Vous êtes sur la page 1sur 29

Antibiotika adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi/jamur, yang dapat menghambat atau dapat

membasmi mikroba jenis lain. Banyak antibiotika saat ini dibuat secara semisintetik atau sintetik penuh. Namun dalam prakteknya antibiotika sintetik tidak diturunkan dari produk

Tidak tepat sasaran, salah satunya adalah pemberian antibiotika menderita penyakit infeksi bakteri. Walaupun pada pasien yang bukan

menderita infeksi bakteri, antibiotika yang diberikan pun harus dipilih secara seksama. Tidak semua antibiotika ampuh terhadap bakteri tertentu. Setiap antibiotika mempunyai daya bunuh terhadap bakteri yang berbeda-beda. Karena itu, antibiotika harus dipilih dengan seksama. Ketepatan dosis sangat penting diperhatikan. menyebabkan bakteri tidak terbunuh, bahkan justru dapat merangsangnya untuk membentuk turunan yang lebih kuat daya tahannya sehingga resisten Tidak tepat dosis dapat

mikroba (misalnya kuinolon). Antibiotika yang akan digunakan untuk membasmi mikroba, penyebab infeksi pada manusia, harus mememiliki sifat toksisitas selektif setinggi mungkin. Artinya, antibiotika

tersebut haruslah bersifat sangat toksik untuk mikroba, tetapi relatif tidak toksik untuk manusia. Antibiotika adalah obat yang sangat ampuh dan sangat bermanfaat jika digunakan secara benar. Namun, jika digunakan justru tidak akan

semestinya

antibiotika

mendatangkan berbagai mudharat. Yang harus selalu diingat, antibiotika hanya ampuh dan efektif membunuh bakteri tetapi tidak dapat membunuh virus. Karena itu, penyakit yang dapat diobati dengan

terhadap antibiotika. Karena itu, jika dokter

antibiotika adalah penyakit-penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Penyebab timbulnya resistensi antibiotika yang terutama adalah karena penggunaan antibiotika yang tidak tepat, tidak tepat sasaran, dan tidak tepat dosis.

memberikan obat antibiotika, pemakaiannya dan harus diminum sampai habis. Pemakaian antibiotika tidak boleh patuhilah petunjuk

sembarangan, baik

untuk anak-anak maupun orang dewasa. Itu sebabnya, antibiotika tidak boleh dijual bebas melainkan harus dengan resep dokter. Terlalu sering mengonsumsi antibiotika juga berdampak buruk pada ''Bakteri-bakteri baik'' yang menghuni saluran pencernaan kita. Bakteri-bakteri tersebut dapat terbunuh, padahal mereka bekerja membuat zat-zat yang bermanfaat bagi kesehatan kita. Berikut ini adalah prinsip-prinsip

penyebab dan antibiotik yang paling tepat untuk infeksi tersebut. 3. Selama menunggu hasil kultur, terapi antibiotik empiris sangat penting untuk diberikan kepada pasien yang sakit berat. Kelemahan cara ini adalah dapat mengganggu diagnosis etiologik berikutnya, dan dapat memberi hasil negatif palsu pada identifikasi

penggunaan antibiotik dalam klinik yang perlu diperhatikan: 1. Penegakan diagnosis infeksi perlu

mikroorganisme infeksius setelah pemberian antibiotik (apabila diperlukan). 4. Pertimbangkan penggunaan antibiotik dalam terapi kasus gastroenteritis atau infeksi kulit, karena kedua jenis infeksi tersebut jarang memerlukan antibiotik. 5. Pemilihan antibiotik harus

dibedakan antara infeksi bakterial dan infeksi viral. Selain itu juga perlu dicari tahu dari mana infeksi bersumber. Misalnya pada pneumonia bakterial, etiologi terseringnya adalah Streptococcus pneumoniae. 2. Dalam setiap kasus infeksi berat, apabila memungkinkan lakukan pengambilan

specimen (seperti darah, sputum, pus, urin, atau usapan/swab) untuk diperiksa di

mempertimbangkan dosis dan cara pemberian obat. a. Mikroorganisme: paling sensitif terhadap antibiotic mana saja. Hal ini dapat diketahui dari uji sensitivitas, namun dapat

laboratorium. Pemeriksaan yang dilakukan di sini antara lain kultur bakteri, sensitivitas antibiotik, pemeriksaan mikroskopis, dan pewarnaan Gram. Namun pada

kenyataannya, praktik semacam ini agak jarang dilakukan karena membutuhkan waktu lebih lama untuk memastikan

diperkirakan antibiotik sensitivitas atau atau

berdasarkan dugaan jenis klinis

spectrum apabila

mikroorganisme

mikroorganisme

belum diketahui.

b. Faktor pasien: umur, ada/tidaknya alergi, fungsi hati, fungsi ginjal, kondisi imunologis,

f. Untuk terapi awal dalam kasus infeksi, antibiotik spektrum luas lebih baik digunakan lebih dahulu, sampai antibiotik spektrum sempit yang digunakan dulu maka hasil kultur tersedia. Apabila

hamil/tidak, dan faktor genetik. c. Berat/tidaknya infeksi: mempengaruhi jenis obat yang dipilih dan cara pemberiannya.

basil gram negatif, kokus gram positif, dan fungi yang resisten mulai mendominasi dan terapi selanjutnya menjadi sulit. Setelah hasil kultur diperoleh, barulah digunakan antibiotik spektrum sempit yang spesifik untuk bakteri yang bersangkutan. g. Ganti antibiotik spektrum luas menjadi antibiotik spektrum sempit setelah terapi berlangsung 3 hari, untuk pejamu. 6. Nilai keberhasilan terapi secara klinis atau secara mikrobiologis (kultur ulang). Antibiotik tertentu dapat menimbulkan dengan kadar yang terlalu tinggi dalam darah, sehingga kadarnya keracunan sehubungan mencegah penurunan imunitas

Sebagian antibiotik tidak begitu baik diabsorbsi apabila diberikan peroral, misalnya aminoglikosida. Pada pasien sakit berat, pemberian antibiotik biasanya dilakukan secara parenteral. d. Tempat infeksi: antibiotik seringkali tidak dapat menembus rongga abses dengan baik, karena itu abses biasanya memerlukan drainase di samping terapi antibiotik. Antibiotik tertentu (misalnya aminoglikosida) tidak duramater, sehingga tidak digunakan untuk meningitis. e. Adanya benda asing (misalnya katup prostetik, pecahan kaca) dapat mengurangi respons jaringan terhadap antibiotik. dapat menembus

dalam plasma perlu dipantau terus (misalnya gentamisin). 7. Kombinasi antibiotik baru diberikan apabila: a. Terdapat infeksi infeksi campuran (mixed infection), misalnya peritonitis. b. Pada kasus endokarditis karena

dengan pilihan antibiotik sesuai pengalaman klinis. Indikasi antibiotik profilaksis antara lain: Sebelum prosedur operasi usus,

penggantian sendi, dan ginekologi. Riwayat kontak erat dengan pasien tuberkulosis atau meningitis meningococcal. Sebelum prosedur ekstraksi gigi pada pasien dengan katup jantung prostetik, untuk mencegah endokarditis infektif. Pencegahan infeksi Streptococcus pada pasien dengan penyakit jantung reumatik. 9. Perhatikan pola bakteri penyebab infeksi nosokomial setempat. Bakteri yang sering menyebabkan infeksi nosokomial antara lain MRSA (meticillin-resistant Staphylococcus aureus) dan Pseudomonas berbeda-beda di berbagai tempat. Terapi untuk infeksi sp; namun distribusinya

