Vous êtes sur la page 1sur 41

Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti

Perkamen DiMiDiaRiki

ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK


Disusun Oleh : Dina Mara Diana (I1A004016) Andirezeki Riswanti (I1A004060)

Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin Juni 2009

DAFTAR ISI Anamnesis Pemeriksaan Fisik Umum Pemeriksaan Kepala dan Leher Pemeriksaan Fisik Paru Pemeriksaan Fisik Jantung Pemeriksaan Fisik Abdomen

Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti

Perkamen DiMiDiaRiki

ANAMNESIS
Anamnesis : pemeriksaan tahap awal yang dilakukan dengan wawancara menegakkan diagnosis + 80%. Tujuan : Mendapatkan gambaran kesehatan pasien secara umum & memperoleh gambaran yang lebih lengkap tentang penyakit pasien. Jenis : Autoanamnesis (wawancara terhadap pasien) dan hetero/alloanamnesis (terhadap keluarga/ relasi terdekat pasien, dan sumber lainnya).

Hal-Hal Penting Bersikap sebagai dokter professional. Adanya rasa percaya diri, tapi jangan berlebihan. Ciptakan suasana kondusif, ramah dan bersahabat. Mengucapkan salam saat pasien masuk (selamat pagi, dll). Memperkenalkan diri kepada pasien (Saya dokter kiki). Mendengarkan secara aktif dengan respon verbal (ooo, begitu atau ya, saya mengerti) atau non verbal (anggukan kepala). Memberi kesempatan pasien menyampaikan keluhan dan tidak memotong pembicaraan, kecuali sampai pada hal-hal yang tidak berhubungan dengan penyakit. Menggunakan bahasa yang bisa dipahami (mis, jangan pake bahasa kedokteran). Mempertahankan kontak mata dengan pasien, tp jg jangan terus-menurus krn pasien akan merasa terganggu. Mencatat hal-hal yang penting dari pasien. Mengulang resume kepada pasien (jadi kesannya kita mendengarkan dan memperhatikan saat dia ngomong). Data Anamnesis 1. Anamnesis Identitas Nama lengkap menghindari tertukar dengan orang lain Umur pasien kecendrungan penyakit pada usia tersebut Jenis kelamin penyakit tertentu, pada wanita (haid dan kehamilan) atau laki-laki (prostat) Alamat + nomor telpon gambaran lingkungan tempat tinggal Pekerjaan status ekonomi sosial pasien, tingkat pendidikan atau jenis penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan Status perkawinan penyakit yang berhubungan dengan sistem reproduksi Suku, Agama, RAS

Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti

Perkamen DiMiDiaRiki

2. Anamnesis Penyakit Keluhan Utama o Keluhan yang menyebabkan pasien datang berobat (panas, batuk, dll) Riwayat Penyakit Sekarang (RPS) o Onset : kapan pertama kali muncul keluhan o Frekuensi : berapa sering o Sifat munculnya : mendadak? kronis? Intermitten (hilang timbul)? o Waktu : pagi/siang/sore o Durasi : berapa lama o Sifat sakit : terus-menerus, hilang timbul, waktu menunduk/tidur, dll o Lokasi : tetap, menjalar, berpindah, menyebar o Berat ringannya : ber(+), ber(-), tetap o Hubungan dengan fungsi fisiologis lain : apakah mengganggu o Akibat yang timbul terhadap aktivitas sehari-hari o Upaya yang dilakukan utk mengurangi keluhan Riwayat Penyakit Dahulu (RPD) o Apakah pasien menderita penyakit/ gejala yang sama? o Apakah pernah rawat inap? Karena apa? Berapa lama? o Apakah pernah operasi? o Apakah pernah menjalani pengobatan? o Apakah pernah sakit sistem kardiovaskular, pernafasan, pencernaan, kulit, atau infeksi? o Pada wanita Apakah pernah hamil atau keguguran? Riwayat Penyakit Keluarga (RPK) o Apakah penyakit keturunan? o Dapat ditularkan oleh anggota keluarga? Keluhan Penyerta (Berdasarkan Sistem) o Sistem kulit o Sistem respirasi o Sistem pencernaan o Sistem kardiovaskular o Sistem otot, tulang dan sendi o Sistem urogenital o Sistem saraf dan indera o Sistem endokrin Riwayat Pribadi, Sosial Ekonomi dan Budaya o Keterangan kelahiran o Keterangan pendidikan, pekerjaan, perumahan, perkawinan, tanggungan, makanan, tidur, kebiasaan o Kesulitan yang dihadapi sekarang

Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti

Perkamen DiMiDiaRiki

PEMERIKSAAN FISIK UMUM


Keadaan Umum Ekspresi wajah Gaya berjalan Tanda spesifik lain Keadaan gizi Habitus : atletikus (bentuk tubuh olahragawan), astenikus (bentuk tubuh tinggi kurus, dada rata atau cekung), piknikus (bentuk tubuh cenderung bulat, penuh timbunan lemak ), BB, TB, IMT Sakit ringan / sakit sedang / sakit berat Keadaan Gizi IMT = BB (kg) / TB2 (m2) Klasifikasi IMT o BB kurang < 18,5 o BB normal 18,5 22,9 o BB lebih > 23,0 Dg resiko 23,0 24,9 Obes I 25,0 29,9 Obes II > 30 Kakeksia keadaan kurus yg sangat Aspek Kejiwaan / Status Mental 1. Tingkah laku 2. Alam perasaan 3. Cara proses berpikir Bentuk Badan Habitus : Astenikus, Atletikus, Piknikus Tulang belakang : Kifosis, Lordosis, Skoliosis Berbagai keadaan salah bentuk (malformasi) Cara Berbaring, Berjalan, dan Mobilitas Aktif jika bisa memiringkan badannya tanpa kesulitan Beberapa penyakit tulang, sendi atau saraf, cara berjalan dapat memberi petunjuk Mobilitas pasien yg tidak seharusnya tirah baring, kadang ada yg gelisah Tanda-Tanda Vital Kesadaran Suhu Tekanan darah Nadi Napas

Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti

Perkamen DiMiDiaRiki

Kesadaran Kompos mentis sadar sepenuhnya, bisa menjawab dg baik Apatis segan, acuh tak acuh Delirium penurunan kesadaran+kekacauan motorik, siklus tidur bangun terganggu, gaduh gelisah, kacau, disorientasi, meronta Somnolen (letargi, obtundasi, hipersomnia) mengantuk, pulih hanya dg rangsang Sopor (stupor) mengantuk yg dalam, bangun dg rangsang kuat ttp tidak bangun sempurna Semi koma respon thdp nyeri tdk adekuat, (-) bangun, refleks msh baik (kornea, pupil) Koma penurunan kesadarn yg sangat dalam, (-) gerakan, (-) respon Penilaian Tingkat Kesadaran dengan Skala Koma Glasgow GCS (Skala Koma Glasgow) Membuka Mata Respon Verbal (Bicara) Respon Motorik (Gerakan) Spontan 4 Baik 5 Menurut perintah Dg bicara (suruhan) 3 Kacau, disorientasi 4 Mengetahui lokasi nyeri Rangsang nyeri 2 Tidak tepat 3 Rx menghindar Reaksi (-) 1 Mengerang 2 Rx fleksi (dekortikasi) Jawaban (-) 1 Rx ekstensi (deserebrasi) Rx (-) Keterangan : Skor total = 3 15 Gangguan kesadaran : Ringan = 13 15 Sedang = 9 12 Berat = < 8 Suhu Suhu tubuh normal : 36-37 oC. Suhu rektum > 0,5-1 oC dibanding suhu mulut Suhu mulut > 0,5 oC dibanding suhu aksila Suhu rektum > mulut > aksila Tekanan Darah Cara : Palpasi u/ mencegah salah ukur akibat menghilangnya bunyi pd auskultasi Auskultasi Tekanan sistolik = bunyi pertama yg terdengar (Korotkoff I) Tekanan diastolik = saat bunyi hilang (Korotkoff V) Perbedaan tekakan sistolik dan diastolik disebut tekanan nadi Faktor yg mempengaruhi hasil : lebar manset, posisi pasien, emosi pasien, kurang istirahat, rokok Pd hipertensi, harus diukur jg tek darah pd semua ekstremitas

