Vous êtes sur la page 1sur 7

I.

Tujuan Praktikum - Dapat mengenal metode pengujian antipiretika dan menerapkannya - Dapat mengenal obat antipiretika dan cara kerjanya - Dapat mempelajari cara pengolahan data hasil percobaan II. Dasar teori Demam adalah suatu bagian penting dari mekanisme pertahanan tubuh melawan infeksi. Kebanyakan bakteri dan virus yang menyebabkan infeksi pada manusia hidup subur pada suhu 37 derajat C. Meningkatnya suhu tubuh beberapa derajat dapat membantu tubuh melawan infeksi. Demam akan mengaktifkan sistem kekebalan tubuh untuk membuat lebih banyak sel darah putih, membuat lebih banyak antibodi dan membuat lebih banyak zat-zat lain untuk melawan infeksi (Wibowo, S., 2006). Suhu tubuh normal bervariasi tergantung masing-masing orang, usia dan aktivitas. Rata-rata suhu tubuh normal adalah 37 derajat C. Suhu tubuh kita biasanya paling tinggi pada sore hari. Suhu tubuh dapat meningkat disebabkan oleh aktivitas fisik, emosi yang kuat, makan, berpakaian tebal, obat-obatan, suhu kamar yang panas, dan kelembaban yang tinggi. Ini terutama pada anak-anak. Suhu tubuh orang dewasa kurang bervariasi. Tetapi pada seorang wanita siklus menstruasi dapat meningkatkan suhu tubuh satu derajat atau lebih (Wibowo, S., 2006). Yang mengatur suhu tubuh kita adalah hipotalamus yang terletak di otak. Hipotalamus ini berperan sebagai thermostat. Thermostat adalah alat untuk menyetel suhu seperti yang terdapat pada AC. Hipotalamus kita mengetahui berapa suhu tubuh kita yang seharusnya dan akan mengirim pesan ke tubuh kita untuk menjaga suhu tersebut tetap stabil (Wibowo, S., 2006). Pada saat kuman masuk ke tubuh dan membuat kita sakit, mereka seringkali menyebabkan beberapa zat kimiawi tertentu beredar dalam darah kita dan mencapai hipotalamus. Pada saat hipotalamus tahu bahwa ada kuman, maka secara otomatis akan mengeset thermostat tubuh kita lebih tinggi. Misalnya suhu tubuh kita harusnya 37 derajat C, thermostat akan berkata bahwa karena ada kuman maka suhu tubuh kita harusnya 38,9 derajat C. Ternyata dengan suhu tubuh yang lebih tinggi adalah cara tubuh kita berperang dalam melawan kuman dan membuat tubuh kita menjadi tempat yang tidak nyaman bagi kuman (Wibowo, S., 2006). Antipiretik adalah obat yang menurunkan suhu tubuh dalam keadaan demam. Namun, hal itu tidak mempengaruhi suhu tubuh normal jika ada demam. Antipiretik
1

bertindak atas hipotalamus untuk mengurangi kenaikan suhu telah diluncurkan oleh interleukin. Setelah itu, tubuh akan beroperasi pada suhu yang lebih rendah, yang mengakibatkan pengurangan demam. Antipiretik yang umum digunakan seperti aspirin, parasetamol, dan lain-lain. Antipiretika adalah obat yang dapat menurunkan suhu tubuh pada keadaan demam. Antipiretik mempunyai suatu efek pada termostat hipotalamus yang berlawanan dengan zat pirogen. Penurunan demam oleh antipiretik seringkali melalui pengurangan pembuangan panas daripada pengurangan produksi panas. Sintesis PGE2 tergantung pada peran enzim siklooksigenase. Asam arakhidonat merupakan substrat siklooksigenase yang dikeluarkan oleh membran sel. Antipiretik berperan sebagai inhibitor yang poten terhadap siklooksigenase. Potensi bermacam-macam obat secara langsung berkaitan dengan inhibisi siklooksigenase otak. Asetominophen merupakan penghambat siklooksigenase yang lemah di jaringan perifer dan aktivitas antiinflamasinya tidak begitu berarti. Di otak, asetominofen dioksidasi oleh sistem sitokrom p450 dan bentuk teroksidasinya menghambat enzim siklooksigenase. Penggunaan klinik: Pada antipiretik dan analgesic: Natrium salisilat, kolin salisilat (dalam formula liquid), kolin magnesium salisilat dan aspirin digunakan sebagai antipiretik dan analgesic pada pengobatan gout, demam rematik, dan atritis rematoid. Umumnya mengobati kondisi-kondisi ini memerlukan analgesia termasuk nyeri kepala, artralgia, dan mialgia (Mycek, M. J., Harvey, R.A., Champe, P. C., 2001). Setelah hipotalamus mengeset suhu baru untuk tubuh kita, maka tubuh kita akan bereaksi dan mulai melakukan pemanasan. Jadi setelah hipotalamus mengeset pada suhu 38,9 derajat C misalnya, maka suhu tubuh kita yang tadinya 37 derajat C, oleh tubuh kita akan dinaikkan menjadi 38,9 derajat C. Pada saat tubuh menuju ke suhu baru kita akan merasa menggigil. Kita dapat pula merasa sangat dingin meskipun ruangan tidak dingin dan bahkan meskipun kita sudah memakai baju tebal dan selimut. Jika tubuh sudah mencapai suhu barunya, katakanlah 38,9 derajat C maka kita tidak akan merasa dingin lagi (Wibowo, S., 2006).