Enterococcus dan meningitis karena Cryptococcus. c. Untuk mencegah resistensi mikroba terhadap monoterapi, misalnya pada tuberkulosis dan lepra. d. Apabila sumber infeksi belum diketahui dan terapi antibiotik spektrum luas perlu segera

diberikan karena pasien sakit berat, misalnya pada sepsis. e. Apabila dua antibiotik yang dipergunakan dapat memberi efek sinergisme, misalnya penisilin dan gentamisin infektif. 8. Antibiotik dapat digunakan untuk untuk terapi endokarditis

kebutuhan profilaksis (pencegahan infeksi). Antibiotik profilaksis diberikan dalam jangka pendek (24 jam atau kurang),

MRSA adalah vankomisin, dengan golongan penisilin spektrum luas. Golongan antibiotika dan infeksi Pseudomonas

Antibiotika berikut :

dapat

digolongkan

sebagai

1. AMINOGLIKOSID Aminoglikosid merupakan senyawa yang terdiri dari 2 atau lebih gugus gula amino yang terikat lewat ikatan glikosidik pada inti heksosa. Aminoglikosid merupakan produk streptomises atau fungus lainnya. Seperti Streptomyces griseus untuk

1. Antibiotika golongan aminoglikosid, bekerja dengan menghambat sintesis protein dari bakteri. 2. Antibiotika golongan sefalosforin, bekerja dengan menghambat sintesis peptidoglikan serta mengaktifkan enzim autolisis pada dinding sel bakteri. 3. Antibiotika golongan klorampenikol, bekerja dengan menghambat sintesis protein dari bakteri. 4. Antibiotika golongan makrolida, bekerja dengan menghambat sintesis protein dari bakteri. 5. Antibiotika golongan penisilin, bekerja dengan menghambat sintesis peptidoglikan. 6. Antibiotika golongan beta laktam

Streptomisin, Streptomyses Streptomyces kanamyceticus Streptomyces tenebrarius Micromomospora purpures untuk Gentamisin dan Asilasi kanamisin A untuk Amikasin. Aminoglikosid dari sejarahnya digunakan untuk bakteri gram negatif. Aminoglikosid untuk Tobramisin, untuk Kanamisin, fradiae untuk Neomisin,

golongan lain, bekerja dengan menghambat sintesis peptidoglikan serta mengaktifkan enzim autolisis pada dinding sel bakteri. 7. Antibiotika golongan kuinolon, bekerja dengan menghambat satu atau lebih enzim topoisomerase yang bersifat esensial untuk replikasi dan transkripsi DNA bakteri. 8. Antibiotika golongan tetrasiklin, bekerja dengan menghambat sintesis protein dari bakteri. 9. Kombinasi antibakteri 10. Antibiotika golongan lain

pertama yang ditemukan adalah Streptomisin. Antibiotika lain untuk bakteri gram negatif adalah golongan

Sefalosporin generasi 3 yang lebih aman, akan tetapi karena harganya masih mahal banyak dipakai golongan Aminoglikosid. Aktivitas bakteri Aminoglikosid dari

Gentamisin, Netilmisin dan

Tobramisin,

Kanamisin,

semua Aminoglikosid yang diberikan per oral untuk mendapatkan saluran cerna. Sediaan Aminoglikosid pada umumnya tersedia sebagai garam sulfat. 1. Streptomisin Untuk suntikan tersedia bentuk bubuk efek lokal dalam lumen

Amikasin terutama tertuju pada basil gram negatif yang aerobik (yang hidup dengan oksigen). Masalah resistensi merupakan kesulitan utama dalam penggunaan Streptomisin secara kronik; misalnya pada terapi bakterial subakut. Resistensi terhadap Streptomisin dapat cepat terjadi, sedangkan resistensi terhadap Tuberkulosis atau endokarditis

kering dalam vial yang mengandung 1 atau 5 g zat. Kadar larutan tergantung dari cara pemberian yang

direncanakan; dan cara penyuntikan tergantung dari jenis dan lokasi infeksi. Suntikan IiM merupakan cara yang paling sering diberikan. Dosis total sehari berkisar 1-2 g (15-25 mg/kg BB); 500 mg - 1 g disuntikkan setiap 12

Aminoglikosid lainnya terjadi lebih berangsur-angsur. Sediaan dari Aminoglikosid Sediaan dari Aminoglikosid dapat dibagi dalam dua kelompok : a. Sediaan Aminoglikosid sistemik untuk pemberian IM atau IV yaitu Amikasin, Gentamisin,

jam. Untuk infeksi berat dosis harian dapat mencapai 24 g dibagi dalam 2-4 kali pemberian. Dosis untuk anak ialah 20-30 mg/kgBB sehari, dibagi untuk dua kali

Kanamisin dan Streptomisin b. Sediaan Aminoglikosid topikal terdiri dari Aminosidin, Gentamisin dan Streptomisin. termasuk juga Dalam kelompok topikal Kanamisin, Neomisin,

penyuntikkan. 2. Gentamisin

Tersedia sebagai larutan steril dalam vial atau ampul 60mg/1,5 ml; 80 mg/2 ml; 120 mg/3 ml dan 280 mg/2 ml. Salep atau krim dalam kadar 0,1 and 0,3 % salep mata 0,3 %. Sediaan parenteral ada di pasar tidak boleh digunakan untuk suntikan intratekal atau

Penyesuaian dosis perlu dipertimbangkan pada berbagai keadaan. Adanya gangguan faal ginjal memerlukan perpanjangan interval waktu antara dosis, dengan pengurangan dosis dan

berpedoman pada kadar efektif dalam darah yang berkisar antar 5-10 ug/ ml sampai 20-25 ug/ml. 5. Tobramisin Obat ini tersedia sebagai larutan 80 mg/2 ml untu suntikan IM. Untuk infus Tobramisin

intraventrikular (otak) karena mengandung zat pengawet. 3. Kanamisin Untuk sediaan tersedia larutan dan bubuk kering. Larutan dalam vial ekuivalen dengan basa Kanamisin 500 mg/2 ml dan 1 g/3 ml untuk orang dewasa; serta 75 mg/2 ml untuk anak. Vial bubuk kering berisi 1 g dan 0,5 g. Untuk pemberian oral tersedia bentuk kapsul/ tablet 250 mg dan sirup 50 mg/ml. 4. Amikasin Obat ini tersedia untuk suntikan IM dan IV dalam vial berisi 100; 250; 500; 1.000; da 2.000 mg. Dosis total sehari umumnya tidak lebih dari 1,5 gram sehari.