6 5 4 3 2 1

Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti

Perkamen DiMiDiaRiki

Nadi Px dg palpasi pd arteri radialis Perhatikan Frekuensi denyut nadi/menit Irama Besarnya pengisian nadi Kualitas nadi Tegangan nadi Frekuensi Denyut Nadi Takikardia (pulsus frequent) > 100x / menit Bradikardia (pulsus rasus) < 60x / menit Px nadi dilakukan setelah orang istirahat 5-10 menit Keadaan hipertoni parasimpatis tjd bradikardi Jika kenaikan suhu tdk sesuai dg kenaikan kecepatan nadi bradikardi relatif Irama Denyut Nadi Teratur (regular) atau tidak teratur (iregular) Bila tdk teratur, ada beberapa kemungkinan : Sinus aritmia inspirasi denyut nadi lebih cepat drpd saat ekspirasi Ekstrasistolik ada denyut nadi yg datang lebih cepat & disusul dg suatu istirahat yg panjang Fibrilasi atrial denyut nadi sama sekali tdk teratur shg harus dihitung denyut jantung Blok atrioventrikular tidak semua rangsang dari nodus SA diteruskan ke ventrikel Besarnya Pengisian Nadi Pulsus parvus nadi dg isi kecil Pulsus magnus nadi dg isi besar Nadi dengan isi cukup Apakah sama (ekual) atau tidak (unekual) dg nadi-nadi berikutnya Bandingkan denyut nadi kanan dan kiri Kualitas Nadi Tergantung dari tekanan nadi (selisih tek sistolik dan tek diastolik) Pulsus celer tekanan nadi besar Pulsus tardus tekanan nadi kecil Pengisian & pengosongan denyut nadi pada Pulsus celer teraba mendadak Pulsus tardus lambat Tegangan Nadi Tergantung kondisi arteri radialis dan tek darah arteri radialis Pada aterosklerosis, biasanya dinding arteri mengeras Kadang-kadang bila tek darah mjd tinggi, arteri radialis teraba lebih tegang

Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti

Perkamen DiMiDiaRiki

Keadaan Lain pada Px Nadi Dicrotic pulse segera setelah teraba puncak pulsasi arteri radialis, teraba lagi puncak pulsasi berikutnya Pulsus paradoksus pd inspirasi denyut nadi mjd lemah/hilang dan pd ekspirasi mjd keras lagi Pulsus paradoksus dinamikus kdng pd inspirasi denyut nadi lemah sedikit & kembali keras pd akhir inspirasi Pulsus paradoksus mekanikus denyut nadi tetap lemah dari awal smp akhir inspirasi dan baru kembali normal pd awal ekspirasi Pulsus alternans silih berganti denyut nadi kuat dan lemah Pulsus bigeminus tjd dua denyut berturut-turut , lalu disusul hentian yg lebih lama (nadi yg mendua) Napas Frekuensi napas normal = 16-24 x/menit Bradipneu <16 x/menit Takipneu >24 x/menit Hiperpneu pernapasan yg dalam (pd asidosis) Hipopneu pernapasan yg dangkal (gangg SSP) Dispneu sulit napas/sesak (ditandai PCH, retraksi suprasternal, bisa sianosis dan takipneu) Apne henti napas Paroxysmal nocturnal dyspnea pd gagal jantung, sesak napas pd malam hari Ortopnea pd gagal jantung/asma, sesak bila berbaring dan lebih nyaman bila dalam posisi tegak (berdiri/duduk) Platipnea sesak napas pd posisi tegak (berdiri) Trepopnea sesak napas pd posisi berbaring ke kiri/kanan Pernapasan Kussmaul dalam & cepat (pd asidosis metabolik) Pernapasan Biot tidak teratur irama & amplitudonya dg diselingi periode henti napas Cheyne-Stokes irama dg amplitudo yg mula-mula kecil, lalu membesar dan mengecil lagi dg diselingi periode apnea Sifat pernapasan pd perempuan abdomino-torakal (torakal lebih dominan) Sifat pernapasan pd laki-laki torako-abdominal (abdomen lebih dominan) Kulit Kualitas Kelembaban kulit Elastisitas kulit (turgor) Atrofi kulit Hipertrofi kulit Warna Melanosis : z Hipermelanosis (melanoderma) z Hipomelanosis (leukoderma) Albinisme (akromia kongenital) Vitiligo Piebaldisme (albinisme partial) Palor (pucat), tmsk anemia Ikterus

Pseudoikterus (karotenosis) Klorosis Eritema Sianosis Kulit coklat Melasme (Kloasma) Poikiloderma of civatte Dermatografia

Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti

Perkamen DiMiDiaRiki

Lesi Primer pada Kulit Makula Papula Vesikula Pustula Bula Lesi Sekunder Skuama Ekskoriasi Fisura Krusta Lesi Lain pada Kulit Edema Emfisema subkutis Pruritus Purpura Xanthoma Komedon Miliaria

Nodul Urtika Kista Tumor

Sikatriks, keloid Ulkus Erosi

Angioma Teleangiektasis Nevus pimentossus Spider naevi Striae Eksantema Gumma

Kelenjar Getah Bening Px dg inspeksi dan palpasi untuk menentukan adanya pembesaran KGB Perhatikan besar, konsistensi, perlekatan, nyeri tekan Perubahan KGB menandakan adanya proses infeksi atau metastasis tumor ganas

Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti

Perkamen DiMiDiaRiki

PEMERIKSAAN KEPALA DAN LEHER


PEMERIKSAAN KEPALA Saat px mata pasien sama tinggi dg mata pemeriksa. Bentuk & ukuran kepala Dolikosefalus (kepala panjang) Brakisefalus (kepala bulat) Hidrosefalus Mikrosefalus Kraniosinostosis/kraniostenosis (penutupan sutura yg prematur) Skafosefali penutupan prematur pd sutura sagitalis shg menyebabkan kepala panjang+sempit +penonjolan di frontal & oksipital Akrosefali (kepala menara) penutupan prematur pd sutura koronal shg kepala mjd tinggi & kecil Plagiosefali penutupan prematur pd sutura koronal & lambdoid pd satu sisi shg tjd kraniostenosis asimetrik Akrosefalosindaktili (sindrom Apert) akrosefali disertai sindaktili (jari2 melekat), hipertelorisme (jarak kedua mata lebar), hipoplasi maksila) Sindrom Crouzon penutupan sutura sagital & koronal sejak lahir disertai penutupan prematur fontanel & sutura frontalis, hipertelorisme, hipolasi, maksila dan letak daun telinga rendah) Sindrom Klippel-Feil posisi kepala terdorong ke depan krn kelainan vertebra servikalis Tanda Musset gerak kepala mengangguk dan menengadah berulang-ulang (to and fro bobbing) seirama dg denyut jantung, ditemukan pd os dg insufisiensi aorta Benjolan Kista ateroma benjolan di kulit kepala Ensefalokel penonjolan pd glabela atau pertengahan dahi bawah, berdenyut bila ditekan, dg lubang di dasarnya akibat cacat bawaan pd tulang Pembuluh darah Bising kranial pd fistula arteriovenosa pembuluh darah serebral, aneurisma sakuler intrakranial, tumor otak, dsb RAMBUT Terdapat di seluruh tubuh kecuali telapak tangan & kaki, kuku, bibir. Alopesia kerontokan rambut disertai tidak tumbuhnya rambut (kebotakan) Alopesia universalis mengenai seluruh tubuh Alopesia totalis mengenai seluruh rambut kepala Alopesia areata botak timbul hanya setempat & berbatas tegas Alopesia androgenika kerontokan rambut kepala secara bertahap dari verteks & frontal pd awal umur 30 shg dahi mjd lebar, sering pd laki2 Efluvium kerontokan rambut tanpa disertai kebotakan, msl stlh tx sitostatika

Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti

Perkamen DiMiDiaRiki

Kelebatan rambut Hipertrikosis rambut bertambah pd tempat2 yg biasa ditumbuhi rambut Hirsutisme pertumb rambut yg merup tand seks sekunder (spt kumis, jambang) tumbuh berlebihan Pasien miksedema akibat hipotiroidisme didapatkan rambut yg jarang, kasar, kering, tdk bercahaya Pigmen rambut kurang/hilang shg timbul uban (kanitis) Kanitis bawaan pd pasien albino Kanitis senilis pd usia menua Kanitis prematur timbul pd usia yg lebih muda White forelock uban hanya pd jambul di dahi, spt pd sindrom Warrdenburg WAJAH Warna wajah : pucat, ikterus, sianosis, dll Keadaan lain Ruam malar/Butterfly rash SLE Facies leonina lepra Ekspresi wajah Mulut menganga, dagu sedikit ke belakang Pembesaran kelenjar adenoid Fasies Hipocratic (wajah spt org susah, mata cekung, kulit kering, telinga dingin) Dehidrasi Muka topeng/tnp ekspresi Parkinsonisme Tdk dapt menutup mulut & tersenyum krn kulit tipis & tegang Skleroderma Muka setan/risus sardonikus (spasme tonik pd otot-otot wajah shg alis terangkat, sudut mata luar tertarik ke atas, sudut mulut tertarik ke samping) Tetanus Hipertelorisme, telekantus Sindroma Down Asimetri muka paralisis N.VII, msl pd Bells Palsy Tanda Chovstek (kontraksi pd sudut mulut/sekitar mata bila diketok pd garis antara sudut mulut dg telinga) Spasmofilia Otot-otot wajah bergerak scr spontan tak terkendali Tic fasialis Px sensibilitas wajah (N. Trigeminus) Fungsi sensorik Ramus oftalmik dahi, mata, hidung, selaput otak, sinus paranasal, sebagian mukosa hidung Ramus maksilaris rahang atas, bibir atas, pipi, palatum durum, sinus maksilaris, mukosa hidung Ramus madibularis rahang bawah, gigi bawah, bibir bawah, mukosa pipi, 2/3 bagian depan lidah, sebagian telinga luar & selaput otak

