Vous êtes sur la page 1sur 16

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pulpa

Pulpa adalah suatu rongga di bawah lapisan dentin. Pulpa gigi banyak memiliki kemiripan dengan jaringan ikat lain pada tubuh manusia, namun ia memiliki karakteristik yang unik. Di dalam pulpa terdapat berbagai elemen jaringan seperti pembuluh darah, persyarafan, serabut jaringan ikat, cairan interstitial, dan sel-sel seperti fibroblast, odontoblast dan sel imun.

Pulpa adalah sistem mikrosirkuler, di mana komponen vaskular terbesarnya adalah arteriol dan venula, yang memasuki pulpa melalui lubang di ujung saluran akar gigi (foramen apikal). Karena dibatasi oleh dinding denting yang kaku, perubahan volume di dalam rongga pulpa -misalnya saat terjadi vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah)- menjadi sangat terbatas

Gbr. Ilustrasi bagian dalam gigi yang memperlihatkan jaringan pulpa yang dibatasi oleh jaringan dentin. Di bawah pulpa, persyarafan dan pembuluh darah kecil berjalan di sepanjang saluran akar dan keluar melalui foramen apikal yang terletak di ujung akar.

Di bagian terluar pulpa yang sehat adalah barisan sel odontoblast yaitu sel pembentuk dentin. Uniknya, badan sel odontoblast berada di dalam pulpa, sedangkan perpanjangan selnya (disebut serabut tomes) memasuki tubulus dentin. Oleh sebab itu, adanya stimulus yang mengenai dentin -baik rangsang mekanis maupun suhu- akan diteruskan ke pulpa. Sel odontoblast yang berada di pulpa bagian coronal (yang menghadap mahkota gigi) lebih banyak daripada bagian radikular (yaitu daerah akar gigi). Di bawah lapisan sel odontoblast terdapat zona bebas sel (cell free zone), di mana di zona ini hanya sedikit terdapat sel-sel dan mengandung pembuluh darah kapiler dan serabut syaraf yang tidak bermyelin. Selanjutnya adalah zona yang kaya akan sel, di mana selain terdapat fibroblast juga terdapat selsel pertahanan seperti makrofag, sel dendritik dan limfosit.

Bagian-bagian pulpa : a. Ruang pulpa Yaitu ruang dalam gigi yang seluruhnya diliputi oleh dentin kecuali foramen apical. Terbagi atas : di bagian mahkota (cavum dentin) dan di bagian akar (saluran akar) b. Cavum dentis (pulpa kammer/pulp chamber) Pada gigi depan kurang jelas pembagiannya dengan saluran akar dan perubahan menjadi saluran akar berangsur-angsur (mengecil). Pada M dan P1 cavum dentis jelas dan saluran akar ada dua atau lebih. c. Atap kamar pulpa (root of the pulp chamber/pulpa kammer decke) Adalah bagian dari cavum dentis yang terletak occlusal atau incisal

d. Tanduk pulpa Yaitu ujung dari ruang pulpa atau tonjolan cavum dentis yang terletak di bawah cusp. e. Dasar cavum dentis (floor of the pulp chamber) Bagian terendah dari cavum dentis dekat cervix gigi. Gigi berakar satu tidak mempunyai dasar cavum dentis. f. Muara saluran akar (root canal orifice) Lubang pada dasar cavum dentis pada gigi berakar banyak yang menuju saluran akar gigi. Saluran akar dapat dibagi menjadi 1/3 bagian coronal, 1/3 bagian tengah dan 1/3 bagian apical. Saluran pulpa dihubungkan dengan ruang pulpa. Ada kalanya ditemukan suatu akar mempunyai lebih dari satu saluran pulpa, misalnya akar mesio-buccal dari M1 atas dan akar mesial dari M1 bawah mempunyai 2 saluran pulpa yang berakhir pada sebuah foramen apical, tapi dalam beberapa hal satu akar dapat mempunyai lebih dari satu saluran. g. Foramen apical Lubang saluran akar, melalui mana pembuluh darah dan saraf masuk ke dalam gigi.

