutang tak tertagih dan mengkredit akun penyisihan untuk piutang tak tertagih (Allowance For Doubtful Account). pelanggan benar-benar tidak bisa

66

membayar, dengan demikian piutang usaha harus dihapus, maka penghapusan itu dicatat dengan mendebit akun Penyisihan Piutang Tak Tertagih (Allowance For Doubtful Account) dan mengkredit akun Piutang Usaha. Pembayaran kembali setelah piutang dihapus dilakukan dengan mendebit Piutang Usaha yang sudah dihapus dan mengkredit kembali akun Penyisihan Piutang Yang Tak Tertagih (Allowance For Doubtful Account). Metode Tahun

Misalnya, total penjualan PT. A selama 2006 Rp. 250.000.000. berdasarkan

pengalaman sebelumnya, 2% dari total penjualan akan sulit ditagih. Pada tanggal 1/5-2007 salah seorang pelanggan PT. A jatuh pailit, sehingga Piutang Usaha sebesar Rp. 500.000 atas nama

pelanggan itu diputuskan oleh manajemen harus dihapus. Tanggal 28/1-2008 akan pelanggan itu

memberitahukan

membayar

seluruh

penyisihan menilai piutang dalam jumlah yang dapat direalisasikan. Metode ini cocok dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU)/Standar Akuntansi Keuangan (SAK).

kewajibannya pada tanggal 5 maret 2008. Transaksi Piutang PT. A dapat dicatat dengan kedua metode seperti ilustrasi dalam tabel berikut ini:

Perbandingan Metode Penyisihan dan Metode Penghapusan Langsung


Tanggal Keterangan Metode Penyisihan 31/12/2006 Mencatat estimasi piutang tak Bad debt Expense Rp 5.000.000 tertagih Allowance For Doubtful account 01/05/2007 Penghapusan piutang pelanggan Allowance for Doubtful Account Rp 500.000 Account Receivable yang pailit 28/01/2008 Pelanggan memberitahu akan Account Receivable Rp 500.000 membayar Allowance for Doubtful Account 05/03/2008 Penerimaan pembayaran Piutang Cash Rp 500.000 yang sudah dihapus Account Receivable Metode Penghapusan Langsung Tidak dicatat ke jurnal Rp Rp Rp Rp 5.000.000 Bad debt Expense 500.000 Account Receivable Tidak dicatat ke jurnal 500.000 Cash 500.000 Gain From Uncolectible amount Recovery Rp 500.000 Rp 500.000

Rp 500.000 Rp 500.000

Menaksir Jumlah Biaya Piutang Tak Tertagih Biaya piutang yang tak tertagih ditaksir berdasarkan pertimbangan dan pengalaman Untuk membantu dalam membuat

pertimbangan, ada dua pendekatan yang bisa dipakai: 1. Pendekatan Laporan Rugi-Laba (Income Statement Approach) 2. Pendekatan Neraca (Balance Sheet Approach)

masa- masa sebelumnya terkait dengan Piutang Usaha dan transaksi penjualan. Pertimbangan yang cermat dan wajar harus dilakukan agar mencerminkan nilai realisasi dari Piutang Usaha pada tanggal penyusunan laporan keuangan.

Pendekatan Rugi Laba dalam menaksir Biaya Piutang Tak Tertagih

67

Penaksiran didasarkan jumlah penjualan kredit yang terjadi dalam periode itu dan manajemen suatu entitas mempertimbangkan jumlah piutang yang tidak tertagih dari penjualan kredit yang terjadi dalam periode itu. Persentase ketidaktertagihan piutang berdasarkan

dalam tahun 2006 penjualan kredit yang dilakukan sebesar Rp. 650.000.000 dan berdasarkan

pengalaman tahun sebelumnya piutang yang sulit ditagih 0,5% dari penjualan. Maka, tahun 2006 jumlah piutang tak tertagih adalah 0,5% x Rp. 650.000.000= Rp. 3.250.000. Biaya piutang tak tertagih dan Penyisihan piutang dicatat sebagai berikut:

pertimbangan manajemen itu dikalikan dengan total penjualan kredit dalam periode itu. Misalnya

