Vous êtes sur la page 1sur 21

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN BBLR

Oleh : SIO ANDI 2202011222095

PROGRAM PROFESI NERS XXI PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

LAPORAN PENDAHULUAN BBLR

A. Definisi Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram sampai dengan 2499 gram (Hassan, 2005). Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) ialah semua bayi yang dilahirkan dengan berat badan kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2.499) tanpa melihat usia kehamilan (Saifudin, 2002). Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi (Wong, 2000).mBayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir (IDAI, 2004).

B. Etiologi Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu adalah umur, paritas dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR (Yayan Akhyar, 2007). 1. Faktor ibu a. Penyakit : toksemia gravidarum, perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, nefritis akut, dan diabetes mellitus. b. Usia Ibu: usia >35 tahun, multi gravida yang jarak kelahirannya terlalu dekat. c. Keadaan Sosial : golongan sosial ekonomi rendah, perkawinan yang tidak sah. d. Sebab Lain : Ibu yang perokok, peminum alkohol, dan pecandu narkotik. 2. Faktor janin : Hidramnion, kehamilan ganda, kelainan kromosom. 3. Faktor lingkungan : Tempat tinggal di dataran tinggi, radiasi, dan zat-zat racun.

C. Klasifikasi 1. Menurut Ukuran a. Bayi BBLR : bayi yang lahir dengan berat badan <2500 gr tanpa memperhatikan usia gestasi. b. Berat badan lahir sangat rendah sekali atau bayi berat badan lahir eksterm rendah : bayi yang lahir dengan berat badan <1000 gr. c. BBL sangat rendah : bayi yang lahir dengan berat badan <1500 gr d. Berat badan lahir rendah sedang : bayi yang lahir dengan berat badan antar 1501-2500 gr. d. Bayi berat sesuai usia gestasi : bayi yang lahir dengan berat badan berada diantara persentil ke-10 dan ke-90 pada kurva pertumbuhan intra uterin. e. Bayi kecil untuk kelahiran atau kecil untuk usia gestasi : bayi yang lahir dengan berat badan berada dibawah persentil ke-10 pada kurva pertumbuhan intra uterin. 2. Menurut penanganan dan harapan hidup a. Bayi berat lahir rendah (BBLR), berat lahir 1500-2500 gram b. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), bera c. (Saifuddin, 2000). 3. Menurut golongan a. Prematuritas murni Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badanya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut noenatus kurang bulan-sesuai untuk masa kehamilan (NKBSMK). b. Dismaturitas Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterine dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya (KMK) (Hassan, 2005).

4. Menurut Usia Gestasi a. Bayi Prematur (praterm) : Bayi yang lahir sebelum gestasi minggu ke37, tanpa memperhatikan berat badan lahir. b. Bayi full-term : Bayi yang lahir antara awal minggu ke-38 sampai akhir gestasi minggu ke- 42 tanpa memperhatikan berat badan lahir. c. Bayi postmatur (posterm) : Bayi lahir lebih dari usia gestasi, tanpa memperhatikan berat badan lahir (Nursalam, 2005).

D. Tanda Dan Gejala Tanda dan gejala dari bayi baru lahir rendah terdiri dari (Sarwono Prowiroharjo, 2002) : 1. Kepala lebih besar dari badan. 2. Kulit tipis, Transparan, lanugo banyak dan lemak subkutan kurang. 3. Tangis lemah atau jarang. 4. Pernafasan tidak teratur, sering timbul apnea. 5. Sikap selalu dalam keadaan abduksi kedua paha dengan sendi lutut dan pergelangan kaki dalam Fleksi / lurus. 6. Reflek moro positif. 7. Reflek Tonik leher lemah. 8. Usia < 20 atau > 35 tahun)