10

Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti

Perkamen DiMiDiaRiki

MATA Px mata dg inspeksi, palpasi, dan bantuan alat spt pen-light, funduskopi, peta Snellen Berbagai keadaan mata Eksoftalmus bola mata menonjol ke luar Enoftalmus bola mata tertarik ke dalam Strabismus/juling proyeksi rangsang optik di kedua mata tdk sesuai shg kedudukan bola mata abnormal S. konkomitans/nonparalisis : kerusakan saraf penggerak mata S. paralisis : kelumpuhan saraf penggerak mata S. divergen : kedudukan mata cenderung melihat ke lateral S. konvergen : kedudukan mata cenderung melihat ke medial Nistagmus gerakan mata yg berjalan scr ritmis, mula2 lambat bergerak ke satu arah, lalu dg cepat kembali ke arah posisi semula, dihubungkan dg gangguan susunan vestibular Nistagmus yg tdk ritmis (pendular) : tanpa komponen gerak cepat atau lambat Deviation conjuge kedudukan kedua bola mata selalu melihat ke satu jurusan Pe (+/-) tek bola mata Naik Glaukoma Turun Dehidrasi Kelopak Ptosis kelopak mata tamak jatuh (lumpuh m.levator) Xantelasma bercak kuning pd kulit kelopak mata akibat peninggian kadar lemak darah Blefaritis radang kelopak mata Edema kelopak mata bengkak Perdarahan akibat trauma dsb Pupil Isokor kedua pupil sama besar & bentuknya Miosis pupil mengecil Midriasis pupil membesar Px refleks pupil thd cahaya Konjungtiva Pinguekula bercak putih kekuningan berjalan pd kedua sisi kornea Flikten nodul2 kecil, warna abu-abu agak kuning Bercak bitot bercak segitiga pd kedua sisi kornea, pucat keabuan Radang warna merah, keluar air mata, kdng sekret Anemia warna pucat Kornea Xeroftalmia keadaan lanjut krn avitaminosis A, kornea kering, kesan lunak Arkus (anulus) garis lengkung putih keabuan melingkari kornea Ulkus perselubungan spt awan Lensa Katarak lensa keruh spt awan Sklera diperiksa ikterus tidaknya Fundus Retinopati Edema papil hanya dpt ditemukan dg Hemoragi funduskopi

11

Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti

Perkamen DiMiDiaRiki

Visus (dibantu dg peta Snellen) Emetrop penglihatan sempurna, bayangan tepat jatuh di retina Hipermetrop/mata jauh bayangan jatuh di belakang retina Miop/mata dekat bayangan jatuh di depan retina Presbiop menurunnya daya akomodasi Buta warna diperiksa dg tes Ishihara Lapangan penglihatan Hemianopsia penyempitan lapangan penglihatan Skotoma daerah yg tidak dapat dilihat pd lapangan penglihatan TELINGA Px telinga dg inspeksi, palpasi, dan alat Daun telinga Tofi/benjolan keras (pd gout) Liang telinga Selaput/gendang telinga Nyeri tekan di proc.mastoideus (mastoiditis) Tes pendengaran : berbicara keras atau berbisik, garpu penala, arloji, audiometer Bedakan tuli akibat gangg hantaran atau gangg saraf Uji garpu tala dg frek 512 Hz atau 1024 Hz Tes Rinne Membandingkan hantaran suara melalui tulang (diletakkan di proc.mastoideus) dg melalui udara Jika masih terdengar normal atau ada tuli saraf (Rinne +) Jika tidak terdengar lg tuli konduktif Tes Weber Garpu tala diletakkan di puncak kepala Normal jika terdengar sama kuat di kedua telinga Jika terdengar lebih keras pd salah satu telinga lateralisasi (kanan/kiri) Jika terdengar di telinga yg sehat sj tuli saraf Jika terdengar di telinga yg tuli sakit tuli konduksi Tes Schwabach Membandingkan fungsi pendengaran pasien dg fungsi pendengaran pemeriksa yg normal Garpu tala diletakkan di proc.mastoideus pasien smp tdk terdengar lg, lalu dipindah ke proc.mastoideus pemeriksa, Bila pemeriksa msh mdengar Schwabach memendek Bila pemeriksa tdk mdengar pemeriksaan dibalik Px dibalik, yaitu pemeriksa lebih dulu diperdengarkan dg garpu tala Bila pasien msh mdengar Schwabach memanjang Bila pasien jg tdk mdengar Schwabach sama dg pemeriksa HIDUNG Px hidung dg inspeksi, palpasi, dan alat (rinoskopi) Bagian luar : tulang rusak krn lues (saddle nose), kusta, atau lupus Septum : adakah terdapat deviasi Selaput lendir : adakah penyumbatan, perdarahan, atau ingus dalam lubang hidung

12

Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti

Perkamen DiMiDiaRiki

MULUT & TENGGOROK Px dg inspeksi, mencium bau napas, dan dg alat (spatula lidah) Bibir : pucat, sianosis, fisura Kelitis tanda2 radang pd bibir Herpes berupa vesikula, yg akan kering dan mjd krusta Selaput lendir Stomatitis Afte lesi kecil2 (1-10 mm) pd selaput lendir Leukoplakia bercak keputihan akibat epitel yg menebal Gigi geligi Jumlah, macam karies, dan abses alveoli Lidah Adakah selaput (demam tifoid), bergetar (tremor), basah/kering. Adakah fisura, deviasi leukoplakia, glositis, kanula (kista kel ludah atau kel mukosa yg tertutup) Langit-langit Palatoskisis celah pd garis tengah krn kegagalan proc.palatum u/ saling bersatu Torus palatinus benjolan pd garis tengah Bau pernapasan Aseton pd DM ketoasidosis, starvation Amoniak pd koma uremikum Gangren berbau makanan yg busuk, pd abses paru Foetor hepatik pd koma hepatik

PEMERIKSAAN LEHER Px leher M. sternokleidomastoideus Trakea Manubrium sterni Arteri/vena/kelenjar yg ada di sekitar leher BENTUK LEHER Leher panjang badan ektomorf, kahektis, atau os TB paru yg lama Leher pendek & gemuk badan endomorf, obesitas, sindrom Cushing, miksedema, kretinisme Leher bersayap (webed neck) sindrom Turner OTOT-OTOT LEHER Px m.sternokleidomastoideus Os menengok ke kiri & kanan Px m.trapezius perhatikan posisi bahu Kontraksi otot berlebih akan mengakibatkan kepala & leher berdeviasi & berputar tortikolis

13

Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti

Perkamen DiMiDiaRiki

KGB LEHER Perhatikan ukuran, nyeri/tdk, konsistensi, melekat di dasar atau di kulit 5 daerah penyebaran KGB ; 1. Di segitiga submental & submandibula 2. Di 1/3 atas dan tmsk KGB jugularis sup, kel digastrik, dan kel servikal pst 3. KGB jugularis di antara bifurkasio karotis dan persilangan m.omohioid m.sternokleidomastoideus & batas post m.sternokleidomastoideus 4. Grup KGB di daerah jugularis inferior & supraklavikula 5. KGB di segitiga post servikal

dg

KELENJAR TIROID Perhatikan ukuran, konsistensi, nyeri tekan/tdk Palpasi dari belakang os, lalu os disuruh menelan Perkusi sternum atas Adakah bising (menunjukkan bnyk vaskularisasi), stridor Pembesaran tiroid struma Struma nodosa atau struma difusa Struma toksik atau struma non-toksik Tanda Penberton kemerahan/sianosis pd muka jk os mengangkat tangan ke atas kepala, hal ini akibat adanya sumbatan akibat struma retrosternal TEKANAN VENA JUGULARIS Px tek v.jugularis dg posisi berbaring telentang, kepala membentuk sudut 30 Tekan bag proksimal v.jugularis (dekat klavikula), lalu tekan bag distal (dekat mandibula) dg jari lain, kemudian lepas tekanan yg pertama, lihat smp di mana vena terisi waktu inspirasi biasa. Ukur jarak antara bidang datar yg melalui angulus Ludovici dg batas bagian vena yg kolaps Bidang datar yg dibuat melalui angulus Ludovici, merupakan bidang yg berjarak 5 cm di atas atrium kanan dan dianggap 5+0 cmH2O ARTERI KAROTIS Perabaan denyut a.karotis kanan Dg ibu jari tangan kiri yg diletakkan disamping laring dekat m.sternokleidomastoideus Diraba dari belakang dg menggunakan empat jari pemeriksa pd tempat yg sama TRAKEA Letak trakea (di tengah/bergeser/tertarik ke samping) Palpasi trakea letakkan jari tengah pd suprasternal notch, lalu scr hati2 geser jari ke atas dan agak ke belakang smp trakea teraba