Bad Debt Expense Allowance For Doubtul Account

D Rp3.250.000

K Rp3.250.000

Pendekatan Neraca dalam menaksir Biaya Piutang Tak Tertagih Pendekatan neraca dilakukan dengan membuat suatu bagan atau skedul Analisa Atas Umur Piutang Usaha (Aging Schedule). Piutang usaha diklasifikasikan berdasarkan umur piutang usaha sejak tanggal penagihan atau faktur periode-perode sebelumnya, ketidaktertagihan

dalam setiap kelompok piutang pelanggan. Total taksiran jumlah piutang usaha tak tertagih merupakan jumlah Akun Penyisihan Piutang Tak Tertagih yang akan disajikan di neraca. Selisih antara jumlah Akun Penyisihan Piutang Tak Tertagih sebelum dilakukan penyesuaian dengan jumlah akun penyisihan Piutang Tak Tertagih hasil perhitungan merupakan jumlah Akun Biaya Piutang tak tertagih pada periode itu. Misalnya, dari akun Piutang Usaha di Buku Besar PT. A per 31 Desember 2007 saldo akhir Piutang Usaha sebesar Rp. 207.160.000. Jumlah Piutang Usaha tersebar pada pelanggan berikut (data diambil dari buku pembantu/kartu Piutang Usaha):

dikeluarkan sampai tanggal penyusunan laporan keuangan. Piutang usaha masing-masing pelanggan (Customer) dikelompokkan berdasarkan umur

piutang masing- masing pelanggan. Biasanya pengelompokkan didasarkan kelipatan dari hari jatuh tempo ( misalnya, piutang usaha jatuh tempo 30 hari, maka piutang pelanggan dikelompokkan dalam kelipatan 30, yaitu 60 hari, 90 hari atau 120 hari). Setelah pengelompokan dilakukan maka manajemen menaksir, berdasarkan pengalaman

66

No

Tanggal faktur 1 Toko Adiaksa Tentram 04 Februari 2007 2 Toko Biduan Lestari 15 September 2007 3 Toko Cahaya Sakti 15 Nopember 2007 4 PT.Damai Sehati 05 Oktober 2007 5 PT. Ermas Sentosa 05 Mei 2005 6 Toko Famas Abadi 16 Desember 2005 7 PT. Gilang Ramadhani 02 Desember 2005 8 PT. Harapan Imak 18 Desember 2005 Total Piutang Usaha Pelanggan

Jumlah Rp 2.560.000 Rp 4.500.000 Rp 55.000.000 Rp 25.600.000 Rp 15.500.000 Rp 65.500.000 Rp 32.000.000 Rp 6.500.000 Rp 207.160.000

Piutang Usaha dan Penyisihan untuk Piutang yang tak tertagih sebelum disesuaikan menunjukkan saldo piutang usaha Rp. 207.160.000 dan

Umur 61-90 hari, persentase ketertagihan 85%

Umur 91-120 hari persentase ketertagihan 80%

Penyisihan untuk Piutang yang tak tertagih Rp. 7.456.000. Kebijakan Piutang perusahaan untuk penyisihan adalah: Piutang usaha jatuh tempo 30 hari Umur 31-60 hari, persentase ketertagihan 90% -

> 120 hari, persentase ketertagihan Piutang 75%

Analisa atas Umur Piutang Usaha dapat dibuat seperti tabel dibawah ini:

No

Jumlah Tanggal faktur 1 Toko Adiaksa Tentram 04/02/2007 Rp 2.560.000 2 Toko Biduan Lestari 15/09/2007 Rp 4.500.000 3 Toko Cahaya Sakti 15/11/2007 Rp 55.000.000 4 PT.Damai Sehati 05/10/2007 Rp 25.600.000 5 PT. Ermas Sentosa 05/05/2007 Rp 15.500.000 6 Toko Famas Abadi 16/12/2007 Rp 65.500.000 7 PT. Gilang Ramadhani 02/12/2007 Rp 32.000.000 8 PT. Harapan Imak 18/12/2007 Rp 6.500.000 Total Piutang Usaha Rp 207.160.000 Persentase tak tertagih Jumlah Penyisihan setelah disesuaikan Total