E. Patofisiologi Bayi berat lahir rendah dibagi menjadi dua golongan yaitu prematuritas murni dimana masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badanya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut noenatus kurang bulan-sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK) dan dismaturitas yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu yang berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterine dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya (KMK). Penyebab prematuritas antara lain dari factor ibu yaitu penyakit toksemia gravidarum, perdarahan antepartum, trauma fisis dan

psikologis, nefritis akut, diabetes mellitus, infeksi akut, tindakan operatif, usia dibawah 20 tahun, multigravida yang jarak antar kelahirannya terlalu dekat, golongan soial-ekonomi rendah maupun bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak sah, sedangkan dari factor janin adalah hidramnion dan kehamilan ganda. Penyebab dismaturitas adalah segala keadaan yang menyebabkan gangguan pertukaran zat antara ibu dan janin. Karakteristik fisis bayi dismaturitas terutama pre-term sama dengan bayi premature mungkin ditambah dengan retardasi pertumbuhan dan wasting. Pada bayi cukup bulan dengan dismaturitas, gejala yang menonjol ialah wasting, demikian pula pada postterm dengan dismaturitas. System pernapasan pada dasarnya cenderung kurang berkembang pada bayi premature. Kapasitas vital dan kapasitas residual fungsioonal paru-paru pada dasarnya kecil berkaitan dengan ukuran bayi, sebagai akibatnya sindrom gawat napas sering merupakan penyebab umum kematian. Masalah besar lainnya pada bayi premature adalah pencernaan dan absorpsi makanan yang inadekuat. Bila prematuritas bayi lebih dari dua bulan, system pencernaan dan absorpsi hampir selalu inadekuat. Absorpsi lemak juga sangat buruk sehingga bayi premature harus menjalani diet rendah lemak. Lebih jauh lagi, bayi premature memiliki kesulitan dalam absorpsi kalsium yang tidak lazim dan oleh karena itu dapat mengalami rikets yang berat sebelum kesulitan tersebut dikenali. Imaturitas organ lain yang sering menyebabkan kesulitan yang berat pada bayi premature meliputi system imun yang menyebabkan daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya kadar IgG gamma globulin, serta bayi premature relatif belum sanggup membentuk antibody dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan masih belum baik sehingga bayi premature beresiko mengalami infeksi, system integumen dimana jaringan kulit masih tipis dan rawan terjadinya lecet, system termoregulasi dimana bayi premature belum mampu mempertahankan suhu tubuh yang normal akibat penguapan yang bertambah karena kurangnya jaringan lemak di bawah kulit dan pusat pengaturan suhu yang belum

berfungsi sebagaimana mestinya sehingga beresiko mengalami hipotermi atau kehilangan panas dalam tubuh.

F. Pemeriksaan Penunjang 1. Analisa gas darah ( pH kurang dari 7,20 ). 2. Penilaian APGAR Score meliputi (Warna kulit, frekuensi jantung, usaha nafas, tonus otot dan reflek). 3. Pemeriksaan EEG dan CT-Scan jika sudah timbul komplikasi. 4. Pengkajian spesifik 5. Pemeriksaan fungsi paru 6. Pemeriksaan fungsi kardiovaskuler 7. Pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia 8. Titer Torch sesuai indikasi 9. Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi 10. Pemantauan elektrolit 11.Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan ( missal : foto thorax ).

G. Penatalaksanaan 1. Penanganan bayi Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator. 2. Bungkus bayi dengan kain lunak, kering, selimut, pakai topi untuk menghindari kehilangan panas. 3. Pengaturan suhu tubuh Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan berkembang secara memuaskan, asal suhu rectal dipertahankan antara 35,50 C s/d 370 C. Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan dimana suhu normal tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolic yang minimal. Bayi berat rendah

yang dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka, juga memerlukan pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu perawatan harus diatas 25 0 C, bagi bayi yang berat sekitar 2000 gram, dan sampai 300 C untuk bayi dengan berat kurang dari 2000 gram. 4. Inkubator Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator. Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui jendela atau lengan baju. Sebelum memasukkan bayi kedalam incubator, incubator terlebih dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0 C, untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang, hal ini memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan lebih mudah. 5. Pemberian oksigen Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm BBLR, akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi O2 yang diberikan sekitar 30- 35 % dengan menggunakan head box, konsentrasi O2 yang tinggi dalam masa yang panjang akan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan. 6. Pencegahan infeksi Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi yang kurang berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan terhadap infeksi. Untuk mencegah infeksi, perawat harus menggunakan gaun khusus, cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi, memakai masker, gunakan gaun/jas, lepaskan semua asessoris dan tidak boleh masuk kekamar bayi dalam keadaan infeksi dan sakit kulit. 7. Pemberian makanan Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan pilihan pertama, dapat diberikan melalui kateter ( sonde ), terutama pada bayi yang reflek hisap dan menelannya lemah. Bayi berat lahir rendah

secara relative memerlukan lebih banyak kalori, dibandingkan dengan bayi preterm.