14

Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti

Perkamen DiMiDiaRiki

PEMERIKSAAN FISIK PARU

Proyeksi Paru pada Rongga Dada Apex paru terletak kurang lebih 2-4 cm di atas sepertiga medial klavikula Batas bawah paru menyilang kosta ke 6 pd linea midklavikula & menyilang kosta ke 8 pd linea midaxilaris Pd dinding belakang, batas bawah adalah pd level proc.spinosus VT ke 10 Batas ini dpt turun smp ke VT ke 12 pd inspirasi dalam

Proyeksi percabangan trakea di anterior rongga dada terletak di daerah setinggi angulus sternalis dan di bagian posterior terletak setinggi proc.spinosus VT ke 4

15

Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti

Perkamen DiMiDiaRiki

INSPEKSI Umum, perhatikan : Bentuk dada (iga, sternum, columna vertebralis) Adanya deviasi, spt deviasi trakea Ruang interkostal (mencembung, mencekung) Pulsasi (iktus kordis) Ada/tdknya Bendungan venosa Ada/tdknya massa Gerak napas simetris/tidak Ada tidak retraksi/tarikan (intercostal, suprasternal, epigastrial) Bentuk dada Normal Dada paralitikum Dada emfisema (Barrel shape) Pectus excavatum (funnel chest) Pectus carinatum (pigeon chest) Kifosis, Lordosis, skoliosis

16

Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti

Perkamen DiMiDiaRiki

Dari depan, perhatikan : Klavikula Fossa supra & infra klavikula Lokasi iga ke-2 pd kedua sisi Kelainan jumlah & bentuk iga Dari belakang, perhatikan : Vertebra servikalis ke-7 Ujung bawah skapula terletak setinggi VT 8 Adakah kelainan letak & bentuk tulang belakang Ada/tdknya massa Bradipneu napas lambat (<16 x/menit) Takipneu napas cepat (>24 x/menit) Hiperpneu pernapasan yg dalam Hipopneu pernapasan yg dangkal Dispneu sulit napas/sesak Apne henti napas Paroxysmal nocturnal dyspnea sesak napas pd malam hari Ortopnea sesak napas pd posisi tidur Platipnea sesak napas pd posisi tegak (berdiri) Trepopnea sesak napas pd posisi berbaring ke kiri/kanan Sifat pernapasan Torakal, misalnya pd os tumor dlm perut Abdominal, misalnya pd os PPOK Kombinasi (jenis pernapasan ini yg terbanyak) Abdomino-torakal (torakal lebih dominan) Perempuan Torako-abdominal (abdomen lebih dominan) Laki-laki Pernapasan Kussmaul dalam & cepat (pd asidosis metabolik) Pernapasan Biot tidak teratur irama & amplitudonya dg diselingi periode henti napas Cheyne-Stokes irama dg amplitudo yg mula-mula kecil, lalu membesar dan mengecil lagi dg diselingi periode apnea Kelainan yg langsung dpt didengar Suara batuk (kering/berdahak) Suara mengi (wheezing) : suara napas spt musik yg terdengar selama masa inspirasi & ekspirasi krn terjadinya penyempitan jalan udara Stridor : suara napas yg berkerok scr teratur krn adanya penyumbatan daerah laring o Stridor inspiratoir (yg terbanyak,mslx pd tumor, peradangan trakea, bnd asing di trakea) o Stridor ekspiratoir Suara serak (hoarseness) : tjd krn kelumpuhan pd saraf laring atau peradangan pita suara Kelainan pd ekstremitas atas yg berhub dg penyakit paru Jari tabuh (clubbing), pd penyakit paru supuratif & kanker paru Sianosis perifer (pd kuku jari tangan) menunjukkan hipoksemia Karat nikotin, pd perokok berat Otot-otot tangan & lengan yg mengecil krn penekanan nervus torakik I oleh tumor paru di apeks paru (sindrom Pancoast)

17

Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti

Perkamen DiMiDiaRiki

Kelainan pd daerah kepala yg menunjukkan gangguan pd paru Mata mengecil, pd sindrom Horner Sianosis pd ujung lidah pd hipoksemia Sputum (dahak) Sputum purulen & jumlah banyak Bronkiektasis Sputum merah muda berbusa (pink frothy) edema paru (gagal jantung) Sputum berdarah (hemoptisis) TB paru, kanker paru, bronkiektasis PALPASI Letakkan kedua telapak tangan pd bagian depan dada Os diminta menarik napas Rasakan gerakan dada, bandingkan kanan/kiri Lakukan juga pd bagian belakang dada Ukur lingkaran dada saat inspirasi & ekspirasi kuat

Vokal fremitus dpt dirasakan dg palpasi Os diminta mengatakan angka 88 Lakukan juga pd bagian belakang dada

PERKUSI Menentukan batas-batas, ukuran, posisi, dan kualitas paru Mengetahui adakah udara, cairan, atau massa padat di dalamnya (sedalam 5-7 cm saja) Bagian depan (os berbaring) o Bandingkan kanan & kiri o Perkusi scr sistematis dari atas bawah o Perhatikan posisi jantung o Perkusi scr dalam daerah fossa supra klavikula o Perkusi mulai dari ketiak (Os mengangkat kedua tangan) o Tentukan garis tepi hati

18

Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti

Perkamen DiMiDiaRiki

Menentukan batas paru & hati o Perkusi dari atas bawah o Batas paru & hati nampak jika suara sonor berubah mjd redup/pekak o Beri tanda pd batas tersebut o Pd orang normal sehat, batas ini terletak antara kosta ke 5 & 6 Paru bagian belakang (os duduk/berdiri) o Perkusi dari atas bawah o Bandingkan kanan & kiri (biasanya daerah perkusi paru kanan lebih tinggi hilangnya dari daerah kanan, krn adanya hati) o Tepi bawah paru umumnya didapatkan setinggi proc.spinosus VT ke 10 atau 11 o Tentukan pula gerakan pernapasan

Gerakan pernapasan & pengembangan paru Untuk mendapatkan kesan batas-batas pengembangan paru & derajat elastisitas paru serta pleura Gerakan pernapasan paling baik diperiksa pd daerah belakang Cara : o Perkusi dari atas ke bawah o Perkusi smp sampai suara sonor hilang o Letakkan di tempat tersebut jari tengah anda o Os diminta bernapas dalam o Lanjutkan perkusi ke bawah o Pd orang yg sehat, batas hilangnya suara sonor akan bergeser ke bawah o Perbedaan daerah hilangnya suara sonor merupakan besarnya pengembangan paru AUSKULTASI Os diminta menarik napas pelan-pelan dengan mulut terbuka Lakukan auskultasi secara sistematis. Dengarkan tiap kali scr lengkap satu periode inspirasi & ekspiirasi Bandingkan kanan & kiri Mulailah di daerah depan di atas klavikula Lalu teruskan ke sisi-sisi dinding Lakukan auskultasi di bagian belakang dada, mulai dari atas ke bawah Perhatikan jika ada perubahan suara & tentukan lokasinya