Pelanggan

Jumlah

Belum Jatuh Hari Tempo 330 Rp - Rp 107 Rp - Rp 46 Rp - Rp 87 Rp - Rp 240 Rp - Rp 15 Rp 65.500.000 29 Rp 32.000.000 13 Rp 6.500.000 Rp 104.000.000 Rp 0 Rp - Rp Rp

31-60

Umur Piutang 61-90 91-120

Rp 4.500.000 55.000.000 - Rp 25.600.000 Rp 15.500.000

>120 Rp 2.560.000

55.000.000 Rp 25.600.000 Rp 4.500.000 Rp 18.060.000 10% 15% 20% 25% 5.500.000 Rp 3.840.000 Rp 900.000 Rp 4.515.000 14.755.000

Biaya Piutang tak tertagih (Bad debt Expense) per 31 Desember 2007 dapat dihitung sebagai berikut: -- Allowance for Doubtful Account setelah penyesuaian Rp. 14.755.000

66

-- Allowance for Doubtful Account sebelum penyesuaian Bad Debt expense

Rp. 7.456.000 Rp. 7.299.000

Biaya Piutang Tak Tertagih dicatat ke jurnal umum dengan cara sebagai berikut:
Bad Debt Expense Allowance For Doubtful Account D Rp7.299.000 K Rp7.299.000

WESEL TAGIH (PROMISORY NOTE)


Di Indonesia, wesel memiliki dua bentuk yaitu wesel aksep (Bank Draft) dan promes (Promisory Note). Wesel Aksep (Bank draft) merupakan surat berharga yang berisi perintah tak bersyarat dari bank penerbit draft kepada pihak lainnya (tertarik) untuk membayar sejumlah uang kepada seseorang tertentu atau orang yang ditunjuknya pada waktu yang telah ditentukan. Bank draft ini adalah merupakan cek namun sumber dana pula adanya suatu ketentuan yang mengatur apabila si pembayar mengalami gagal bayar . Wesel (note) apabila dilihat dari pihak yang memberi pinjaman disebut sebagai wesel tagih (piutang wesel), sedangkan dari pihak peminjam disebut sebagai wesel bayar (hutang wesel). Wesel yang jatuh tempo dalam periode 1 tahun disebut sebagai wesel jangka pendek, sedangkan wesel yang jatuh tempo lebih dari 1 periode akuntansi disebut wesel jangka panjang. Wesel bisa dikenai bunga (interest bearing note) namun bisa juga tanpa bunga (non interest bearing note). Wesel tanpa bunga merupakan wesel yang secara implisit tidak mencantumkan suatu
1

pembayarannya adalah berasal dari rekening bank penerbit bukan dari rekening nasabah perorangan. Sedangkan Promes dalam akuntansi dapat juga disebut "nota yang dapat diuangkan" adalah merupakan suatu kontrak yang berisi janji secara terinci dari suatu pihak ( pembayar) untuk membayarkan sejumlah uang kepada pihak lainnya (pihak yang dibayar). Kewajiban ini dapat timbul dari adanya suatu kewajiban pelunasan suatu hutang. Misalnya, dalam suatu transaksi penjualan barang dimana pembayarannya mungkin saja dilakukan sebagian secara tunai dan sisanya dibayar dengan menggunakan satu atau beberapa promes. Dalam promes disebutkan jumlah pokok hutang serta bunga (apabila ada) dan tanggal jatuh tempo pembayarannya. Kadangkala dicantumkan

persentase bunga namun ada komitmen untuk membayar suatu jumlah tertentu melebihi jumlah pinjaman yang diberikan.

