Vous êtes sur la page 1sur 41

ASIMILASI TUMBUHAN CAM Crassulacean Acid Metabolism

Tumbuhan CAM

Tumbuhan ini mempunyai karakter mamhidup pad

Tumbuhan lain yang tergolong sukulen (penyimpa lingkungan yang suhunya tinggi ( 50 0) biasanya lingkungan gurun Contoh tumbuhannya adalh kaktus dan nanas memiliki adaptasi fotosintesis yang berbeda lagi. Tidak seperti tumbuhan umumnya, kelompok tumbuhan ini membuka stomata pada malam hari dan menutup pada siang hari. Stomata yang menutup pada siang hari membuat tumbuhan mampu menekan penguapan sehingga menghemat air, tetapi mencegah masuknya CO 2. Saat stomata terbuka pada malam hari, CO2 di sitoplasma sel-sel mesofil akan diikat oleh PEP dengan bantuan enzim PEP karboksilase sehingga terbentuk oksaloasetat kemudian diubah menjadi malat (persis seperti tumbuhan C-4). Selanjutnya malat yang terbentuk disimpan dalam vakuola sel mesofil hingga pagi hari. Pada siang hari saat reaksi terang menyediakan ATP dan NADPH untuk siklus Calvin-Benson, malat dipecah lagi menjadi CO 2 dan piruvat. CO2 masuk ke siklus Calvin-Benson di stroma kloroplas, sedangkan piruvat akan digunakan untuk membentuk kembali PEP.

Inilah tumbuhan Crassula ovata / Jade Plant (famili Crassulaceae)

Model metabolisme ini disebut Crassulacean Acid Metabolism (CAM) karena pertamakali diketahui terjadi pada kelompok tumbuhan famili Crassulaceae. Jadi maksud penamaannya berarti: metabolisme asam pada tumbuhan Crassulaceae dan bukan metabolisme asam Crassulaceae. Bingung?

Diposkan oleh BIOLOGI ITU MUDAH di 07:16

ASIMILASI TUMBUHAN C4

TUMBUHAN C 4

Tumbuhan C4 jenis tumbuhan yang hidup di daerah panas seperti jagung, tebu, rumputrumputan, Tumbuhan memiliki kebiasaan saat siang hari mereka tidak membuka stomatanya secara penuh untuk mengurangi kehilangan air melalui evaporasi/transpirasi Ini berakibat terjadinya penurunan jumlah CO2 yang masuk ke stomata.

Logikanya hal ini menghambat laju fotosintesis.

Ternyata para tumbuhan ini telah mengembangkan cara yang cerdas untuk menjaga agar laju fotosintesis tetap normal meskipun stomata tidak membuka penuh. Apa bedanya dengan tumbuhan C-3?

Perbedaannya ada pada mekanisme fiksasi CO2.

Pada tumbuhan C-4 karbondioksida pertamakali akan diikat oleh senyawa yang disebut PEP (phosphoenolphyruvate / fosfoenolpiruvat) Dengan bantuan enzim PEP karboksilase dan membentuk oksaloasetat, suatu senyawa 4-C. Itu sebabnya kelompok tumbuhan ini disebut tumbuhan C-4 atau C-4 pathway.

PEP dibentuk dari piruvat dengan bantuan enzim piruvat-fosfat dikinase. Berbeda dengan rubisco,

PEP sangat lemah berikatan dengan Ini berarti bisa menekan terjadinya fotorespirasi sekaligus mampu menangkap lebih banyak CO2 Hal ini bisa meningkatkan laju produksi glukosa.Pengikatan CO 2 oleh PEP tersebut berlangsung di sel-sel mesofil (daging daun). Oksaloasetat yang terbentuk kemudian akan direduksi karena menerima H+ dari NADH

Hasil reaksi didapatkan Asam malat,Asam Malat kemudian ditransfer menuju ke sel seludang pembuluh (bundle sheath cells) melalui plasmodesmata. Sel-sel seludang pembuluh adalah kelompok sel yang mengelilingi jaringan pengangkut xilem dan floem.

Di dalam sel-sel seludang pembuluh malat akan dipecah kembali menjadi CO 2 yang langsung memasuki siklus Calvin-Benson, dan piruvat dikembalikan lagi ke sel-sel mesofil.