19

Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti

Perkamen DiMiDiaRiki

SUARA NAPAS Suara yg dihasilkan oleh arus udara yg mengalir melalui saluran2 pernapasan Suara napas yg terdengar berbeda-beda kualitas frekuensi, fase, letak, dan durasinya. Perbedaan ini timbul akibat proses peredaman & penyaringan suara oleh jaringan yg dilalui o/ udara pernapasan. Sehingga yg didengar pd wkt px auskultasi adalah suara lembut dg frekuensi rendah pd wkt inspirasi & akan melemah & lalu menghilang pd awal ekspirasi (suara veRuang Interkostaluler) Bunyi napas pokok o Vesikular o Bronkial o Bronkovesikular o Amforik Bunyi napas tambahan o Ronki kering o Ronki basah o Bunyi gesekan pleura o Hippocrates succussion o Krepitasi Vesikular Terdapat pd paru normal Bernada rendah sesuai dg sifat jar paru sbg selective transmitter Suara inspirasi bernada rendah, suara ekspirasi terdengar lebih lemah Fase inspirasi lebih lama drpd fase ekspirasi Fase inspirasi & ekspirasi bersambung (tdk ada silent gaps) Dihasilkan oleh udara jalan napas di alveoli Bronkial Tidak terdapat pd paru normal Terdapat alveoli yg terisi eksudat atau konsolidasi tp limen bronkus atau bronkial masih terbuka Inspirasi bernada tinggi, ekspirasi nadanya lebih tinggi Fase ekspirasi lebih lama drpd fase inspirasi Antara inspirasi & ekspirasi terdapat silent gaps (suara terputus) Normal dapat terdengar di atas manubrium & daerah interskapular Suara ini dpt terdengar pd daerah konsolidasi atau bagian atas daerah efusi pleura Bronko-vesikular/Vesiko-bronkial Bunyi yg terdengar antara vesikular dan bronkial Inspirasi & ekspirasi jelas seluruhnya Nada yg tinggi Tidak ada silent gaps Terdapat pd daerah paru yg dekat dg bronkus atau pd bagian paru yg kehilangan sifat selective transmitternya Normal pd ICS I dan II dan antara scapula di belakang, ini terletak di dekat carina & bronkus utama

20

Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti

Perkamen DiMiDiaRiki

Amforik Bila terdapat kavitas besar yg letaknya perifer & berhub terbuka dg bronkus Terdengar spt tiupan dalam botol kosong Ronki kering Suara napas kontinu, bersifat musical, dg frekuensi yg relatif rendah, terjadi oleh getaran dlm lumen sal napas akibat penyempitan Terdapat pd mukosa atau adanya sekret kental Terdengar lebih jelas pd ekspirasi walaupun pd inspirasi sering terdengar Dpt didengar di semua bronkus, makin kecil diameter lumen, makin keras bunyinya Wheezing ronki kering yg tinggi nadanya & panjang Wheezing Petunjuk adanya obstruksi saluran napas, biasanya pd bronkus kecil Bernada tinggi, musikal, terdengar pd satu saat & mudah diingat Lebih dominan pd ekspirasi & disertai dg memanjangnya suara napas ekspirasi, namun pd keadaan berat dpt terdengar saat insp/ekspirasi Jika obstruksi tjd di laring atau trakea, mk tjd stridor inspirasi (terdengar lebih keras atau sama keras drpd stridor ekspirasi) Khas pd serangan asma, namun jg sering pd bronkitis menahun Ronki basah Suara berisik dan terputus akibat aliran udara yg melewati cairan Umumnya terdengar pd inspirasi Ronki basah halus, sedang, atau keras tergantung besarnya bronkus yg terkena Ronki basah halus tjd krn adanya cairan pd bronkiolus, sdngkn yg lebih halus lg berasal dari alveoli yg sering disebut krepitasi (terutama dpt didengar fibrosis paru) Sifat ronki basah dapat bersifat nyaring (bila ada infiltrat) ataupun tidak nyaring Ronki basah kasar Spt suara gelembung udara besar yg pecah Terdengar bila bnyk sekret di sal napas besar Ronki basah sedang Spt gelembung udara kecil-kecil yg pecah Terdengar bila bnyk sekret di sal napas kecil & sedang Ronki basah halus (krepitasi) Spt gesekan rambut atau spt suara yg disebabkan o/ permukaan menempel kemudian dipisahkan2 dg mendadak Bunyi gesekan pleura (p. viseralis dan p. parietalis)/pleural friction rub Menebal atau mjd kasar krn peradangan Terdengar pd akhir inspirasi dan awal ekspirasi Hippocrates succussion Suara cairan pd hidropneumotoraks yg terdengar bila si pasien digoyang-goyangkan

dua jari yg basah &

21

Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti

Perkamen DiMiDiaRiki

Krepitasi Suara membukanya alveoli Normal dpt terdengar di belakang bawah & samping pd wkt inspirasi yg dalam sesudah istirahat telentang bbrp wkt lamanya Patologis pd pneumonia lobaris Pengukuran Ekspansi dada Os duduk tegak atau di tempat tidur Meteran kain mengelilingi dinding dada pd level manubrium sternal junction Kencangkan meteran pd wkt ekspirasi & kendorkan pd wkt inspirasi Ketegangan dari meteran sebaiknya konstan selama pengukuran Os bernapas dalam2 3x berurutan & perbedaan yg paling besar yg dicatat Ekspansi dada terukur antara 2,5 cm 10 cm Keluhan yg Paling Sering Sesak napas (dyspnea) Batuk-batuk (kering/berdahak) Batuk darah (hemoptysis) Nyeri dada Napas berbunyi Keluhan Lain Dyspnea akut Dyspnea menahun yg progresif Sesak napas paroksismal berulang (recurrent paroxysmal dyspnea) Nyeri pleuropulmonal Nyeri trakeobronkial Nyeri kardiovaskuler Nyeri esofagus & mediastinal Nyeri neuromuskuloskeletal Neuritis interkostal Keluhan Umum Demam Nafsu makan turun BB turun Keringat malam Sakit kepala Somnolen Cemas & gelisah,

Suara parau Nyeri betis & rasa lemas Eritema nodosum Bengkak pd muka Nyeri lengan & bahu Poliarthralgia Bersin, rhinorrhea, hidung buntu, & gatal pd mata

22

Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti

Perkamen DiMiDiaRiki

PEMERIKSAAN FISIK JANTUNG

Teknik Pemeriksaan Rongga Dada untuk Jantung Pemeriksaan frekuensi denyut jantung dan tekanan darah Pemeriksaan pulsasi arteri Pemeriksaan pulsasi vena jugularis Pemeriksaan jantung Tekanan Darah Cara : Palpasi u/ mencegah salah ukur akibat menghilangnya bunyi pd auskultasi Auskultasi Tekanan sistolik = bunyi pertama yg terdengar (Korotkoff I) Tekanan diastolik = saat bunyi hilang (Korotkoff V) Perbedaan tek sistolik dan diastolik disebut tek nadi Faktor yg mempengaruhi hasil : lebar manset, posisi pasien, emosi pasien, kurang istirahat, rokok Pd hipertensi, harus diukur jg tek darah pd semua ekstremitas

23

Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti

Perkamen DiMiDiaRiki

Peredaran Darah Darah masuk V.cava sup dan inf atrium kanan ventrikel kanan a. pulmonalis (di paru) tjd pertukaran O2 dan CO2 v.pulmonalis atrium kiri ventrikel kiri aorta seluruh tubuh Teknik Pemeriksaan Rongga Dada untuk Jantung Pemeriksaan Tekanan Vena Jugularis : 1. Meminta pasien melepaskan pakaian dan minta izin u/ melakukan pemeriksaan 2. Mengatur sandaran bed dengan sudut 30-90 derajat 3. Memeriksa v.jugularis di sisi leher kanan 4. Menekan vena di bagian proximal dekat klavikula untuk mendistensikan dan mengamati vena 5. Membendung vena di distal dekat angulus mandibula 6. Melepaskan jari di bagian proximal 7. Mengukur tekanan vena dengan menghubungan titik atas penggembungan vena ke daerah proyeksi di angulus sternalis 8. Rumus : .cm + 5 cm H20

Pemeriksaan Fisik Jantung 1. Inspeksi Jantung 2. Palpasi Jantung

3. Perkusi Jantung 4. Auskultasi Jantung

Inspeksi Jantung 1. Bentuk dada : o transversal : anteroposterior 2:1 simetris o Dada paralitik dada kecil o Dada emfisema (Barrel shape) dada mengembang 2. Kelainan bentuk : Kifosis Skoliosis Pectus excavatum (dada n tl sternum cekung ke dalam) Pectus carinatum/ Voussure cardiaque (penonjolan setempat yang lebar di daerah prekordium, di antara sternum dan apeks kordis)

24

Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti

Perkamen DiMiDiaRiki

3.

4. 5. 6. 7. 8.