Lihat www.wikipedia.com

67

PENGAKUAN WESEL
Wesel biasanya dibebani bunga dan direalisasikan sesuai dengan kondisi suku bunga pasar untuk instrumen yang sesuai dengan wesel itu. Namun untuk wesel berjangka waktu pendek, bunga pasar tidak memengaruhi nilai realisasi wesel.

WESEL JANGKA PENDEK BERBUNGA


Misalnya, Pada tanggal 15 Januari 2007 PT. A melakukan penjualan barang kepada PT. B dan menerima wesel (promes) 3 bulan berbunga 10%/tahun. Nilai wesel Rp. 10.000.000. PT. A mencatat wesel itu dijurnal sebagai berikut:

D 15/01/2007 Notes Receivable Rp10.000.000 Sales (Mencatat penerimaan wesel ) 15/04/2007 Cash

K Rp10.000.000

Rp10.250.000 Interest Revenue Rp250.000 Notes Receivable Rp10.000.000 (Mencatat pelunasan wesel dan penerimaan pendapatan bunga wesel) Perhitungan Pendapatan bunga:
3 12 10 x 100 x Rp.10.000.000 Rp.250.000

Wesel jangka pendek diklasifikasikan sebagai aktiva lancar dan disajikan sama dengan piutang usaha.

Wesel jangka panjang berbunga; suku bunga nominal berbeda dengan suku bunga pasar (efektif)
Nilai realisasi wesel jangka panjang berbunga biasanya memperhitungkan pengaruh dari suku bunga pasar wesel yang berisiko sama dengan wesel itu. Untuk mengetahui jumlah nilai realisasi dari wesel, maka harus dicari nilai sekarang dari wesel dan nilai sekarang dari anuitas penerimaan bunga wesel itu. Misalnya, pada awal januari 2007 Bank X memberi pinjaman Rp. 10.000.000 kepada PT.A dan menerima wesel jangka panjang

berbunga 10%. Wesel jatuh tempo selama 3 tahun dan suku bunga pasar untuk wesel yang berisiko sama adalah 12%, maka nilai sekarang wesel dapat dihitung sebagai berikut:

66

Nilai Jatuh tempo wesel Nilai sekarang dari nilai jatuh tempo:

Rp10.000.000

1 (1 r ) n

Nilai jatuh tempo


Rp.10.000 .000

1 (1 0,12) 3

Rp7.117.802

Nilai sekarang dari anuitas penerimaan bunga


1 1 (1 r ) n Pendapa tan bunga wesel r

1 (1 0 ,12 ) 3 Rp . 1 . 000 . 000 0 ,12

Rp2.401.831

Nilai Sekarang dari wesel Perbedaan (diskun)

Rp9.519.633 Rp480.367

Pemasukan ke jurnal pada awal januari 2007 dilakukan sebagai berikut:

Notes Receivable Discount on notes Receivable Cash

D Rp 10.000.000

K Rp 480.367 Rp 9.519.633

Diskun yang dihasilkan diamortisasi selama periode jatuh tempo wesel. Skedul Amortisasi dengan

metode bunga efektif dapat dilakukan sebagai berikut:

Skedul Amortisasi Diskun Tahun Kas Pendapatan Diterima Bunga 0 1 Rp 1.000.000 Rp1.142.356 2 Rp 1.000.000 Rp1.159.439 3 Rp 1.000.000 Rp1.178.571

Amortisasi Nilai Diskun terbawa Rp 9.519.633 Rp142.356 Rp 9.661.989 Rp159.439 Rp 9.821.428 Rp178.572 Rp 10.000.000

Pemasukan ke jurnal untuk amortisasi diskun dan penerimaan pendapatan bunga pada tahun pertama dibuat:

Cash Discount on notes Receivable Interest Revenue

Rp Rp

D 1.000.000 142.356

Rp 1.142.356

WESEL JANGKA PANJANG BERBUNGA; SUKU BUNGA NOMINAL WESEL SAMA DENGAN SUKU BUNGA PASAR (EFEKTIF)
Misalnya, PT. B meminjamkan sejumlah uang Rp.65.000.000 kepada PT. X dan menerima wesel 3 tahun berbunga 10%. Suku bunga wesel dan suku bunga pasar untuk wesel yang

