Vous êtes sur la page 1sur 12

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan

BAB II TINJAUAN TEORI


2.1 Definisi Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongg melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia (Sjamsuhidajat, 2004: 523). Hernia adalah defek dalam dinding abdomen yang memungkinkan isi abdomen (seperti peritoneum, lemak, usus, atau kandung kemih) memasuki defek tersebut, sehingga timbul kantong berisikan materi abnormal (Tamboyang, 2000: 140). Hernia berasal dari bahasa Latin, herniae, yaitu menonjolnya isi suatu rongga melalui jaringan ikat tipis yang lemah pada dinding rongga. Dinding rongga yang lemah itu membentuk suatu kantong dengan pintu berupa cincin. Gangguan ini sering terjadi di daerah perut dengan isi yang keluar berupa bagian dari usus (http://id.wikipedia.org/wiki/Hernia, diakses pada 2 Oktober 2012). Hernia adalah ketidaknormalan tubuh berupa tonjolan yang disebabkan karena kelemahan pada dinding otot abdomen

(http://rufaizal.wordpress.com/2009/08/14/askep-hernia/, diakses pada 2 Oktober 2012). 2.2 Klasifikasi Berdasarkan terjadinya (Sjamsuhidajat, 2004: 523), hernia dibagi atas : a. hernia bawaan (kongenital), merupakan hernia yang terjadi sejak lahir karena kelainan bawaan. b. hernia yang didapat (akuisita), merupakan hernia tejadi bukan karena kelainan kongenital.

Berdasarkan letaknya (Sjamsuhidajat, 2004), hernia dibagi menjadi: a. Hernia interna, merupakan penonjolan isi suatu rongga melalui suatu celah kedalam rongga lain dan tanpa diliputi kantong, contohnya : 1) Hernia diafragma yaitu menonjolnya organ perut kedalam rongga dada melalui lubang pada diafragma (sekat yang membatasi rongga dada dan rongga perut). 2) Hernia foramen Winslow. 3) Hernia mesentrium, biasanya terjadi secara iatrogenik misalnya setelah anastomosis usus. b. Hernia eksterna, penonjolan isi suatu rongga ke arah luar seperti dinding perut, pinggang atau perineum, contohnya: 1) Hernia inguinalis. Hernia inguinalis indirek, disebut juga hernia inguinalis lateralis, karena menonjol dari perut di lateral pembuluh epigastrika inferior. Disebut indirek karena keluar melalui dua pintu dan saluran, yaitu anulus dan kanalis inguinalis. Hernia inguinalis direk, disebut juga hernia inguinalis medialis, hampir selalu disebabkan oleh faktor peninggian tekanan intraabdomen kronik dan kelemahan otot dinding di trigonum Hesselbach (Sjamsuhidajat, 2004: 529). 2) Hernia skrotalis. 3) Hernia umbilicalis yaitu benjolan yang masuk melalui cincin umbilikus (pusar). 4) Hernia femoralis yaitu benjolan di lipat paha melalui anulus femoralis. Berdasarkan sifatnya (Sjamsuhidajat, 2004: 523), hernia dibagi menjadi: a. Reponibel: bila isi hernia dapat keluar masuk.

Terjadi jika isi hernia dapat keluar masuk, isi hernia keluar biasanya pada saat berdiri atau mengedan (aktifitas) dan masuk lagi pada saat tiduran (istirahat) atau didorong masuk perut, hernia jenis ini biasanya tanpa keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus. b. Hernia irreponibel atau hernia akreta ; bila isi kantung hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga perut. Terjadi jika isi hernia tidak dapat keluar masuk karena sudah ada perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia, hernia jenis ini biasanya tanpa keluhan nyeri ataupun tanda sumbatan usus. c. Strangulata atau hernia inkarserata : bila terdapat keluhan nyeri, biasanya karena terjepitnya pembuluh darah. Terjadi jika isi hernia megalami jepitan oleh cincin hernia sehingga timbul gejala gangguan pasase (obstruksi) dan gangguan

vaskularisasi. Gangguan pasase dapat berupa mual, muntah, kembung, tidak dapat BAB, tidak dapat flatus dan gangguan vaskularisasi dapat berupa nyeri yang menyerupai cholik yang lama kelamaan bisa menetap dan dapat diikuti dengan nekrosis daerah yang mengalami jepitan bahkan dapat terjadi perforasi. Bila hernia strangulata hanya menjepit sebagian dinding usus biasanya disebut hernia Richter. Berdasar nama penemunya, hernia dibagi menjadi: a. Hernia Petit (di daerah lumbosakral). b. Hernia Spieghel (terjadi pada lenea semi sirkularis) di atas penyilangan rasa epigastrika inferior pada muskulus rektus abdominis bagian lateral. c. Hernia Richter : yaitu hernia dimana hanya sebagian dinding usus yang terjepit.

