Vous êtes sur la page 1sur 2

Bersahabat Dengan Sungai

Oleh : Ari Sentani *) BERBAGAI upaya pemerintah yang bersifat struktural belum bisa sepenuhnya menanggulangi banjir di Indonesia. Selama ini penanggulangan lebih terfokus pada penyediaan bangunan fisik pengendali banjir untuk mengurangi dampak bencana.Cara itu sebenarnya kontraproduktif jika dikaitkan dengan penyebab utama banjir secara umum, yaitu perubahan dan eskalasi perilaku masyarakat dalam mengubah fungsi lingkungan. Di kawasan budi daya terjadi perubahan tata ruang secara masif sehingga daya dukung lingkungan menurun drastis. Pesatnya pertumbuhan permukiman dan industri mengubah keseimbangan fungsi lingkungan, bahkan kawasan retensi banjir (retarding basin) yang disediakan alam berupa danau atau situ juga dihabiskan. Keadaan ini menurunkan kapasitas penyerapan air. Hal itu diperparah sistem drainase permukiman yang kurang memadai sehingga pada curah hujan tertentu, menimbulkan genangan di mana-mana. Masyarakat seolah-oleh cenderung membiarkan perilaku merusak tersebut, adapun pemerintah kurang memberikan perhatian terhadap perilaku itu. Lemahnya penegakan hukum ikut mendorong tumbuhnya permukiman ilegal di bantaran sungai, bahkan hingga ke badan sungai. Keadaan ini makin memperburuk sistem tata air lingkungan karena kapasitas tampung dan pengaliran sungai menurun dan terjadilah luapan air. Penambangan pasir ilegal ikut memperparah keadaan. Belum lagi kebiasaan membuang sampah di sungai. Keengganan masyarakat berpartisipasi mencegah banjir karena selama ini pemerintah terfokus pada pendekatan fisik semata. Masyarakat seharusnya ditempatkan sebagai bagian utama. Penanggulangan banjir merupakan kegiatan yang menyeluruh, tak bisa hanya difokuskan pada penanganan di hulu atau hilir. Hal itu mengingat sungai terbagi menjadi tiga area atau kawasan, yaitu catchment area, transporting area, dan disposal area. Penanganan di tiga area itu pun berbeda meski memiliki keterkaitan. Pada catchment area atau daerah hulu yang jadi pokok permasalahan adalah berkurangnya penampungan air dan tanaman penutup sehingga terjadi erosi yang berefek pendangkalan karena sedimen terbawa. Sedimen yang menumpuk di hilir ( disposal area) membentuk semacam bottle neck yang menyumbat aliran air. Pendekatan struktural pada bagian ini adalah dengan membangun waduk atau bendung. Kalau pun permasalahan di catchment area dapat diatasi tapi tidak menangani di transporting area, banjir tetap saja jadi ancaman besar. Tidak lancarnya sistem drainase menjadi salah satu faktor terpenting penyebab banjir di daerah itu. Permasalahan terbesar di daerah hilir hampir sama dengan yang terjadi di transporting area.

Pola yang sering ditempuh pemerintah di dua area ini adalah dengan menormalisasi. Partisipasi Masyarakat Partisipasi masyarakat merupakan proses teknis untuk memberi kesempatan dan wewenang lebih luas agar mereka bisa memecahkan berbagai persoalan bersama-sama. Kontribusi itu membangkitkan kesadaran bahwa hidup berdampingan dengan sungai melahirkan kewajiban merawat dan tidak mencemarinya. Keterlibatan masyarakat sebagai sahabat sungai menjadikan sungai bukan lagi sebagai tempat pembuangan akhir sampah. Menjadi sahabat bagi sungai bisa diwujudkan melalui berbagai kegiatan untuk menumbuhkan kesadaran pentingnya menjaga sungai. Menilik sejarah peradaban bangsabangsa, sungai merupakan bagian terpenting dari komunitas. Peradaban di Mesir dimulai dari Sungai Nil dan peradaban India awalnya dibangun di dekat Sungai Gangga. Menumbuhkan kesadaran bisa melalui edukasi berkonsep hiburan. Festival sungai bisa menjadi alternatif untuk membentuk mindset bahwa sungai bisa difungsikan dengan baik, bahkan bisa menjadi sumber hiburan bagi masyarakat. Atau, memanfaatkan sungai sebagai wisata air seperti di Venesia, Italia. **** *) Penulis adalah alumni UNISSULA, saat ini menjabat sebagai Wakil Ketua Pusat Kajian PPI Prancis 2011-2012, sedang melanjutkan studi Master Travaux Publics et Maritimes di Universite de Nantes.

Vous aimerez peut-être aussi