Vous êtes sur la page 1sur 57

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Involusi Uteri a.

Pengertian Involusio uteri adalah proses yang dimulai setelah pengeluaran plasenta, dimana korpus uteri yang berkontraksi terletak kira-kira di pertengahan antara umbilikus dan simfisis, dan kembali ke ukuran semula seperti sebelum hamil dalam waktu sekitar empat minggu (Williams, et al. 2006. hlm. 319). Dapat disimpulkan bahwa Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus. b. Pengkajian Involusio Uteri Involusio uteri meliputi reorganisasi dan pengeluaran endometrium dan eksfoliasi tempat perlekatan plasenta yang ditandai dengan penurunan ukuran dan berat, serta perubahan pada lokasi uterus juga ditandai dengan warna dan jumlah lotea. Segera setelah kelahiran bayi tinggi fundus uteri (TFU) terletak sekitar dua per tiga hingga tiga per empat bagian atas simfisis pubis dan umbilikus ( Varney, 2008. hlm. 959). Uterus berkontraksi dengan kuat setelah kelahiran bayi, ukurannya

15

mengecil lebih dari setengahnya. Uterus akan tetap sama ukurannya sampai sekitar dua hari, kemudian berkurang dan turun sekitar satu ruas jari per hari (Stright, 2005. hlm. 19). Pada akhir tahap ke tiga persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm di bawah umbilikus dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis. Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus uteri mencapai kurang lebih 1 cm di atas umbilikus. Beberapa hari kemudian, perubahan involusio berlangsung dengan cepat, fundus turun kira-kira 1 sampai 2 cm setiap 24 jam. Pada hari ke enam fundus normal akan berada di pertengahan antara umbilikus dan simfisis pubis, dan di hari ke 9 abdomen tidak dapat dipalpasi (Bobak, et al. 2005, hlm. 493). Dalam 10 hari hingga 2 minggu letak uterus akan kembali ke rongga pelvis. Otot tetap berkontraksi untuk menjepit pembuluh darah pada bagian perlekatan plasenta, untuk mencegah perdarahan (Ladewing, et al. 2006, hlm. 230). c. Involusi alat-alat kandungan 1) Uterus Setelah bayi dilahirkan, uterus yang selama persalinan mengalami kontraksi dan retraksi akan menjadi keras sehingga dapat menutup pembuluh darah besar yang bermuara pada bekas implantasi plasenta. (Sarwono, 2006). Pada hari pertama ibu post partum tinggi fundus uteri kira-kira satu jari bawah pusat (1 cm). Pada hari kelima

16

post partum uterus menjadi 1/3 jarak antara symphisis ke pusat. Dan hari ke 10 fundus sukar diraba di atas symphisis. (Prawirohardjo, 2002). tinggi fundus uteri menurun 1 cm tiap hari. (Reader, 2008). Secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) hingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil. Tabel 1.1 Tinggi Fundus Uterus dan Berat Uterus Menurut Masa Involusi Menurut Sarwono 2006
Bobot Uterus 1000 gram 750 gram 500 gram 350 gram 50 gram 30 gram Diameter Uterus 12,5 cm 10.0 cm 7,5 cm 5,0 cm 2,5 cm 0,5 cm Palpasi Serviks Lembut/lunak Lembut/lunak 2 cm 1 cm Menyempit Menyempit

Waktu Bayi lahir Uri lahir Akhir minggu ke-1 Akhir minggu ke-2 Akhir minggu ke-6 Akhir minggu ke-8

TFU Setinggi pusat 2 jari dibawah pusat Pertengahan pusat sympisis Tidak teraba diatas sympisis Bertambah kecil Sebesar Normal

Kecepatan penurunan tinggi fundus uteri dibagi menjadi 3 kategori (Wiknjosastro, 2005) : a) Lambat b) Sedang c) Cepat : jika penurunan kurang dari 7 cm/5 hari : jika penurunan sama dengan 7 cm/5 hari : jika penurunan lebih dari 7 cm/5 hari.

Involusi uteri ini disebabkan oleh :

17

a) Kontraksi dan retraksi serabut otot uterus yang terjadi terus menerus sehingga mengakibatkan kompresi pembuluh darah dan anemia setempat (iskemia). b) Otolisis-sitoplasma sel yang berlebih akan tercerna sendiri sehingga tertinggal jaringan fibro-elastik dalam jumlah renik dalam bukti kehamilan. c) Atrofi-jaringan yang berproliferasi dengan adanya estrogen

dalam jumlah besar, kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap penghentian produksi estrogen serta yang menyertai pelepasan plasenta. Selain perubahan atrofik pada otot-otot uterus, lapisannya (desidua) akan mengalami atrofi dan terlepas dengan meninggalkan lapisan basal yang akan bergenerasi menjadi endometrium yang baru. Luka bekas pelekatan

plasenta memerlukan 8 minggu untuk penyembuhan total. d) Setelah partus, pengaruh menekan dari estrogen dan

progesterone terhadap hipofisis hilang (Farrer, 2001). Involusi uteri dari luar dapat diamati yaitu dengan memeriksa fundus uteri dengan cara: a) Segera setelah persalinan, TFU 2 cm dibawah pusat, 12 jam kemudian kembali 1 cm di atas pusat dan menurun kira-kira 1 cm setiap hari.

18

b) Pada hari ke dua setelah persalinan TFU 1 cm dibawah pusat. Pada hari ke-3-4 TFU 2 cm dibawah pusat. Pada hari 5-7

TFU setengah pusat sympisis. Pada hari ke-10 TFU tidak teraba. Pemeriksaan uterus meliputi mencatat lokasi, ukuran, dan konsistensi antara lain : a) Penentuan lokasi uterus Dilakukan dengan mencatat apakah fundus berada diatas atau dibawah umbilicus dan apakah fundus berada digaris tengah abdomen /bergeser ke salah satu sisi. b) Penentuan ukuran uterus Dilakukan melalui palpasi dan mengukur TFU pada puncak fundus dengan jumlah lebar jari dari umbilikus atas atau bawah. c) Penentuan konsistensi uterus Ada 2 ciri konsistensi uterus yaitu uterus keras teraba sekeras batu dan uterus lunak dapat dilakukan, terasa mengeras dibawah jari-jari ketika tangan melakukan masasse pada uterus (Varney, 2004).

19

Bila uterus mengalami atau terjadi kegagalan dalam involusi tersebut disebut subinvolusi. Subinvolusi sering disebabkan infeksi dan tertinggalnya sisa plasenta dalam uterus sehingga proses involusi uterus tidak berjalan dengan normal atau terlambat, bila subinvolusi uterus tidak tertangani dengan baik, akan

mengakibatkan perdarahan yang berlanjut atau post partum haemorrhage. Ciri-ciri subinvolusi atau proses involusi yang abnormal diantaranya: tidak secara progesif dalam pengambilan ukuran uterus. Uterus teraba lunak dan kontraksi buruk, sakit pada punggung atau nyeri pada pelvik yang konsisten, perdarahan pervaginam abnormal seperti perdarahan segar, lochia rubra banyak, peristen dan berbau busuk (Barbara, 2004 & Anggraini, 2010). 2) Bekas implantasi plasenta Otot-otot uterus berkontraksi segera post partum. Pembuluhpembuluh darah yang berada diantara anyaman-anyaman otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta lahir. Plasenta mengecil karena kontraksi dan menonjol ke ovum uteri dengan diameter 7,5 cm. Sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm. Pada minggu ke 6 2,4 cm dan akhirnya pulih. (Mochtar, 2009). Bagian bekas plasenta merupakan suatu luka yang kasar dan menonjol ke dalam kavum uteri segera setelah persalinan. Penonjolan tersebut dengan diameter 7,5 sering
20

disangka sebagai suatu bagian plasenta yang tertinggal, setelah 2 minggu diameternya menjadi 3,5 cm dan pada 6 minggu 2,4 cm dan akhirnya pulih. (Sarwono, 2002) Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh trombus. Luka bekas implantasi plasenta tidak meninggalkan parut karena dilepaskan dari dasarnya dengan pertumbuhan endometrium baru dibawah permukaan luka. Endometrium ini tumbuh dari pinggir luka dan juga sisa-sisa kelenjar pada dasar luka. (Sarwono, 2002:121). Perubahan pembuluh darah rahim dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh darah yang besar, tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah yang banyak maka arteri harus mengecil lagi dalam nifas. Perubahan pada serviks dan vagina. Beberapa hari setelah persalinan ostium eksternum dapat dilalui oleh 2 jari, pada akhir minggu pertama dapat dilalui oleh 1 jari saja. Karena hiperplasi ini dan karena retraksi dari serviks, robekan serviks jadi sembuh. Vagina yang sangat diregang waktu persalinan, lambat laun mencapai ukuran yang normal. Pada minggu ke 3 post partum ruggae mulai nampak kembali. Apa yang terjadi ditempat implantasi plasenta :