(Hernia.

September,

2008. diakses

Sumber: pada 2

http://dokterkwok.wordpress.com/2008/09/21/hernia/, Oktober 2012). Beberapa hernia lainnya :

a. Hernia pantalon adalah kombinasi hernia inguinalis lateralis dan medialis pada satu sisi. Kedua kantong hernia dipisah oleh vasa epigastrika inferior sehingga berbentuk seperti celana. b. Hernia skrotalis adalah hernia inguinalis yang isinya masuk ke skrotum secara lengkap. c. Hernia Littre adalah hernia yang isinya adalah divertikulum Meckeli. (Askep Hernia Tinjauan Medis. Juli, 2012. Sumber:

http://shitamuhida.blog.unissula.ac.id/2012/07/18/askep-hernia-tinjauanmedis/, diakses pada 2 Oktober 2012) 2.3 Etiologi Penyebab penyakit hernia dapat diakibatkan beberapa hal seperti : a. Kongenital Kelemahan pada otot merupakan salah satu factor resiko yang berhubungan dengan factor peningkatan tekanan intra abdomen. Kelemahan otot tidak dapat dicegah dengan cara olah raga atau latihan-latihan b. Obesitas Obesitas salah satu penyebab peningkatan tekanan intra abdomen karena banyaknya lemak yang tersumbat dan perlahanlahan mendorong peritoneum. Hal ini dapat dicegah dengan pengontrolan berat badan. c. Ibu Hamil Pada ibu hamil tekanan intra abdomen meningkat terutama pada daerah rahim dan sekitarnya.

d. Mengedan Mengedan dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra abdomen. e. Pengangkatan beban berat

2.4 Patofisiologi (Obesitas batuk, kongental, mengedan, pengangkatan beban)

Meningkatnya tekanan intra abdomen

Rusaknya integritas dinding otot perut

Alat tubuh atau organ akan terdorong keluar melalui defek

Penonjolan suatu organ (hernia) Hernia terjadi karena batuk, mengedan, ibu hamil, obesitas, mengankat beban berat sehingga terjadi peningkatan tekanan abdomen yang mengakibatkan rusaknya integritas dinding otot perut dan dapat menyebabkan terdorong keluar suatu organ karena defek dan timbulnya tonjolan pada organ.

Pathway Hernia
Adanya tekanan Aktivitas berat

Hernia

Hernia umbilikalis konginetal

Hernia para umbilikalis

Hiatus hernia

Hernia insisional

Hernia inguinalis

Kantung hernia keluar melalui umbilikalis

Kantung hernia melewati dinding abdomen

Kantung hernia memasuki rongga thorak

Kantung hernia memasuki celah bekas insisi

Kantung hernia memasuki celah inguinal

Terdorong lewat dinding posterior canalis inguinal yg lemah

Benjolan pada regio inguinal

Di atas ligamentum inguinal mengecil bila berbaring Pembedahan Insisi bedah Asupan gizi kurang

Resti perdarahan Resti infeksi

Mual

Terputusnya jaringan syaraf

Peristaltik usus menurun

Nafsu makan menurun

Nyeri Gangguan rasa nyaman Gangguan eliminasi

Intake makanan inadekuat

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

2.5 Faktor Predisposisi Hal-hal yang mempermudah terjadinya suatu hernia antara lain : a. Riwayat batuk lama : TBC paru b. Pekerja pengangkat beban berat c. Trauma d. Konstipasi lama e. Usia tua f. Hipertrofi prostat g. Iatrogenik h. Obesitas i. Kebiasaan mengejan saat BAB September, 2008. diakses Sumber: pada 2

(Hernia.

http://dokterkwok.wordpress.com/2008/09/21/hernia/, Oktober 2012). 2.6 Tanda dan Gejala

Umumnya penderita mengatakan turun berok dan mengatakan adanya benjolan yang bersifat temporer yang dapat mengecil dan menghilang yang disebabkan oleh keluarnya suatu organ sehingga dapat menimbulkan rasa nyeri, kadang-kadang disertai mual dan muntah. Bila terjadi stangulasi maka rasa nyeri akan bertambah hebat karena suplay darah kedaerah hernia terhenti, sehingga kulit menjadi merah dan panas.