Hasil dari siklus Calvin-Benson adalah molekul glukosa yang kemudian ditranspor melalui pembuluh floem. Dari uraian di atas kita tahu bahwa fiksasi CO2 pada tumbuhan C-4 berlangsung dalam dua langkah. 1. Pertama CO2 diikat oleh PEP menjadi oksaloasetat dan berlangsung di sel-sel mesofil. 2. Kedua CO2 diikat oleh rubisco menjadi APG di sel seludang pembuluh.Ini menyebabkan energi yang digunakan untuk fiksasi CO2 lebih besar, memerlukan 30 molekul ATP untuk pembentukan satu molekul glukosa. Sedangkan pada tumbuhan C-3 hanya memerlukan 18 molekul ATP.Namun demikian besarnya kebutuhan ATP untuk fiksasi CO2 pada tumbuhan C-4 sebanding dengan besarnya hasil produksi glukosa karena dengan cara tersebut mampu menekan terjadinya fotorespirasi yang menyebabkan pengurangan pembentukan glukosa. Itu sebabnya kelompok tumbuhan C-4 dikenal efektif dalam fotosintesis. a dapat anda simak berikut ini :

ORGANUM REPRODUKTIVUM

Bunga (flos) atau kembang adalah struktur Reproduksi sexual pada tumbuhan berbunga Bunga hanya dipunyai oleh division Magnoliophyta / Spermatophyta Divisi Angiospermae, Tidak ditemukan di Gymnospermae , Pterydophyta atau Bryophyta

sub

Pada bunga terdapat organ reproduksi ( benang sari dan putik ).

Bunga secara sehari-hari juga dipakai untuk menyebut struktur yang secara botani disebut sebagai bunga majemuk atau inflorescence. Bunga majemuk adalah kumpulan bunga-bunga yang terkumpul dalam satu karangan.

Dalam konteks ini, satuan bunga yang menyusun bunga majemuk disebut floret.

Bunga merupakan organ generatif tanaman, hal itu disebabkan, melalui bunga akan berlanjut regenerasi tanaman baru sehingga tanaman selalu eksis dari waktu ke waktu. Bunga terbagi menjadi dua golongan yaitu 1. bunga lengkap (hermaphrodite dan complete flower) 2. bunga tidak lengkap (incomplete flower). Pengertian lengkap atau tidak lengkapnya bunga ditinjau dari adanya bunga jantan dan bunga betina dalam sekuntum bunga, atau juga dilihat berdasarkan berfungsi atau tidaknya masing-masing organ tersebut.

Dalam menyiasati pemberdayaan bunga perlu diketahui sifat-sifat morfologi bunga, yang diamati bentu dan ukuran serta letak bunga, warna, bau dan jumlah benag sari serta ada tidaknya madu. Disamping itu perlu diperhatikan apakah bunga hermafrodit, uniseksual, berumah satu atau berumah dua. Ciri morfologi tiap organ yang menyusun bunga pada umumnya telah beradaptasi terhadap penyerbuknya. FUNGSI BUNGA

Fungsi biologi bunga adalah sebagai wadah menyatunya gamet jantan (mikrospora) dan betina (makrospora) untuk menghasilkan biji. Proses dimulai dengan penyerbukan, yang diikuti dengan pembuahan, dan berlanjut dengan pembentukan biji. Beberapa bunga memiliki warna yang cerah dan secara ekologis berfungsi sebagai pemikat hewan pembantu penyerbukan. Beberapa bunga yang lain menghasilkan panas atau aroma yang khas, juga untuk memikat hewan untuk membantu penyerbukan. Manusia sejak lama terpikat oleh bunga, khususnya yang berwarna-warni.

Bunga menjadi salah satu penentu nilai suatu tumbuhan sebaga tanaman hias.

PEMBUNGAAN

Proses pembungaan mengandung sejumlah tahap penting, yang semuanya harus berhasil dilangsungkan untuk memperoleh hasil akhir yaitu biji. Proses pembungaan tanaman terutama pada tanaman tahunan adalah sangat kompleks.

Secara fisiologis proses pembungaan ini masih sulit dimengerti, hal ini disebabkan kurangnya informasi yang tersedia. Dalam perkembangannya, proses pembungaan ini meliputi beberapa tahap dan semua tahap harus dilalui dengan baik agar dapat menghasilkan panen tinggi Menurut Elisa (2004) tahapan dari pembungaan meliputi : 1. Induksi bunga (evokasi) Adalah tahap pertama dari proses pembungaan, yaitu suatu tahap ketika meristem vegetatif diprogram untuk mulai berubah menjadi meristem reproduktif. Terjadi di dalam sel. Dapat dideteksi secara kimiawi dari peningkatan sintesis asam nukleat dan protein, yang dibutuhkan dalam pembelahan dan diferensiasi sel. 2. Inisiasi bunga Adalah tahap ketika perubahan morfologis menjadi bentuk kuncup reproduktif mulai dapat terdeteksi secara makroskopis untuk pertama kalinya. Transisi dari tunas vegetatif menjadi kuncup reproduktif ini dapat dideteksi dari perubahan bentuk maupun ukuran kuncup, serta proses-proses selanjutnya yang mulai membentuk organorgan reproduktif. Pada tanaman keras ternyata mempunyai periode inisiasi dan pembungaan yang sangat beragam. Pada umumnya periode antara inisiasi dan pembungaan berkaitan dengan sifat tumbuhnya yang juga dipengaruhi oleh iklim. Kebanyakan tanaman tropis dan subtropis mempunyai periode inisiasi bunga dan antesis yang sangat singkat. 3. Perkembangan kuncup bunga menuju anthesis (bunga mekar)

Ditandai dengan terjadinya diferensiasi bagian-bagian bunga.