III. Obat (dosis, konsentrasi, rute pemberian), Cara perhitungan (dosis, pengenceran), Bahan induksi, Hewan coba Obat : Paracetamol 1,25 mg/ml dalam suspensi CMC Na 0,5%
2

Dosis 25 mg/KgBB (per oral) Bahan Induksi panas : Pepton 10%, volume pemberian 1 ml/KgBB (Sub Cutan) Hewan coba Cara perhitungan : Kelompok 1 : Berat mencit 25 g Pepton: Vp = x 25 g = 0,025 ml x 0,1 = 0,05 ml : Mencit jantan galur swiss webster

Volume pengenceran = Pipet 0,05 ml ad 0,1 ml

Buang dan sisakan 0,05 ml Dosis parasetamol: Vp = x 25 : 1,25 = 0,5 ml

Kelompok 2 : Berat mencit 20 g Pepton: Vp = x 20 g = 0,02 ml x 0,15 = 0,06 ml

Volume pengenceran = Pipet 0,05 ml ad 0,15 ml

Buang dan sisakan 0,06 ml Dosis parasetamol: Vp = x 25 : 1,25 = 0,4 ml

Kelompok 3 : Berat mencit 20 g Pepton: Vp = x 20 g = 0,02 ml x 0,15 = 0,06 ml

Volume pengenceran = Pipet 0,05 ml ad 0,15 ml

Buang dan sisakan 0,06 ml Dosis parasetamol: Vp = x 25 : 1,25 = 0,4 ml


3

Kelompok 4 : Berat mencit 25 g Pepton: Vp = x 25 g = 0,025 ml x 0,1 = 0,05

Volume pengenceran = Pipet 0,05 ml ad 0,1 ml

Buang dan sisakan 0,05 ml Dosis parasetamol: Vp = x 25 : 1,25 = 0,5 ml

Kelompok 5 : Berat mencit 23 g Pepton: Vp = x 23 g = 0,023 ml x 0,15 = 0,069 ml

Volume pengenceran = Pipet 0,05 ml ad 0,15 ml

Buang dan sisakan 0,069 ml Dosis parasetamol: Vp = x 25 : 1,25 = 0,46 ml

Cara Kerja / Prosedur Alat pengamatan yang diperlukan: 1. 2. 3. 4. Alat suntik 1 ml Jarum suntik Ear termometer B-Braun Timbangan Mencit

Cara kerja: Timbang Mencit

Ukur suhu mencit sebelum perlakuan ( T=0). Masukkan ear termometer pada telinga bagian dalam (gendang telinga) mencit dan ukur suhunya.

Suntikkan pepton secara s.c. pada bagian tengkuk mencit sebagai induktor panas. Setelah 2 jam ukur suhu mencit. Apabila terjadi peningkatan suhu sebesar 20C, berikan paracetamol sesuai dosis tiap kelompok secara per oral. Ukur suhu setelah pemberian paracetamol setelah 15, 30, 45, ddan 60

IV.

Hasil Golongan P & Q Suhu (oC) pada menit (oC)

Kelompok

Waktu untuk mencapai demam (menit) 3 3 10 5 5 10

BB Mencit (g)

T awal (oC)

T induksi o ( C)

Parasetamol 1 Parasetamol 3 Parasetamol 4 Parasetamol 1 Parasetamol 2 Kontrol 1 Golongan R Kelompok

20 19 18 20 20 25

36,1 35,2 36,1 36,0 35,4 35,8

39,9 38,1 37,6 38,6 38,3 37,1

15 38,1 36,8 36,8 35,9 37,1 36,7

30 36,6 35,4 36,7 35,5 36,9 37,4

45 35,5 35,6 36,4 35,4 34,7 36,8

60 34,4 34,3 36,3 34,7 34,3 36,1

5,5 3,8 1,3 3,9 4 1

Waktu untuk mencapai demam (menit) 16 15 27 12 8

BB Mencit (g)

T awal (oC)

T induksi (oC)

Suhu (oC) pada menit

(oC)