dilarutkan dalam Dekstrose 5% atau larutan NaCl isotonis dan diberikan dalam 30-60 menit. Jangan diberikan lebih dari 10 hari. 6. Netilmisin Obat ini boleh diberikan IM atau IV, dan tersedia sebagai larutan 50 dan 100, 150 mg/2 ml. Dosisnya ialah 4-6,5 mg/kg BB sehari yang dibagi dalam 23 dosis. Untuk penggunaan intravena dosis tunggal diencerkan dalam 50 sampai 200 ml pelbagai larutan. 7. Neomisin

Neomisin tersedia untuk penggunan topikal dan oral, penggunaan parenteral tidak lagi dibenarkan karena toksisitasnya. Salep mata dan kulit mengandung 5 mg/g untuk digunakan 2-3 kali sehari. Untuk oral tersedia tablet 250 mg. Dosis oral neomisin dapat

Betalaktam. Seperti antibiotik Betalaktam lain, mekanisme kerja antimikroba

Sefalosporin ialah dengan menghambat sintesis dinding sel mikroba. Yang dihambat adalah reaksi transpeptidase tahap ketiga dalam dinding rangkaian reaksi pembentukan aktif terhadap

sel.Sefalosporin

kuman gram positif maupun garam negatif, tetapi spektrum masing-masing derivat

bervariasi. Penggolongan Sefalosporin Hingga tahun 2006 golongan Sefalosporin sudah menjadi 4 generasi, pembedaan generasi dari Sefalosporin berdasarkan

mencapai 4-8 g sehari, dalam dosis terbagi; misalnya yang digunakan pada pengendalian koma hepatik atau pembersihan lumen usus. Efek samping aminoglikosid secara umum adalah ototoksisitas permanen ( gangguan

aktivitas mikrobanya dan yang secara tidak langsung sesuai dengan urutan masa

pembuatannya. Berikut pembagian generasi Sefalosporin : No. Nama Generasi Cara Pemberian

keseimbangan dan pendengaran) neurotoksis tergantung dosis dan lama penggunaan. Untuk pemilihan obat Aminoglikosid yang tepat ada baiknya anda harus periksakan diri dan konsultasi ke dokter. sedangkan efek samping

Aktivitas Antimikroba 1. Cefadroxil 1 Oral Aktif terhadap kuman gram positif dengan keunggulan dari

Penisilin aktivitas nya terhadap bakteri penghasil Penisilinase 2. Cefalexin 1 Oral 3. Cefazolin 1 IV dan IM 4. Cephalotin 1 IV dan IM 5. Cephradin 1 Oral IV dan IM 6. Cefaclor 2 Oral Kurang aktif terhadap

2. SEFALOSFORIN Sefalosporin termasuk golongan antibiotika

bakteri gram postif dibandingkan dengan generasi pertama, tetapi lebih aktif terhadap

kuman gram negatif; misalnya H.influenza, Pr. Mirabilis, E.coli, dan Klebsiella 7. Cefamandol 2 IV dan IM 8. Cefmetazol 2 IV dan IM 9. Cefoperazon 2 IV dan IM 10. Cefprozil 2 Oral 11. Cefuroxim 2 IV dan IM 12. Cefditoren 3 Oral efektif Golongan ini

potensi antibakterinya yang tinggi sebaiknya dicadangkan hanya untuk hal tersebut diatas. Adapun indikasi dari masing Sefalosporin sebagai berikut : 1. Cefadroxil dan Cefalexin Obat golongan Cefalosporin ini yang

digunakan untuk mengobati infeksi tertentu yang disebabkan oleh bakteri pada kulit, tenggorokan, dan infeksi kandung kemih. Antibiotik ini tidak efektif untuk pilek, flu atau infeksi lain yang disebabkan virus. 2. Cefazolin Cefazolin digunakan untuk mengobati

umumnya

kurang

dibandingkan

dengan generasi pertama terhadap kuman gram positif, tetapi jauh lebih efektif terhadap Enterobacteriaceae, termasuk strain penghasil Penisilinase. 13. Cefixim 3 Oral 14. Cefotaxim 3 IV dan IM 15. Cefotiam 2 IV dan IM 16. Cefpodoxim 3 Oral 17. Ceftazidim 3 IV dan IM 18. Ceftizoxim 3 IV dan IM 19. Ceftriaxon 3 IV dan IM 20. Cefepim 4 Oral IV dan IM Hampir sama dengan generasi ketiga 21. Cefpirom 4 Oral IV dan IM Indikasi Klinik Sediaan Sefalosporin seyogyanya hanya digunakan untuk pengobatan infeksi berat atau yang tidak dapat diobati dengan antimikroba lain, sesuai dengan spektrum antibakterinya. Efek samping dapat terjadi gangguan saluran pencernaan . Anjuran ini diberikan karena selain harganya mahal,

infeksi bakteri dan penyakit pada infeksi pada kandung empedu dan kandung kemih, organ pernafasan, genito urinaria (infeksi pada organ seksual dan saluran kencing), pencegahan infeksi pada proses operasi dan infeksi kulit atau luka. 3. Cephalotin Obat golongan Sefalosporin ini yang

digunakan untuk mengobati infeksi bakteri dan penyakit pada infeksi kulit dan jaringan lunak, saluran nafas, genito-urinaria, pasca operasi, otitis media dan septikemia. 4. Cefaclor dan Cefixim Cefalosporin ini menghilangkan bakteri yang menyebabkan berbagai macam

penyakit seperti pneumonia dan infeksi pada telinga, paru paru, tenggorokan, saluran kemih dan kulit.

5. Cefamandol, Ceftizoxim dan Ceftriaxon Cefalosporin ini menghilangkan bakteri yang menyebabkan berbagai macam

organ pernafasan, saluran kemih, meningitis, pencegahan infeksi pada proses operasi dan infeksi kulit dan jaringan lunak. 11. Cefotiam Memiliki aktivitas spetrum luas terhadap kuman gram negatif dan positif, tetapi tidak memiliki aktivitas terhadap Pseudomonas aeruginosa. 12. Cefpodoxim Obat Sefalosporin ini menghilangkan bakteri yang menyebabkan berbagai macam infeksi seperti Pneumonia, Bronkitis, Gonore dan infeksi pada telinga, kulit, tenggorokan dan saluran kemih. 13. Cefepim Obat Sefalosporin ini menghilangkan bakteri yang menyebabkan berbagai macam infeksi seperti Pneumonia, kulit, dan saluran kemih. 14. Cefpirom Obat Sefalosporin ini menghilangkan bakteri yang menyebabkan berbagai macam infeksi pada darah atau jaringan, paru-paru dan saluran nafas bagian bawah, serta saluran

penyakit pada paru-paru, kulit, tulang, sendi, perut, darah dan saluran kencing. 6. Cefmetazol Cefmetazol lebih aktif daripada Sefalosporin golongan pertama terhadap gram positif Proteus, Serritia, kuman anaerobik gram negatif (termasuk B. fragilis) dan beberapa E.coli, Klebsiella dan P. mirabilis, tetapi kurang efektif dibandingkan Cefoxitin atau Cefotetan melawan kuman gram negatif. 7. Cefoperazon dan Ceftazidim Obat Sefalosporin ini menghilangkan bakteri yang menyebabkan berbagai macam infeksi termasuk paru-paru, kulit, sendi, perut, darah, kandungan, dan saluran kemih. 8. Cefprozil Obat Sefalosporin ini mengobati infeksi seperti Otitis Media, infeksi jaringan lunak dan saluran nafas. 9. Cefuroxim Cefuroxim digunakan untuk mengobati