2.7 Penatalaksanaan Medis Pada hernia inguinalis lateralis reponibilis maka dilakukan tindakan bedah efektif karena ditakutkan terjadi komplikasi. Pada yang ireponibilis, maka diusahakan agar isi hernia dapat dimasukkan kembali. Pasien istirahat baring dan dipuasakan atau mendapat diit halus. Dilakukan tekanan yang kontinyu pada

benjolan misalnya dengan bantal pasir. Baik juga dilakukan kompres es untuk mengurangi pembengkakan. Lakukan usaha ini berulang-ulang sehingga isi hernia masuk untuk kemudian dilakukan bedah efektif di kemudian hari atau menjadi inkarserasi. Pada inkerserasi dan strangulasi maka perlu dilakukan bedah darurat. Tindakan bedah pada hernia ini disebut herniotomi

(memotong hernia dan herniorafi (menjahit kantong hernia). Pada bedah efektif manalis dibuka, isi hernia dimasukkan,kantong diikat dan dilakukan bassin plasty untuk memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Pada bedah darurat, maka prinsipnya seperti bedah efektif. Cincin hernia langsung dicari dan dipotong. Usus dilihat apakah vital/tidak. Bila tidak dikembalikan ke rongga perut dan bila tidak dilakukan reseksi usus dan anastomois end to end.

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN HERNIA


3.1 Pengkajian a. Data Umum Aktivitas atau istirahat Riwayat Pekerjaan Mengangkat beban berat, duduk, mengemudi dalam waktu lama, membutuhkan papan matras untuk tidur, penurunan rentang gerak, tidak mampu melakukan aktivitas yang biasa, atrofi otot gangguan dalam berjalan. Eliminasi Konstipasi, obstipasi, adanya inkontinesia atau retensi urin. Neurosensori Kesemutan, Pencernaan Bising usus, muntah, nyeri abdomen. Kenyamanan Nyeri seperti ditusuk- tusuk, fleksi pada kaki, keterbatasan mobilisasi. Kaji gaya hidup monoton atau hiperaktif kekakuan, kelemahan tangan atau kaki,

penurunan refleks tendon dalam, nyeri tekan atau abdomen.

b. Pemeriksaan fisik Inspeksi Mengkaji tingkat kesadaran, perhatikan adanya bengkak; ada atau tidak adanya benjolan. Palpasi Tugor kulit, palpasi terhadap nyeri dan massa. Auskultasi

10

Bising usus, bunyi nafas, bunyi jantung. Perkusi Kembung

c. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan darah koagulasi Pemeriksaan urine EKG

3.2 Diagnosis Keperawatan Diagnosis keperawatan yang muncul pada klien dengan gangguan system pencernaan ; hernia yaitu : Pre Operasi 1) Cemas berhubungan dengan tindakan operasi Post Operasi 1) Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan pembedahan herniatomy. 2) Keterbatasan aktifitas barhubungan dengan kelemahan fisik. 3) Defisit volume cairan berhubungan dengan pembedahan. 4) Resti infeksi berhubungan dengan insisi pembedahan. 5) Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. 6) Gangguan eliminasi fekal : Konstipasi berhubungan dengan penurunan aktifitas fisik. 7) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.

3.3 Intervensi Intervensi pada pre operasi yaitu jelaskan apa yang terjadi selama priode pasca operasi termasuk alasan puasa dan obat-obatan,

11

ajarkan klien untuk nafas dalam dan membebat bagian yang dibedah ketika batuk, biarkan klien dan keluarga mengungkapkan perasaan tentang pengalaman pembedahaan. Sedangkan tahap pasca operasi pantau tanda-tanda vital kaji intensitas nyeri, lokasi dan skala nyeri, berikan analgenik sesuai indikasi, ganti balutan sesuai aturan dengan penggunaan tehnik aseptic dan anti septic, Bantu klien untuk melakukan gerak aktif dan pasif, kaji tanda-tanda infeksi seperti merah, panas, bengkak, nyeri dan penurunan fungsi, jelaskan proses penyakit serta pembatasan aktifitas yang berat-berat.

3.4 Implementasi Implementasi dilakukan berdasarkan intervensi keperawatan yang telah disusun.

3.5 Evaluasi Hasil yang diharapkan pada pasien hernia, yaitu: 1) Cemas teratasi. 2) Nyeri berkurang sampai hilang. 3) Resti infeksi tidak terjadi. 4) Gangguan nutrisi teratasi. 5) Defisit cairan teratasi. 6) Keterbatasan aktivitas teratasi. 7) Kurang pengetahuan teratasi.

12

Vous aimerez peut-être aussi