H. Komplikasi 1. SGN, penyakit membran hialin, biasanya disebabkan oleh surfaktan yang inadekuat/tidak sempurna dalam tubuh. 2. Pneumonia aspirasi karena reflek menelan dan batuk belum sempurna. 3. Pre ventrikuler-intra ventrikuler hemoragi, perdarahan spontan pada ventrikel otak yang biasanya disebabkan oleh anoksia jaringan. 4. Hiperbilirubenemia karena gangguan pertumbuhan hati.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BBLR

A. Pengkajian 1. Identitas 2. Masalah yang berkaitan dengan ibu a. Penyakit seperti hipertensi, toksemia, plasenta previa, kehamilan kembar, malnutrisi dan diabetes melitus. b. Riwayat kelahiran prematur atau aborsi, penggunaan obat-obatan, alkohol dan rokok. 3. Bayi pada saat kelahiran a. Berat badan biasanya <2500 gr, kurus, lapisan lemak subkutan sedikit atau tidak ada, kepala relatif lebih besar dibanding dada. (lingkar kepala <33 cm, lingkar dada <30cm), panjang badan 45 cm. b. Kardiovaskuler : denyut jantung rata-rata 120-160 per menit pada bagian apikal, kebisingan jantung terdengar pada seperempat bagian interkostal, aritmia, tekanan darah sistor 45-60 mmHg, nada bervariasi antara 100-160x/ menit. c. Gastrointestinal : penonjolan abdomen, pengeluaran mikonium biasanya terjadi dalam waktu 12 jam, refleks menelan dan menghisap yang lemah, peristaltik usia dapat terlihat. d. Mukoloskeletal : tulang kertilago telinga belum tumbuh dengan sempurna, lembut. e. Paru : jumlah pernafasan rata-rata antara 40-60 permenit diselingi periode apnea, pernafasan tidak teratur, flaring nasal, dengkuran, terdengar suaara gemeresiklipoprotein paru-paru. f. Urinaria : berkemih terjadi setelah 8 jam kelahiran, ketidak mampuan untuk melarutkan eksresi kedalam urine. g. Reproduksi : bayi perempuan : klitoris yang menonjol dengan labia mayora yanng belum berkembang ; bayi laki-laki skrotum yang belum berkembang sempurna dengan ruga ynag kecil, testis tidaktirun kedalam skrotum.

4. Riwayat Kesehatan a. Keluhan utama Keluhan utama adalah keluhan atau gejala yang menyebabkan klien dibawa ke Rumah sakit. Biasanya yang dikeluhkan pada bayi BBLR adalah berat badan lahir kurang dari 2500 gram, pernapasan cepat, bayi kurang bisa menyusu. b. Riwayat Penyakit Saat Ini Pada riwayat perjalanan ini, diuraikan secara kronologis, terinci dan jelas mengenai keadaan kesehatan penderita sebelum ada keluhan sampai bayi dibawa ke rumah sakit (bagaimana keadaan bayi dari lahir dan obat-obatan apa yang telah diberikan). c. Riwayat antenatal Hal yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayat antenatal pada kasus BBLR yaitu : Keadaan ibu selama hamil dengan penyakit anemia, hipertensi, gizi buruk, penyakit kolagen : infeksi maternal seperti rubella, tumor uterus, kebiasaan merokok, ketergantungan obat-obatan dengan efek samping teratogenik (anti metabolik, anti konvulsan, trimetadon) atau dengan penyakit seperti diabetes mellitus,

kardiovaskuler dan paru. Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran multiple, kelainan kongenital, riwayat persalinan preterm. Hari pertama hari terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan (kehamilan postdate atau preterm). d. Riwayat kesehatan keluarga Gangguan kardiopulmonal, penyakit infeksi, gangguan genetik, diabetes mellitus.