kemih 3. KLORAMFENIKOL Kloramfenikol diisolasi pertama kali pada tahun 1947 dari Streptomyces venezuelae. Karena

infeksi tertentu yang disebabkan oleh bakteri seperti; bronkitis, gonore, penyakit limfa, dan infeksi pada organ telinga, tenggorokan, sinus, saluran kemih, dan kulit. 10. Cefotaxim Cefotaxime digunakan untuk mengobati Gonore, infeksi pada ginjal (pyelonephritis),

ternyata Kloramfenikol antimikroba yang mempunyai daya

kuat

maka

penggunaan

Kloramfenikol

sembuh

dan

pulih

bila

pengobatan

meluas dengan cepat sampai pada tahun 1950 diketahui bahwa Kloramfenikol dapat menimbulkan anemia aplastik yang fatal. 1. Efek antimikroba Kloramfenikol menghambat sintesis protein kuman. Yang dihambat adalah enzim peptidil transferase yang berperan sebagai katalisator untuk membentuk ikatan-ikatan peptida pada proses sintesis protein kuman. Efek toksis Kloramfenikol pada sel mamalia terutama terlihat pada sistem hemopoetik/darah dan diduga berhubungan Kloramfenikol. 2. Efek samping a. Reaksi hematologik Terdapat dalam 2 bentuk yaitu; i. Reaksi toksik dengan manifestasi depresi sumsum tulang. Kelainan ini berhubungan dengan dosis, menjadi dengan mekanisme kerja bekerja dengan jalan

dihentikan. Reaksi ini terlihat bila kadar Kloramfenikol dalam serum melampaui 25 mcg/ml. ii. Bentuk yang kedua bentuknya lebih buruk karena anemia yang terjadi bersifat menetap seperti anemia aplastik dengan pansitopenia. Timbulnya tidak tergantung dari besarnya dosis atau lama pengobatan. Efek samping ini diduga disebabkan oleh adanya kelainan genetik. b. Reaksi alergi Kloramfenikol kemerahan kulit, angioudem, Kelainan yang menyerupai reaksi Herxheimer dapat terjadi pada pengobatan demam Tifoid walaupun yang terakhir ini jarang dijumpai. c. Reaksi saluran cerna Bermanifestasi dalam bentuk mual, muntah, glositis, diare dan enterokolitis. d. Sindrom gray urtikaria dan anafilaksis. dapat menimbulkan

Pada bayi baru lahir, terutama bayi prematur yang mendapat dosis tinggi (200 mg/kg BB) dapat timul sindrom Gray, biasanya antara hari ke 2 sampai hari ke 9 masa terapi, rata-rata hari ke 4. Mula-mula menyusui, pernafasan cepat dan tidak teratur, bayi muntah, tidak mau

kloramfenikol bila masih ada antimikroba lain yang lebih aman dan efektif. Kloramfenikol tidak boleh digunakan untuk bayi baru lahir, pasien dengan gangguan hati dan pasien yang hipersensitif terhadapnya 3. Sediaan a. Kloramfenikol Terbagi dalam bentuk sediaan : i. Kapsul 250 mg, Dengan cara pakai untuk dewasa 50 mg/kg BB atau 1-2 kapsul 4 kali sehari. Untuk infeksi berat dosis dapat ditingkatkan

perutkembung, sianosis dan diare dengan tinja berwarna hijau dan bayi tampak sakit berat. Pada hari berikutnya tubuh bayi menjadi lemas dan berwarna hipotermia (kedinginan). e. Reaksi neurologik Dapat terlihat dalam bentuk depresi, keabu-abuan; terjadi pula

2 x pada awal terapi sampai didapatkan perbaikan klinis. ii. Salep mata 1 % iii. Obat tetes mata 0,5 % iv. Salep kulit 2 %

bingung, delirium dan sakit kepala. Banyak perbedaan

v. Obat tetes telinga 1-5 % Keempat sediaan di atas dipakai beberapa

pendapat mengenai indikasi penggunaan

kali sehari. b. Kloramfenikol palmitat atau stearat

kloramfenikol, tetapi sebaiknya obat ini digunakan untuk

Biasanya berupa botol berisi 60 ml suspensi (tiap 5 l mengandung Kloramfenikol palmitat atau stearat

mengobati demam tifoid, salmonelosis lain dan infeksi H. influenzae. Infeksi lain sebaiknya tidak diobati dengan

setara dengan 125 mg kloramfenikol). Dosis ditentukan oleh dokter. c. Kloramfenikol natrium suksinat Vial berisi bubuk kloramfenikol natrium suksinat setara dengan 1 g kloramfenikol yang harus dilarutkan dulu dengan 10 ml aquades steril atau dektrose 5 % (mengandung 100 mg/ml). d. Tiamfenikol Terbagi dalam bentuk sediaan : i. Kapsul 250 dan 500 mg. ii. Botol berisi pelarut 60 ml dan bubuk Ttiamfenikol 1.5 g yang setelah dilarutkan mengandung 125 mg Tiamfenikol tiap 5 ml. 4. MAKROLIDA Antibiotika golongan Makrolida mempunyai persamaan yaitu terdapatnya cincin Lakton yang besarnya dalam rumus molekulnya. Sebagai contoh terlihat pada struktur dari golongan

kuman

dengan

jalan

berikatan

secara

reversibel dengan Ribosom subunit 50S, dan bersifat bakteriostatik atau bakterisid tergantung dari jenis kuman dan kadar obat Makrolida. Sekarang ini antibiotika Makrolida yang beredar di pasaran obat Indonesia adalah Eritomisin, Spiramisin, Roksitromisin, Azithromisin. 1. Eritromisin Eritromisin dighasilkan oleh suatu strain Streptomyces erythreus. Aktif terhadap kuman gram positif seperti Str. Pyogenes dan Str. Pneumoniae. Yang biasa digunakan pneumoniae, penyakit Legionnaire, infeksi Klamidia, Difter, Pertusis, iInfeksi Streptokokus, Stafilokokus, infeksi Camylobacter, Tetanus, Sifilis, Gonore. Sediaan dari Eritromisin berupa kapsul/ tablet, untuk infeksi Mycloplasma Klaritromisin dan