Inervasi (Persyarafan) Pulpa Pulpa adalah fenomena yang kompleks, yang tidak hanya melibatkan respon sensorik tapi juga aspek emosional dan konseptual. Gigi dipersyarafi oleh banyak sekali serabut syaraf. Apapun bentuk rangsangan yang diterima pulpa perubahan suhu, rangsang mekanis, trauma- sensasi yang dihasilkan adalah rasa sakit. Sistem sensorik pada pulpa membuatnya dapat menghantarkan sinyal ke otak saat pulpa terancam misalnya saat terjadi karies mencapai pulpa.

Di dalam pulpa, terdapat dua jenis serabut syaraf yaitu serabut syaraf bermyelin (serabut A) dan tanpa myelin (serabut C). Serabut sensorik pada

pulpa berasal dari syaraf trigeminal dan memasuki ujung akar pulpa melalui foramen apikal. Serabut syaraf A terletak di daerah perbatasan dentin-pula, dan bila terstimulasi maka akan terasa rasa sakit yang tajam. Sedangkan serabut syaraf C terdistribusi di seluruh kamar pulpa, bila serabut syaraf tipe ini terangsang maka akan terasa rasa sakit yang lebih berat dan biasanya gigi telah mengalami cedera, misalnya karena benturan atau karies mencapai pulpa.

Bila infeksi bakteri karena karies telah mencapai pulpa, akan terjadi inflamasi (peradangan) pada pulpa dan lama kelamaan persyarafan dan vaskularisasi pulpa dapat mengalami kematian.

B. Pulpitis

1. Definisi

Pulpitis adalah suatu radang yang terjadi pada jaringan pulpa gigi dengan gambaran klinik yang akut. Merupakan penyakit lanjut karena didahului olehterjadinya karies, hyperemia pulpa baru setelah itu menjadi Pulpitis, yaitu ketikaradang sudah mengenai kavum pulpa

2. Klasifikasi Pulpitis

Pada umumnya pulpitis dapat dibagi menjadi dua tipe, yaitu : a. Pulpitis Akut : 1. Pulpitis Akut Parsialis 2. Pulpitis Akut Totalis b. Pulpitis Kronis 1. Pulpitis Kronis Clausa 2. Pulpitis Kronis Aperta

Berdasarkan ada atau tidaknya gejala, pulpitis terbagi atas : a. Pulpitis akut 1. Pulpitis serosa parsialis 2. Pulpitis serosa totalis a. Pulpitis akut fibrinosa b. Pulpitis akut haemorrhagi c. Pulpitis akut purulenta Berdasarkan ada atau tidaknya gejala, pulpitis terbagi atas : a. Pulpitis simptomatis b. Pulpitis asimptomatis

Berdasarkan gambaran histopatologi dan diagnose klinis, pulpitis terbagi atas : a. Pulpitis reversible, yaitu vitalitas jaringan pulpa masih dapat dipertahankan setelah perawatan endodonti 1. Iritatio pulpa 2. Hiperemia pulpa b. Pulpitis irreversible, yaitu keadaan ketika vitalitas jaringan pulpa tidak dapat dipertahankan di dalam rongga mulut setelah perawatan endodontic dilakukan.

3. Etiologi

Penyebab kerusakan pulpa dapat digolongkan sebagai berikut : a. Fisik 1. Mekanis Keadaan ini dapat disebabkan oleh trauma, atrisi, abrasi, perubahan tekanan udara. Trauma itu sendiri dapat terjadi karena

kecelakaan (seperti jatuh atau terkena pukulan) atau karena tindakan pada saat separasi gigi, preparasi cavum. 2. Termis Transmisi panas yang tinggi dapat terjadi pada saat melakukan tindakan pada gigi, misalnya pengisian rongga pulpa tanpa dialasi semen. Pelapis yang tidak akurat ini memungkinkan transmisi yang panas atau dingin ke dalam pulpa. 3. Elektris (aliran listrik dari vital tester, tambalan-tambalan logam yang berlainan)

b. Kimia
1. Asam fosfat yang berasal dari silikat, AgNO3, monomeracrylic. 2. Erosi karena asam-asam.

c. Bakterial Hasil produk bakteri yang berupa asam dapat merusak strtuktur organic dari gigi yang menyebabkan karies. Reaksi pulpa dapat terjadi pada lesi dini dentin dan dengan berlanjutnya proses karies walaupun pulpa belum terkena, sel-sel inflamasi akan mengadakan penetrasi melalui dentin yang terbuka, sehingga apabila karies sudah meluas mengenai pulpa maka terjadilah suatu inflamasi pada pulpa.
1. Toksin yang berhubungan dengan karies 2. Invasi langsung kuman-kuman pada pulpa.

