Vous êtes sur la page 1sur 3

Komplikasi: 1. Asthma Asma adalah salah satu komplikasi yang tersering pada penderita rhinitis alergi.

Sekitar 30% penderita rhinitis alergi dapat berkomplikasi ke asma. Sebaliknya sekitar 28-85% penderita asma dapat terkena rhinitis alergi. Sebagian besar penderita rhinitis alergi memiliki hipereaktivitas bronkus, hal ini lah yang dapat berkembang menjadi asma (asma bronkial) (Okubo et al, 2011). Asma bronkial dapat terjadi jika lumen dari saluran udara (dalam hal ini bronkus) menyempit, oleh karena reaksi inflamasi. Beberapa teori yang menerangkan hubungan rhinitis alergi dengan asma bronkial antaralain (Huriyati dan Hafiz, 2008) : a) Drainase post-nasal bahan-bahan inflamasi atau mediator dari hidung ke saluran napas bawah. Dalam hal ini bahan-bahan alergen atau yang dapat menyebabkan reaksi alergi terbawa udara dari hidung ke saluran napas bawah (bronkus). b) Absorbsi sel-sel inflamasi atau mediator-mediator dari hidung yang ikut terbawa aliran darah hingga berada di saluran napas bawah (bronkus). c) Atau efek tidak langsung dari obstruksi hidung, yang menyebabkan penderita bernapas melalui mulut. Karena mulut tidak memiliki fungsi penyaringan, pelembaban dan penghangatan udara, akibatnya udara yang masuk dapat mengandung alergen dan bersifat kering, yang kemudian dapat menempel pada bronkus dan paru. 2. Sinusitis paranasal Sinusitis dapat terjadi dikarenakan inflamasi mukosa dari satu atau lebih sinus paranasal oleh raksi alergi. Reaksi alergi ini dapat menyebabkan edema yang dapat berakibat tertutupnya ostia sinus paranasal. Hal ini menyebabkan penurunan oksigenasi pada sinus paranasal yang berakibat pada suburnya pertumbuhan bakteri anaerob yang dapat menyebabkan kerusakan pada sinus-sinus tersebut (Okubo et al, 2011). 3. Polip hidung Polip merupakan salah satu komplikasi dari rhinitis alergi. Dapat dikarenakan akumulasi dari sel-sel inflamasi yang banyak (sel eosinofil dan sel T CD4+), hiperplasia epitel, metaplasia sel squamosa dan hiperplasia sel goblet (Okubo et al, 2011). 4. Otitis media dengan efusi Otitis atau peradangan telinga dapat terjadi pada penderita rhinitis alergi. Otitis dapat terjadi jika eustachian tube tersumbat oleh pembuluh darah yang sedang vasodilatasi (intrinsik) dan oleh produksi mukus yang berlebihan (ekstrinsik). Tersumbatnya saluran tersebut menyebabkan penurunan oksigenasi yang menyebabkan meningkatnya pertumbuhan bakteri anaerob (Okubo et al, 2011). 5. Karsinoma nasofaring Meskipun penyebab tumor secara pasti belum diketahui, banyak sumber yang mengatakan bahwa peradangan, hiperplasia epitel, hiperplasia sel goblet dan metaplasia sel squamosa dapat berpeluang terjadinya kangker (Kumar et al, 2007).

Prognosis Prognosis dari penyakit rhinitis alergi tanpa komplikasi yang serius pada umumnya bonam, atau dapat disembuhkan seperti dengan menjauhkan dari alergen dan pengobatan simptomatik. Namun jika sudah parah, misalkan jika sudah terjadi karsinoma maka prognosisnya akan berubah dan cenderung berprognosis buruk (Okubo et al, 2011). Mukus Encer dan Kental Dari penelitian yang dilakukan oleh Okubo dkk, bahwa pada kasus rhinitis alergy banyak produksi sekret dihasilkan oleh glandula serosa (Okubo et al, 2011). Epidemiology Angka kejadian rhinitis alergy tertinggi di dunia adalah di negara Nigeria, yaitu dengan jumlah kejadian lebih dari 35%. Tertinggi kedua adalah Paraguay, dengan angka kejadian sebesar 30-35%. Tertinggi ketiga adalah Hongkong, dengan angka kejadian sebesar 25-30%. Sedangkan Indonesia dan beberapa negara lainnya seperti Albania, Rumania, Georgia dan Yunani angka kejadian rhinitis alergy kurang dari 5 %. Namun hal ini masih berupa fenomena gunung es, dimana kasus yang sebenarnya (yang tidak terdata) akan lebih besar dari kasus yang terdata (Huriyati dan Hafiz, 2008). Diagnosa : Foto sius paranasal/CT Scan/MRi Dikarenakan rhinitis alergy dapat bermanifestasi kearah sinusitis, maka pemeriksaan ini perlu dilakukan untuk mengetahui apakah ada keterlibatan sinus paranasal. Seperti apakah ada komplikasi berupa rhinosinusitis, atau menilai respon terhadap terapi dan jika direncanaan tindakan operasi (Huriyati dan Hafiz, 2008). Fenomena Bernouli Fenomena bernouli pada saluran pernapasan adalah fenomena yang terdapat pada saluran napas bagian atas. Sebagaimana struktur anatomi dari cavum nasi yang lebih luas, lalu dilanjutkan ke arah conchae nasalis yang sempit akan menyebabkan udara yang masuk akan mengalir lebih cepat pada struktur yang sempit ini (Huriyati dan Hafiz, 2008). Tanda dan Gejala Gejala utama dari rhinitis alergy adalah cairan hidung yang jernih, hidung tersumbat, bersin berulang dan hidung gatal (Huriyati dan Hafiz, 2008).

Dafpus Huriyati, E. & Al Hafiz. 2008. Diagnosis dan Penatalaksanaan Rhinitis Alergi yang Disertai Asma Bronkial. Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Okubo, K. et al. 2011. Japanese Guideline for Allergic Rhinitis. Allergology International Vol 60, No2 :171-189

Vous aimerez peut-être aussi