21

a) Bekas implantasi plasenta segera setelah plasenta lahir seluas 12x5 cm, permukaan kasar, dimana pembuluh darah besar bermuara. b) Pada pembuluh darah terjadi pembentukan thrombosis

disamping pembuluh darah tertutup karena kontraksi otot rahim. c) Bekas luka implantasi dengan cepat mengecil, pada minggu ke2 sebesar 6-8 cm dan pada akhir masa nifas sebesar 2 cm. d) Lapisan endometrium dilepaskan dalam bentuk jaringan nekrosis bersama dengan lochia. e) Luka bekas implantasi plasenta akan sembuh karena

pertumbuhan endometrium yang berasal dari tepi luka dan lapisan basalis endometrium. f) Luka sembuh sempura perubahan pada 6-8 minggu postpartum. 3) Involusi tempat plasenta Setelah persalinan, tempat plasenta merupakan tempat dengan permukaan kasar, tidak rata dan kira-kira sebesar telapak tangan. Dengan cepat luka ini mengecil, pada akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm. Penyembuhan luka bekas plasenta khas sekali. Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh

22

thrombus. Biasanya luka yang demikian sembuh dengan menjadi parut, tetapi luka bekas plasenta tidak meninggalkan parut. Hal ini disebabkan karena luka ini sembuh dengan cara dilepaskan dari dasarnya tetapi diikuti pertumbuhan endometrium baru di bawah permukaan luka. Endometrium ini tumbuh dari pinggir luka dan juga dari sisa-sisa kelenjar pada dasar luka. Regenerasi

endometrium terjadi di tempat implantasi plasenta selama sekitar 6 minggu. Epitelium berproliferasi meluas ke dalam dari sisi tempat ini dan dari lapisan sekitar uterus serta di bawah tempat implantasi plasenta dari sisa-sisa kelenjar basilar endometrial di dalam deciduas basalis. Pertumbuhan kelenjar endometrium ini berlangsung di dalam decidua basalis. 4) Kontraksi uterus. Otot-otot uterus berkontraksi segera post partum. Pembuluhpembuluh darah yang berada diantara anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta dilahirkan (Wiknjosasatro, 2009). Mekanisme terjadinya kontraksi pada uterus adalah melalui 2 cara yaitu : a) Kontraksi oleh ion kalsium Sebagai pengganti troponin, sel-sel otot polos mengandung sejumlah besar protein pengaturan yang lain yang disebut
23

kamodulin. Terjadinya kontraksi diawali dengan ion kalsium berkaitan dengan kalmoduli. Kombinasi kalmodulin ion kalsium kemudian bergabung dengan sekaligus mengaktifkan myosin kinase yaitu enzim yang melakukan fosforilase sebagai respon terhadap myosin kinase. Bila rantai ini tidak mengalami fosforilasi, siklus perlekatanpelepasan kepala myosin dengan filament aktin tidak akan terjadi. Tetapi bila rantai pengaturan mengalami fosforilasi, kepala memiliki kemampuan untuk berikatan secara berulang dengan filament aktin dan bekerja melalui seluruh proses siklus tarikan berkala sehingga mengghasilkan kontraksi otot uterus.

b) Kontraksi yang disebabkan oleh hormon Ada beberapa hormon yang mempengaruhi adalah epinefrin, norepinefrin, angiotensin, endhothelin, vasoperin, oksitonin serotinin, dan histamine. Beberapa reseptor hormon pada membran otot polos akan membuka kanal ion kalsium dan natrium serta menimbulkan depolarisasi membran. Kadang timbul potensial aksi yang telah terjadi. Pada keadaan lain, terjadi depolarisasi tanpa disertai dengan potensial aksi dan depolarisasi ini membuat ion kalsium masuk kedalam sel
24

sehingga terjadi kontraksi pada otot uterus. (Wiknjosasatro, 2009). Dengan faktor-faktor diatas dimana antara 3 faktor itu saling mempengaruhi satu dengan yang lain, sehingga memberikan akibat besar terhadap jaringan otot-otot uterus, yaitu hancurnya jaringan otot yang baru, dan mengecilnya jaringan otot yang membesar. Dengan demikian proses involusi terjadi sehingga uterus kembali pada ukuran dan tempat semula. Adapun kembalinya keadaan uterus tersebut secara gradual artinya, tidak sekaligus tetapi setingkat. Sehari atau 24 jam setelah persalinan, fundus uteri agak tinggi sedikit disebabkan oleh adanya pelemasan uterus segmen atas dan uterus bagian bawah terlalu lemah dalam meningkatkan tonusnya kembali. Tetapi setelah tonus otot-otot kembali fundus uterus akan turun sedikit demi sedikit. (Christian, 2006). 5) Lochea Dengan adanya involusi uterus, maka lapisan luar dari decidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik. Decidua yang mati akan keluar bersama dengan sisa cairan. Campuran antara darah dan decidua tersebut dinamakan Lochea, yang biasanya berwarna merah muda atau putih pucat. Menurut Varney,

25

2004:253 Lochia adalah nama yang diberikan pada pengeluaran dari uterus yang terlepas melalui vagina selama masa nifas. Lochea adalah sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas. Pada hari pertama dan kedua laokia lubra atau lochea krunta, terdiri atas darah segar bercampur sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desi dua, sisa-sisa verniks kaseosa, lanugo, sanguinolenta. Setelah satu minggu, lochea cair tidak berdarah lagi, warnanya agak kuning, disebut lochea serosa. Setelah dua minggu, lochea hanya merupakan cairan putih disebut sebagai cairan alba. Biasanya lochea berbau agak sedikit amis, kecuali bila terdapat infeksi; dan akan bau busuk, umpamanya pada adanya lokiostatis (lochea tidak lancar keluar) dan infeksi (Wiknjosastro, 2009). Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lochea mempunyai bau yang amis meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Secret mikroskopik lochea terdiri dari eritrosit, peluruhan decidua, sel epitel dan bakteri. Lochea mengalami perubahan karena proses involusi. Pengeluaran Lochea dapat dibagi berdasarkan waktu dan warnanya, antara lain :

26

a) Lochia Rubra/ merah (kruenta) muncul pada hari 1 sampai hari ke 4 masa postpartum. Warnanya merah dan mengandung darah dari perobekan/luka pada plasenta dan serabut dari decidua dan chorion. Terdiri dari sel desidua, verniks caseosa, rambut lanugo, sisa mekoneum dan sisa darah. b) Lochia Sanguinolenta muncul pada hari ke 4 sampai hari ke 7 postpartum. Cairan berwarna merah kecoklatan dan berlendir. c) Lochia Serosa muncul pada hari ke 7 sampai ke 14 postpartum. Warnanya kekuningan atau kecoklatan. Terdiri dari lebih sedikit darah dan lebih banyak serum, juga terdiri dari leukosit dan robekan laserasi plasenta. d) Lochia Alba berlangsung selama 2 sampai 6 minggu postpartum. Warnanya lebih pucat, putih kekuningan dan lebih banyak mengandung leukosit, selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati. e) Lochia purulenta terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk. f) Lochiostatis lochia tidak lancar keluarnya. Lochia rubra yang menetap pada awal periode postpartum menunjukkan adanya perdarahan postpartum sekunder yang mungkin disebabkan tertinggalnya sisa/selaput plasenta. Lochia