4. Patofisiologi

Pulpitis dapat terjadi karena adanya jejas, jejas tersebut dapat berupa kuman beserta produknya yaitu toksin,dan dapat juga karena faktor fisik dan kimia (tanpa kuman). Namun pada praktek sehari-hari pulpitis biasanya terjadi diawali dengan karies yang tebentuk karena kerusakan

email akibat dari fermentasi karbohidrat oleh bakteri-bakteri penghasil asam (pada umumnya Streptococus mutans) yang menyebabkan proses demineralisasi lebih cepat dari proses mineralisasi.

Bila karies sudah terbentuk dan tidak mendapat perawatan, maka rosesdemineralisasi trus berlanjut dan menyebabkan karies semakin meluas ke dalam gigi sehingga menembus lapisan-lapisan email, dentin dan pada akhirnya akan mencapai ke dalam ruang pulpa.

Bila karies sudah mencapai ke dalam ruang pulpa maka bakteri akan masuk kedalam ruangan tersebut dan mengakibatkan peradangan pada jaringan pulpa. Jika peradangan hanya sebagian (pada cavum dentis) maka kita sebut pulpitis akut parsial,dan jika mengenai seluruh jaringan pulpa maka kita sebut pulpitis akut totalis.

C. Pulpitis Akut Totalis

1. Definisi Pulpitis akut totalis adalah suatu peradangan pada seluruh jaringan pulpa gigi yang terjadi secaa akut menimbulkan keluhan rasa nyeri spontan yang terus menerus.

2. Gejala Klinis

Keluhan Subjektif a. Nyeri spontan dan berdenyut yang di sebabkan oleh rangsangan yg minimal dan berlangsung siang malam, sering hilang tetapi timbul kembali

b. Nyeri menyebar (tidak terlokalisir) jika pada mandibula sering terasa ditelinga,kadang kadang di leher.jika pada rahang atas terasa ke pelipis,kepala bagian depan sampai belakang. Pada permulaan pasien masi bisa melokalisir gigi yg sakit tetapi lama kelamaan tidak dapat lagi. c. Perubahan suhu yg kecil pada minum dapat menyebakan nyeri danperidontitis yang dapat menyebabkan nyeri pada waktu mengunyah.peridontitis ini disebabkan oleh hyperemia dari pulpa yang merambat ke peridontium ke foramen apikalis.

Dan terdapat TRIAS gejala pada pulpitis akut totalis: a. Nyeri yang continue siang dan malam b. Nyeri yang menyebar c. Periodontitis (nyeri waktu perkusi atau mengunyah)

3. Diagnosis

Diagnose ditegakan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. kita dapat melihat cavum yang besar, lebar dengan suatu masa yang lembek dan kotor,cavum dentis hanya tertutup oleh lapisan dentin yang tipis atap pulpa dapatdi tembus dengan sonde.

a. Test sondasi : nyeri pada pemeriksaan dengan sonde b. Test thermist : air hangat /dingin menyebabkan nyeri yg hebat. c. Test elektris : aliran listrik menyebabkan nyeri yang tdak tertahan dan makin hebat. d. Perkusi : arah vertical menyebkan nyeri karena ada perambatan hyperemia pada periodontum

10

e. Tekanan : saat gigi pasien mengigit, pasien akan merasakan nyeri. f. Rontgen gigi : pada pemeriksaan rontgen akan didapatkan gambaran radiologis berupa gamabaran radiolusent yang telah mencapai kavum pulpa.Pemeriksaan radiologist dilakukan untuk memperkuat diagnose danmenunjukan apakah peradangan sudah menyebar ke jaringan tulang dan sekitarnya.