66

memiliki resiko yang sama adalah 10%. Ini berarti wesel diterbitkan sama dengan nilai

nominal, sehingga tidak ada diskun yang dicatat. PT. B mencatat wesel itu sebagai berikut:

Notes Receivable Cash

D Rp 65.000.000

K Rp 65.000.000

WESEL BERBUNGA NOL (ZERO-INTEREST BEARING NOTE)


Wesel berbunga nol merupakan wesel yang tidak mencantumkan tingkat suku bunga nominal pada wesel namun nilai realisasi wesel lebih kecil dari nilai nominal wesel. Perbedaan antara nilai nominal dan nilai realisasi dicatat sebagai diskun dan daimortisasi pada saat penutupan buku sebagai pendapatan bunga sebesar suku bunga yang menyamakan dengan nilai sekarang dari wesel. Pada saat wesel dilunaskan maka pihak peminjam harus membayar sebesar nilai nominal dari wesel itu. Misal, PT. X meminjam Rp. 100 juta dari PT.A dan memberi wesel 3 tahun berbunga nol, dimana nilai sekarang dari wesel Rp. 77.218.000. Tingkat suku bunga implisit yang menyamakan nilai nominal dan nilai sekarang adalah 9 % (lihat tabel nilai sekarang pada periode 3 dan suku bunga 9%, nilai sekarang Rp1 untuk periode 3 tahun dan suku bunga 9% adalah Rp. 0,77218). Untuk mencatat transaksi itu di jurnal PT. A adalah sebagai berikut:

Notes Receivable Discount on notes Receivable Cash

D Rp 100.000.000

K Rp 22.782.000 Rp 77.218.000

Diskun wesel diamortisasi pada akhir periode dengan menggunakan metode bunga efektif:

Skedul Amortisasi Diskun Tahun Kas Pendapatan Diterima Bunga 0 1 Rp - Rp6.949.620 2 Rp - Rp7.575.086 3 Rp - Rp8.257.294

Amortisasi Diskun

Nilai terbawa Rp 77.218.000 Rp6.949.620 Rp 84.167.620 Rp7.575.086 Rp 91.742.706 Rp8.257.294 Rp 100.000.000

67

Pencatatan ke jurnal untuk amortisasi pada periode pertama adalah:

Discount on notes Receivable Interest Revenue

Rp

D 6.949,62 Rp

K 6.949,62

PENILAIAN WESEL TAGIH


Sama seperti Piutang Usaha, wesel juga disajiakan sebesar nilai realisasi neto (Net piutang wesel. Estimasi atas Wesel tagih yang tidak tertagih bisa juga dilakukan dengan pendekatan neraca atau pendekatan rugi laba, sama seperti pada Piutang Usaha.

Realizable Value), yaitu nilai yang diestimasi bisa direalisasi setelah dikurangi penyisihan-penyisihan

PELEPASAN PIUTANG USAHA DAN WESEL


Dalam peristiwa bisnis normal, piutang usaha dan wesel ditagih ketika jatuh tempo dan dikeluarkan dari pembukuan. Namun, terdapat peristiwa dimana perusahaan pemilik piutang dan wesel membutuhkan kas dalam waktu singkat sehingga perusahaan melakukan lain. transfer piutang ke 3. 2. Perusahaan sulit atau tidak memiliki akses melakukan pinjaman ke pihak lain atau untuk menghindari penyimpangan dari persetujuan pinjaman. Penagihan piutang akan memakan waktu yang panjang dan mahal sehingga

