Vous êtes sur la page 1sur 12

3.3 Arah Kebijakan Energi a.

Struktur, Proses, Kebijakan Pemerintah

b. Sumber Peraturan 1. Undang-Undang No. 30 Tahun 2007 tentang Energi Kebijakan energy nasional meliputi: 1) ketersediaan energy untuk kebutuhan nasional, 2) prioritas pengembangan energy, 3) pemanfaatan sumber daya energy nasional, dan 4) cadangan penyangga energy nasional Penyediaan energy dilakukan dengan cara 1) inventarisasi sumber daya energy, 2) peningkatan cadangan energy, 3) penyusunan neraca energy, 4) diversifikasi, konservasi, dan intensifikasi sumber energy dan energy, 5) penyimpanan kelancaran penyaluran, transmisi, dan penyimpanan sumber energy dan energy Pemanfaatan energy dilakukan dengan cara 1) mengoptimalkan seluruh potensi sumber daya, 2) mempertimbangkan aspek teknologi, sosial, ekonomi, konservasi, dan lingkungan, dan 3) memprioritaskan pemenuhan kebutuhan masyarakat dan peningkatan kegiatan ekonomi di daerah penghasil sumber energy Konservasi energy nasional menjadi tanggung jawab semua pihak yang mencakup seluruh tahap pengelolaan energy. Pengguna energy yang melaksanakan konservasi energy akan diberikan insentif oleh pemerintah dan yang tidak melaksanakan konservasi energy akan diberikan disinsentif Pengembangan energy baru dan terbarukan untuk menunjang penembangan industry energy nasional yang mandiri yang pendanaannya bersumber dari APBN, APBD, dan dana swasta

2. Undang-Undang No 2 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas UndangUndang No. 47 Tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2010 Terkait dengan energy, terdapat alokasi subsidi energy atau alokasi anggaran yang diberikan kepada perusahaan atau lembaga yang memproduksi dan atau menjual bahan bakar minyak, bahan bakar nabati, liquefied petroleum gas, dan tenaga listrik sehingga harga jualnya terjangkau oleh masyarakat yang membutuhkan

3. Undang-Undang No. 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi

Kegiatan panas bumi bertujuan untuk menunjang pembangunan yang berkelanjutan serta memberikan nilai tambah keseluruhan dan meningkatkan pendapatan Negara untuk mendorong pertumbuhan dan perekonomian nasional dan kesejahteraan kemakmuran rakyat

4. Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 2009 tentang Konservasi Energi Pemerintah dan pemerintah daerah baik provinsi maupun kabupaten bertanggung jawab untuk merumuskan dan menetapkan kebijakan, strategi, dan program konservasi energy; mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas di bidang konservasi energy; melakukan sosialisasi secara menyeluruh dan komprehensif untuk penggunaan teknologi yang menerapkan konservasi energy; mengkaji, menyusun, dan menetapkan kebijakan, serta mengalokasikan dana dalam rangka pelaksanaan program konservasi energy, memberikan kemudahan dan atau insentif dalam rangka pelaksanaan program konservasi energy; melakukan bimbingan teknis konservasi energy kepada pengusaha, pengguna sumber energy, dan pengguna energy; melaksanakan program dan kegiatan konservasi energy yang telah ditetapkan; melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan program konservasi energy Pelaksanaan konservasi energy dalam kegiatan penyediaan energy meliputi: 1) perencanaan yang berorientasi pada penggunaan teknologi yang efisien energy, 2) pemilihan prasarana, sarana, peralatan, bahan, dan proses yang secara langsung ataupun tidak langsung menggunakan energy yang efisien, 3) pengoperasian system yang efisien energy Manajemen energy dilakukan dengan: 1) menunjuk manajer energy, 2) menyusun program konservasi energy, 3) melaksanakan audit energy secara berkala, 4) melaksanakan rekomendasi hasil audit energy, dan 5) melaporkan pelaksanaan konservasi energy setiap tahun kepada menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya masing-masing Kriteria keberhasilan pelaksanaan konservasi energy bagi pengguna adalah apabila terjadi penurunan konsumsi energy spesifik dan elastisitas konsumsi energy Kriteria keberhasilan pelaksanaan konservasi energy bagi produsen peralatan hemat energy adalah dapat memproduksi peralatan hemat energy yang efisiensi energinya lebih tinggi dari benchmark yang ditentukan dan mencantumkan label tingkat efisiensi energy sesuai dengan standar yang berlaku