Kelainan dada yang lain : - Kulit : warna, bintik, spider nevi, tonjolan, bekas jaringan parut, luka op. - Bendungan vena - Emfisema subkutis - Ginekomastia - Penyempitan/pelebaran iga Pulsasi Jantung : - Iktus kordis di sela iga ke 5 pada midclavicula kiri - daerah pulsasi 2 cm, di tengahnya punctum maximum Sesak nafas Sianosis Edema Tampak sakit Tanda penyakit dasar, exopthalmus

Palpasi Jantung 1. Palpasi umum Melekatkan seluruh telapak tangan pada dinding thorak dengan lembut a. Apex kordis b. Ventrikel kanan (sternum kiri ICS 3,4,5) c. Daerah epigastrium d. ICS 2 kiri e. ICS 2 kanan PULSASI Kadang bila pulsasi tidak ditemukan pada inspeksi, dpt ditemukan secara palpasi kuat angkat, frekuensi, kualitas Pulsasi seperti menggelombang di bawah telapak tangan ventrikular heaving Pulsasi lebar dan bersifat pukulan-pukulan serentak ventrikular lift GESEKAN PERICARDIAL (PERICARDIAL FRICTION RUB gesekan yang sinkron dgn denyut jantung dan tidak berubah menurut pernafasan VIBRASI getaran 2. Palpasi Khusus ujung jari tgn II,III,IV dgn tek.ringan u/apeks kordis : a. Lokasi : normal ICS 4/5 LMC kiri b. Diameter : normal 1-2 cm c. Amplitudo : normal spt tepukan ringan d. Durasi iktus kordis : normal 2/3 pertama sistole Bila belum dapat ekspirasi maksimal dan menahan nafas Perkusi Jantung Tujuan : U/ mendapatkan informasi batas-batas, ukuran dan posisi jantung U/ mengetahui apakah organ berisi udara, cairan/massa padat. Tapi, hanya menembus 5-7 cm, sehingga tidak dapat mendeteksi lesi lebih dalam.

25

Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti

Perkamen DiMiDiaRiki

Batas jantung normal : Kanan : ICS 3 - 5 LPS dextra Kiri : ICS 3 LPS kiri - ICS 5 LAA sin Atas : ICS 3 LPS dex ICS 3 LPS sin Bawah: ICS 5 LPS dex ICS 5 LAA sin 1. Menentukan batas kanan jantung : - perkusi di MC kanan - batas paru-hepar - meletakkan jari setinggi 2 jari di atas titik batas paru hepar - perkusi ke medial dari titik setinggi 2 jari di atas batas paru hepar sampai menemukan perubahan suara sonor ke redup 2. Menentukan batas kiri ajantung - perkusi LAA kiri - batas paru-gaster - meletakkan jari setinggi 2 jari di atas titik batas paru gaster - perkusi ke medial dari titik setinggi 2 jari di atas batas paru hepar sampai menemukan perubahan suara sonor ke redup 3. Menentukan pinggang jantung - perkusi LPS kiri - perkusi ke bawah sampa didaptkan perubahan suara sonor ke redup Auskultasi Jantung Menggunakan stetoskop 2 macam 1. Bentuk sungkup/ bel nada rendah, di daerah mitral n trikuspid 2. Bentuk diafragma nada tinggi, di daerah aorta

Daerah Auskultasi scr klasik : 1. Ictus cordis bunyi jantung 1 dari katup mitral (S1/bunyi sistole) 2. ICS 2 tepi kiri sternum bunyi jantung katup pulmonal (S2/bunyi diastole) 3. ICS 2 tepi kanan sternum bunyi jantung katup aorta (S2/bunyi diastole) 4. ICS 4 dan 5 tepi kanan/ kiri /bag.ujung sternum bunyi jantung katup tricuspid (S1/bunyi sistole) note: tidak bertepatan dgn letak anatomis katup, tapi dalam keadaan normal hampir selalu terdengar plg jelas.

26

Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti

Perkamen DiMiDiaRiki

Memakai stetoskop - arah tip ear piece ke anterior Pasien berbaring terlentang - ujung bel chest piece apeks jantung Pusatkan & kenali S1 (intensitas,ada tidaknya splitting) Pindah ke daerah lain dgn masih mendengarkan S1 ujung diaphragma chest piece basis jantung Minta pasien bernafas tenang, & tiba-tiba dalam Pusatkan perhatian pada S2 (Splitting?, kapan? Lebar? Apa ber(-)/hilang saat ekspirasi?) Bedakan S1 dan S2 sambil palpasi denyut a. carotis Bila splitting tetap tjd wkt ekspirasi, lakukan lagi dalam posisi duduk,dan dengarkan dgn pasien melakukan manuver valsava (mengejan) Dengar apakah ada suara ekstra seperti suara pancaran atau systolic clicks. Perhatikan lokasi, waktu, intensitas dan efek respirasi pd suara Dengar apakah ada suara ekstra pd diastole spt S3 & S4 atau opening snap Perhatikan lokasi, waktu, intensitas dan efek respirasi pd suara Dengar apakah ada bising sistolik Bila ada, Perhatikan waktu, bentuk, intensitas, kualitas, lokasi dan penjalaran Sedikit miring ke kiri Tempel sisi bel stetoskop ke apeks Dengarkan S3, S4, dan bising mitral(stenosis mitralis) Minta pasien duduk, sedikit bungkuk ke depan, ekspirasi maksimal, tahan nafas Tempel sisi diafragma di sepanjang tepi kiri sternum scra periodik agar pasien bernafas. Dengarkan bising aorta (regurgitasi aorta) Bunyi Jantung Hal-hal penting : Lokalisasi dan asal bunyi jantung Menentukan BJ I dan BJ II Ada tidaknya BJ III dan BJ IV Intensitas dan kualitas bunyi Irama dan frekuensi BJ Bunyi jantung lain yang menyertai BJ utama Menentukan BJ I dan BJ II BJ I (S1) : Katup mitral dan trikuspid tertutup, sedang katup aorta dan a.pulmonalis terbuka (tek.sistole). Bertepatan dgn pulsasi a. carotis BJ II (S2) : Katup aorta & a.pulmonalis tertutup sedang Katup mitral dan trikuspid terbuka terdengar satu suara saat ekspirasi, pecah jadi 2 saat inspirasi Fase sistolik : fase antara BJ I dan BJ II pompa darah dari ventrikel ke paru dan seluruh tubuh Fase diastolik : fase antara BJ II dan BJ I pompa darah ke ventrikel dari atrium Fase diastolik > fase sistolik

27

Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti

Perkamen DiMiDiaRiki

Ada tidaknya BJ III dan BJ IV BJ III : kadang terdengar pd dewasa muda normal terdengar sesudah BJ II. (0,015-0,017 detik) Gallop rhythm (suara derap kuda) : BJ I, BJ II dan BJ III scr bersama-sama Protodiastolic Gallop : pd orang tua dgn intensitas keras keadaan jantung buruk BJ IV (atrial gallop) : kadang terdengar pd dewasa muda, 0,08 detik sebelum BJ I dgn intensitas rendah BJ IV tjd karena kontraksi atrium yg lebih kuat blok AV, hipertensi sistemik, infark miokard Intensitas dan Kualitas Bunyi Di apeks BJ I > BJ II Di basal jantung BJ II > BJ I Pada anak-anak : BJ P2 > P1 Pada dewasa : dibandingkan A2 dgn P2 Pada hipertensi pulmonal P2 mengeras Pada hipertensi sistemik A2 mengeras BJ I di apeks (M1) mengeras pd stenosis mitral BJ T1 mengeras pd stenosis trikuspid Semua BJ lebih pelan pd infark miokard, emfisema paru dan ketebalan dinding thoraks Splitting = bunyi jantung yang mendua Irama dan Frekuensi Bunyi Jantung Bandingkan dgn frekuensi nadi Aritmia kordis : irama tidak teratur Aritmia sinus : irama berubah menurut frekuensi BJ pada ekspirasi lebih lambat Fibrilasi : irama sama sekali tidak teratur Frekuensi BJ dihitung 1 menit penuh, bila > 100x/menit = takikardi, <60x/menit = bradikardi Bunyi Jantung Lain (Bising Jantung/murmur) Suara getaran di dalam dinding rongga jantung atau dinding aorta yang terpancar sampai ke kulit prekordial Hal-hal yang diperhatikan : 1. Waktu: sistolik atau diastolik Bising sistolik : bising midsistolik, pansistolik Bising diastolik : bising early, mid dan late distolik Bising Sistolik dan Bising Diastolik

28

Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti

Perkamen DiMiDiaRiki

2. Bentuk/konfigurasi : intensitas selama bising - bising cresendo - bising decresendo - bising cresendo-decresendo - bising plateau 3. Lokasi punctum maximum : asal dr bising misal : apeks, pulmonal 4. Penyebaran 5. Derajat intensitas : Derajat 1 : sangat lemah Derajat 2 : lemah Derajat 3 : agak keras Derajat 4 : keras, terdapat thrill Derajat 5 : sangat keras Derajat 6 : dapat didengar tanpa menempelkan stetoskop 6. Nada (pitch) : nada tinggi, medium, rendah 7. Kualitas (blowing/meniup, rumbling/bergemuruh) 8. Hubungan dgn pernafasan atau posisi badan berubah bisingnya/tetap

29

Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti

Perkamen DiMiDiaRiki

PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN


Abdomen (perut) : bag. Tubuh yang dibatasi oleh bag. thorak di sebelah atas & rongga panggul di bag bwh