27

serosa/alba yang berlanjut bisa menandakan adanya endometritis, terutama jika disertai demam, rasa sakit atau nyeri tekan pada abdomen. Bila pengeluaran Lochia tidak lancar maka disebut lochiastasis. Kalau Lochia tetap berwarna merah setelah 2 minggu ada kemungkinan tertinggalnya sisa plasenta atau

karena involusi yang kurang sempurna yang sering disebabkan retroflexio uteri. Lochia mempunyai suatu karakteristik bau yang tidak sama dengan secret menstrual. Bau yang paling kuat pada Lochia serosa harus dibedakan dengan bau yang menandakan infeksi. Lochia disekresikan dengan jumlah banyak pada awal jam postpartum yang selanjutnya akan berkurang sejumlah besar sebagai lochia rubra, sejumlah kecil sebagai lochia serosa dan sejumlah lebih sedikit lagi lochia alba. Umumnya jumlah lochia lebih sedikit bila wanita postpartum berada dalam posisi berbaring daripada berdiri. Hal ini terjadi akibat pembuangan bersatu di vagina bagian atas saat wanita dalam posisi berbaring dan kemudian akan mengalir keluar saat berdiri. Total jumlah rata-rata pembuangan lochia kira-kira 8 hingga 9 oz atau sekitar 240 hingga 270 ml (Anggraini, 2011). 6) Serviks Setelah persalinan, bentuk servik agak menganga seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengandakan kontraksi, sedangkan servik tidak berkontraksi, sehingga seolah28

olah pada berbatasan antara korpus dan servik uteri berbentuk, semacam cincin. Warna servik sendiri merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah, konsistensinya lunak, segera setelah janin dilahirkan. Tangan pemeriksa masih dapat dimasukkan 2-3 jari dan setelah 1 minggu hanya dapat dimasukkan 1 jari ke dalam kavum uteri. (Sarwono, 2006). Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah

persalinan ostium eksterna dapat dimasuki oleh dua hingga tiga jari tangan dan setelah tiga minggu post natal, serviks menutup karena robekan kecil-kecil selama dilatasi, serviks tidak pernah kembali ke keadaan sebelum hamil (nulipara) yang berupa lubang kecil seperti mata jarum dan serviks hanya kembali pada keadaan tidak hamil yang berupa lubang kecil yang sudah sembuh tertutup tapi berbentuk celah (Farrer, 2001). Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks postpartum adalah bentuk serviks yang akan menganga seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak

berkontraksi, sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan serviks uteri terbentuk semacam cincin. Warna serviks sendiri merah kehitam-hitaman karena banyak pembuluh darah. Beberapa hari setelah persalinan, ostium externum dapat dilalui oleh 2 jari, pinggir-pinggirnya tidak rata tetapi retak-retak karena robekan dalam persalinan. Pada akhir minggu pertama hanya dapat dilalui

29

oleh 1 jari saja, dan lingkaran retraksi berhubungan dengan bagian atas dari canalis cervikalis. Pada serviks terbentuk sel-sel otot baru yang mengakibatkan serviks memanjang seperti celah. Karena hyperplasia dan retraksi dari serviks, robekan serviks menjadi sembuh. Setelah involusi selesai, ostium externum tidak serupa dengan keadaan sebelum hamil, pada umumnya lebih besar dan tetap ada retakan dan robekan pada pinggirnya, terutama pada pinggir samping. Oleh robekan ke samping ini terbentuk bibir depan dan bibir belakang pada serviks (Anggraini, 2011). 7) Vulva dan vagina Vulva dan vagina mengalami penekanan dan peregangan yang sangat besar selama melahirkan bayi, kedua organ ini tetap baerada dalam keadaan kendur. Setelah tiga mingguan vulva dan vagina kembali ke keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia menjadi lebih menonjol (Farrer, 2001). 8) Perineum Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya tegang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Post natal hari ke-5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya, sekalipun tetap lebih kendur dan pada keadaan sebelum melahirkan (nulipara) (Farrer, 2001).
30

9) Afterpain Afterpain atau mules-mules sesudah partus akibat kontraksi uterus kadang-kadang sangat menggangu selama 2-3 hari post partum. Perasan mules ini lebih terasa bila wanita tersebut sedang menyusui. Perasaan sakit itu pun timbul bila masih terdapat sisasisa selaput ketuban, sisa-sisa plasenta, atau gumpalan darah di dalam cavum uteri (Wiknjosastro, 2006). 10) Laktasi Sejak kehamilan muda, sudah terdapat persiapan-persiapan pada kelenjar-kelenjar mamma untuk menghadapi masa laktasi ini. Perubahan yang terdapat pada kedua mamma antara lain sebagai berikut : a) Proliferasi jaringan, terutama kelenjar-kelenjar alveolus

mamma dan lemak. b) Pada duktus laktiferus terdapat ciran-cairan yang kadangkadang dapat dikeluarkan, berwarna kuning (kolostrum). c) Hipervaskularisasi terdapat pada permukaan maupun pada bagian dalam mamma. Pembuluh-pembuluh vena berdilatasi dan tampak dengan jelas. Tanda ini merupakan pula salah satu tanda tidak pasti untuk membantu (Wiknjosastro, 2011). diagnosis kehamilan

31

11) Ligamen-ligamen Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang mereggang sewaktu kehamilan dan persalinan setelah jalan lahir berangsurangsur mengecil kembali seperti sedia kala tidak jarang ligamentum rotundum menjadi kendor mengakibatkan uterus jatuh kebelakang, untuk memulihkan kembali jaringan-jaringan

penunjang alat genetalia tersebut juga otot-otot dinding perut dan dasar panggul dianjurkan untuk melakukan latihan-latihan tertentu. Pada hari ke 2 post partum sudah dapat diberikan fisioterapi. (Sarwono, 2006) Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir, berangsurangsur ciut kembali seperti sedia kala. Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan uterus jatuh kebelakang. Tidak jarang pula wanita mengeluh kandungannya turun setelah melahirkan oleh karena ligamenta, Fasia, jaringan penunjang alat genitalia menjadi agak kendor. Untuk memulihkan kembali jaringan-jaringan penunjang alat genetalia tersebut, juga otot-otot dinding perut dan dasar panggul dianjurkan untuk melakukan latihan-latihan tertentu (Wiknjosastro, 2011). 12) Traktus urinarius

32

Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama. Kemungkinan terdapat spasme sfingter dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis slama persalinan. Urine dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan diuresis. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam waktu 6 minggu. Dengan adanya perubahan-perubahan pada masa post partum tersebut untuk memulihkan kembali keadaan sebelum hamil sebaiknya dengan latihan-latihan dan gymnastic pasca persalinan agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan didalam pelaksanaan senam nifas (Farrer, 2001). d. Proses Involusi Uterus Pada akhir kala III persalinan, uterus berada digaris tengah kira-kira 2 cm dibawah umbilikus dengan fundus bersandar pada promontorium sakralis. Pada saat ini besar uterus kira-kira sama dengan besar uterus sewaktu usia kehamilan 16 minggu dengan berat 1000 gram. Peningkatan kadar estrogen dan progesterone mempengaruhi

pertumbuhan uterus selama masa hamil. Pertumbuhan uterus pada masa prenatal tergantung pada hyperlasia, peningkatan jumlah sel-sel otot dan hipertropi, yaitu pembesaran sel-sel yang sudah ada. Pada

33

masa post partum penurunan kadar hormon-hormon ini menyebabkan autolisis. Proses involusi uterus adalah sebagai berikut : 1) Ischemi Ischemi pada miometrium disebut juga lokal ischemia yaitu kekurangan darah pada uterus. Kekurangan darah ini bukan hanya karena kontraksi dan retraksi yang cukup lama seperti tersebut diatas tetapi disebabkan oleh pengurangan aliran darah yang pergi ke uterus di dalam masa hamil, karena uterus harus membesar menyesuaikan diri dengan pertumbuhan janin. Untuk memenuhi kebutuhannya, darah banyak dialirkan ke uterus dapat mengadakan hipertropi dan hiperplasi setelah bayi dilahirkan tidak diperlukan lagi, maka pengaliran darah berkurang, kembali seperti biasa. Dan aliran darah dialirkan ke buah dada sehingga peredaran darah ke buah dada menjadi lebih baik. Demikianlah dengan adanya hal-hal diatas, uterus akan mengalami kekurangan darah sehingga jaringan otot-otot uterus mengalami otropi kembali kepada ukuran semula. 2) Autolysis Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi didalam otot uterus karena adanya hyperplasi, dan jaringan otot yang membesar menjadi lebih panjang 10 kali dan menjadi 5 kali

34

lebih tebal dari sewaktu masa hamil, akan susut kembali mencapai keadaan semula. Enzim proteolitik akan memendekan jaringan otot yang telah sempat mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula dan 5 kali lebar dari semula selama kehamilan. Sitoplasma sel yang berlebih akan tercerna sendiri sehingga tertinggal jaringan fibro elastik dalam jumlah renik sebagai bukti kehamilan. Faktor yang menyebabkan terjadinya autolisis apakah merupakan hormon atau enzim sampai sekarang belum diketahui, tetapi telah diketahui adanya penghancuran protoplasma dan jaringan yang diserap oleh darah kemudian di keluarkan oleh ginjal. Inilah sebabnya beberapa hari setelah melahirkan ibu mengalami beser air kemih atau sering buang air kemih. 3) Atrofi jaringan Jaringan yang berproliferasi dengan adanya estrogen dalam jumlah besar, kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap

penghentian produksi estrogen yang menyertai pelepasan plasenta. Selain perubahan atrofi pada otot-otot uterus, lapisan desidua akan mengalami atrofi dan terlepas dengan meninggalkan lapisan basal yang akan beregenerasi menjadi endometrium yang baru. 4) Aktifitas otot-otot Adalah adanya retraksi dan kontrksi dari otot-otot setelah anak lahir, yang diperlukan untuk menjepit pembulu darah yang pecah
35

karena adanya kontraksi dan retraksi yang terus-menerus ini menyebabkan terganggunya peredaran darah di dalam uterus yang mengakibatkan jaringan-jaringan otot-otot tersebut menjadi lebih kecil. 5) Efek Oksitoksin (kontraksi) Intensitas kontraksi uterus meningkat segera setelah bayi lahir, hal ini terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterine yang sangat besar. Hormon oksitoksin yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengompresi pembuluh darah dan membantu proses hemostasis. Kontraksi dan retaksi otot uterin akan mengurangi suplai darah ke uterus. Proses ini akan membantu mengurangi bekas luka tempat implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan. Luka bekas perlekatan plasenta memerlukan waktu 8 minggu untuk sembuh total. Selama 1 sampai 2 jam pertama post partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi teratur. Karena itu penting sekali menjaga dan mempertahankan kontraksi uterus pada masa ini. Suntikan oksitosin biasanya diberikan secara intravena atau

intramuskuler

segera setelah bayi lahir akan merangsang

pelepasan oksitosin karena isapan bayi pada payudara (Anggraini, 2011) dan (Wiknjosastro dan Rachimhadi, 2007).