Pada tahap ini terjadi proses megasporogenesis dan mikrosporogenesis untuk penyempurnaan dan pematangan organ-organ reproduksi jantan dan betina. 4. Anthesis

Merupakan tahap ketika terjadi pemekaran bunga.

Biasanya anthesis terjadi bersamaan dengan masaknya organ reproduksi jantan dan betina, walaupun dalam kenyataannya tidak selalu demikian. Ada kalanya organ reproduksi, baik jantan maupun betina, masak sebelum terjadi anthesis, atau bahkan jauh setelah terjadinya anthesis. Bunga-bunga bertipe dichogamy mencapai kemasakan organ reproduktif jantan dan betinanya dalam waktu yang tidak bersamaan. 5. Penyerbukan dan pembuahan

Tahap ini memberikan hasil terbentuknya buah muda. Detil dari proses penyerbukan dan pembuahan akan dijelaskan pada bab tersendiri. 6. Perkembangan buah muda menuju kemasakan buah dan biji

Tahap ini diawali dengan pembesaran bakal buah (ovarium), yang diikuti oleh perkembangan cadangan makanan (endosperm), dan selanjutnya terjadi perkembangan embryo. Pembesaran buah merupakan efek dari pembelahan dan pembesaran sel, yang meliputi tiga tahap: 1. Tahap pertama : Terjadi peningkatan penebalan pada pericarp oleh adanya pembelahan sel. 2. Tahap kedua : Terjadi pembentukan dan pembesaran vesikel berair (juice vesicle); biasanya terjadi pada buah-buah fleshy 3. Tahap ketiga : Tahap pematangan, biasanya terjadi pengkerutan jaringan dan pengerasan endocarp pada buah-buahan. PENYERBUKAN

Penyerbukan atau polinasi adalah transfer serbuk sari/polen ke kepala putik (stigma). Kejadian ini merupakan tahap awal dari proses reproduksi Menurut Elisa (2004) penyerbukan merupakan :

pengangkutan serbuk sari (pollen) dari kepala sari (anthera) ke putik (pistillum) peristiwa jatuhnya serbuk sari (pollen) di atas kepala putik (stigma). Bunga merupakan alat reproduksi yang kelak menghasilkan buah dan biji. Di dalam biji ini terdapat calon tumbuhannya (lembaga).

Terjadi buah dan biji serta calon tumbuhan baru tersebut karena adanya penyerbukan dan pembuahan. Penyerbukan merupakan jatuhnya serbuk sari pada kepala putik (untuk golongan tumbuhan berbiji tertutup) atau jatuhnya serbuk sari langsung pada bakal biji (untuk tumbuhan berbiji telanjang) Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar proses polinasi berjalan lancar dengan hasil optimal, antara lain :

1. Sistem penyilangan (breeding system) dan variasi jenis kelamin yang menentukan perlunya penyerbukan silang. 2. Saat penyebaran serbuk sari, reseptimatis stigma induk bunga, seluruh tanaman/ pohon yang dikaitkan dengan aktivitas harian serta musiman vektor penyebuk. 3. Vektor yang berperan dalam penyerbukan. 4. Pengaruh cuaca terhadap sinkronisasi pembungaan, penyebaran serbuk sari, serta aktivitas vektor. MACAM PENYERBUKAN DI ALAM Menurut Elisa (2004) penyerbukan dapat dibedakan menjadi : 1. Penyerbukan tertutup (kleistogami) Terjadi jika putik diserbuki oleh serbuk sari dari bunga yang sama. Dapat disebabkan oleh Putik dan serbuk sari masak sebelum terjadinya anthesis (bunga mekar) Konstruksi bunga menghalangi terjadinya penyerbukan silang (dari luar), misalnya pada bunga dengan kelopak besar dan menutup. Contoh : familia Papilionaceae 2. Penyerbukan terbuka (kasmogami) Terjadi jika putik diserbuki oleh serbuk sari dari bunga yang berbeda. Hal ini dapat terjadi jika putik dan serbuk sari masak setelah terjadinya anthesis (bunga mekar) Beberapa tipe penyerbukan terbuka yang mungkin terjadi : 1. Autogamie: putik diserbuki oleh serbuk sari dari bunga yang sama 2. Geitonogamie: putik diserbuki oleh serbuk sari dari bunga yang berbeda, dalam pohon yg sama 3. Allogamie (Silang): putik diserbuki oleh serbuk sari dari tanaman lain yg sejenis 4. Xenogamie (asing): putik diserbuki oleh serbuk sari dari tanaman lain yg tidak sejenis Beberapa tipe bunga yang memungkinkan terjadinya penyerbukan terbuka : 1. Dikogami Putik dan benang sari masak dalam waktu yang tidak bersamaan. 2. Protandri : benang sari lebih dahulu masak daripada putik 3. Protogini : putik lebih dahulu masak daripada benang sari 4. Herkogami Bunga yang berbentuk sedemikian rupa hingga penyerbukan sendiri tidak dapat terjadi. Misal Panili yang memiliki kepala putik yang tertutup selaput (rostellum). 5. Heterostili Bunga memiliki tangkai putik (stylus) dan tangkai sari (filamentum) yg tidak sama panjangnya tangkai putik pendek (microstylus) dan tangkai sari panjang tangkai putik panjang (macrostylus) dan tangkai sari pendek