Alasan

lainnya

dilakukan

mengalihkan ke pihak lain penagihan piutang. Transfer piutang usaha dan wesel ke pihak lain untuk memperoleh kas dapat dilakukan dengan: 1. 2. Menggadaikan Piutang Usaha Mentransfer dengan renteng piutang usaha tanggung tanggung

pelepasan piutang adalah: 1. Memberikan fasilitas kepada pembeli karena hampir seluruhnya perusahaan dalam industri itu melakukan penjualan secara kredit/cicilan. Apabila tidak

dilakukan, maka perusahaan tidak dapat bersaing. industri Biasanya perusahaan dalam jenis (misalnya perusahaan

perjanjian atau non

penjual mobil atau sepeda motor) ini bekerjasama dengan suatu perusahaan pendanaan ( Finance Company) atau Bank.

renteng (Factoring).

MENGGADAIKAN PIUTANG USAHA


Piutang Usaha dan wesel bisa menjadi jaminan atas pinjaman. Dalam perjanjian biasanya perusahaan pemilik piutang tetap melakukan penagihan kepada debiturnya dan menyetorkan hasil penagihan kepada pihak yang memberinya pinjaman. Biasanya, perusahaan pemberi pinjaman (bank atau perusahaan pembiayaan) akan

membebankan suatu beban keuangan (Finance charge). Setiap penagihan digunakan untuk

melunasi pinjaman. Apabila pinjaman tidak dilunasi

67

maka pemberi pinjaman memiliki hak melakukan penagihan atas jaminan. Akun Piutang Usaha tetap dipegang dan dicatat oleh perusahaan yang menggadaikan piutang usaha. Misalkan, 1 Mei 2007 PT. A menjaminkan Piutang Usaha senilai Rp. 100.000.000 kepada Bank untuk pinjaman Rp. 80 Juta. Bank membebankan suatu beban keuangan 2% dan bunga wesel pinjaman 12%. Cicilan PT. A dilakukan setiap bulan atas penerimaan Piutang usaha. Transaksi yang terjadi atas piutang usaha:

1. Bulan Mei PT. A menagih piutang senilai Rp. 30.000.000, diskun tunai Rp. 600.000 dan retur penjualan Rp. 2.000.000. 2. Pada bulan Juni PT. A Bank melakukan X atas

pembayaran

kepada

penagihan Piutang Usaha. 3. Seluruh Piutang Usaha berhasil ditagih Bulan Juni dan terdapat penghapusan piutang Rp. 5 Juta. 4. Pada bulan Juli dilunaskan seluruh

pinjaman kepada Bank X Pencatatan ke jurnal yang harus dilakukan kedua belah pihak adalah:

PEMBUKUAN PT.A Cash Finance Charge Notes Payable

PEMBUKUAN BANK X Rp 80.000.000 Rp 1.600.000 Rp 78.400.000

1. Penerimaan Pinjaman dan Penjaminan Piutang Usaha Rp 78.400.000 Notes Receivable Rp 1.600.000 Finance Revenue Rp 80.000.000 Cash

2. Bulan Mei PT. A menagih piutang senilai Rp. 30.000.000, diskun tunai Rp. 600.000 dan retur penjualan Rp. 2.000.000 Cash Rp 27.400.000 Sales Discount Rp 600.000 Tidak Mencatat Ke Jurnal sales return And Allowance Rp 2.000.000 Account Receivable Rp 30.000.000 3. Pada bulan Juni PT. A melakukan pembayaran kepada Bank X atas penagihan Piutang Usaha Notes Payable Rp 27.400.000 Cash Rp 28.200.000 Interest Expense Rp 800.000 Notes Receivable Rp 27.400.000 Cash Rp 28.200.000 Interest Revenue Rp 800.000

4. Seluruh Piutang Usaha berhasil ditagih Bulan Juni (Rp. 100 juta- Rp.30 Juta= Rp. 70 juta) dan terdapat penghapusan piutang Rp. 5 Juta
Cash Rp 65.000.000 Allowance For Doubtful Account Rp 5.000.000 Tidak Mencatat Ke Jurnal Account Receivable Rp 70.000.000 5.Pada bulan Juli dilunaskan seluruh pinjaman kepada Bank X (Rp. 80 juta- Rp.27.400.000) Notes Payable Rp 52.600.000 Cash Rp 53.126.000 Interest Expense Rp 526.000 Notes Receivable Rp 52.600.000 Cash Rp 53.126.000 Interest Revenue Rp 526.000