36

Penurunan ukuran uterus yang cepat itu dicerminkan oleh perubahan lokasi uterus ketika turun keluar dari abdomen dan kembali menjadi organ pelviks. Segera setelah proses persalinan puncak fundus kira-kira dua pertiga hingga tiga perempat dari jalan atas diantara simfisis pubis dan umbilicus. Kemudian naik ke tingkat umbilicus dalam beberapa jam dan bertahan hingga satu atau dua hari dan kemudian secara berangsur-angsur turun ke pelviks yang secara abdominal tidak dapat terpalpasi di atas simfisis setelah sepuluh hari. Perubahan uterus ini berhubungan erat dengan perubahan-perubahan pada miometrium. Pada

myometrium terjadi perubahan-perubahan yang bersifat proteolisis. Hasil dari proses ini dialirkan melalui pembuluh getah bening. Decidua tertinggal dalam uterus setelah separasi dan

ekspulsinplasenta dan membran yang terdiri dari lapisan zona basalis dan suatu bagian lapisan zona spongiosa pada decidua basalis (tempat implantasi plasenta) dan decidua parietalis (lapisan sisa uterus).Decidua yang tersisa ini menyusun kembali menjadi dua lapisan sebagai hasil invasi leukosit yaitu : a) Suatu degenerasi nekrosis lapisan superficial yang akan terpakai lagi sebagai bagian dari pembuangan lochia dan lapisan dalam dekat miometrium. b) Lapisan yang terdiri dari sisa-sisa endometrium di lapisan basalis. Endometrium akan diperbaharui
37

oleh proliferasi

epithelium

endometrium.

Regenerasi

endometrium

diselesaikan selama pertengahan atau

akhir dari postpartum

minggu ketiga kecuali di tempat implantasi plasenta. Dengan involusi uterus ini, maka lapisan luar dari decidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik. Decidua yang mati akan keluar bersama dengan sisa cairan, suatu campuran antara darah yang dinamakan lochia, yang biasanya berwarna merah muda atau putih pucat. Pengeluaran Lochia biasanya berakhir dalam waktu 3 sampai 6 minggu. Pertumbuhan kelenjar mengikis pembuluh darah yang yang

membeku pada tempat

implantasi

plasenta

menyebabkannya menjadi terkelupas dan tak dipakai lagi pada pembuangan lochia. e. Fakto-Faktor Yang Mempengaruhi Involusio Uteri Fakto-faktor yang mempengaruhi involusio uteri adalah kontraksi uterus. Pada ibu yang menyusui involusio uteri terjadi lebih cepat, karena inisiasi menyusui dan pengisapan puting pada payudara oleh bayi pada awal masa nifas memperkuat stimulasi pengeluaran oksitosin, sehingga hormon oksitosin merangsang kontraksi

miometrium, dan juga membantu pengosongan rongga uterus. Sedangkan pada ibu yang menjalani persalinan seksio sesarea mengalami involusiouteri yang lebih lambat karena pengaruh dari anastesi (Bobak, et al. 2005, hlm. 495).
38

1) Status Gizi Status gizi adalah tingkat kecukupan gizi seseorang yang sesuai dengan jenis kelamin dan usia. Status gizi yang kurang pada ibu post partum maka pertahanan pada dasar ligamentum latum yang terdiri dari kelompok infiltrasi sel-sel bulat yang disamping mengadakan pertahanan terhadap penyembuhan kuman bermanfaat untuk menghilangkan jaringan nefrotik, pada ibu post partum dengan status gizi yang baik akan mampu menghindari serangan kuman sehingga tidak terjadi infeksi dalam masa nifas dan mempercepat proses involusi uterus. Zat gizi adalah ikatan kimia yang dibutuhkan oleh tubuh. Zat gizi dapat diperoleh dari kehidupan sehari-hari. Gizi yang dikonsumsi lewat alat-alat pencernaan akan diserap melalui dinding usus dan masuk kedalam peredaran darah kemudian diedarkan keseluruh tubuh. Zat gizi sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk menyediakan energi, membentuk sel-sel baru, memelihara jaringan dan mengganti sel-sel yang rusak. Dengan ststus gizi yang optimal, tubuh memperoleh zat gizi yang dapat digunakan untuk menjaga kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin (Almatsier, 2003). Apalagi pada masa post partum yang mengalami proses pemulihan alat-alat kandungan persiapan untuk laktasi

39

sehingga dibutuhkan tambahan energi. Dengan penambahan zat atau status gizi yang optimal akan membantu proses pertumbuhan, pemeliharaan dan mengganti sel-sel yang rusak pada genetalia interna dan eksterna akibat proses persalinan. Dengan status gizi yang kurang akan mengganggu proses pemulihan alat-alat

kandungan dan akan memudahkan terjadi infeksi nifas serta menghambat involusi (Winkjosastro, 2011). Ibu nifas memerlukan diet untuk mempertahankan tubuh terhadap infeksi, mencegah konstipasi dan untuk memulai proses

memberikan ASI serta untuk memulihkan kesehatan (Depkes, 2004). Pada saat proses persalinan ibu kehilangan banyak cairan dan tenaga, sehingga sering menimbulkan kelelahan dan berakibat ibu tidak mau melakukan aktivitas. Nutrisi berguna untuk membantu sel-sel yang keluar selama proses persalinan dan proses pemulihan rahim (Jenny, 2006). Makanan yang dikonsumsi harus bermutu, bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya makan-makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buahbuahan (Mochtar, 2002). Ibu nifas harus mendapatkan nutrisi dengan tambahan kalori sebesar 200-500 kalori dari selama hamil (Depkes, 2004). 2) Eliminasi
40

Hendaknya Buang Air Kecil (BAK) dapat dilakukan secepatnya. Kadang-kadang wanita mengalami sulit BAK, karena sphingter ani selama persalinan (Mochtar, 2002). Jika dalam enam jam pasca bersalin belum dapat BAK, maka perlu dilakukan katerisasi (Jenny, 2006). Dapat pula dilakukan rangsangan untuk berkemih seperti untuk mengurangi oedema dan relaksasi. Buang Air Besar (BAB) harus dilakukan 3-4 hari pasca bersalin. Bila masih sulit BAB dan terjadi obstipasi apalagi berak keras dapat diberikan obat laksas per oral/ per rectal. Jika masih belum bisa maka dilakukan klisma (Mochtar, 2002). Jika tidak bisa BAK dan BAB berarti proses involusi akan terhambat, untuk itu ibu pasca bersalin disarankan banyak minum minimal 2-3 liter per hari untuk mengganti cairan tubuh yang banyak hilang saat bersalin dan mempercepat proses agar BAK lancar. 3) Faktor paritas Parietas mempengaruhi proses involusi uteri. Terjadi involusi uteri bervariasi pada ibu post partum multipara dan primipara. Pada multipara uterus teregang penuh dua kali lipat sehingga kontraksi uterus lebih kuat untuk menghasilkan involusi (Farrer, 2001). Parietas mempengaruhi involusi uterus, otot-otot yang terlalu sering tereggang memerlukan waktu yang lama. (Sarwono, 2006). Jumlah anak mempengaruhi involusi rahim. Otot-otot yang terlalu

41

sering teregang maka elastisitasnya akan berkurang. Dengan demikian untuk mengembalikan ke keadaan semula setelah teregang memerlukan waktu yang sangat lama. Involusi uterus bervariasi pada ibu pasca persalinan dan biasanya ibu yang paritasnya tinggi, proses involusinya menjadi lebih lambat. Hal ini dipengaruhi oleh keadaan uterusnya. Karena semakin sering hamil akan sering kali mengalami (Ambarwati& Wulandari, 2008). 4) Riwayat Persalinan Persalinan (partus labour) adalah proses pengeluaran produk konsepsi yang viable melalui jalan lahir biasa (Mochtar, 2002). Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik ibu maupun janinnya ( Saifuddin, 2002). Komplikasi selama persalinan sering menimbulkan komplikasi pada masa nifas, sehingga membutuhkan penanganan dan

pengawasan khusus. Walaupun early ambulation dapat mencegah hambatan aliran darah yang berakibat terjadinya trombosis vena dalam atau DTV (Deep Vein Thrombosis), namun apabila mobilisasi dilakukan secara berlebihan dapat membebani jantung sehingga proses involusi terganggu (Imam, 2007).