Tanaman yang mempunyai nilai strategis yang sangat penting, pada umumnya, tidak mempunyai masalah dalam penyerbukan, misalnya tanaman pangan (Padi,Jagung,Palawija dan kedelai). Pada umumnya tanaman tersebut bersifat self fertile, artinya menghasilkan tepung sari yang subur demikian juga putiknya. Jenis bunga tanaman pangan seperti padi, kedelai da kacang hijau adalah sempurna, yaitu dalam sekuntum bunga terdapat bunga jantan (stamen) dan bunga betina (pistil). Hal tersebut memungkinkan terjadinya penyerbukan sendiri (self pollination). Di sisi lain, sekelompok tanaman yang pada umumnya tanaman buah-buahan tahunan bersifat self infertile.

Ketidaksuburan tepung sari maupun ketidaknormalan putik menyebabkan permasalahan dalam proses penyerbukan maupun pembuahannya Pada proses penyerbukan, apabila bunga dalam suatu tanaman memiliki tepung sari yang tidak subur maka bunga tersebut memerlukan tepung sari lain yang subur. Ada juga tanaman yang mempunyai bunga sempurna,namun susunan morfologi bunga tidak memungkinkan terjadinya self pollination, misalnya terpisahnya bunga jantan dan bunga betina (salak dan kurma) atau halangan fisik lainnya Dengan demikian, jenis tanaman tersebut memerlukan polinator baik yang alami seperti angin, serangga, atau hewan mamalia maupun manusia untuk memindahkan tepung sari dari kepala sari ke kepala putiknya SEKALIGUS LEBIH DETIL AKAN DISAJIKAN ORGANUM REPRODUKTIVUM BUNGA KETIKA DULU 1980 DI UGM DIAJAR MORFOLOGI hehehe BAGIAN-BAGIAN BUNGA

Bagian bunga yang bersifat seperti batang 1. Ibu tangkai bunga (pedunculus, pedunculus communis, rhachis) Bersifat seperti batang atau cabang Bagian yang merupakan terusan dari batang/cabang yg mendukung bunga majemuk 2. Tangkai bunga (pedicellus) Cabang ibu tangkai yang mendukung bunga 3. Dasar bunga (receptaculum) Ujung tangkai bunga, yang mendukung bagianbagian bunga Bersifat seperti daun

1. Daun daun pelindung (bractea) Bagian-bagian serupa daun yang dari ketiaknya muncul cabang-cabang ibu tangkai atau tangkai bunganya 2. Daun tangkai (bracteola) Satu atau dua daun kecil yang terdapat pada tangkai bung 3. Seludang bunga (spatha) Daun pelindung yg menyelubungi seluruh bunga majemuk diwaktu sebelum mekar 4. Daun daun pembalut (bractea involucralis, involucrum) Sejumlah daun daun pelindung yang tersusun dalam suatu lingkaran 5. Kelopak tambahan (epicalyx) Bagian bagian serupa daun, tersusun dalam suatu lingkaran dan terdapat di bawah kelopak 1. Daun-daun kelopak (sepalae) 2. Daun-daun mahkota atau daun tajuk (petalae) 3. Benang-benang sari (stamina) 4. Daun-daun buah (carpella) 5. Daun-daun tenda bunga (tepalae) Jika kelopak dan mahkota sama bentuk dan warnanya

KELENGKAPAN BAGIAN-BAGIAN BUNGA

Bunga lengkap atau sempurna (flos completus)

Terdiri dari : 1 lingkaran daun-daun kelopak, 1 lingkaran daun-daun mahkota, 1 atau 2 lingkaran benangsari 1 lingkaran daun-daun buah.