Cara Pemeriksaan Syarat : 1. Penerangan memadai 2. Pasien rileks : a. VU kosong b. Terlentang, bantal di bwh kepala dan lutut c. Kedua lengan di samping badan d. Tangan pemeriksa hangat, kuku dipotong pendek e. Meminta pasien menunjuk daerah yang sakit, dan periksa daerah tersebut terakhir f. Lakukan pemeriksaan perlahan, jgn cepat & tiba-tiba g. Ajak pasien bicara h. Bila pasien geli, mulai dgn menggenggam tgn pasien pelan-pelan bergeser u/palpasi h. Monitor dgn memperhatikan ekspresi pasien 3. Daerah abdomen harus terbuka Pemeriksaan Fisik Inspeksi Auskultasi Perkusi Palpasi Pemeriksaan rektum Teknik khusus

30

Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti

Perkamen DiMiDiaRiki

Inspeksi Abdomen Pemeriksa berada di sebelah kanan abdomen Perhatikan : 1. Kulit : apakah ada Ruang interkostalatriks, striae (wrn ungu pd sindroma Cushing), vena yg melebar (sirosis hepatis), bendungan vena cava inferior, rash atu lesi kulit lainnya. 2. Umbilikus : lihat bentuk, lokasi, dan tanda inflamsi atau hernia 3. Bentuk permukaan abdomen Datar (normal) Scaphoid (normal malnutrisi) Protuberant (ingat 6F yaitu fat/gemuk, fluid/asites, feces, flatus, fetus, fatal growth) Protuberant dgn eversio umbilicus (asites kronis, obesitas dgn hernia umbilicus) Distensi abdomn setengah bagian bawah (kehamilan, VU, tumor, ovarium, fibroid) Distensi abdomen setengah bagian atas (dilatasi gaster, kista pancreas, hepar lobus kiri) Letakkan lampu pd salah satu sisi shg terbentuk bayangan pd permukaan abdomen 4. Garis bentuk pinggang : konkaf, datar, atau menggembung 5. Simetri dinding abdomen 6. Pembesaran organ 7. Massa : konsistensi, nyeri tekan, permukaan (teratur atau licin), ukuran, mobilitas (termasuk dg gerakan respirasi), lokasi, hasil perkusi, transiluminasi (lebih menunjukkan adanya kandungan cairan atau gas ketimbang jaringan padat) 8. Peristaltik : amati bbrp menit apabila Anda mencurigai adanya obstruksi usus, pd org yg kurus kadang terlihat peristaltik normal 9. Pulpasi Kelainan Dinding Abdomen (Pada Inspeksi) Dari sisi kaki penderita, amati simetris atau tidaknya. Abdomen normal tampak agak cekung dan gerakannya mengikuti gerak napas. Lalu dari sisi kanan, amati secara tangensial. Pada orang kurus bisa terlihat pulsasi a.abdominalis di garis tengah di atas umbilikus

31

Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti

Perkamen DiMiDiaRiki

Auskultasi Abdomen Memberikan informasi mengenai gerakan udara dan cairan dalam saluran cerna Suara normal : clicks dan gurgles dgn frekuensi 3-35 per menit. Borbrygmi (gurgles yg panjang) Mendengarkannya pada satu tempat saja disebarkan ke seluruh abd. Berubah pada diare, sumbatan usus, ileus paralitikus, peritonitis Pada hipertensi periksa epigastrium kuadran kanan dan kiri adanya bising Bunyi usus (-) = ileus paralitik Bunyi arus denting nada tinggi (borborigmi) = obstruksi usus akut dini Perkusi Abdomen U/ memperkirakan ukuran hepar, lien, adanya asites, massa padat/kistik, udara dalam lambung/usus

Suara timpani dominan gas di GIT tract Suara redup cairan dan feses, organ Hepar : 1. Perkusi pd MC kanan dari bwh umbilicus ke atas sampai suara redup batas bwh hepar 2. Perkusi dari paru ke bwh batas atas hepar 3. Ukur berapa cm tinggi redup hepar Nilai normal : 4-8 cm pada garis MS & 6-12 cm pada MC

32

Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti

Perkamen DiMiDiaRiki

Lien : berguna bila didapatkan splenomegali 1. Perkusi ICS terbawah AA sinistra biasanya timpani, bila redup pd inspirasi ada pembesaran lien 2. Perkusi daerah redup lien dari berbagai arah TEHNIK PERKUSI LIMPA Sekitar S.I.C. IX kiri

Palpasi Abdomen Palpasi ringan : u/mengetahui ketegangan otot, nyeri tekan abd, dan beberapa organ superficial Posisi tangan dan telapak ujung jari bersama-sama menekan dgn lembut dan ringan Palpasi dalam : u/memeriksa massa di abd dgn mengg.ujung jari Tentukan : lokasi, bentuk, konsistensi, mobilitas, terasa nyeri tekan Massa abd : fisiologis (hamil), inflamasi (divertikulitis kolon), vaskular (anuerisma aorta), neoplastik (uterus myomatosa) atau obstruktif (kandung kencing yang teregang)

33

Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti

Perkamen DiMiDiaRiki

TEHNIK PALPASI ABDOMEN Fleksi paha merelaksasi otot-otot dinding abdomen Palpasi secara lembut bisa dengan 1 atau 2 tangan Nyeri abd dan nyeri tekan inflamasi peritoneum parietal Minta pasien batuk dan temukan sakitnya Palpasi dgn lembut dgn satu jari u/menentukan daerah nyeri Nyeri lepas tekan tekan jari pelan-pelan dgn kuat, lalu lepaskan tiba-tiba tekanan, bila setelah dilepas masih sakit + Hepar : Letakkan tangan kiri di belakang costae XI dan XII Minta pasien rileks Dorong hepar ke depan Raba dengan tangan kanan Ujung jari di bwh daerah redup hepar Tekan dgn lembut ke arah dalam dan ke atas Pasien bernafas dalam-dalam Rasakan sentuhan hepar pada jari Kendurkan tekanan jari Hepar dapat meluncur Batas hepar normal lunak, tegas dan tidak berbenjol. Teknik mengait : letakkan kedua tangan bersebelahan di batas bawah redup hepar Batas atas : garis yang lewat tepat di bawah papilla mammae; batas bawahnya : dari ujung kosta X kanan ke suatu titik tepat di bawah pailla kiri

TEHNIK PALPASI HATI Palpasi dengan 1 atau 2 tangan, menggunakan sisi radial telunjuk untuk meraba tepi bawah hati saat inspirasi

34

Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti

Perkamen DiMiDiaRiki

Merupakan varian normal bentuk hati, Sering dikira massa abdomen

Hepatomegali halus Perlemakan hati Hepatomegali tak rata sirosis makronoduler, infiltrasi tumor

MELIHAT FLAPPING TREMOR Regangkan tangan ke depan, ekstensi di pergelangan tangan dan MCP, tahan 20 menit

HATI YANG MENGECIL Atropi hati : daerah sonor di atas arkus kosta

35

Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti

Perkamen DiMiDiaRiki

Vesica fellea : - Tidak pernah teraba pd org yg sehat - Lakukan palpasi dgn hati-hati 3-4 cm di bawah tepi hepar pd linea midclavicularis untuk menemukan suatu massa yg globuler, mobile dan kenyal. Gerakkan tangan Anda ke arah medial jk belum teraba. Penyebab yg sering pd pembesaran kandung empedu yg teraba adalah : obstruksi biliaris ekstrahepatik akibat malignitas (tanda dari Courvoisier), kolesistitis akut, empiema, dan hydrops Lien : Letakkan tgn kiri mengangkat costae bag bwh sebelah kiri pasien Tangan kanan di bwh arcus costae Lakukan tekanan ke arah lien Palpasi daerah yg cukup rendah pembesaran lien Minta pasien bernafas dalam Rasakan sentuhan lien pada ujung jari Adakah nyeri tekan, bagaimna permukaannya Ulangi pemeriksaan pd posisi miring ke kanan, tungkai fleksi pada paha dan lutut Gaya gravitasi menyebabkan terdorong ke depan, dan ke kanan sehingga mudah teraba

TEHNIK PALPASI LIMPA Tangan kiri di bawah, ujung jari tangan kanan mencari batas bawah organ

36

Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti

Perkamen DiMiDiaRiki

Ginjal Kanan : Letakkan tgn kiri di belakan pasien (costae XII) dgn ujung jari menyentuh sudut costovertebral Angkat dan dorong ginjal kanan ke depan Tgn kanan di kuadran kanan atas Minta pasien bernafas dalam Tekan tgn kanan dalam-dalam Coba untuk menangkap ginjal antara kedua tangan Pasien buang nafas Lepaskan tekanan dan rasakan ginjal ke posisi awal Tentukan ukuran dan ada/tidak nyeri tekan Ginjal kiri : Pindah ke sebelah kiri pasien Gunakan tgn kanan u/ menyangga Tgn kiri u/meraba kuadran kiri atas Lakukan pemeriksaan spt ginjal kanan Normal : jarang teraba