42

5) Usia Pada ibu yang usianya lebih tua banyak dipengaruhi oleh proses penuaan, dimana proses penuaan terjadi peningkatan jumlah lemak. Penurunan elastisitas otot dan penurunan penyerapan lemak, protein, serta karbohidrat. Bila proses ini dihubungkan dengan penurunan protein pada proses penuaan, maka hal ini akan menghambat involusi uterus. Menurut Cunningham et al (2006 ) mengatakan involusi uterus terjadi oleh karena proses autolisis, dimana zat protein dinding Rahim dipecah, diserap dan kemudian dibuang bersama air kencing. Bila proses ini dihubungkan dengan penurunan

penyerapan protein pada proses penuaan maka hal ini akan menghambat involusi uterus. Selain itu juga adanya penurunan regangan otot dan peningkatan jumlah lemak akan menjadi semakin lambat proses involusi uterus. Ibu yang usianya lebih tua banyak dipengaruhi oleh proses penuaan. Pada proses penuaan terjadi perubahan metabolisme yaitu terjadi peningkatan jumlah lemak, penurunan elastis otot dan penurunan

penyerapan lemak, protein dan kerbohidrat. Dengan adanya penurunan regangan otot akan mempengaruhi pengecilan otot rahim setelah melahirkan dan membutuhkan waktu yang lama

43

dibandingkan dengan ibu yang mempunyai kekuatan otot dan regangan yang lebih baik. Pada proses penuaan akan terjadi perubahan metabolisme yaitu terjadi peningkatan jumlah lemak, penurunan elastisitas otot dan penurunan penyerapan lemak, protein dan karbonhidrat. Dengan adanya penurunan regangan otot akan mempengaruhi pengecilan otot rahim setelah melahirkan serta membutuhkan waktu yang lama dibandingkan dengan ibu yang mempunyai kekuatan dan regangan otot yang lebih baik. 6) Psikologis Terjadinya pada pasien postpartum blues merupakan perubahan perasaan yang dialami ibu saat hamil sehingga sulit menerima kehadiran bayinya. Ditinjau dari faktor hormonal, kadar estrogen, progesteron, prolactin, estriol yang terlalu tinggi maupun terlalu rendah. Kadar estrogen yang rendah pada ibu post partum memberikan efek supresi pada aktifitas enzim mono amineoksidase yaitu enzim otak yang bekerja menginaktifkan baik nor adrenalin maupun serotonin yang memberikan efek pada suasana hati dan kejadian depresi pada ibu post partum. Adaptasi psikologis ibu post partum : a) Fase Taking In

44

Fase ini merupakan periode ketergantungan yang berlangsung dari hari pertama samapi hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu, focus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Kelelahan membuat ibu cukup istirahat untuk mencegah gejala kurant tidur, seperti mudah tersinggung. Hal ini memebuat ibu cenderung menjadi pasif terhadap lingkungannya. Komunikasa yang baik sangat diperlukan pad fase ini. b) Fase Taking Hold Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase taking hold, ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bay, selain itu perasaannya sangat sensitive sehingga mudah tersinggung jika komunikasinya kurangb hati-hati. Pada saat ini ibu memerlukan dukungan karena saat ini merupkan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga tumbuh rasa percaya diri. c) Fase Letting Go Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Keinginan untuk merawat diri dan bayinya meningkat pada fase ini.

45

7) Menyusui Menyusui dini merupakan salah satu faktor pendukung terjadinya proses involusi uteri karena dengan memberikan Air Susu Ibu kepada bayi segera setelah melahirkan sampai satu jam pertama, memberikan efek kontraksi pada otot polos uterus. Pada proses menyusui ada reflek let down dari isapan bayi merangsang hipofise posterior mengeluarkan hormon oxytosin yang oleh darah hormon ini diangkat menuju uterus dan membantu uterus berkontraksi sehingga proses involusi uterus terjadi. Setelah melahirkan, pengaruh menekan dari estrogen dan progesteron terhadap

hipofisis hilang. Timbul pengaruh hormon hipofisis kembali antara lain lactogenic hormon. Mammae yang sudah disiapkan sejak kehamilan, terpengaruh dengan akibat kelenjar-kelenjar yang

berisi air susu.Pengaruh oksitosin mengakibatkan mioepitelium kelenjar susu berkontraksi, sehingga terjadi pengeluaran susu. Umumnya baru berlangsung hari ke 2-3 pasca persalinan (Winkjosastro, 2011). Pengeluaran hormon oksitosin juga dapat dipercepat dengan cara ibu memikirkan untuk menyusui bayinya. Tanda dan perasaan bahwa reflek oksitosin telah berjalan (Mexsitalia) yaitu sebagai berikut: (1) ibu merasa ada perasaan memeras dan menggelitik dalam payudara sesaat sebelum atau selama menyusui, (2) ASI mengalir dari payudara bila ibu memikirkan bayinya atau
46

mendengar tangis bayinya, (3) ASI menetes pada payudara setelah ketika bayi menghisap/ menetek, (4) ASI memancar halus ketika bayi menghentikan menetek ditengah menyusui, (5) nyeri karena kontraksi rahim, kadang dengan aliran darah ketika menyusui dalam minggu pertama (6) isapan dan menelan yang pelan dan dalam oleh bayi yang menunjukkan ASI mengalir dalam mulutnya. 8) Mobilisasi dini post partum Aktivitas otot-otot ialah kontraksi dan retraksi dari otot-otot setelah anak lahir, yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang pecah karena adanya pelepasan plasenta dan berguna untuk mengeluarkan isi uterus yang tidak diperlukan, dengan adanya kontraksi dan retraksi yang terus menerus ini menyebabkan terganggunya peredaran darah dalam uterus yang mengakibatkan jaringan otot kekurangan zat-zat yang diperlukan, sehingga ukuran jaringan otot-otot tersebut menjadi kecil. Ambulasi dini penting dalam masa post partum. Dengan ambulasi dini dapat mempercepat involusi alat kandungan, mengurangi infeksi nifas, melancarkan alat gastrointestinal, alat perkemihan, meningkatkan peredaran darah dan pengeluaran sisa metabolisme, hal ini merupakan awal gerakan-gerakan yang ada didalam senam nifas. Merupakan suatu gerakan yang dilakukan bertujuan untuk merubah posisi semula ibu dari berbaring, miring-

47

miring, duduk sampai berdiri sendiri setelah beberapa jam melahirkan. Tujuan memperlancar pengeluaran lochia (sisa darah nifas), mempercepat involusi memperlancarkan fungsi organ gastrointestinal dan organ perkemihan, memperlancar peredaran sirkulasi darah. 12) Senam nifas Umumnya pada ibu pasca melahirkan takut melakukan banyak gerakan. Sang ibu biasanya khawatir gerakan-gerakan yang dilakukannya akan menimbulkan dampak yang tidak diinginkan, apabila ibu bersalin melakukan ambulasi dini, itu bisa

memperlancar terjadinya proses involusi uterus (kembalinya rahim kebentuk semula) (Henry, 2009). Salah satu aktivitas yang dianjurkan untuk dilakukan para ibu setelah persalinan adalah senam nifas. Senam nifas dilakukan sejak hari pertama setelah melahirkan hingga hari kesepuluh. Dalam pelaksanaanya, harus dilakukan secara bertahap, sistematis dan kontinyu (Henry, 2009). Tujuan senam nifas ini diantaranya mempercepat pemulihan kondisi tubuh ibu setelah melahirkan, memperbaiki sirkulasi darah, mencegah komplikasi yang mungkin terjadi selama masa nifas, memperbaiki sikap tubuh setelah hamil dan melahirkan, memperbaiki otot pelvis, memperbaiki regangan otot abdomen/

48

perut setelah hamil, memperbaiki regangan otot tungkai bawah, meningkatkan kesadaran untuk melakukan relaksasi otot-otot dasar panggul dan memperlancar terjadinya proses involusi uteri (Henry, 2008). 2. Senam Nifas a. Pengertian Senam nifas adalah mobilisasi dan gerakan-gerakan sederhana yang dilakukan oleh ibu nifas yang bertujuan menolong dalam meningkatkan tonus otot, mengurangi berat badan pada masa nifas, dan membantu mencegah konstipasi, mempertahankan dan

meningkatkan sirkulasi ibu pada masa nifas, serta membantu proses involusio uteri (Ladewing, et al. 2006, hlm. 247).

b. Manfaat Menurut Widianti (2010) manfaat senam nifas adalah : 1) Mengencangkan otot perut, liang senggama, otot-otot sekitar vagina maupun otot-otot dasar panggul disamping melancarkan sirkulasi darah. 2) Selain memperbaiki serkulasi darah, memperbaiki sikap tubuh setelah hamil dan melahirkan, memperbaiki tonus ototpelvis, memperbaiki regangan otot abdomen/perut setelah hamil,

memperbaiki regangan otot tungkai bawah, dan meningkatkan kesadaran untuk melakukan relaksasi otot-otot dasar panggul.