Bunga tidak lengkap atau tidak sempurna (flos incompletus) Karena salah satu bagian hiasan bunganya atau salah satu kelaminnya tidak ada

KELAMIN BUNGA 1. Bunga banci / berkelamin dua (hermaproditus) Bunga yang mempunyai benang sari dan putik dalam satu kuntum 2. Berkelamin tunggal (unisexual) bunga jantan (flos masculus) pada bunga hanya terdapat benangsari, tanpa adanya putik bunga betina (flos feminus) bunga yang tidak mempunyai benangsari, hanya mempunyai putik saja. 3. Bunga mandul / tidak berkelamin bunga yang tidak mempunyai benang sari maupun putik TUMBUHAN BERDASARKAN KEBERADAAN KELAMIN BUNGANYA 1. Berumah satu (monoecus) tumbuhan yang mempunyai bunga jantan dan bunga betina pada satu individu (satu batang tumbuhan) 2. Berumah dua (dioecus) bunga jantan dan bunga betina terpisah pada individu yang berlainan 3. Poligam (polygamus) pada satu tumbuhan terdapat bunga jantan, bunga betina dan bunga banci bersama-sama ISTILAH KEBERADAAN BUNGA DI TANAMAN INI MELIPUTI 1. Gynodioecus jika pada satu individu hanya terdapat bunga betina dan pada individu yang lain terdapat bunga banci 2. Androdioecus jika pada satu individu hanya terdapat bunga jantan dan pada individu yang lain terdapat bunga banci 3. Monoeco-polygamus jika pada satu individu terdapat bunga jantan, betina, dan banci bersama-sama.

4. Gynomonoecus jika pada satu individu terdapat bunga betina dan bunga banci bersama-sama 5. Trioecus atau trioeco-polygamus jika bunga jantan, bunga betina dan bunga banci terdapat terpisah pada individu yg berlainan BERDASARKAN LETAK, SUSUNAN BAGIAN-BAGIAN BUNGA MAKA MUNCULAH ISTILAH 1. Acyclis Bagian-bagian bunga tersusun menurut grs spiral 2. Cyclis Bagian-bagian bunga tersusun dalam lingkaran 3. Hemicyclis Sebagian bagian-bagiannya duduk dlm lingkaran dan sebagian lain terpencar atau menurut garis spiral BUNGA BERDASAR SIMETRIS BUNGANYA MELIPUTI 1. Tidak simetris (asimetris) jika bunga tidak dapat dibuat satu bidang simetris dgn jalan apapun juga 2. Setangkup tunggal (monosimetris/zygomorphus) jika pada bunga hanya dpt dibuat satu bidang simetri saja, yg membagi bunga menjadi dua bagian yg setangkup. ( setangkup tegak , setangkup mendatar , setangkup miring ) 3. Setangkup menurut dua bidang (bilateral simetris / disimetris) artinya bunga yang dapat dijadikan dua bagian yang setangkup menurut dua bidang simetris yang tegak lurus satu sama lain 4. Beraturan atau simetris banyak (actinomorphus) bunga yang dapat dibagi oleh banyak bidang simetris beraturan atau simetris banyak (actinomorphus) STRUKTUR BUNGA 1. TANGKAI BUNGA (PEDICELUS) Sumbu yang diujungnya mengalami modifikasi perkembangan bakal daunnya shg menjadi daun-daun bunga. Tangkai bunga sering dilengkapi dengan : daun tangkai (brakhteola) dan daun pelindung (brakhtea) 2. DASAR BUNGA (RECEPTACULUM) BERDASARKAN BAGIAN BUNGA YANG DIDUKUNGNYA MELIPUTI 1. 2. 3. 4. 5. Antofor (anthophorum) : pendukung tajuk bunga Androfor (androphorum) : pendukung benang sari Gynifor (gynophorum) : pendukung putik Androgynofor (androgynophorum) : pendukung benangsari dan putik Discus : dasar bunga yang melebar dan membentuk cakram

BENTUK DASAR BUNGA 1. Rata semua bagian bunga duduk sama tinggi di atas dasar bunga 2. Kerucut putik berada di tengah dan duduk paling tinggi pada dasar bunga 3. Cawan daun-daun kelopak dan tajuk duduk di pinggir bangunan sprt cawan dan putik duduk ditengah dasar bunga yang letaknya lebih rendah 4. Mangkuk kelopak dan tajuk bunga letaknya lebih tinggi daripada putik.Bakal buah terletak di bagian dasar bunga yg legok dan ebagian bakal buah berlekatan dengan pinggir dasar bunga

LETAK HIASAN BUNGA DAN DUDUK BAKAL BUAH PADA DASAR BUNGA MELIPUTI 1. Hipogin (hypogynus) jika hiasan bunga tertanam pada bagian dasar bunga yg lebih rendah dari pada tempat duduknya putik 2. Perigin (perigynus) letak hiasan bunga sama tinggi atau sedikit lebih tinggi daripada duduknya bakal buah 3. Epigin (epigynus) seakan-akan hiasan bunga duduk dibagian atas bakal buah

KELOPAK (CALYX)

STRUKTUR DAUN KELOPAK 1. 2. 3. 4. Sepal (sepalum) Rambut (pilus) Daun pemikat (lokblad) Kelopak tambahan (epikcalyx)