67

TRANSFER (ANJAK) PIUTANG


Piutang Usaha juga bisa ditransfer (dijual atau dijaminkan) untuk memperoleh kas. Piutang usaha biasanya dijual ke perusahaan pendanaan (Finance Company) . Dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK. 012/2006 tentang perusahaan pembiayaan disebutkan Anjak Piutang (Factoring) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian piutang dagang jangka pendek suatu perusahaan berikut pengurusan atas piutang itu. Transfer piutang dilakukan dengan tanggung renteng/dengan jaminan (with recourse) maupun tanpa tanggung renteng/tanpa jaminan (Without Recourse). Transfer Piutang usaha biasanya Transfer Piutang tanpa Tanggung Renteng/tanpa jaminan Transfer piutang usaha tanpa tanggung renteng dianggap sebagai penjualan piutang usaha. Dalam transfer piutang tanpa tanggung renteng, pihak pembeli piutang (Faktor) menanggung seluruh Risiko ketidaktertagihan piutang.

Pengendalian terhadap piutang usaha berpindah kepada Faktor. Faktor akan mengenakan beban pendanaan (Finance Charge) dan menahan

persentase tertentu dari piutang usaha sebagai jaminan (retensi) apabila ada klaim dari pelanggan terhadap barang rusak atau ada pengembalian (retur) atau ada piutang yang tidak tertagih. Dalam transaksi ini, pihak penjual piutang mengakui keuntungan atau kerugian dari penjualan piutang. Keuntungan atau kerugian penjualan piutang dapat dihitung dengan cara:

dilakukan dengan pemberitahuan atau notifikasi kepada pelanggan agar melakukan pembayaran kepada Faktor (pihak yang menerima transfer piutang usaha/Transferee)

- Nilai Buku Piutang Usaha - Nilai Realisasi Penjualan Piutang Usaha - Nilai yang ditahan factor (Retensi Kepada Faktor) Keuntungan (Kerugian) Penjualan Piutang xxx+ usaha xxx

xxx

(xxx) xxx

TRANSFER PIUTANG SECARA TANGGUNG RENTENG/DENGAN JAMINAN


Transfer Piutang Usaha secara tanggung renteng dapat dipandang sbagai transaksi 1. Klien (Pihak yang mentransfer) tidak lagi memiliki manfaat ekonomi masa depan dari piutang dan tidak menanggung risiko kolektibilitas piutang; yang terkandung dalam

penjualan atau transaksi pinjam meminjam dengan jaminan Piutang Usaha. PSAK No. 43 menjelaskan bahwa Transfer Piutang Usaha dapat dipandang sebagai penjualan apabila keadaan-keadaan

berikut semuanya terpenuhi:

67

2. Kewajiban klien dalam perjanjian recourse (tanggung renteng) dapat

gagal membayar piutang, maka akun kewajiban tanggung renteng dibebankan ke akun Retensi pada Faktor. Contoh transaksi dan pencatatan untuk membedakan kedua model penjualan

diestimasi/ditaksir secara andal; dan 3. Klien tidak memiliki kewajiban atau opsi untuk membeli kembali piutang itu. Apabila ketiga ketentuan itu tidak

piutang itu dapat diilustrasikan sebagai berikut: 1. Tanggal 1/5-2008 PT. A mentransfer Piutang Usaha Jangka Pendek kepada suatu perusahaan pembiayaan. Piutang Usaha yang ditransfer sebesar Rp. 150 juta. Perusahaan pembiayaan