49

3) Dengan melakukan senam nifas, kondisi umum ibu jadi lebih baik. Rehabilitasi atau pemulihan jadi bisa lebih cepat, contohnya. Kemungkinan terkena infeksi pun kecil karena sirkulasi darahnya bagus. 4) Selain menumbuhkan/memperbaiki nafsu makan, hingga asupan makannya bisa mencukupi kebutuhannya. Paling tidak, dengan melakukan senam nifas, ibu tak terlihat lesu ataupun emosional. 5) Pada mereka yang melahirkan secara besar, beberapa jam setelah keluar dari kamar operasi, pernapasannya yang dilatih guna mempercepat penyembuhan luka. Sementara latihan untuk mengencangkan otot perut dan melancarkan sirkulasi darah ditungkai baru dilakukan 2-3 hari setelah ibu dapat bangun dari tempat tidur (Anggraini 2011). Senam nifas membantu : 1) Memperbaiki sirkulasi darah. 2) Memperbaiki otot tonus, pelvis dan peregangan otot abdomen. 3) Memperbaiki juga memperkuat otot panggul. 4) Membantu manfaat psikologis, menambah kemampuan

menghadapi stress dan bersantai sehingga mengurangi depresi pasca persalinan.(Boni, 2003) 5) Mengencangkan otot perut, liang senggama, otot sekitar

vagina.(Dedeh, 2006).

50

Beberapa manfaat senam nifas secara umum adalah membantu penyembuhan rahim, perut, dan otot pinggul yang menglalami trauma serta mempercepat kembalinya bagian-bagian tersebut ke bentuk normal, membantu menormalkan sendi-sendi yang menjadi longgar akibat kehamilan dan persalinan serta peregangan lebih lanjut, mencegah pelemahan dan manfaat psikologis,

mengahasilkan

menambah kemampuan menghadapi stress dan bersantai sehingga mengurangi depresi masa nifas. Selain itu manfaat khusus latihan perineal pada senamn nifas adalah mampu menghindari terjadinya mengompol akibat stress, mencegah turunnya organ-organ pinggul, mengatasi masalah seksual. Dan manfaat khusus latihan perut pada senam nifas adalah mengurangi resiko sakit punggung dan pinggang, mengurangi varises vena, mengurangi edema (pembengkakan akibat tertahannya air) di kaki, mengatasi kram kaki, mencegah pembentukan gumpalan darah dalam vena (thrombi), memperlancar peredaran darah (Danuatmaja, et al. 2003, hlm. 100). c. Tujuan Menurut Mellyana, 2003 tujuan dilakukan senam nifas adalah : 1) Mencegah pembuluh darah yang menonjol, terutama dikaki. 2) Menghindari pembengkakan pada pergelangan kaki. 3) Mencegah kesulitan BAB & BAK. 4) Mempertahankan postur tubuh yang baik.

51

5) Membantu kelancaran pengeluaran ASI. 6) Mengembalikan kerampingan tubuh. Menurut Huliana (2003) tujuan dilakukan senam nifas adalah : 1) Memperbaiki peregangan. 2) Meningkatkan ketenangan dan memperlancarkan sirkulasi darah. 3) Mencegah pembuluh darah yang menonjol, terutama di kaki. 4) Menghindari pembengkakan pada pergelangan kaki. 5) Mencegah kesulitan buang air kecil. 6) Mengembalikan rahim pada posisi semula (involusi). 7) Mempertahankan postur tubuh yang baik. 8) Mengembalikan kerampingan tubuh. 9) Membantu kelancaran pengeluaran ASI. Menurut widianti (2010) tujuan senam nifas yaitu : 1) Membantu mencegah pembentukan bekuan (trombosis) pada pembuluh tungkai dan membantu kemajuan ibu dari elastisitas otot-otot yang telah mengalami

ketergantungan peran sakit menjadi sehat dan tidak bergantung, berguna bagi semua sistem tubuh, terutama fungsi usus, kandung kemih, sirkulasi dan paru-paru. 2) Mengencangkan otot perut, liang senggama, otot-otot sekitar vagina maupun otot-otot dasar panggul. 3) Memperbaiki regangan otot perut. 4) Untuk relaksasi dasar panggul

52

5) Memperbaiki tonus otot pinggul 6) Memperbaiki sirkulasi darah 7) Memperbaiki regangan otot tungkai 8) Memperbaiki sikap tubuh dan punggung setelah melahirkan. Tujuan senam nifas antara lain unutk mencegah atau meminimilkan komplikasi pascapartum, meningkatkan kenyamanan dan

penyembuhan pelvic, jaringan perineal, dan perineal, membantu pemulihan fungsi tubuh normal, meningkatkan pemahaman terhadap perubahan-perubahan fisiologis dan psikologi, melancarkan sirkulasi darah sehingga dapat terhindar dari infeksi masa nifas (Mochtar, 2009. hlm. 252). d. Indikasi dan Kontra Indikasi 1) Indikasi a) Semua ibu yang telah melahirkan secara spontan tanpa adanya komplikasi (Mellyana, 2003). Pada persalinan normal bila keadaan ibu cukup baik semua gerakan senam bisa dilakukan (Dedeh, 2006). b) Ibu yang melahirkan secara caesar, pada mereka yang caesar latihan untuk mengencangkan otot perut dan melancarkan sirkulasi darah ditungkai baru dilakukan 2 - 3 hari setelah ibu dapat bangun dari tempat tidur (Dedeh, 2006). 2) Kontra Indikasi

53

Menurut Ira Kusyairi dari RSAB Harapan Kita Tak semua ibu setelah melahirkan dapat melakukan senam nifas. Ibu-ibu yang mengalami komplikasi selama persalinan tidak boleh melakukan senam nifas. Demikian juga untuk kelainan-kelainan seperti jantung, ginjal dan diabetes (Dedeh, 2006). Ada komplikasi, senam masih tetap dapat dijalankan, hanya saja perlu disesuaikan dengan kondisi dan komplikasi yang terjadi (Mellyana, 2003). Ibu yang keadaan umumnya tidak baik merupakan kontraindikasi dilakukannya senam nifas misalnya hipertensi, pasca kejang, demam. e. Waktu senam nifas Pada masa nifas senam nifas dapat di lakukan 6 jam setelah melahirkan dan untuk ibu yang melahirkan operasi, senam nifas dapat dilakukan setelah 24 jam operasi (Huliana, 2003). f. Kerugian Bila Tidak Melakukan senam nifas 1) Infeksi karena involusi uterus yang tidak baik sehingga sisa darah tidak dapat dikeluarkan. 2) Perdarahan yang abnormal, kontraksi uterus baik sehingga resiko perdarahan yang abnormal dapat dihindarkan. 3) Trombosis vena (sumbatan vena oleh bekuan darah). 4) Timbul varises g. Pelaksanaan Senam Nifas

54

Sebelum melakukan senam nifas, sebaiknya perawat mengjarkan kepada ibu untuk melakukan pemanasan terlebih dahulu. Pemanasan dapat dilakukan dengan melakukan latihan pernapasan dengan cara menggerak- gerakkan kaki dan tangan secara santai. Hal ini bertujuan untuk menghindari kekejangan otot selama melakukan gerakan senam nifas. Senam nifas sebaiknya dilakukan dalam waktu 24 jam setelah melahirkan, kemudian dilakukan secara teratur setiap hari. Namun, pada umumnya para ibu sering merasa takut melakukan gerakan demi gerakan setelah persalinan. Padahal 6 jam setelah persalinan normal atau 24 jam setelah operasi sesar, ibu sudah boleh melakukan mobilisasi dini, termasuk senam nifas. Dengan melakukan senam nifas sesegera mungkin, hasil yang didapat diharapkan dapat optimal dengan melakukan secara bertahap. Senam nifas membuat kondisi umum ibu akan menjadi lebih baik, rehabilitasi atau pemulihan menjadi bisa lebih cepat dan resiko terkena infeksipun menjadi lebih kecil karena sirkulasi darahnya baik. Senan nifas juga dapat menumbuhkan atau memperbaiki nafsu, makan sehingga kebutuhan nutrinya kecukupi, dan ibu tidak terlihat lesu ataupun emosional. Bentuk latihan senam nifas ibu pasca melahirkan normal dengan yang melahirkan dengan sesar tidak sama. Pada ibu yang melahirkan dengan cara sesar, beberapa jam setelah keluar dari kamar operasi, latihan pernapasan dilakukan untuk mempercepat penyembuhan luka.