PERLEKATAN DAUN KELOPAK 1. Berlekatan (gamosepalus/synsepalus) 2. Berbagi (partitus) hanya bagian kecil daun-daun yang berlekatan, pancungpancungnya panjang, lebih separoh panjang kelopak 3. Bercangap (fissus) bagian yang berlekatan kira-kira separoh panjang kelopak 4. Berlekuk (lobatus) bagian yang berlekatan melebihi separoh panjang kelopak 5. Terpisah (polysepalus/chorisepalus) Jika daun-daun kelopak benar benar terpisah, tidak ada bagian yang berlekatan BENTUK DAUN KELOPAK Beraturan atau aktinomorf (actinomorphus / regularis) dapat berbentuk

bintang piala tabung corong terompet lonceng mangkuk

Setangkup tunggal (zygomorphus) dapat berbentuk :


bertaji (calcaratus) berbibir (labiatus)

WARNA DAUN KELOPAK


Hijau Berwarna

WAKTU GUGURNYA KELOPAK PADA BUNGA


Kelopak segera tanggal (caducus) gugur sebelum bunga mekar sempurna. Kelopak tanggal (deciduus) gugur setelah terjadi pembuahan Kelopak bertahan (persistens) melekat sampai terbentuk buah

TAJUK (COROLLA)

Tajuk dibentuk oleh daun-daun tajuk (petal)

DAUN TAJUK

Petal berlekatan (sympetalus, gamopetalus) tabung (tubus) leher (faux) pinggiran (limbus) Petal terpisah (choripetalus, polypetalus) Permukaan tidak rata : berlekuk, bercangap, berbagi

Petal menyempit di bagian pangkal menjadi serupa kuku, bagian-bagiannya : kuku (unguis) : bagian pangkal yg sempit , papan (lamina) , bagian yg lebar , pipih , sisik (squama) : tonjolan di daerah antara kuku dan papan BENTUK DAUN TAJUK 1. Teratur (actinomorphus, regularis) - bentuk bintang (stellatus) - bentuk roda (rotatus) - bentuk terompet (hypocrateriformis) - bentuk piala (urceolatus) - bentuk lonceng (campanulatus) - bentuk lonceng tabung panjang (tubulosa-campanulatus) 2. Zigomorf (zygomorphus) - Taji (calcaratus) - Berbibir (labiatus) - Bertopeng (personatus) - Seperti kupu-kupu (papilionatus) : a. lunas (carina) b. sayap (alae) c. bendera (vexilum) - Seperti pita (ligulatus) WARNA DAUN TAJUK - Putih (albus) - Kuning (flavus) - Oranye (aurantiacus) - Merah (ruber) - Coklat (brunneus) - Ungu (violaceus) - Biru (caeruleus) - Hijau (viridis) - Kelabu (griseus) - Hitam (niger) - Bening (transparan) TENDA BUNGA (PERIGONIUM)

Hiasan bunga yang mempunyai bentuk hampir sama (bentuk kelopak dan kalik tidak bisa dibedakan) Tenda bunga dibentuk oleh daun-daun tenda bunga (tepala) BENTUK DAN WARNA TENDA BUNGA

Serupa kelopak (calycinus) Warna hijau seperti daun-daun kelopak Serupa tajuk (corolinus) Warna bermacam-macam seperti daun tajuk

PERLEKATAN DAUN TENDA BUNGA 1. Berlekatan (gamophyllum) dapat mempunyai bentuk yang beragam seperti pada daun tajuk 2. Terpisah (pleiophyllum, choritepalum) tenda bunga dapat tersusun dalam dua lingkaran BENTUK TENDA BUNGA - bentuk bintang (stellatus) - bentuk roda (rotatus) - bentuk terompet (Hypocrateriformis) - bentuk piala (urceolatus) - bentuk lonceng (campanulatus) - bentuk lonceng tabung panjang (tubulosa-campanulatus) BENANG SARI (STAMEN) BAGIAN-BANGIAN BENANG SARI 1. Tangkai sari (filamen) 2. Kepala sari (anthera) mempunyai : - dua atau lebih ruang sari (theca) 3. serbuk sari (pollen) Penghubung ruang sari (connectivum) DUDUKNYA BENANG SARI PADA BUNGA

Thalamiflorae Benang sari duduk pada dasar bunga Calyciflorae Benang sari tampak duduk di atas kelopak Corolliflorae Benang sari tampak duduk di atas tajuk bunga Ovuliflorae Benang sari tampak duduk pada bakal buah yang tenggelam

JUMLAH BENANG SARI 1. Banyak dalam satu bunga terdapat lebih dari 20 2 x lipat jumlah daun tajuk 2 x lipat jumlah daun tajuk 2. diplostemon (diplostemonus) benang sari pada lingkaran luar duduk berseling dengan daun tajuk 3. obdiplostemon (obdiplostemonus) benang sari pada lingkaran dalam duduk berseling dengan daun tajuk 4. Sama banyak dengan daun tajuk/kurang episepal (episepalus berhadapan dengan daun daun kelopak, berseling dengan daun tajuk epipetal (epipetalus) berhadapan dengan daun daun tajuk, berseling dengan daun kelopak UKURAN BENANG SARI 1. Benang sari panjang dua (didynamus) dalam satu bunga terdapat 2 benang sari yang ukurannya lebih panjang dibanding dengan yang lainnya 2. Benang sari panjang empat (tetradynamus) dalam satu bunga terdapat 4 benang sari yang ukurannya lebih panjang dibanding dengan yang lainnya 3. Ginostemium (gynostemium benang sari bersatu dengan putik dan membentuk suatu badan. TANGKAI SARI (FILAMEN)