Parasetamol 1 Parasetamol 2 Parasetamol 3 Kontrol 1 Kontrol 2

25 26 26 23 30

36,1 37 38 39,8 35,6

37,7 38,1 37,5 37,9 37,1

15 36,8 37,1 36,3 37,4 36,5

30 36,2 37,1 35,6 38 36,7

45 36,5 36,3 36,5 38,3 36,8

60 36,4 36,3 36,3 37,7 36,9

1,3 1,8 1,2 0,2 0,2

Golongan S Kelompok Waktu untuk mencapai demam (menit) 15 25 10 10 BB Mencit (gram) T awal (oC) T induksi o ( C) Suhu (oC) pada menit (oC)

Parasetamol 2 Parasetamol 3 Kontrol 1 Kontrol 2 Golongan T Kelompok

35 17 20 20

36,1 36,3 33,8 34,9

38 37 36,3 37,1

15 36,5 33,3 36,4 37,6

30 36,4 35,5 36,4 36,7

45 36,1 36,8 35,9 36,3

60 36,1 36,6 35,4 35,8

1,9 0,4 0,9 1,3

Waktu untuk mencapai demam (menit)

BB Mencit (gram)

T awal (oC)

T induksi o ( C)

Suhu (oC) pada menit

(oC)

Kontrol 1 6 25 Kontrol 2 2 20 Parasetamol 1 3 20 Parasetamol 2 16 25 Parasetamol 3 5 23 Keterangan : -RIP- : Mencit mati Golongan U Kelompok Waktu untuk mencapai demam (menit) 7 8 10 12 5 BB Mencit (gram)

34.8 33.5 33.6 35.5 35.8

37 35.7 35.6 37.5 37.7

15 37.6 35.4 35.4 36.3

30 37.6 35.4 34.8 R 36.3

45 37.1 34 32.9 I 35.1

60 37.9 35.1 33.5 P 35

0.9 0.6 0.1 0.8

T awal (oC)

T induksi o ( C)

Suhu (oC) pada menit

(oC)

Kontrol 1 Kontrol 2 Parasetamol 1 Parasetamol 2 Parasetamol 3

27 21 18 17 25

33,7 36,4 35,4 36,5 31,6

36,3 38,4 37,4 38,5 37,1

15 35,7 37,5 35,6 36,8 36,3

30 34,1 36,6 35,8 36 36,8

45 35,3 36,6 35,8 35,9 36,4

60 34,4 36,6 35,6 35,8 34,5

1,9 1,8 1,8 2,7 2,6

V.

Pembahasan Pada praktikum pengujian efek antipiretik, menggunakan hewan coba 2 mencit untuk kelompok control dan 3 mencit lainnya diberikan perlakuan yaitu di berikan parasetamol sebagai antipiretik, jika dilihat dari kelompok control setelah diinduksikan dengan pepton, suhu tubuh mencit mulai meningkat, dan pada menit ke 15, 30, 45, dan 60 suhu tubuh mencit sedikit menurun, sedangkan pada kelompok mencit yang diberi perlakuan dengan memberikan parasetamol sebagai antipiretik, suhu tubuh mencit jika dilihat pada menit ke 15, 30, 45, dan 60, suhu tubuh mencit sudah bisa menurun dengan cepat. Perbedaan penurunan suhu tubuh mencit pada kelompok control dengan kelompok mencit yang diberikan parasetamol adalah, jika mencit diberikan parasetamol sebagai antipiretik setelah diinduksikannya penton, kelompok mencit yang diberikan parasetamol, suhu tubuhnya, cenderung lebih cepat menurun dari pada kelompok control, hal ini bisa dilihat pada tabel, penerunan suhu tubuh nya bisa dilihat dari menit ke 15, 30, 45, dan 60, pada menit-menit itu, bisa dilihat kalau kelompok mencit yang diberikan parasetamol sebagai antipiretik, penurunan suhu tubuh nya lebih cepat dari pada kelompok mencit control. Hal ini dikarenakan, parasetamol mempunyai efek analgesic dan antipiretik, sehingga mencit yang mendapatkan perlakuan dengan diberikannya parasetamol, penurunnan suhu tubuhnya akan lebih cepat, dari pada kelompok mencit control yang tidak diberikan parasetamol sebagai antipiretik.

VI.

Kesimpulan Pada pengujian efek parasetamol sebagai antipiretik, dengan menggunakan mencit sebagai hewan coba, setelah dilakukannya percobaan menunjukkan parasetamol mempunyai efek sebagai antipiretik, karena setelah diinduksikannya pepton pada mencit suhu tubuh mencit mulai meningkat, tetapi dengan diberikannya parasetamol, suhu tubuh mencit mulai menurun, sehingga efek antipiretik pada parasetamol sudah bisa dibuktikan.

VII.

Pustaka Katzung , Betram G. , 1997 , Farmakologi Dasar dan Klinis edisi 6 , Penerbit Buku Kedokteran EGC , Jakarta. Khan, A., M. Rahman, S. Islam, 2007, Antipyretic activity of peperomia pellucida leaves in rabbit, Department of Pharmacy.

Vous aimerez peut-être aussi