4. Penatalaksanaan

a. Medikamentosa Pemberian antibiotic dan analgetik. Peradangan akan mereda jika penyebabnya diobati.

b. Pulpectomy Pulpektomi adalah pengangkatan seluruh jaringan pulpa. Pulpektomi merupakan perawatan untuk jaringan pulpa yang telah mengalami kerusakan yang bersifat irreversible atau untuk gigi dengan kerusakan jaringan keras yang luas. Meskipun perawatan ini memakan waktu yang lama dan lebih sukar daripada pulp capping atau pulpotomi namun lebih disukai karena hasil perawatannya dapat diprediksi dengan baik.Jika seluruh jaringan pulpa dan kotoran diangkat serta saluran akar diisi dengan baik akan diperoleh hasil perawatan yang baik pula.

11

Pulpektomi Vital Pengambilan seluruh jaringan dalam ruang pulpa dan saluran akar secara vital.

Langkah-langkah perawatan pulpektomi vital satu kali kunjungan : 1. Pembuatan foto Rontgen.Untuk mengetahui panjang dan jumlah saluran akar serta keadaan jaringan sekitar gigi yang akan dirawat. 2. Pemberian anestesi lokal untuk menghilangkan rasa sakit pada saat perawatan. 3. Daerah operasi diisolasi dengan rubber dam untuk menghindari kontaminasi bakteridan saliva. 4. Jaringan karies dibuang dengan bor fisur steril. Atap kamar pulpa dibuang dengan menggunakan bor bundar steril kemudian diperluas dengan bor fisur steril. 5. Jaringan pulpa di kamar pulpa dibuang dengan menggunakan ekskavatar atau bor bundar kecepatan rendah. 6. Perdarahan yang terjadi setelah pembuangan jaringan pulpa dikendalikan dengan menekankan cotton pellet steril yang telah dibasahi larutan saline atau akuades selama3 sampai dengan 5 menit.

12

7. Kamar pulpa dibersihkan dari sisa-sisa jaringan pulpa yang telah terlepas kemudian diirigasi dan dikeringkan dengan cotton pellet steril. Jaringan pulpa di saluran akar dikeluarkan dengan menggunakan jarum ekstirpasi dan headstrom file. 8. Saluran akar diirigasi dengan akuades steril untuk

menghilangkan kotoran dan darah kemudian dikeringkan dengan menggunakan paper point steril yang telah dibasahi dengan formokresol kemudian diaplikasikan ke dalam saluran akar selama 5 menit. 9. Saluran akar diisi dengan pasta mulai dari apeks hingga batas koronal dengan menggunakan jarum lentulo. 10. Lakukan lagi foto rontgen untuk melihat ketepatan pengisian . 11. Kamar pulpa ditutup dengan semen, misalnya dengan semen seng oksida eugenolatau seng fosfat. 12. Selanjutnya gigi di restorasi dengan restorasi permanen

Langkah-langkah Perawatan Pulpektomi Vital Satu Kali kunjungan. 1. Pembuangan jaringan karies, 2 dan 3. Pengambilan atap kamar pulpa, 4. Irigasi kamar pulpa, 5. Jaringanpulpa di saluran akar dikeluarkan, 6. Irigasi saluran akar dengan akuades steril, 7. Pengisian saluran akar, 8.Penutupan kamar pulpa dengan semen, 9. Gigi telah di restorasi.

13

Pulpektomi devital Pengambilan seluruh jaringan pulpa dalam ruang pulpa dan saluran akar yang lebih dahulu dimatikan dengan bahan devitalisasi pulpa.

Kunjungan pertama :
1. Ro-foto dan isolasi daerah kerja. 2.

Karies diangkat dengan ekskavitas atau bur dengan kecepatan rendah.

3. Letakkan para formaldehid sebagai bahan devitalisasi

kemudian ditambalkan sementara. Kunjungan kedua (setelah 7 10 hari) :


1.

Tambalan sementara dibuka dilanjutkan dengan instrumen saluran akar dengan file Hedstrom pemakaian Reamer tidak dianjurkan.

2. 3.