5. Pola Fungsional Sehat (Gordon) a. Pola Nutrisi- Metabolik Hal yang perlu dikaji pada bayi dengan BBLR, gangguan absorbsi gastrointentinal, muntah aspirasi, kelemahan menghisap sehingga perlu diberikan cairan parentral atau personde sesuai dengan kondisi bayi

untuk mencukupi kebutuhan elektrolit, cairan, kalori dan juga untuk mengoreksi dehidrasi, asidosis metabolik, hipoglikemi disamping untuk pemberian obat intravena. Kebutuhan minum pada neonatus : 1) Hari ke 1 = 50-60 cc/kg BB/hari 2) Hari ke 2 = 90 cc/kg BB/hari 3) Hari ke 3 = 120 cc/kg BB/hari 4) Hari ke 4 = 150 cc/kg BB/hari 5) Tiap harinya sampai mencapai 180 200 cc/kg BB/hari. b. Pola Eliminasi 1) BAB : frekuensi, jumlah, konsistensi, perhatikan adanya darah dalam feses. 2) BAK : frekuensi, jumlah.

6. Pemeriksaan Fisik a. Kadaan umum b. Tanda-tanda vital : Untuk bayi preterm beresiko terjadinya hipotermi bila suhu tubuh < 37 C. Sedangkan suhu normal tubuh antara 36,5C37,5C, nadi normal antara 120-140 kali per menit respirasi normal antara 40-60 kali permenit, sering pada bayi post asfiksia berat pernapasan belum teratur. c. Head to toe : 1) Kepala : Hal yang perlu dikaji rambut tipis dan halus, sutura tengkorak dan fontanel melebar: penonjolan fontanel karena ketidakadekuatan pertumbuhan tulang mungkin terlihat. Cacat bawaan (Myrocepalus, hydrocepalus, dan lain-lain), trauma jalan lahir. Kepala kecil dengan dahi menonjol, kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom, ubun-ubun besar cekung atau cembung kemungkinan adanya peningkatan tekanan

intrakranial. 2) Mata : Pelebaran tampilan mata (dihubungkan dengan hipoksia in utero kronis), kemungkinan cacat bawaan (mikroftalmia, katarak,

dan lain-lain). Warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding konjungtiva. 3) Hidung : Batang hidung cekung, hidung pendek mencuat, tandatanda distres pernafasan mungkin ada, khususnya pada adanya sindrom aspirasi mekonium, mukus mungkin hijau pekat, pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lendir. 4) Mulut : Bibir atas tipis, dagu maju, refleks menelan dan menghisap yang lemah, mukosa mulut (kotor, bersih), ada lendir atau tidak. 5) Telinga : Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan,

bentuk/simetris, letaknya, pendengaran, cacat bawaan, dan lain-lain. 6) Muka : Pals muka, tanda-tanda dismorfik, seperti lipatan epkantus, jarak mata yang lebar, adanya kelainan bentuk, kelainan letak, trauma. 7) Leher : Perhatikan kebersihannya karena leher neonatus pendek, trauma atau akibat fiksasi posisi bayi dapat menimbulkan hematom atau fibrosis. 8) Jantung : Denyut jantung rata-rata 120 sampai 160 permenit pada bagian apical dengan ritme yang teratur; pada saat kelahiran, kebisingan jantung terdengar pada seperempat bagian interkostal, yang menunjukkan aliran darah dari kanan kiri karena hipertensi atau atelektasis paru. 9) Abdomen : Dapat tampak skafoid atau konkaf, pengeluaran mekonium biasanya terjadi dalam waktu 12 jam ; ada atau tidak ada anus ; ketidaknormalan congenital lain. 10) Genetalia : Bagi perempuan: klitoris yang menonjol dengan labia mayora yang belum berkembang; bagi laki-laki: skrotum yang belum berkembang sempurna dengan ruga yang kecil, testis tidak turun ke dalam skrotum. 11) Anus : Perhatikan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta warna dari feses.