Insentif pada pengguna energy yang diberikan pada pengguna energy dapat berupa fasilitas perpajakan untuk peralatan hemat energy, pemberian pengurangan, keringanan, dan pembebasan pajak daerah untuk peralatan hemat energy, fasilitas bea masuk untuk peralatan hemat energy, dana suku bungan rendah untuk investasi konservasi energy, dan audit energy dalam pola kemitraan yang dibiayai pemerintah Insentif pada produsen peralatan hemat energy dapat berupa fasilitas perpajakan untuk komponen suku cadang dan bahan baku, pemberian pengurangan, keringanan, dan pembebasan pajak daerah untuk komponen/suku cadang dan bahan baku, fasilitas bea masuk untuk komponen/suku cadang dan bahan baku, dan dana suku bunga rendah Disinsentif pengguna sumber energy dan pengguna energy dapat berupa peringatan tertulis, pengumuman di media massa, denda, dan pengurangan pasokan energy

5. Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional Sasaran kebijakan energy nasional: a) Tercapainya elastisitas energy lebih kecil dari I pada tahun 2025 b) Terwujudnya energy primer mix yang optimal pada tahun 2025 yaitu peranan masing-masing jenis energy terhadap konsumsi energy nasional adalah: minyak bumi menjadi kurang dari 20%, gas bumi menjadi lebih dari 30%, batubara menjadi lebih dari 33%, bahan bakar nabati menjadi lebih dari 5%, panas bumi menjadi lebih dari 5%, energy baru dan terbarukan lainnya khususnya biomassa, nuklir, tenaga air, tenaga surya, dan tenaga angina menjadi lebihd ari 5%, batu bara yang dicairkan menjadi lebih dari 2% Kebijakan pendukung energy nasional: a) Pengembangan infrasturktur energy termasuk peningkatan akses konsumen terhadap energy b) Kemitraan pemerintah dan dunia usaha c) Pemberdayaan masyarakat d) Pengembangan penelitian dan pengembangan serta pendidikan dan pelatihan Blueprint pengelolaan energy nasional meliputi:

a) Kebijakan mengenai jaminan keamanan pasokan energy dalam negeri b) Kebijakan mengenai kewajiban pelayanan public c) Pengelolaan sumber daya energy dan pemanfaatannya 6. Rancangan Peraturan Presiden tentang Kebijakan Energi Nasional 20112050 Kebijakan utama energy nasional meliputi: a) Ketersediaan energy untuk kebutuhan nasional b) Prioritas pengembangan energy c) Pemanfaatan sumber daya energy nasional d) Cadangan penyangga sumber energy Kebijakan pendukung energy nasional a) Konservasi dan diversifikasi energy b) Lingkungan dan keselamatan c) Harga, subsidi, dan insentif energy d) Infrastruktur dan industry energy e) Penelitian dan pengembangan energy f) Kelembagaan dan pendanaan Sasarn penyediaan dan pemanfaatan energy primer dan energy final sebagai berikut: a) Terpenuhinya penyediaan energy primer pada tahun 2025 sekitar 400 MTOE dan pada tahun 2050 sebesar 1000 MTOE b) Tercapainya pemanfaatan energy primer per kapita pada tahun 2025 sekitar 1,4TOE dan pada tahun 2050 sekitar 3,2TOE c) Terpenuhinya penyediaan kapasitas pembangkit listrik pada tahun 2025 sekitar 115GW dan pada tahun 2050 sekitar 430GW d) Tercapainya pemanfaatan listrik perkapita pada tahun 2025 sekitar 2025 KWh dan pada tahun 2050 sekitar 7000KWh Sasaran kebijakan energy nasional:

a) Terwujudnya paradigm baru bahwa energy merupakan modal pembangunan b) Tercapainya elastisitas energy lebih kecil ari satu pada tahun 2025 yang diselaraskan dengan target pertumbuhan ekonomi c) Tercapainya penurunan intensitas energy final sebesar 1 persen per tahun pada tahun 2025 d) Tercapainya rasio elektrifikasi sebesar 85% pada tahun 2015 dan mendekati 100% pada tahun 2020 e) Tercapainya rasio penggunaan gas rumah tangga pada tahun 2015 sebesar 85% f) Tercapainya bauran energy primer yang optimal Prioritas pengembangan energy nasional didasarkan pada prinsip: a) Memaksimalkan penggunaan energy memperhatikan tingkat keekonomian b) Meminimalkan penggunaan minyak bumi c) Mengoptimalkan pemanfaatan gas bumi dan energy baru d) Memenuhi selisih penyediaan energy dengan menggunakan batubara e) Memanfaatkan energy nukli pasokan energy nasional unutk mendukung keamanan terbarukan dengan

Penguatan perkembangan industry energy dan jasa energy dalam negeri dapat dilakukan dengan: a) Meningkatkan kemampuan industry energy dan jasa energy dalam negeri b) Meningkatkan pengembangan industry peralatan produksi dan pemanfaatan energy terbarukan dalam negeri c) Meningkatkan kemampuan dalam negeri untuk mendukung kegiatan eksplirasi panas bumi dan industry pendukung kelistrikan d) Mendorong industry system dan komponen peralatan instalasi pembangkit listrik tenaga surya dan pembangkit listrik tenaga laut

e) Meningkatkan tingkat kandung dalam negeri dalam industry energy nasional f) Industry komponen atau peralatan instalasi pembangkit listrik tenaga bayu dikembangkan melalui usaha kecil menengah dan atau industry nasional g) Industry komponen atau peralatan instalasi pembangkit listrik tenaga bayu dikembangkan melalui UKM dan atau indsutri nasional h) Membangun industry energy dalam negeri melalui pembelian lisensi pabrik 7. Intruksi Presiden No. 1 Tahun 2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (Biofuel) Sebagai Bahan Bakar Lain Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral bertugas untuk: a) Mentapkan dan melaksanakan pemanfaatan bahan bakar nabati kebijakan penyediaan dan

b) Menetapkan paket kebijakan insentif dan tariff pengembangan penyediaan dan pemanfaatan bahan bakar nabati dengan koordinasi dengan instansi lain c) Menetapkan standard dan mutu bahan baku nabati d) Menetapkan sisitem dan prosedur sederhana mutuh bahan bakar nabati untuk pengujian

e) Menetapkan tata niaga sederhana dari bahan bakar nabati f) Melaksanakan sosialisasi penggunaan bahan bakar nabati g) Mendorong perusahaan bidang energy dan sumber daya mineral untuk memanfaatkan bahan bakar nabati Menteri Pertanian bertugas untuk: a) Mendorong penyediaan tanaman bahan baku bahan bakar nabati b) Melakukan penyuluhan pengembangan bahan baku bahan bakar nabati c) Memfasiitasi penyedian benih dan bibit tanaman bahan baku nabati

d) Mengintegrasikan kegiatan pengembangan dan kegaitan pasca panen tanaman bahan baku bahan bakar nabati 8. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 14 Tahun 2012 tentang Manajemen Energi Program konservasi energy meliputi: a) Program jangka pendek, seperti perbaikan prosedur operasi, pemeliharaan, dan pemasangan alat kendali sederhana b) Program jangka menengah dan panjang seperti peningkatan efisiensi peralatan dan fuel switching c) Peningkatan kesadaran dan pengetahuan teknik-teknik konservasi energy bagi karyawan/operator secara terus menerus Program konservasi energy harus memuat: a) Rencana yang akan dilakukan b) Target dan pencapaian c) Jenis dan konsumsi energy d) Penggunaan peralatan hemat energy e) Langkah-langkah konservasi energy f) Jumlah produk yang dihasilkan atau jasa yang diberikan Pelaksanaan penghematan energy baik oleh pengguna sumber energy maupun pengguna energy melalui system tata udara, system tata cahaya, peralatan pendukung, proses produksi, dan peralatan pemanfaat energy utama

9. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 10 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Kegiatan Fisik Pemanfaatan Energi Baru dan Energi Terbarukan Kegiatan fisik pemanfaatan energy baru dan energy terbarukan berupa pembangunan, pengadaan dan atau pemasangan instalasi penyediaan tenaga listrik, instalasi penyediaan bahan bakar nabati, dan alat produktif untuk menunjang kegiatan usaha masyarakat yang dihasilkan dari pemanfaatan energy baru dan terbarukan yang bertujuan untuk: a) Mendorong pengembangan program desa mandiri energy

b) Mendorong penyediaan energy yang berasal dari sumber energy baru dan energy terbarukan c) Mendorong pertumbuhan dan pemerataan pembangunan infrastruktur keenergian di wilayah terpencil, tertinggal, perbatasan, kepulauan kecil dan terluar, pasca bencana dan atau pasca konflik d) Percontohan pengusahaan energy baru dan energy terbarukan 10.Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 32 Tahun 2008 tentang Penyediaan, Pemanfaatan, dan Tata Niaga Bahan Bakar Nabati (Biofuel) Sebagai Bahan Bakar Lain Pengaturan, penyediaan, pemanfaatan, dan tata niaga bahan bakar nabati sebagai bahan bakar lain dimaksudkan untuk meningkatkan pemanfaatan bahan bakar lain dalam rangka meningkatkan ketahanan energy nasional

11.Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 2 Tahun 2006 tentang Pengusahaan Pembangkit Listrik Tenaga Energi Terbarukan Skala Menengah Pembangkit listrik tenaga listrik terbarukan meliputi: a) Pembangkit listrik tenaga energy terbarukan (panas bumi, biomasa, mini/mikro hidro, energy angina, energy surya, dan energy terbarukan lain) dengan kapasitas terpasang di atas 1MW sampai dengan 10MW b) Daya lebih (excess power, yang jumlahnya di atas satu MW sampai dengan 10MW dari pembangkit listrik tenaga energy terbarukan 12.Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 2 Tahun 2004 tentang Kebijakan Pengembangan Energi Terbarukan dan Konservasi Energi (Pengembangan Energi Hijau) Adanya perubahan iklim dunia berimplikasi pada pembangunan sector energy, diantaranya kebijakan energy yang mempertimbangkan keselarasan antara kepentingan daerah dan nasional serta memperhatikan lingkungan hidup dan efisiensi energy Penyediaan dan pemanfaatan energy berkelanjutan diperlukan kebijakan yang kondusif yang didukung dengan kemandirian finansial, teknologi, dan sumber daya manusia

Indonesia memiliki potensi biomassa yang besar yang termasuk dalam energy tertua dan peranannya sangat besar terutama di perdesaan Untuk daerah yang kecepatan anginnya tinggi, seperti di Kawasan Timur Indonesia, pembangkit listrik tenaga angin skala besar berpotensi dikembangkan Indonesia memiliki potensi energy surya yang besar dengan radiasi harian rata-rata 4,8 kWh/m2 Energi surya termal sudash mencapai tahap komersial untuk memebuhi kebutuhan listrik, pompa air, televise, telekomunikasi dan lemari pendingin dengan kapasitas total +- 5MW Potensi tenaga air diperkirakan sekitar 75000 MW yang tersebar di 1315 lokasi dan diperkirakan 34000 MW dikembangkan sebagai pusat pembangkit tenaga listrik dengan kapasitas cukup besar, yaitu 100MW Potensi panas bumi terdapat di sepanjang jalur pulau Sumatra, JawaBali, NTT, NTB, menuju kepulauan di Laut Banda, Halmahera, dan Pulau Sulawesi dengan prospek pengembangan dengan potensi total 19658MW Tujuan kebijakan pengembangan energy terbarukan dan konsevais energy adalah mewujudkan penyediaan dan pemanfaatan energy berkelanjutan mendukung tercapainya pembangunan berkelanjutan dengan sasaran sebagai berikut: a) Meningkatkan ketahanan nasional di dalam pengelolaan system energy, khususnya untuk pemenuhan kebutuhan energy masa kini dan masa yang akan dating b) Terjaminnya penyediaan sumber daya energy yang berkelanjutan sehingga dapat menjamin pola penyediaan yang dapat mendukung terlaksananya pembangunan yang berkelanjutan sehingga peran energy terbarukan meningkat c) Tercapainya pola pemanfaatan energy yang semakin efisien, beragam, aman, andal, dan akrab lingkungan