Berberkas / bertukal dua (diadelphus) benang sari terbagi menjadi dua kelompok, dengan tangkai yang berlekatan pada masing-masing kelompoknya. Jumlah benang sari pada masing-masing kelompok tidak sama. Berberkas / bertukal banyak (multidelphus) mempunyai banyak benang sari, tangkai sarinya tersusun menjadi beberapa kelompok atau berkas KEPALA SARI (ANTHERA) Pada kepala sari terdapat : 1. Dua ruang sari (theca) 2. Kantong sari (loculumentum) 3. Sebuk sari / tepung sari pollen) Pollen mempunyai sifat :

lembut dan terpisah-pisah bergumpal (tetrad pollinium) lengket

POSISI DUDUKNYA KEPALA SARI

Tegak (innatus / basifixus) kepala sari bersambungan dengan tangkai sari pada bagian pangkalnya Menempel (adnatus) kepala sari sepanjang penghubung ruang sarinya menempel pada ujung tangkai sari Bergoyang (varsatilis)kepala sari melekat pada satu titik pada ujung tangkai sari, sehingga kepala sari dapat bergerak atau bergoyang. CARA MEMBUKANYA KEPALA SARI 1. Dengan celah membujur (longitudinaliter dehiscens) 2. menghadap ke dalam (introrsum) 3. menghadap ke samping (lateraliter) 4. menghadap ke luar (extrorsum) 5. Celah melintang (transversaliter dehiscens) 6. Liang di ujung atau pangkal kepala sari (poris dehiscens) 7. Kelep atau katup (valvis dehiscens) PERKEMBANGAN BENANG SARI

Bekembang sempurna Tidak sempurna (staminodium) Tampak sisa-sisanya saja / rudimenter (rudimentum)

PUTIK (PISTILLUM)

Putik disusun oleh daun-daun buah (carpellum) Keseluruhan daun-daun buah yang menyusun putik disebut gynaecium

MENURUT JUMLAH DAUN BUAH PENYUSUN PUTIK

Putik tunggal (simplex) putik hanya tersusun oleh satu helai daun buah saja ex. Kacang kacangan (Leguminosae)

Putik majemuk (compositus) putik tersusun oleh dua atau lebih daun buah Kapas (Gossypium sp.) BAGIAN-BAGIAN PENYUSUN PUTIK 1. Bakal buah (ovarium) 2. Tangkai putik (stylus) 3. Kepala putik (stigma) BAKAL BUAH (OVARIUM) LETAK BAKAL BUAH PADA DASAR BUNGA

Menumpang (superus) bakal buah duduk di atas dasar bunga

Setengah tenggelam (hemi inferus) bakal buah duduk di atas dasar bunga yang cekung, sebagian samping bakal buah berlekatan dengan dasar bunga yang berbentuk mangkuk atau piala. Tenggelam (inferus) bakal buah duduk di atas dasar bunga yang cekung, seluruh bagian samping bakal buah berlekatan dengan dasar bunga yang berbentuk mangkuk atau piala. PERLEKATAN DAUN BUAH

Apokarp (pistillum apocarpum) bakal buah yang dibentuk oleh daun-daun buah tidak berlekatan satu sama lain Senokarp (pistillum coenocarpum) bakal buah yang dibentuk oleh daun-daun buah berlekatan satu sama lain Parakarp (pistillum paracarpum) bakal buah yang dibentuk oleh daun-daun buah berlekatan satu sama lain, membentuk satu putik dengan satu ruang. Sinkarp (pistillum syncarpum) bakal buah yang dibentuk oleh daun-daun buah berlekatan satu sama lain, membentuk putik dengan ruang sesuai dengan jumlah daun buah. JUMLAH RUANG DALAM BAKAL BUAH 1. Beruang satu (unilocularis) tersusun atas satu daun buah saja ex. Leguminosae tersususn dari banyak daun buah ex. Carica papaya 2. Beruang dua (bilocularis) tersusun atas dua daun buah ex. Brassicaceae 3. Beruang tiga (trilocularis) tersusun atas tiga daun buah, yang tepinya melipat ke dalam dan berlekatan sehingga terbentuk bakal buah dengan tiga sekat ex. Euphorbiaceae 4. Beruang banyak (multilocularis) tersusun atas banyak daun buah, yang tepinya melipat ke dalam dan berlekatan sehingga terbentuk bakal buah dengan banyak sekat dan terbentuk banyak ruangan ex. Durio zibethinus Murr. SEKAT-SEKAT DALAM BAKAL BUAH