12) Ekstremitas : Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah tulang atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta jumlahnya, warna mekonium mungkin jelas pada jari tangan. 13) Pertumbuhan dan Perkembangan : Riwayat tumbuh kembang meliputi berat badan, panjang badan, lingkar kepala/dada dan lengan saat lahir, BB lahir normal 2500-3000 gram, PB 45-50 cm, LK 32-37 cm (Nursalam, 2001).

B. Diagnosa Dan Intervensi Keperawatan NO Diagnosa keperawatan/masalah Kolaborasi 1 Pola nafas tidak efektif b.d NOC : imaturitas neorumuskular, paru dan a. Respiratory status : Ventilation b. Respiratory patency c. Vital sign Status Kriteria Hasil : status : Airway Airway Management a. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu b. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi c. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan TUJUAN INTERVENSI

penurunan

energi, dan keletihan.

a. Mendemonstrasikan batuk efektif d. Pasang mayo bila perlu dan suara nafas yang bersih, tidak e. Lakukan fisioterapi dada jika perlu ada sianosis dan dyspneu (mampu f. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction mengeluarkan sputum, mampu g. Auskultasi tambahan h. Lakukan suction pada mayo suara nafas, catat adanya suara

bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)

b. Menunjukkan jalan nafas yang i. Berikan bronkodilator bila perlu paten (klien tidak merasa tercekik, j. Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl irama nafas, frekuensi pernafasan Lembab

dalam rentang normal, tidak ada k. Atur suara nafas abnormal)

intake

untuk

cairan

mengoptimalkan

keseimbangan.

c. Tanda Tanda vital dalam rentang l. Monitor respirasi dan status O2 normal (tekanan darah, nadi, Terapi Oksigen a. Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea b. Pertahankan jalan nafas yang paten c. Atur peralatan oksigenasi d. Monitor aliran oksigen e. Pertahankan posisi pasien f. Onservasi adanya tanda tanda hipoventilasi g. Monitor oksigenasi Vital sign Monitoring a. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR b. Catat adanya fluktuasi tekanan darah c. Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri adanya kecemasan pasien terhadap

pernafasan)

d. Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan e. Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas f. Monitor kualitas dari nadi g. Monitor frekuensi dan irama pernapasan h. Monitor suara paru i. Monitor pola pernapasan abnormal j. Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit k. Monitor sianosis perifer l. Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik) m. Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign 2 Inefektif termoregulasi Setelah dilakukan tindakan Penanganan demam

berhubungan dengan kontrol keperawatan 3x24 jam, klien dapat a. Lakukan monitoring suhu secara kontinyu suhu yang imatur lemak dan mencapai status thermoregulasi yang b. Monitor warna dan suhu kulit tubuh baik secara konstan dengan criteria c. Monitor tekaan darah, nadi dan RR hasil : a. Tanda-tanda normal vital dalam d. Monitor tingkat kesadaran batas e. Monitor WBC, HB, HCT f. Monitor intake dan output

penurunan subkutan.

b. Kulit tidak panas, kemerahan

g. Berikan anti piretik h. Lakukan tapid sponge i. Berikan cairan intravena j. Kompres klien pada lipat paha dan aksila k. Tingkatkan sirkulasi udara Pengaturan suhu a. Monitor suhu minimal tiap 2 jam b. Monitor TD, nadi, RR c. Monitor warna dan suhu kulit d. Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi e. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi

Ketidakseimbangan

nutrisi Setelah

dilakukan

tindakan Managemen nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh keperawatan selama 3 x 24 jam, a. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang kebutuhan berhubungan ketidakmampuan nutrisi dengan diharpkan status nutrisi klien kalori dan tipe makanan yang dibutuhkan

mencerna terpenuhi: intake makanan, gizi dan b. Tingkatkan intake protein, zat besi dan vit c cairan, dengan kriteria: a. BB normal sesuai umur dan tinggi badan c. Anjurkan untuk makan tktp dan tingkatkan minum sesuai kebutuhan d. Monitor intake nutrisi dan kalori