55

Sementara latihan untuk mengencangkan otot perut dan melancarkan sirkulasi darah dibagian tungkai dapat dilakukan 2-3 hari setelah ibu dapat bangun dari tempat tidur. Sedangkan pada persalinan normal, bila keadaan ibu cukup baik, maka semua gerakan senam dapat dilakukan. Meskipun senam nifas banyak manfaatnya, tidak semua ibu pasca melahirkan dapat melakukan senam nifas. Diantaranya seperti senam hamil, senam ini harus dengan rekomendasi dokter atau tenaga

kesehatan. Bahkan untuk ibu-ibu yang mengalami komplikasi selama persalinan tidak diperbolehkan untuk melakukan senam nifas. Demikian juga ibu-ibu yang mempunyai kelainan-kelainan seperti jantung, ginjal atau diabetes, mereka diharuskan untuk beristirahat total sekitar 2 minggu (Widianti, 2010). h. Program latihan senam nifas Menurut Hammah (2003) program latihan senam nifas ada dua yaitu : 1) Pada masa nifas Pada masa nifas bentuk latihan senam nifas dilakukan secara bertahap dari hari I dan ditingkatkan sampai dengan ke IV. 2) Setelah masa nifas Program latihan berupa kelas khusus setelah masa nifas berakhir dan dinding rahim sembuh kembali bentuk latihan berfokus untuk menguatkan otot perut, otot bokong, otot punggung dan otot dasar panggul.

56

i. Cara Senam Nifas Mobilisasi dan gerakan-gerakan sederhana dapat dimulai selagi ibu rawat inap di Puskesmas/Rumah Sakit, supaya involusi berjalan dengan baik dan otot-otot mendapatkan tonus, elastisitas dan fungsinya kembali. Senam nifas ini merupakan latihan yang tepat untuk memulihkan tubuh ibu dan bermanfaat juga untuk memulihkan keadaan ibu baik psikologis maupun fisiologis. Latihan ini dilakukan dalam waktu 5-10 kali hitungan setiap harinya dan akan meningkat secara perlahan-lahan. Senam nifas ini dilakukan dengan berbagai macam gerakan dan setiap gerakan mempunyai manfaat sendiri. (Rahayuningsih.2010) Senam nifas ini merupakan latiahan yang tepat untuk memulihkan tubuh ibu dan bermanfaat juga untuk memulihkan keadaan ibu baik psikologi maupun fisiologis. Latihan ini dilakukan dalam waktu 510 kali hitungan setiap harinya dan akan meningkat secara berlahan-lahan. Senam nifas ini dilakukan dengan berbagai macam gerakan dan setiap gerakan mempunyai manfaat sendiri. Senam nifas dapat dilakukan setelah 6 jam persalinan (Widianti, 2010). Setiap gerakan bisa dilakukan selama 8 kali setiap harinya dan boleh ditingkatkan setiap hari menurut kondisi ibu. j. Persiapan senam nifas Sebelum melakukan senam, baik pre atau post natal care sebaiknya diberikan penjelasan secara teori supaya dalam melaksanakan senam

57

tidak salah. Untuk tempat dipilih yang tenang dan cukup ventilasi. (Rahayuningsih.2010) Ada hal-hal yang perlu dipersiapkan yaitu sebagai berikut : 1) Sprei, bantal 2) Sarung bantal 3) Gambar anatomi 4) Handuk kecil 5) Memakai baju yang nyaman untuk berolahraga, baju senam yang panjang dan longgar 6) Persiapkan minum, sebaiknya air putih 7) Bisa dilakukan di matras atau tempat tidur 8) Ibu yang melakukan senam nifas di rumah sebaiknya mengecek denyut nadinya dengan memegang pergelangan tangan dan

merasakan adanya denyut nadi kemudian hitung selama satu menit penuh. Frekuensi nadi yang normal adalah 60-90 kali per menit. 9) Boleh diiringi dengan musik yang menyenangkan jika

menginginkan, Tape recorder. 10) Petunjuk untuk bidan/tenaga kesehatan yang mendampingi ibu untuk melakukan senam nifas: perhatikan keadaan umum ibu dan keluhan-keluhan yang dirasakan, pastikan tidak ada kontraindikasi dan periksa tanda vital secara lengkap untuk memastikan pulihnya kondisi ibu yaitu tekanan darah, suhu, pernafasan, dan nadi. Hal

58

tersebut

dilakukan

sebelum

dan

sesudah senam nifas. Perhatikan pula kondisi ibu selama senam. Tidak perlu memaksakan ibu jika tampak berat dan kelelahan. Anjurkan untuk minum air putih jika diperlukan. k. Tahap-tahap senam nifas Senam nifas dapat dilakukan setelah 6 jam persalinan, senam ini terbagi 2 yaitu : 1) Senam nifas dini. 2) Senam nifas rombongan : senam nifas lanjutan sekitar tiga bulan setelah melahirkan. Berikut ini tahap-tahap senam nifas dini (setelah 6 jam persalinan) : 1) Latihan hari ke-I. a) Latihan Pernafasan Iga-iga. Sikap : i. Pakaian dilonggarkan (pada bagian dada dan pinggang). ii. Tidur terlentang dengan satu bantal dan satu bantal kecil di bawah lutut, kepalkan kedua tangan, lalu letakkan pada igaiga sebagai perangsang. Kegiatan : i. Keluarkan nafas dari mulut (tiup), sedangkan tangan menekan iga-iga kedalam sehingga dada menipis.

59

ii. Tarik napas dari hidung dengan mulut tertutup sehingga iga-iga mengambang serta dorong kedua tangan kesamping luar. iii. Lakukan 15 x gerakan pagi dan sore. b) Latihan Gerak Pergelangan Kaki Sikap : Tidur terlentang dengan satu bantal, kedua lutut lurus. Kegiatan : Latihan 1 (gerakan dorsi fleksi dan plantar fleksi) : i. Tegakkan kedua telapak kaki dengan lutut bagian belakang menekan kasur sehingga betis dan lutut bagian belakang terasa sakit. ii. Tundukkan kedua telapak kaki bersama jari-jarinya. Latihan 2 (gerakan inversi dan eversi) : i. Hadapkan kedua telapa

kaki satu sama lain, lutut menghadap ke atas, lalu kembali ke posisi semula, ulangi beberapa kali. ii. Posisi telapak kaki

berhadapan, lalu lakukan

60

gerakkan kaki ke bawah, buka ke samping dan tegakkan kembali. Latihan 3 gerakan sirkumduksi : i. Kedua telapak kaki diturunkan ke bawah, buka ke samping, tegakkan kembali dan seterusnya. ii. Kedua telapak kaki dibuka dari atas kesamping, turunkan, hadapkan kembali dan seterusnya. iii. Lakukan 6x gerakan setiap pagi dan sore. c) Latihan kontraksi otot perut dan otot pantat secara ringan. Sikap : Tidur terlentang dengan 1 bantal dikepala, kedua kaki lurus dan kedua tangan disamping badan. Kegiatan : i. Tundukkan pantat kepala, kerutkan terngangkat dari kasur,

kedalam

sehingga

kempeskan perut sampai punggung menekan kasur, kemudian lepaskan perlahan-lahan. ii. Lakukan 15 x gerakan (pagi sore setiap 3 x gerakan

berhenti sebentar). 2) Latihan hari ke-2 Latihan hari 1 ditambah latihan berikut : a) Latihan 1 Kontraksi otot perut.