Makrolida , Eritromisin Golongan Makrolida menghambat sintesis protein

sirup/sspensi, tablet kunyah dan obat tetes oral. Dapat mengalami resistensi dalam 3

mekanisme :

a. Menurunnya permeabilitas dinding sel kuman. b. Berubahnya reseptor obat pada Ribosom kuman dan c. Hidrolisis obat oleh esterase yang dihasilkan oleh kuman tertentu. Efek samping yang berat akibat pemakaian Eritromisin dan turunannya jarang terjadi. Reaksi alergi mungkin timbul dalam bentuk demam, eosinofilia dan eksantem yang cepat hilang bila terapi dihentikan. Ketulian sementara dapat terjadi bila Eritromisin diberikan dalam dosis tinggi secara IV. Eritromisin dilaporkan meningkatkan toksisitas Karbamazepin, Kortikosteroid, Warfarin dan Teofilin. 2. Spiramisin Spiramisin adalah antibiotika golongan Siklosporin, Digosin,

yang tersedia dari spiramisin adalah bentuk tablet 500 mg. Seperti Eritromisin, Spiramisin

digunakan untuk terapi infeksi rongga mulut dan saluran nafas. Spiramisin juga digunakan sebagai obat alternatif untuk penderita Toksoplasmosis yang

karena suatu sebab tidak dapat diobati dengan

Pirimentamin dan Sulfonamid (misalnya pada wanita hamil, atau ada kontra indikasi lainnya). Efeknya tidak sebaik Pirimentamin dan Sulfonamid. Pemberian oral kadangkadang menimbulkan iritasi saluran cerna. 3. Roksitromisin Roksitromisin adlah derivat Eritromisin yang diserap dengan baik pada pemberian oral. Obat ini lebih jarang menimbulkan iritasi lambung dibandingkan dengan Eritromisin. Juga (bioavailabilitas) kadar obat yang tersedia tidak banyak terpengaruh oleh adanya

Makrolida yang dihasilkan oleh Streptomyces ambofaciens. Secara in vitro (tes laboratorium) aktivitas antibakteri Spiramisin lebih rendah daripada

Eritromisin. Sediaa

makanan dalam lambung. Kadar obat dalam darah dan plasma lebih tinggi dari Eritromisin. Bentuk sediaan yang beredar adalah tablet atau kapsul 150 mg dan 300 mg. Indikasinya diperuntukkan untuk infeksi THT, saluran nafas bagian atas dan bawah seperti bronkitis akut dan kronik, penumonia, uretritis (selain Gonore) akut dan kronis, infeksi kulit seperti pioderma, impetigo, dermatitis dengan infeksi, ulkus pada kaki. 4. Klaritromisin Klaritromisin juga digunakan untuk indikasi yang sama denga Eritromisin. Secara in vitro (di laboratorium), obat ini adalah Makrolida yang paling aktif terhadap Chlamydia trachomatis. Absorpsinya tidak banyak dipengaruhi oleh adanya makanan dalam lambung. Efek sampingnya adalah iritasi saluran cerna (lebih jarang dibandingkan dengan iritasi saluran cerna dan

peningkatan Klaritromisin

enzim

sementara

di

hati.

juga meningkatkan kadar Teofilin dan Karbamazepin bila diberikan bersama obat-obat tersebut. 5. Azitromisin Azitromisin digunakan untuk mengobati infekti tertentu yang disebabkan oleh bakteri seperti bronkitis, hubungan seksual dan infeksi dari telinga, paru-paru, kulit dan tenggorokan. Azitromisin tidak efektif untuk pilek, flu atau infeksi yang disebabkan oleh virus. Bentuk sediaan dari Azitromisin adalah tablet atau suspensi oral (cairan). Biasanya digunakan dengan atau tanpa makanan satu kali sehari selama 1-5 hari. Agar membantu anda ingat minum Azitromisin, minumlah pada jam yang sama setiap harinya. Minumlah azitromisin sesuai dosis yang ada. Jangan lebih atau kurang dari dosis yang ditentukan oleh pneumonia, penyakit akibat

dokter. Kocok sirup dengan baik sebelum dipakai untuk mencampur obat dengan baik.

digunakan menghasilkan

P.

chrysogenum

yang

Penisilin lebih banyak. Penisilin yang digunakan dalam pengobatan terbagi dalam Penisilin alam dan Penisilin

Gunakan syringe yang tersedia untuk mengukur dengan tepat dosis yang anda gunakan. Setelah itu bersihkan syringe dengan air. Untuk tablet harus diminum dengan segelas air penuh. Habiskan obat yang diresepkan, walaupun anda merasa sudah baik atau sembuh. Hal ini untuk menghindari bakteri menjadi resistensi bila pengobatan tidak diselesaikan. 5. PENISILIN Penisilin merupakan kelompok antibiotika Beta Laktam yang telah lama dikenal. Pada tahun 1928 di London, Alexander Fleming menemukan antibiotika pertama yaitu Penisilin yang satu dekade kemudian dikembangkan oleh Florey dari biakan Penicillium notatum Kemudian untuk penggunaan sistemik.

semisintetik. Penisilin semisintetik diperoleh dengan cara mengubah struktur kimia Penisilin alam atau dengan cara sintesis dari inti Penisilin. Beberapa Penisilin akan berkurang aktivitas mikrobanya dalam suasana asam sehingga Penisilin kelompok parenteral. Penisilin lain hilang aktivitasnya bila ini harus diberikan secara

dipengaruhi enzim Betalaktamase (Penisilinase) yang memecah cincin Betalaktam. 1. Aktivitas dan Mekanisme Kerja Penisilin Penisilin Mukopeptida yang diperlukan untuk sintesis dinding sel mikroba. Terhadap mikroba yang sensitif, Penisilin akan menghasilkan efek bakterisid (membunuh kuman) menghambat pembentukan

pada mikroba yang sedang aktif membelah. Mikroba dalam keadaan metabolik tidak aktif (tidak membelah) praktis tidak dipengaruhi oleh Penisilin, kalaupun ada pengaruhnya (menghambat perkembangan). Oleh karenanya penting untuk menghabiskan antibiotika yang diresepkan dokter anda. 2. Efek Samping Penisilin o Reaksi hipersensitif, mulai ruam dan gatal sampai serum sickness dan reaksi alergi sistemik yang serius. o Nyeri tenggorokan atau lidah, lidah terasa berbulu lembut, muntah, diare. o Mudah marah, halusinasi, kejang 3. Sediaan dari Penisilin Antibiotika golongan penisilin yang beredar di pasaran untuk penggunaan oral adalah : a. Amoksisilin dan campurannya (asam klavulamat) Bentuk tablet atau kapsul dengan hanya bakteriostatik

Amoksisilin 250mg, 500 mg dan 875 mg. Agar Amoksisilin tidak rusak oleh asam lambung, Amoksisilin ada yang dikombinasi dengan asam Klavulamat 125 mg. Untuk sediaan ini tidak boleh dibagi/diracik karena kandungan optimum Asam Klavulamat untuk bentuk sediaan tablet 125 mg. Bentuk sediaan sirup dengan kandungan Amoksisilin 125 dan 250 mg / 5 ml. Bila dikombinasi dengan Asam Kavulamat, 31,25 mg Asam Klavulamat dan 125 mg Amoksisilin atau 62,5 mg Asam Klavulamat dan 250 mg Amoksisilin. Untuk sediaan injeksi biasa dalam bentuk vial 1.000 mg, dengan kombinasi Asam Klavulamat 200 mg. b. Ampisilin Bentuk sediaan kapsul atau tablet dengan kandungan 250 mg, 500 mg atau 1000 mg. Bentuk sediaan sirup dengan kandungan 125 mg atau 250 mg/5 ml sirup.