Irigasi dengan H2O2 3% keringkan dengan kapas. Beri bahan obat antibakteri formokresol atau CHKM dan ditambal sementara

Kunjungan ketiga (setelah 2-10 hari) : 1. Buka tambalan sementara jika tidak ada tanda tanda dapat dilakukan pengisian saluran akar dengan salah satu bahan sebagai berikut :ZnO dan formokresol eugenol (1:1) atau ZnO formokresol, atau pasta ZnOeugenol

Pulpektomi non-vital Perawatan endodontik untuk gigi sulung dengan pulpa non vital adalah pulpekto mimortal (pulpektomi devital). Pulpektomi mortal adalah pengambilan semua jaringan pulpa nekrotik dari kamar pulpa dan saluran akar gigi yang non vital, kemudian mengisinya
14

dengan bahan pengisi. Walaupun anatomi akar gigi sulung pada beberapa kasus menyulitkan untuk dilakukan prosedur pulpektomi, namun perawatan ini merupakan salah satu cara yang baik untuk mempertahankan gigi sulung dalam lengkung rahang.

Indikasi: 1. Mahkota gigi masih dapat direstorasi dan berguna untuk keperluan prostetik (untuk pilar restorasi jembatan). 2. Gigi tidak goyang dan periodontal normal. 3. Belum terlihat adanya fistel. 4. Foto rontgen resopsi akar tidak lebih 1/3 apikal, tidak ada granuloma pada gigi-geligi sulung. 5. Kondisi pasien baik serta menginginkan ginggiva untuk dipertahankan serta bersedia untuk memelihara kesehatan gigi dan mulutnya. 6. Keadaan ekonomi pasien mengizinkan

.Kontraindikasi: 1. Gigi tidak dapat direstorasi lagi. 2. Resposi akar lebih 1/3 apikal. 3. Kondisi pasien jelek, mengidap penyakit kronis: diabetes melitus, TBC, dll. 4. Terdapat belokan ujung akar dengan franuloma (kista) yang sukar dibersihkan atau sukar dilakukan tindakan bedah endodontic

15

c. Ekstraksi Merupakan pilihan terakhir, Gigi yang mengalami kerusakan pulpa yang luas, gigi yang sudah tidak memiliki mahkota gigi, gigi yang memiliki saluran akar yang rumit dan gigi yang tidak dapat diperbaiki, satu-satunya cara untuk menghilangkan nyeri adalah dengan mencabut gigi penyebab karena gigi ini bisa merupakan salah satu fokal infeksi yang cenderung akan residif.

16

III. KESIMPULAN

Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan yaitu : 1. Pulpitis adalah suatu radang yang terjadi pada jaringan pulpa gigi dengan gambaran klinik yang akut. Merupakan penyakit lanjut karena didahului olehterjadinya karies, hyperemia pulpa baru setelah itu menjadi Pulpitis, yaitu ketikaradang sudah mengenai kavum pulpa 2. Pulpitis akut totalis adalah suatu peradangan pada seluruh jaringan pulpa gigi yang terjadi secaa akut menimbulkan keluhan rasa nyeri spontan yang terus menerus. 3. Pulpitis akut totalis terdapat TRIAS gejala yaitu nyeri yang continue siang dan malam, nyeri yang menyebar dan Periodontitis (nyeri waktu perkusi atau mengunyah) 4. Penatalaksanaan pada pulpitis akut totalis adalah dengan medikamentosa dan pulpectomy.

17

DAFTAR PUSTAKA

Hilya. 2011. Penyakit pulpa. From http://scribd.com Mozartha, Martha. 2008. Pulpa. From http://gigi.klikdokter.com Nishfa, mariza. 2012. Penyakit pulpa dan perawatannya. From http://scribd.com Rianti, S. 2004. Prosedur Perawatan Kesehatan Gigi dan Mulut FKG UGM. Yogyakarta. From www.dentist.blog.ugm.ac.id . Tarigan, Prof. DR. Drg. Rasinta. 2009. Perawatan Pulpa Gigi Endodonti Edisi 2.Jakarta: EGC. Kesehatan Gigi dan Mulut. Fromwww.doktergigikita.com

18

Vous aimerez peut-être aussi