Strategi kebijakan pengembangan energy terbarukan dan konservasi energy sebagai berikut: a) Menetapkan harga energy sesuai dengan keekonomiannya

b) Mendorong pengembangan infrastruktur energy terbarukan dan konservasi energy yang bertumpu kepada masyarakat c) Memprioritaskan penggunaan energy terbarukan d) Menerapkan prinsip-prinsip hemat energy dalam manajemen energy e) Membudayakan sikap hidup hemat energy f) Meningkatkan peran stakeholder dalam pemanfaatan energy terbarukan dan konservasi energy g) Meningkatkan kerjasama di tingkat nasional, regional, dan internasional, terutama dalam rangka akses informasi, pendanaan, dan alih teknologi h) Mendorong pembangunan barang dan jasa dalam negeri di bidang energy terbarukan dan konservasi energy i) Meningkatkan kualias sumber daya manusia di bidang energy terbarukan dan konservasi energy j) Meningkatkan usaha penunjang konservasi energy di dalam negeri energy terbarukan dan

k) Meningkatkan akses masyarakat terhadap energy l) Menyusun skala prioritas pengembangan energy terbarukan berdasarkan potensi yang tersedia serta kelayakan teknologi, finansial, dan sosial Kebijakan untuk mendorong investasi di bidang energy terbarukan dan konservasi energy: a) Penciptaan iklim investasi yang memberikan rangsangan dalam segi finansial, moneter, dan fiscal b) Pemberian insentif investasi berupa mekanisme system investasi yang kondusif dan suku bungan rendah c) Peningkatan system dan mekanisme kemitraan di antara pelaku usaha dalam penyediaan dan pemanfaatan energy terbarukan dan konservasi energy Kebijakan insentif di bidang energy terbarukan dan konservasi energy: a) Pemberian insentif pajak

b) Penghargaan kepada pelaku usaha yang berprestasi dalam menerapkan prinsip konservasi energy dan pemanfaatan energy terbarukan c) Penghapusan pajak barang mewah terhadap peralatan energy terbarukan dan konservasi energy d) Memberikan dana pinjaman bebas bunga untuk investasi pengembangan energy terbarukan dan konservasi energy Kebijakan standardisasi energy terbarukan dan konservasi energy untuk memebrikan rasa aman pada konsumen, penghematan menyeluruh pada produsen, dan dapat menjadi landasan pemerintah dalam pembuatan peraturan Kebijakan peningkatan kualitas sumber daya manusia dilakukan melalui pendidikan maupun pelatihan, baik di dalam maupun luar negeri untuk mengembangkan industry energy terbarukan dan konservasi energy dalam negeri yang tangguh Kebijakan system informasi energy terbarukan dan konservasi energy unutk menciptakan koordinasi yang lebih baik dalam pembangunan energy terbarukan dan konservasi energy dan meningkatkan daya saing Kebijakan kelembagaan energy terbarukan dan konservasi energy sebagai berikut: a) Mengembangkan dan memperkuat jejaring energy terbarukan dan konservasi energy pada tingkat nasional, regional, dan internasional b) Menyebarluaskan informasi tentang energy terbarukan, konservasi energy melalui kampanye, pendidikan dan pelatihan, dan percontohan c) Meningkatkan pemahaman semua jajaran pemerintah dalam hal sense of urgency dan bersinergi pada dan antar lembaga pemerintah dalam penerapan peraturan mengenai energy terbarukan dan konservasi energi c. Investasi dan Perdagangan

d. Efisiensi dan Konservasi Energi

e. Arah Kebijakan Energi Terbarukan

f. Arah Kebijakan Energi Berkaitan dengan Perubahan Iklim

Vous aimerez peut-être aussi