kandungan

Untuk sediaan injeksi biasa dalam bentuk vial dengan kandungan 200 mg, 500 mg dan 1.000 mg Ampisilin. Dan ada kombinasi 1.000 mg Ampisilin dan 500 mg Sulbactam atau 500 mg Ampisilin dan 250 mg Sulbactam c. Flucloxacilin Di pasaran terdapat dalam bentuk kapsul dengan kandungan 250 mg dan 500 mg zat aktif juga dalam bentuk sirup dengan kandungan zat aktif 125 mg / 5 ml. d. Cloxacilin Di pasaran terdapat dalam bentuk kapsul dengan kandungan 250 mg dan 500 mg zat aktif juga dalam bentuk vial dengan kandungan zat aktif 250 mg, 500 mg dan 1.000 mg /vial. e. Piperacilin Di pasaran terdapat dalam kombinasi; 4 gram Piperacilin dengan 500 mg

kandungan 1 gram dan 2 gram zat aktif. g. Derivat penisilin lainnya Seperti Phenoxymethyl Penicillin dan

Benzathine Penicillin dalam bentuk vial untuk

pemakaian injeksi. Penggunaan Klinik . Infeksi kuman gram positif Kuman dalam bentuk kokus seperti

Pneumonia, Meningitis, Endokarditis, Otitis Media akut dan Mastoiditis, juga infeksi Stafilokokus. Kuman Difteria, Klostridia, Antraks, Listeria, Erisipeloid. a. Infeksi kuman gram negatif Kuman dalam bentuk kokus seperti infeksi Meningokokus, Gonore, infeksi Gonokokus di ekstragenital, juga Sifilis. Kuman dalam bentuk batang seperti pada infeksi Salmonella influenzae, P. multocida. Hal yang perlu diperhatikan sewaktu dan Shigelia, Haemophilus dalam bentuk batang seperti

Tazobactam dalam bentuk vial. f. Sulbenicilin Di pasaran terdapat dalam bentuk vial dengan

menggunakan antibiotika Penisilin : Amati tanda-tanda alergi Penisilin, seperti ruam atau

gatal, yang timbul dalam waktu 20 menit (atau setelah beberapa hari). Waspadalah terutama bila terjadi kesulitan bernafas, rasa tercekik, pusing, cemas, lemah, dan berkeringat. Laporkan segera pada dokter gejalagejala tersebut. Minumlah semua obat anda, walaupun anda sudah merasa sembuh, menghentikan pengobatan lebih awal dapat menyebabkan kekambuhan. Jika anda lupa minum obat satu dosis, minumlah segera mungkin. Lalu jarak minum dosis obat yang tersisa pada hari itu diperpendek semuanya untuk memperbaiki dosis yang terlupa. Penisilin bekerja efektif bila kadar Penisilin dalam tubuh anda tetap. Hindari makanan yang asam (jeruk asam, vitamin c) yang akan mengurangi keefektifan Penisilin. Hubungi dokter anda jika gejala-gejala penyakit anda tidak membaik dalam waktu beberapa hari setelah

menggunakan Penisilin. 6. KUINOLON Asam Nalidiksat adalah prototip antibiotika golongan Kuinolon lama yang dipasarkan sekitar tahun 1960. Walaupun obat ini mempunyai daya

antibakteri yang baik terhadap kuman gram negatif, tetapi eliminasinya melalui urin berlangsung terlalu cepat sehingga sulit dicapai kadar pengobatan dalam darah. Karena itu penggunaan obat Kuinolon lama ini terbatas sebagai antiseptik saluran kemih saja. Pada awal tahun 1980, diperkenalkan

golongan Kuinolon baru dengan atom Fluor pada cincin Kuinolon ( karena itu dinamakan juga Fluorokuinolon). Perubahan struktur ini secara dramatis meningkatkan daya bakterinya, memperlebar spektrum antibakteri, memperbaiki

penyerapannya di saluran cerna, serta memperpanjang masa kerja obat.

Golongan Kuinolon ini digunakan untuk infeksi sistemik. Yang termasuk golongan ini antara lain adalah Spirofloksasin, Ofloksasin,

Golongan antibiotika Kuinolon umumnya dapat ditoleransi dengan baik. Efek sampingnya yang terpenting ialah pada saluran cerna dan susunan saraf pusat. Manifestasi pada saluran

Moksifloksasin, Levofloksasin, Pefloksasin, Norfloksasin, Sparfloksasin, Flerofloksasin dan Gatifloksasin. 1. Mekanisme kerja kuinolon Pada saat perkembangbiakan kuman ada yang namanya replikasi dan transkripsi dimana terjadi pemisahan double helix dari DNA kuman menjadi 2 utas DNA. Pemisahan ini akan selalu menyebabkan puntiran berlebihan pada double helix DNA sebelum titik pisah. Hambatan mekanik ini dapat diatasi kuman dengan bantuan enzim DNA girase. Peranan antibiotika golongan Kuinolon menghambat kerja Lornefloksasin,

cerna,terutama berupa mual dan hilang nafsu makan, merupakan efek samping yang paling sering dijumpai. Efek samping pada susunan syaraf pusat umumnya bersifat ringan berupa sakit kepala, vertigo, dan insomnia. Efek samping yang lebih berat dari Kuinolon seperti psikotik, halusinasi, depresi dan kejang jarang terjadi. Penderita berusia lanjut, khususnya dengan arteriosklerosis cenderung mengalami efek samping ini. Enoksasin Teofilin dan dapat menyebabkan peningkatan kadar menghambat metabolisme atau epilepsi, lebih

enzim DNA girase pada kuman dan bersifat bakterisidal, sehingga kuman mati. 2. Efek Samping dan Interaksi Obat

Teofilin. Siprofloksasin lainnya juga dan beberapa Kuinolon

memperlihatkan efek ini walaupun tidak begitu dramatis. 3.Penggunaan Klinik e. Infeksi saluran kemih Seperti Prostatitis, Uretritis, Servisitis dan Pielonfritis. f. Infeksi saluran cerna Seperti demam Tifoid dan Paratifoid g. Infeksi saluran nafas bawah Seperti Bronkitis, Pneumonia, Sinusitis h. Penyakit yang ditularkan melalui

mg/100 ml. b. Ofloksasin Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan Ofloksasin 200 mg dan 500 mg. Juga tersedia dalam bentuk infus dengan

kandungan Ofloksasin 200 mg/100 ml. c. Moksifloksasin Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan Moksifloksasin kandungan 400 mg. Juga tersedia dalam bentuk infus dengan

hubungan kelamin Gonore i. Infeksi jaringan lunak dan tulang Seperti Osteomielitis. Untuk infeksi pasca bedah oleh kuman enterokokus Ps. aeroginosa atau stafilokokus yang resisten terhadap Beta Laktam atau Aminoglikosid. 4. Sediaan di Pasaran a. Spirofloksasin Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan Spirofloksasin 250 mg, 500 mg, 750 mg bahkan ada yang 1.000 mg. Juga tersedia dalam bentuk infus dengan kandungan

kandungan Moksifloksasin 400 mg/250 ml. d. Levofloksasin Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan Levofloksasin 250 mg dan 500 mg. Juga tersedia dalam bentuk infus dengan kandungan Levofloksasin 500 mg/100 ml. e. Pefloksasin Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan Pefloksasin 400 mg. Juga tersedia