b. Mengkonsumsi adekuat

nutrisi

yang Nutritional terapi a. Kaji kebutuhan untuk pemasangan NGT

c. Tidak menunjukkan tanda mal b. Berikan makanan melalui NGT k/p nutrisi c. Berikan lingkungan yang nyaman dan tenang untuk mendukung makan d. Berikan makanana sedikit-sedikit tetapi sering e. Monitor penurunan dan peningkatan BB f. Kaji rasa mual dan muntah g. Monitor kelemahan, fatigue h. Monitor intake kalori dan gizi 4 Risiko kerusakan integritas Setelah kulit b.d dilakukan tindakan Skin survailance

penurunan status keperawatan 3 x 24 jam tidak ada a. Monitor suhu tubuh, warna kulit tanda-tanda kerusakan intergritas kulit b. Monitor kulit dari tanda kemerahan, edema, turgor dengan kriteria hasil : a. Turgor kulit elastis b. Suhu tubuh dbn c. Tidak ada edema d. Tidak ada tanda REEDA Pressure management a. Monitor activity dan mobility b. Monitor sumber penekanan kulit c. Monitor perubahan kulit dan membrane mukosa

nutrisi dan kelembaban kulit

c. Monitor status nutrisi d. Alih baring tiap 2 jam 5 Risiko infeksi berhubungan NOC : dengan pertahanan a. Immune Status b. Knowledge : Infection control c. Risk control Kriteria Hasil : a. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi Infection Control (Kontrol infeksi) a. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain b. Pertahankan teknik isolasi c. Batasi pengunjung bila perlu d. Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien

imunologis yang kurang

b. Mendeskripsikan proses penularan e. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan penyakit, mempengaruhi factor penularan yang f. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan serta kperawtan g. Gunakan pelindung h. Pertahankan pemasangan alat i. Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan petunjuk umum j. Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan lingkungan aseptik selama baju, sarung tangan sebagai alat

penatalaksanaannya, c. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi d. Jumlah leukosit dalam batas normal e. Menunjukkan perilaku hidup sehat

infeksi kandung kencing k. Tingktkan intake nutrisi l. Berikan terapi antibiotik bila perlu Infection Protection (proteksi terhadap infeksi) a. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal b. Monitor hitung granulosit, WBC c. Monitor kerentanan terhadap infeksi d. Batasi pengunjung e. Saring pengunjung terhadap penyakit menular f. Partahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko g. Pertahankan teknik isolasi k/p h. Berikan perawatan kuliat pada area epidema

Catatan Discharge Planning : Sebelum pulang bayi sudah harus mampu minum sendiri, baik dengan botol maupum putting susu ibu. Selain itu kenaikan berat badan berkisar antara 10 30 gram / hari dan suhu tubuh tetap normal diruang biasa. Biasanya bayi dipulangkan dengan berat badan lebih dari 2000 gram dan semua masalah berat sudah teratasi.

DAFTAR PUSTAKA

Betz, L C dan Sowden, L A. 2002. Keperawatan Pediatri Edisi 3. Jakarta : EGC Hanifa, W. 2000. Ilmu Kebidanan, Edisi II. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono, Prawiroharjo., Hassan, Rusepno. 2005. Buku kuliah 3 ilmu kesehatan anak. Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI Heri, dkk. 2000. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak Edisi Ke dua. Bandung : FKU Padjadjaran Hidayat, A. 2001. Pengantar Dokumentasi Proses Keperawatan. Jakarta : EGC Hidayat, A. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Jakarta : Salemba Medika Irianto, K. 2004. Struktur Dan Fungsi Tubuh Manusia Untuk Paramedis. Bandung : Yrama Widya Laksman, Hendra. 2003. Kamus Kedokteran. Jakarta : Djambaran Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga Jilid 1. Jakarta : EGC Manuaba, I.B.G. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berancana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC Markum, A. 2002. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : FKUI Saifuddin, Abdul Bari. 2000. Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. 2002. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : FKUI Supartini. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC Tambayong. 2000. Patofisiologi Untuk Keperawatan, Jakarta : EGC Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Vous aimerez peut-être aussi