61

Sikap : Tidur terlentang dengan satu bantal dikepala, kedua lutut lurus dan kedua tangan disamping bantal. Kegiatan : i. Angkat kepala sehingga dagu menempel didada, perlahanlahan kembali. ii. Bengkokkan lutut kiri tinggi lalu luruskan, telapak kaki menempel pada kasur kemudian bergantian dengan lutut kanan. iii. Lakukan 5x gerakan dilanjutkan latihan dua. b) Latihan 2 kaki Sikap : Tidur terlentang dengan satu bantal dikepala, kedua lutut dibengkokkan dan paha menempel satu sama lain. Kegiatan : i. Kedua lutut dibawa/direbahkan kesamping kiri rendah atau 45o tahan selama 8 kali hitungan, bahu tetap menempel pada tempat tidur/kasur. Kemudian bergantian kearah kanan. ii. Lakukan bergantian. 5x gerakan tiap sisi lanjutkan latihan. c) Latihan 3 menguatkan otot dada. Sikap :

62

i. Duduk/berdiri

dengan

kedua

telapak

tangan

saling

berpegangan, telapak tangan kanan memegang pada siku lengan bagian dalam dan tangan kiri memegang pada siku lengan bagian luar. ii. Badan dan lengan atas membentuk sudut 90o. Kegiatan : i. Kedua tangan mendorong lengan kearah siku tanpa menggeser telapak tangan, sampai otot dada terasa tertarik, kemudian lepaskan. ii. Lakukan 15 x gerakan (pagi sore setiap 3 x gerakan berhenti sebentar). 3) Latihan hari ke-3 Latihan hari ke-1 dan ke-2 ditambah dengan : Latihan mengembalikan Rahim pada bentuk dan posisi semula, sikap : i. Tidur tengkurap dengan 2 bantal menyangga perut bagian bawah, 1 bantal kecil menyangga punggung kaki, kepala menoleh kesamping kiri/kanan, tangan diletakkan dibawah bantal dengan siku sedikit dibengkokkan. ii. Dilakukan selama awal 5 menit dan selanjutnya 20 menit atau sampai tidak merasa mules/merasa sudah nyaman.

63

3. Pengaruh senam ifas terhadap involusi uteri pada ibu nifas Dampak senam nifas akan mengakibatkan kontraksi dan retraksi dari uterus yang meregang terus menerus maka akan terjadi penjepitan pembuluh darah sehingga pembuluh darah pecah dan terganggulah peredaran darah ke uterus dan perdarahan dapat terhindari. Sehingga menyebabkan jaringan otot kekurangan zat yang diperlukan

menyebabkan ukuran jaringan otot uterus akan mengecil. Selain itu juga peredaran darah ke uterus yang kurang ini mengakibatkan uterus mengalami atropi dan ukuran akan kembali kebentuk semula. (Cristina, 2006). Penurunan TFU ini terjadi secara gradual, artinya tidak sekaligus tetapi setingkat demi setingkat. (Prawirodiharjo, 2006) 1) Dampak positif bagi ibu nifas yang melakukan senam nifas a) Mengurangi rasa sakit pada tonus otot pelvis, dan otot tonus. b) Mengencangkan otot perut dan perineum. c) Melancarkan pengeluaran lokia. d) Meperlancar dan mempercepat terjadinya proses involusi uteri (kembalinya Rahim ke bentuk semula). e) Mencegah komplikasi yang timbul pada waktu nifas

(tromboflebitis). f) Memperbaiki bentuk tubuh setelah ibu hamil dan melahirkan. g) Menguatkan dan memperbaiki otot panggul. h) Mengurangi rasa sakit pada pungggung. i) Membuat ibu lebih rilesk dan santai setelah melahirkan.

64

(Salamah Ummu Hannah AM.Keb dan infoBeta.com) 2) Dampak bagi ibu nifas yang tidak melakuakn senam nifas a) Infeksi karena involusi uterus yang tidak baik sisa darah tidak dapat dikeluarkan. b) Perdarahan yang abnormal, kontraksi uterus baik sehingga resiko perdarahan yang abnormal dapat dihindarkan. c) Thrombosis vena (sumbatan vena oleh bekuan darah). d) Timbul varises. 4. Masa Nifas a. Pengertian 1) Masa nifas adalah kembalinya alat reproduksi seperti sebelum hamil selama 40 hari yang dimulai 2 jam setelah bayi dan placenta lahir. Didalam masa nifas terjadi perubahan pada uterus, servik,endometrium,ligamen-ligamen atau perubahan pada alat-alat reproduksi yang akan kembali kekeadaan sebelum hamil (Sarwono, 2006, hlm. 237). 2) Masa nifas adalah masa pulih kembali mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil 6-8 minggu (Rustam, 2008). 3) Masa nifas mulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung 6 minggu (Saifuddin, 2006).

65

4) Masa nifas adalah jangka waktu 6 minggu yang dimulai setelah melahirkan bayi sampai sebelum pemulihan kembali organ-organ

reproduksi seperti Jensen, 2005).

kehamilan (Bobak, Lowdermilk&

Dalam bahasa latin waktu tertentu setelah melahirkan anak ini disebut puerpurium yaitu dari kata puer yang artinya bayi dan parous melahirkan. Jadi, Puerpurium berarti masa setelah melahirkan bayi. Masa nifas (puerpurium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu. Menurut Saifudin (2002), 50% kematian ibu terjadi dalam 24 jam pertama post partum. b. Tahapan Masa Nifas Menurut Rustam, 2008 periode post partum dibagi menjadi 3 periode, yaitu : 1) Peurperium dini Yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. 2) Puerperium intermedial. Yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 68 minggu. 3) Remotte Puerperium

66

Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bias berminggu-minggu bulanan atau tahunan. Menurut referensi dari Prawirohardjo (2009:238), periode masa nifas di bagi 3 bagian, yaitu : 1) Puerperium Dini Yaitu pulihnya ibu nifas yang di perbolehkan untuk berdiri dan berjalan. Dalam agama Islam, dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari. 2) Puerperium Intermedial Yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu. 3) Remote Puerperium Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu, bulan atau tahunan. Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut : 1) Periode immediate postpartum: Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu,

67

bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lochea, tekanan darah, dan suhu. 2) Periode early postpartum (24 jam-1 minggu): Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan, lochea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik. 3) Periode late postpartum (1 minggu-5 minggu): Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB. (Saleha, 2009). c. Program dan Kebijakan Teknis Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan BBL, untuk mencegah, mendeteksi, dan menangani masalah-masalah yang terjadi dalam masa nifas. Tabel 1.2 Asuhan Kunjungan Masa Nifas Normal (Ambarwati, 2010)
Kunjungan I Waktu 6-8 Jam PP Asuhan Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri Pemantauan keadaan umum ibu Melakukan hubungan antara bayi dan ibu (Bonding Attachment) Pemberian Asi awal dan ASI eksklusif Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan; rujuk bila ada perdarahan berlanjut. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

68

Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia. Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan

II

6 hari PP

stabil. - Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, dan tidak fundus ada dibawah tanda-tanda umbilicus,

perdarahan abnormal. - Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, dan perdarahan abnormal - Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup - Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi - Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit - Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi III tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari. 2 minggu PP - Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, dan tidak fundus ada dibawah tanda-tanda umbilicus,

perdarahan abnormal. - Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, dan perdarahan abnormal - Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup - Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi - Memastikan ibu menyusui dengan baik dan IV tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit 6 minggu PP - Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami - Memberikan konseling untuk KB secara dini, imunisasi, senam nifas, dan tanda-tanda

69

bahaya yang dialami oleh ibu dan bayi

d. Komplikasi Masa Nifas Patologi yang sering terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut : 1) Infeksi nifas: Infeksi nifas adalah infeksi luka pada jalan lahir setelah melahirkan, yang kadang kala meluas, menyebabkan flebitis atau peritonitis (Reeder, 2011). 2) Perdarahan dalam masa nifas 3) Infeksi saluran kemih 4) Patologi menyusui. (Saleha, 2009)

B. Kerangka Konsep Kerangka konseptual adalah kerangka hubungan antar variabel yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoadmojo, 2011, hlm.69). Variabel independen dalam penelitian ini adalah senam nifas, dan variabel dependen adalah involusio uteri. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh senam nifas dalam mempercepat involusio uteri. Dalam penelitian ini terdiri dari 1 kelompok yaitu kelompok yang diberi intervensi senam nifas. Ibu Nifas

Senam Nifas

Involusi Uteri
70

Percepatan Involusi Uteri

Status gizi Eliminasi Parietas Riwayat Persalinan Menyusui Usia Pendidikan Kondisi kesehatan Keterangan : = Variabel yang diteliti = Variabel yang tidak diteliti

Involusi Uteri tetap Involusi Uteri lambat

Senam nifas merupakan salah satu cara sebagai upaya mengatasi involsi uteri sehingga dapat diketahui perubahan involusi uteri setelah diberikan perlakuan tersebut.

C. Hipotesis Hipotesa dalam penelitian ini adalah hipotesa alternatif (Ha), yaitu ada pengaruh senam nifas terhadap involusi uteri pada ibu nifas hari pertama sampai hari ke empat belas di Puskesmas Mergangsan Yogyakarta.

71

Vous aimerez peut-être aussi