Spirofloksasin 200

dalam bentuk infus dengan kandungan Pefloksasin 400 mg/125 ml dan ampul dengan kandungan Pefloksasin 400 mg/5 ml. f. Norfloksasin Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan 400 mg. g. Sparfloksasin Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan 200 mg. h. Lornefloksasin Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan 400 mg. i. Flerofloksasin Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan 400 mg. Juga tersedia dalam bentuk infus dengan kandungan 400 mg/100 ml. j. Gatifloksasin Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan 400 mg. Juga tersedia dalam bentuk vial untuk ijeksi dengan kandungan 400 mg/40 ml. 7. TETRASIKLIN

Tetrasiklin pertama kali ditemukan oleh Lloyd Conover. Berita tentang Tetrasiklin yang dipatenkan pertama kali tahun 1955. Tetrasiklin

merupakan antibiotika yang memberi harapan dan sudah terbukti menjadi salah satu penemuan antibiotika penting. Antibiotika pertama ditemukan adalah Klortetrasiklin yang golongan tetrasiklin yang

dihasilkan oleh Streptomyces ditemukan Oksitetrasiklin dari Streptomyces rimosus. Tetrasiklin sendiri dibuat secara semisintetik dari Klortetrasiklin, tetapi juga dapat diperoleh dari spesies Streptomyces lain. 1. Mekanisme Kerja Tetrasiklin Golongan Tetrasiklin termasuk antibiotika yang bersifat bakteriostatik dan bekerja dengan jalan menghambat Golongan sintesis protein kuman. aureofaciens. Kemudian

Tetrasiklin menghambat sintesis protein bakteri pada ribosomnya. Paling sedikit terjadi 2 proses dalam masuknya antibiotika Tetrasiklin ke dalam ribosom bakteri gram negatif; pertama yang disebut difusi pasif melalui kanal hidrofilik, kedua ialah sistem transportasi Tetrasiklin masuk ke dalam ribosom bakteri, maka antibiotika Tetrasiklin berikatan dengan ribosom 30s dan menghalangi masuknya komplek tRNAasam amino pada lokasi asam amino, sehingga bakteri tidak dapat berkembang biak. Pada umumnya efek antimikroba golongan Tetrasiklin sama (sebab mekanisme kerjanya sama), namun terdapat perbedaan kuantitatif dari aktivitas masingmasing derivat terhadap kuman tertentu. Hanya mikroba yang cepat membelah yang aktif. Setelah antibiotika

2. Efek Samping dan Interaksi Obat Tetrasiklin Iritasi lambung pada pemberian oral.

Tromboflebitis pada pemberian injeksi (IV). Tetrasiklin terikat pada jaringan tulang yang sedanag tumbuh dan membentuk kompleks. terhambat sementara pada janin sampai anak tiga tahun. Pada gigi susu atau gigi tetap, Tetrasiklin dapat merubah warna secara permanen dan cenderung mengalami karies. Dapat menimbulkan superinfeksi oleh Pertumbuhan tulang akan

kuman resisten dan jamur, dengan gejala adalah diare akibat terganggunya keseimbangan flora normal dalam usus. Absorbsi Tetrasiklin dihambat oleh antasida, susu, Koloidal bismuth, Fenobarbital, Fenitoin dan Karbamazepin sehingga mengurangi kadar dalam darah karena metabolismenya dipercepat. Tetrasiklin dapat mempengaruhi kerja Penisilin dan Antioagulan.

dipengaruhi antibiotika Tetrasiklin.

3. Penggunaan Klinik Tetrasiklin a. Tetrasikin Tetrasiklin pengobatan acne vulgaris dan rosacea. Tetrasikin juga dapat digunakan untuk pengobatan infeksi pada saluran pernafasan, sinus, telinga bagian tengah, saluran kemih, usus dua belas jari dan juga Gonore. b. Doksisiklin Kegunaan Doksisiklin selain seperti terutama digunakan untuk

seperti Pneumonia dan infeksi saluran nafas lain, jerawat dan infeksi kulit, kelamin dan saluran kemih. Minosiklin juga dapat membunuh bakteri dari hidung dan tenggorokan anda yang dapat

menyebabkan meningitis. 4. Sediaan Antibiotika Tetrasiklin di Pasaran a. Tetrasikin Tetrasiklin dipasaran dalam bentuk kapsul dengan kandungan 250 mg dan 500 mg. Juga ada yang dalam bentuk buffer untuk mengurangi efek

Tetrasiklin juga digunakan untuk pencegahan pada infeksi Antraks. Dan digunakan untuk pengobatan dan pencegahan Malaria, serta perawatan infeksi Kaki Gajah. c. Oksitetrasiklin Oksitetrasiklin berguna dalam pengobatan infeksi karena Ricketsia dan Klamidia, pada saluran nafas, saluran cerna, kulit dan jaringan lunak dan infeksi karena hubungan kelamin. d. Minosiklin Minosiklin digunakan untuk mengobati infeksi bakteri

sampingnya mengritasi lambung. b. Doksisiklin Doksisiklin di pasaran tersedia dalam bentuk sediaan tablet da kapsul dengan kanduungan 50 mg dan 100 mg. c. Oksitetrasiklin Oksitetrasiklin di pasaran tersedia dalam bentuk sediaan kapsul 500 mg dan vial 50 mg/ml untuk injeksi. d. Minosiklin

Minosiklin dipasaran dalam bentuk kapsul dengan kandungan 50 mg dan 100 mg 8. KOMBINASI ANTIMIKROBA Karena kerja dari dua antimikroba

Serratia

dan

Alcaligenes

spesies

dan

Klebsiella spesies. Juga beberapa strain stafilokokus yang resisten terhadap Metisilin, Trimetropim atau

Trimetropim dan Sulfametoksazol dalam menghambat reaksi enzimatik obligat berurutan sehingga kombinasi

Sulfametoksazol sendiri, dan mikroba yang peka terhadap kombinasi antimikroba ini. Kedua sinergi. Penemuanan interaksi sinergistik (bekerja saling menguatkan). antimikroba memperlihatkan

antimikroba ini memberikan kombinasi antimikroba penting dalam usaha meningkatkan efektivitas klinik ini merupakan kemajuan efek

Kombinasi antimikroba ini mungkin efektif walaupun mikroba telah resisten terhadap Sulfonamid

antimikroba. Kombinasi ini lebih dikenal dengan nama kotrimoksazol. 1. Spektrum antibakteri Mikroba yang peka terhadap kombinasi antimikroba kotrimoksazol ialah: Str. Pneumoniae, C. diphteriae, dan N. meningitis, 50-59% strain S. aureus, S. epidermidis, Str. pyogenes, Str. viridans, Str. faecalis, E. coli, Pr. mirabilis, Pr. morganii, Pr. rettgeri, Enterobacter, Aerobacter spesies,

(golongan dari Sulfametoksazol) dan agak resisten terhadap Trimetropim. Daya kerja yang sinergi akan maksimal bila mikroba peka terhadap kedua

antimikroba tersebut. 2. Mekanisme kerja antimikroba kombinasi Aktivitas Kotrimoksazol berdasarkan atas kerjanya pada dua tahap yang berurutan dalam reaksi enzimatik untuk membentuk kombinasi antimikroba

Salmonella, Shigella,

Asam

tetrahidrofolat.