Nyeri Ketok Ginjal Periksa daerah sudut costovertebralis Kadang tek.ujung nyeri dpt nyeri Gunakan kepalan tangan Letakkan tgn pada sudut costovertebralis Pukul dgn sisi ulnar kepalan tgn

37

Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti

Perkamen DiMiDiaRiki

Gaster : Tidak pernah teraba pd org normal Colon Transversum : Struktur ini kadang teraba baik dlm keadaan sehat maupun sakit. Pd palpasi teraba suatu massa transversal yg menyerupai usus, lembek dan tdk nyeri tekan, massa ini bisa diputar ke atas dan ke bawah Caecum : Tempatkan tangan Anda scr melintang (oblique) dgn mengarah pd umbilicus. Tangkupkanlah jarijari tangan Anda dgn halus dan lakukan palpasi yg dalam. Kita sering dpt sedikit memutar caecum. Caecum acapkali teraba pd org sehat atau pd colitis aktif kalau bagian ini terisi dgn kotoran yg sulit dikosongkan. Carcinoma kadangkala teraba dan mungkin sukar dibedakan dgn kotoran/tinja. Colon sigmoid : Letakkan tangan Anda scr oblique dgn mengarah kpd sendi paha kiri. Tangkupkanlah jari-jari tangan Anda dan lakukan palpasi dgn kedalaman yg sedang. Sigmoid yg normal bentuknya spt usus, keras dan dpt diputar ke belakang serta ke depan. Dlm keadaan sakit perabaannya sama tetapi sering terasa lebih lembek. Pd carsinoma bisa teraba keras, tdk teratur, tdk nyeri tekan dan terfiksir. Vesica Urinaria : Lakukan palpasi untuk menemukan suatu massa globuler yg keras dgn batas yg bundar. Batas inferior suatu massa pelvis tidak pernah teraba. Semakin VU mengalami distensi semakin lembek VU tsb. VU normal yg penuh bisa diraba. Volume maksimum VU sekitar 700 ml. Pancreas : Organ ini tdk pernah teraba pd org normal. Palpasi Kelenjar Prostat : Periksa ukuran permukaan, konsistensi, sensitivitas, dan bentuk kelenjar prostat. Anus & Rektum : Tempatkan penderita dlm posisi lutut-dada (menungging) atau decubitus lateral kiri (lutut kanan harus ditarik ke arah dada, sementara lutut kiri hanya sedikit fleksi). Regangkan kedua belahan pantat dan lakukan inspeksi perineum. Suruhlah penderita mengejan untuk membuktikan adanya prolapsus hemorhoid. Lakukan palpasi pd kedua belahan pantat dan perineum utk mengetahui ada tidaknya indurasi dan/atau nyeri tekan. Lakukan perkusi dgn menggunakan kepalan tangan Anda pd daerah tuberositas ischii untuk menguji adanya inflamasi perirectal yg dalam. Pemeriksaan digital : lumasi jari tangan Anda yg bersarung tangan karet. Letakkan permukaan ventral jari tangan pda anus. Tekan agak kuat, dan scr berangsur masukkan jari sampai sejauh mungkin. Saluran anus mengarah ke umbilicus; rectum memutar 90o ke posterior. Rabalah dinding anterior, posterior, dan lateral.

38

Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti

Perkamen DiMiDiaRiki PEKAK ALIH ASITES

Pemeriksaan Khusus Pemeriksaan Asites 1. Tes suara redup berpindah Pasien telentang Perkusi dari medial ke lateral Tandai batas suara timpani-redup pasien miring ke salah satu sisi perkusi lagi amati batas timpani-redup Pada asites batas berubah

2. Tes undolasi minta asisten u/menekan kedua tangannya pada mid line abd Ketok satu sisi abd Rasakan pada sisi yang lain getaran oleh cairan asites 3. Posisi siku-lutut Penderita dibaringkan telungkup selama bbrp menit. Kemudian disuruh bangkit dengan menggunakan tangan dan lututnya. Lakukan perkusi dari bagian samping perut ke arah garis tengah dan berilah tanda pd batas-batas kepekatan. Kini balikkan penderita hingga telentang, bagian yg tadinya pekak skrng menghasilkan suara resonan/sonor pd perkusi Pemeriksaan Aorta Abdominal Tekanlah kuat-kuat abdomen bagian atas, sedikit di sebelah kiri garis tengah, dan rasakan adanya pulsasi aorta. Pd penderita >50 th, cobalah memperkirakan lebar aorta dgn menekankan kedua tangan pd kedua sisi

Auskultasi, dapat terdengar : Bising hepar, Bising aorta abdominalis Bising arteri renalis

39

Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti

Perkamen DiMiDiaRiki

Pemeriksaan Payudara

Garis Schuffner dr arcus costae kiri-umbilicus-SIAS untuk menilai pembesaran Limfa Tes untuk apendisitis 1. Nyeri mendadak dimulai di perut sebelah atas atau di sekitar pusar, lalu timbul mual dan muntah. Setelah beberapa jam, rasa mual hilang dan nyeri berpindah ke perut kanan bagian bawah. Nyeri akan terasa sakit pd wkt batuk. 2. Pasien datang dengan posisi membungkuk dan bila berbaring kaki kanan sedikit ditekuk. 3. Cenderung tidur menelungkup, memegang erat sebelah kanan 4. Lakukan px rectal. Px ini dpt membedakan apendiks normal dgn yg meradang. Rasa sakit pd kuadran kanan bawah mungkin berarti peradangan pd adnexa, ruang interkostalula seminalis atau appendiks 5. Pemeriksaan untuk apendisitis - Nyeri lepas tekan pd peradangan peritoneum pd titik Mc Burney (appendisitis) - Tanda Rovsing (+) rasa sakit pd kanan bawah pd waktu tekanan dilepas menunjukkan penjalaran nyeri tekan lepas positif (krn terjadi penekanan oleh udara yang menunjukan adanya iritasi peritoneal) - Tanda psoas tangan pemeriksa di lutut kanan pasien dan pasien disuruh mengangkat lutut melawan tangan pemeriksa, akan terasa nyeri karena otot psoas berkontak dgn peritoneum dekat apendiks. Cara lain, penderita berbaring miring ke kiri, tekuk tungkai kanan pd sendi paha. Timbulnya/tambahnya rasa sakit menunjukkan tanda psoas (+), berarti ada iritasi otot psoas oleh apendiks yg meradang - Tanda Obturator tekuk tungkai dan lutut pd sendi paha kemudian putarlah ke dalam, nyeri pd hipogastrik kanan menunjukkan tanda obturator (+), berarti ada iritasi m. obturator - Carilah adanya daerah kulit yg hiperestesi, dengan mencubit perlahan beberapa tempat. Pd keadaan normal, tindakan ini tidak menimbulkan rasa sakit - Titik Mc Burney 1/3 lateral dr garis yg mhubungkan SIAS-Umbilicus (dianggap lokasi appendiks yang akan terasa nyeri tekan bl terdapat appendicitis) - Mcfaddens Sign apendiks posisi pelvis bisa merangsang kandung kemih, pada anakanak sering terjadi miksi setelah nyeri

40

Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti

Perkamen DiMiDiaRiki

Pemeriksaan untuk kecurigaan terhadap kolesistitis akut Apabila ada rasa sakit dan nyeri tekan di daerah kanan atas, lakukanlah px murphys sign. Kaitkan ibu jari atau jari-jari tangan kiri Anda di bawah tepi costae di mana batas lateral m. rectus menyilang costae. Mintalah penderita untuk menarik napas dalam-dalam. Amatilah pernapasan dan derajat nyerinya. Penambahan rasa sakit yg tajam yg ditandai dgn berhentinya inspirasi scr mendadak menunjukkan murphys sign (+) Ballottement Teknik ini berguna untuk mengetahui adanya asites. Letakkan tangan Anda pd permukaan abdomen dg sudut 45o. Lakukan penekanan scr tajam ke arah organ atau massa, kemudian posisi ini dipertahankan. Struktur yg mobile akan terdorong menjauhi ujung jari tangan tetapi kemudian mengapung kembali dan menyentuh ujung jari tangan tersebut.

Masuk lewat annulus internus, keluar lewat annulus eksternus

Gejala-gejala penyakit abdomen : Nyeri. Mual dan atau muntah. Perubahan buang air besar. Perdarahan rektum. Ikterus. Distensi abdomen. Massa. Pruritus (gatal)

41

Vous aimerez peut-être aussi