terpenuhi, maka transfer piutang usaha harus dipandang penjualan. Perbedaan antara penjualan piutang dengan tanggung renteng dan tanpa tanggung renteng adalah pihak pemilik piutang usaha mentransfer piutang usaha dan menjamin pembayaran piutang usaha sebesar kewajiban tanggung renteng yang disepakati apabila pelanggan gagal membayar piutang usaha. Kewajiban tanggung renteng sebagai pinjaman, bukan sebagai

mengenakan beban pendanaan (Finance Charge) 5% dari piutang dan menahan 10 % sebagai jaminan atas retur atau diskun penjualan. Ditaksir, Rp. 3juta dari piutang usaha itu akan sulit ditagih. 2. Selama bulan Mei dan Juni, Pihak Faktor melakukan penagihan Piutang

(Recourse Liability) dianggap pihak penjual piutang (Transferor) sebagai kerugian penjualan Piutang. Apabila estimasi ketidaktertagihan piutang usaha tidak terjadi, maka Pihak Penjual (Tranferor) akan mencatat kembali kewajiban tanggung renteng ini sebagai pendapatan. Namun, apabila pelanggan

Rp.138.250.000. Retur Rp. 5.000.000, diskun yang diberikan Rp. 5.750.000 dan tak tertagih Rp.3.000.000.

A. Penjualan Tanpa Tanggung Renteng (Without Recourse)


Tanggal Pencatatan oleh pihak Penjual (PT.A) 01/05/2008 Kas 127.500.000 Piutang Retensi Anjak Piutang 15.000.000 1 Rugi Penjualan Piutang Usaha 7.500.000 2 Piutang Usaha 150.000.000 1 10% x 150.000.000 2 5% x 150.000.000 Pencatatan oleh pihak Faktor (Perusahaan Pembiayaan) Piutang Usaha 150.000.000 Hutang Retensi Anajak Piutng 15.000.000 Pendapatan Pendanaan 7.500.000 Kas 127.500.000 Biaya Piutang Tak tertagih Penyisihan untuk piutang tak tertagih Kas Hutang Retensi Anajak Piutng Piutang Usaha Penyisihan Untuk Piutang Tak tertagih Piutang Usaha Hutang Retensi Anajak Piutng Kas 3.000.000 3.000.000 138.250.000 8.750.000 147.000.000 3.000.000 2.000.000 6.250.000 6.250.000

Mei dan Juni

Retur Penjualan 3.000.000 Diskun Penjualan 5.750.000 Piutang Retensi Anjak Piutang

8.750.000

Penyelesaian Transaksi

Kas Piutang Retensi Anjak Piutang (Rp. 15.000.000 - Rp. 8.750.000)

6.250.000 6.250.000

67

B. Penjualan Dengan Tanggung Renteng (With Recourse)


Tanggal Pencatatan oleh pihak Penjual (PT.A) 01/05/2008 Kas 127.500.000 Piutang Retensi Anjak Piutang 15.000.000 1 Rugi Penjualan Piutang Usaha 10.500.000 2 Piutang Usaha Kewajiban Tanggung Renteng 1 10% x 150.000.000 2 (5% x 150.000.000)+ Rp.3.000.000 Pencatatan oleh pihak Faktor (Perusahaan Pembiayaan) Piutang Usaha 150.000.000 Hutang Retensi Anjak Piutang 15.000.000 Pendapatan Pendanaan 7.500.000 Kas 127.500.000

150.000.000 3.000.000

Mei dan Juni

Retur Penjualan Diskun Penjualan Piutang Retensi Anjak Piutang

3.000.000 5.750.000 8.750.000

Kas Hutang Retensi Anjak Piutang Piutang Usaha

138.250.000 11.750.000 150.000.000

Penyelesaian Transaksi

Kewajiban Tanggung Renteng 3.000.000 Piutang Retensi Anjak Piutang Kas 3.250.000 Piutang Retensi Anjak Piutang (Rp.15.000.000-Rp.8.750.000 - Rp. 3.000.000)

3.000.000 Kas 3.250.000 Hutang Retensi Anjak Piutang 3.250.000 3.250.000

67

68

Vous aimerez peut-être aussi