Sulfometoksazol

4. Penggunaan klinik a. Infeksi saluran kemih Infeksi ringan saluran kemih bagian bawah. Sediaan kombinasi efektif untuk infeksi kronik dan berulang saluran kemih. b. Infeksi saluran nafas Antimikroba kombinasi Kotrimoksazol antimikroba Kotrimoksazol

menghambat masuknya molekul PABA ke dalam molekul Asam folat dan Trimetropim menghambat terjadinya reaksi reduksi dari Asam dihidrofolat menjadi Tetrahidrofolat.Trimetropim enzim Dihidrofolat sangat selektif. Hal ini penting, karena enzim tersebut juga terdapat pada sel manusia.Seperti tergambar pada diagram di bawah ini. 3. Sediaan Antimikroba tersedia dalam bentuk tablet oral, mengandung 400 mg Sulfametoksazol dan 80 mg Trimetropim. Untuk anak tersedia juga bentuk suspensi oral yang mengandung 100 mg Sulfametoksazol dan 20 mg Trimetropim. Untuk pemberian intravena tersedia sediaan infus yang mengandung 400 mg Sulfametoksazol dan 80 mg Trimetropim per 5 ml. kombinasi Kotrimoksazol reduktase mikroba secara menghambat

efektif untuk pengobatan otitis media akut pada anak dan sinusitis maksilaris akut pada orang dewasa yang disebabkan strain H. influenzae dan Str. pneumoniae yang masih sensitif. c. Infeksi saluran cerna Sediaan antimikroba kombinasi

Kotrimoksazol ini berguna karena beberapa strain mikroba penyebabnya telah resisten terhadap Smpisilin. Namun akhir-akhir ini dilaporkan terjadinya resistensi mikroba terhadap Sulfametoksazol. Obat ini juga efektif untuk demam Tifoid dan carrier S. typhi dan Salmonella spesies lain. untuk pengobatan Shigellosis

d. Infeksi oleh Pneumocystis carini Dengan dosis tinggi efektif untuk infeksi yang berat oleh Pneumocystis carini pada penderita AIDS. Dengan dosis rendah pada penderita Neutropeni. e. Infeksi genitalia Digunakan untuk pengobatan Chancroid. f. Infeksi lainnya Infeksi oleh jamur Norkadia, untuk

infeksi bakteri aerobik. Klindamisin juga dapat digunakan untuk infeks pada tulang yang disebabkan staphylococcus aureus. Sediaan topikalnya dalam bentuk Klindamisin posfat digunkan untuk jerawat yang parah. Klindamisin efektif untuk infeksi yang disebabkan mikroba sebagai berikut : o Bakteri aerobik gram positif seperti golongan Staphylococus dan Streptococus (pneumococcus) o Bakteri anaerobik gram negatif termasuk golongan Batericoides dan Fusobacterium 2. Metronidazol Metronidazol efektif untuk bakteri anaerob dan protozoa yang sensitif karena beberapa organisme memiliki kemampuan untuk

pengobatan Bruselosis. Juga untuk infeksi berat pada anak. 9. ANTIBIOTIKA GOLONGAN LAIN Antiobiotika golongan lain yang ada di Indonesia adalah : Klindamisin, metronidazol, colistin, tinidazol, fosfomycin, teicoplanin, vancomycin dan linezolid. Berikut informasi detail dari antibiotika golongan lain : 1. Klindamisin Klindamisin digunakan untuk infeksi bakteri anaerob. Seperti infeksi pada saluran nafas,

mengurangi bentuk aktif metronidazol di dalam selnya. Secara sistemik metronidazol digunakan untuk infeksi anaerobik, trikomonasis, amubiasis hati. 3. Colistin Colistin digunakan dalam bentuk sulfat atau kompleks sulfomethyl, colistimetate. Tablet Colistin sulfat digunakan untuk mengobati infeksi usus atau untuk amubiasis, lambiasis dan

septikemia, dan peritonitis. Untuk pasien yang sensitif terhadap penisilin Klindamisin juga dapat digunkan untuk

menekan flora di kolon. Colistin sulfat juga digunakan dalam bentuk krim kulit, bubuk dan tetes mata. Colistimethat parenteral dan dalam bentuk aerosol untuk pengobatan infeksi paruparu. 4. Tinidazol Tinidazol merupakan kelompok antibiotika azol. Mekanisme kerjanya dengan cara masuk ke dalam sel mikroba dan berikatan dengan DNA.Dengan cara ini mikroba tidak dapat berkembang biak. Tinidazol adalah antibiotika khusus yang digunakan untuk menghentikan penyebaran bakteri anaerob. Bakteri ini biasanya menginfeksi lambung, tulang, otak dan paru- paru. 5. Teicoplanin Teicoplanin antibiotika dari glikopeptida. Bakteri memiliki dinding sel luar yang dipertahankan oleh molekul peptidoglikan. Dinding sel merupakan kelompok digunakan untuk sedian

sangat vital untuk mempertahankan pada lingkungan normal di dalam tubuh di mana bakteri hidup.Teicoplanin bekerja dengan mengunci formasi dari peptidoglikan. Dengan cara tersebut dinding bakteri menjadi lemah sehingga bakteri mati. Teicoplanin digunakan untuk infeksi serius pada hati dan darah. Teicoplanin tidak dapat diserap di lambung sehingga hanya diberikan dengan cara infus atau injeksi. 6. Vancomycin Vancomycin bekerja dengan membunuh atau menghentikan perkembangan bakteri. Vancomycin digunakan untuk mengobati infeksi pada beberapa bagian tubuh. Kadangkala

digabung dengan antibiotika lain.Vancomycin juga digunakan untuk penderita dengan gangguan hati (mis demam rematik) atau prosthetic (artificial) hati yang alergi dengan

penisilin.Dengan kondisi khusus, antibiotika ini juga dapat digunakan untuk mencegah

diminum sesudah atau sebelum makan dua kali sehari (setiap 12 jam) untuk 10 sampai 28 hari. Jangan minum kurang atau lebih dari yang diresepkan dokter anda.

endocarditis pada pasien yang telah melakukan operasi gigi atau operasi saluran nafas atas (hidung atau

Sebelum minum suspensi oral, bulak balik botol dengan baik tiga hingga lima kali. Jangan dikocok.

tenggorokan). Vancomycin diberikan dalam bentuk injeksi untuk infeksi serius kalau obat lain tidak berguna. Walaupun demikian, obat ini dapat menimbulkan beberapa efek samping yang serius, termasuk merusak pendengaran dan ginjal. Efek samping ini akan sering terjadi pada pasien yang berumur lanjut. 7. Linezolid Linezolid infeksi termasuk pneumonia,infeksi saluran kemih dan infeksi pada kulit dan darah. Linezolid termasuk golongan antibiotika oxazolidinon.Cara kerja dengan menghentikan perkembang biakan bakteri. Linezolid dapat berupa tablet atau suspensi oral. Biasanya digunakan untuk mengobati

Vous aimerez peut-être aussi