Vous êtes sur la page 1sur 3

II. 1.

Aspek Psikososial Masa Dewasa Muda Tahapan dewasa muda (young adulthood) adalah salah satutahapan dalam masa perkembangan individu. Dalam Papalia, Olds & Feldman (2004), dewasa muda adalah mereka yang terdapat pada rentang umur 20-40 tahun. Masa ini dianggap sebagai rentang yang cukup panjang, yaitu dua puluh tahun. Terlepas dari panjang pendeknya rentang waktu tersebut, golongan dewasa muda yang berusia diatas 25 tahun, umumnya telah menyelesaikan pendidikannya minimal setingkat Sekolah Menengah Umum (SMU), akademi atau universitas (Dariyo, 2003). Menurut santrock (2004), masa dewasa muda termasuk dalam masa transis, baik secara fisik, secara intelektual serta transisi peran sosial. Dari pertumbuhan fisik, dewasa muda sedang mengalami masa peralihan dari masa remaja untuk memasuki masa tua. Penampilan fisiknya benar-benar matang sehingga siap melakukan tugas-tugas seperti orang dewasa lainnya, misalnya bekerja, menikah dan mempunyai anak. Dalam aspek perkembangan kognitif, Piaget (dikutip oleh Papalia, Olds dan Feldman, 2004), uisa tersebut memasuki tahap postformal thought, yang merupakan tahap kognisi tertinggi. Dalam tahap tersebut merupakan tipe yang matang, percaya pada pengalaman subyektif dan intuisi yang masuk akal. Kemampuan tersebut berguna dalam menghadapi ambiguitas, ketidakyakinan, ketidakkonsistenan, kontradiksi, ketidaksempurnaan dan kompromi (Papalia et al, 2004). Sedangkan Schale (dikutip Papalia et al, 2004) menyebutnya dengan tahap achieving stage, dimana dewasa muda tidak lagi meminta pengetahuan untuk kepentinganmereka sendiri, mereka menggunakan apa yang mereka ketahui untuk mencapai tujuan seperti karir dan keluarga. Pada masa transisi peran sosial, mereka akan menindaklanjuti hubungan dengan pasangannya, yaitu menikah, mereka membentukdan memelihara kehidupan rumah tangga

baru, yang terpisah dari kedua orangtuanya. Dalam kehidupan rumah tangga yang baru inilah, masing-masing pihak baik laki-laki maupun perempuan dewasa, memiliki peran ganda. Pertama sebagai individu yang bekerja di lembaga pekerjaan. Kedua, sebagai ayah atau ibu bagi anak-anaknya (Dariyo, 2003). Masa dewasa muda dalam pandangan teori psikososial yang dikemukakan oleh Erikson, berada pada tahap intimacy versus isolation. Mereka mencari suatu hubungan yang intim serta afiliasi lain (Hall, Lindzey & Campbell, 2000). Intimacy pada dasarnya berkaitan dengan menjalin hubungan dengan orang lain. Lebih khususnya, dewasa muda perlu mencari seseorang yang dapat dicintai dan juga mencintai mereka. Individu yang telah mencapai kematangan kepribadian ditandai dengan terbentuknya aspek identitas diri. Seorang yang memiliki identitas diri akan berusaha mengembangkan diri dengan menjalin relasi sosial yang lebih luas. Dalam hal ini bukan hanya dengan sesama jenis, melainkan juga menjalin hubungan dengan lawan jenis. Istilah intimacy disini tidak sama dengan intim secara seksual, tetapi lebih menekankan kedekatan dan kekuatan hubungan emosional (Dariyo, 2003). Individu yang gagal mencapai identitas diri, akhirnya akan merasakan hal sebaliknya, yakni isolasi. Menurut pemikiran Erikson, kegagalan individu dalam meraih status identitas diri menyebabkan individu mengalami ambivalensi atau kebingungan identitas. Identitas yang dimaksudkan disini bukan identitas jender (gender identity). Melainkan kebingungan dalam berperan sebagai individu yang hasrus menyesuaikan diri dengan perasaan ragu-rag, minder, dan sulit untuk mengaktualisasikan segala potensi diri secara tepat. Akibatnya secara intelektual, sering sekali individu tidak mampu mengembangkan potensi dan bakat-bakatnya dengan baik (Dariyo, 2003). II.2. ORIENTASI SEKSUAL Nevid, Rathus dan Rathus (1995) mendefinisikan orientasi seksual sebagai berikut:

Sexual orientation is the directionality of ones sexual interest toward members of the same gender, the opposite gender, or boyh genders. (h.272) Papalia (2004) mendefinisikan orientasi seksual sebagai : Focus of consistent sexual, romantic, and affectionate interest, either heterosexual, homosexual, or bisexual. (h.430) Dari kedua definis diatas terlihat bahwa orientasi seksual adalah arah ketertarikan seksual, romantis dan kasih sayang terhadap jenis kelamin yang sama (homoseksual), berbeda dengan (heteroseksual) atau keduanya (biseksual). Menurut Nevid, Rathus dan Rathus (1995), orientasi heteroseksual adalah ketertarikan secara erotis dan kecenderungan untuk membian hubungan secara romantis dengan orang yang berbeda jenis kelamin dengan dirinya. Orientasi homoseksual adalah ketertarikan secara erotis dan kecenderungan untuk membina hubungan romantis dengan orang yang jenis kelaminnya sama. Sedangkan orientasi biseksual adalah ketertarikan dengan orang yang jenis kelaminnya berbeda dan juga dengan orang yang berjenis kelamin sama dengan dirinya.

Vous aimerez peut-être aussi