Sekat sempurna (septum completus) Sekat yang membagi bakal buah menjadi lebih dari satu ruang dan ruang-ruang tersebut tidak mempunyai hubungan satu dengan lainnya. Sekat tidak sempurna (septum incomletus) Sekat yang membagi bakal buang menjadi beberapa ruang, tetapi ruang-ruang tersebut masih ada hubungan satu sama lain Sekat ini masih dapat dibedakan : 1. Sekat asli (septum) sekat berasal dari sebagian daun buah yang melipat ke dalam dan berubah menjadi sekat ex. Durio zibethinus Murr. 2. Sekat semu (septum spurius)

sekat berasal dari suatu jaringan yang terbentuk oleh dinding bakal buah ex. Datura metel L. TEMBUNI (PLACENTA)

Bagian bakal buah yang mendukung bakal biji

LETAK TEMBUNI PADA DAUN BUAH 1. Marginal (marginalis) letaknya pada tepi daun buah 2. Laminal (laminalis) letaknya pada helaian daun buah Letak tembuni pada bakal buah yang mempunyai satu ruang, dapat terjadi :

Perietal (parietalis) Tembuni tertetak pada dinding bakal-bakal buah Sentral (centralis) tembuni tertetak di pusat atau di poros bakal buah Aksilaris (axilaris) tembuni tertetak di sudut tengah bakal buah

BAKAL BIJI (OVULUM) Bagian-bagian bakal biji : 1. kulit bakal biji (integumentum) lapisan bakal biji paling luar 2. Badan bakal biji (nucellus) jaringan yang diselubungi oleh kulit bakal biji 3. Kandung lembaga (saccus embryonalis) sel dalam nuselus yang mengandung sel telur 4. Liang bakal biji (microphyl) liang pada kulit biji yang berfungsi untuk masuknya sel kelamin jantan pada proses pembuahan 5. Tali pusar (funiculus) pendukung bakal biji POSISI BAKAL BIJI PADA TEMBUNI 1. Tegak (atropus) bakal biji letaknya pada satu garis dengan tali pusar (funiculus) pada arah yang berlawanan 2. Mengangguk (anatropus) liang bakal biji sejajar dengan tali pusar, karena tali pusarnya membengkok, shg liang bakal biji berputar 180 derajat 3. Bengkok (campylotropus) tali pusar dan bakal bijinya sendiri membengkok, shg liang bakal biji berputar. 4. Setengah mengangguk (hemiatropus) hanya ujung tali pusarnya yang membengkok, shg tali pusar dengan liang bakal biji membuat sudur 90 derajat 5. Melipat (camptotropus) tali pusar tetap lurus, tetapi bakal bijinya sendiri yang melipat, shg liang bakal biji menjadi sejajar dengan tali pusarnya TANGKAI KEPALA PUTIK (STYLUS)

Bagian putik yang biasanya berbentuk benang, merupakan lanjutan dari bakal buah. Biasanya berongga, mempunyai saluran tangkai kepala putik (canalis stylinus) atau tidak Masih ada tangkai kepala putik yamg masih memperlihat-kan metamorfosa dari daun Ukuran bervariasi

KEPALA PUTIK (STIGMA)


Bagian putik yang terdapat pada ujung tangkai kepala putik Berguna untuk menangkap serbuk sari pada proses penyerbukan

Ada yang mengandung cairan atau berperekat Bentuk bervariasi

KROMOSOM MANUSIA
How many chromosomes are in the human genome?

The nucleus of most human cells contains two sets of chromosomes, one set given by each parent. Each set has 23 single chromosomes--22 autosomes and an X or Y sex chromosome.

A normal female will have a pair of X chromosomes; a male will have an X and Y pair. What are the sizes of the individual human chromosomes?

Sel manusia memiliki 23 pasang kromosom besar nuklir linear, (22 pasang autosom dan satu pasang kromosom seks) memberikan total 46 per sel. Selain itu, sel-sel manusia memiliki ratusan salinan genom mitokondria.

22 pasang autosom diberi nomor dan ukurannya Dua lainnya kromosom, X dan Y, adalah kromosom seks. Ini gambar kromosom manusia berbaris di pasang disebut kariotipe sebuah.

Urutan genom manusia telah memberikan banyak informasi tentang masing-masing kromosom. Di bawah ini adalah tabel statistik untuk menyusun kromosom, berdasarkan informasi genom manusia . Jumlah gen adalah perkiraan seperti di bagian berdasarkan prediksi gen.

Panjang kromosom Total perkiraan juga, berdasarkan perkiraan ukuran daerah heterochromatin unsequenced.

Kromo som

Gen

Total basa

Sequencing basis

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 X Y Jumlah

4,220 1,491 1,550 446 609 2,281 2,135 1,106 1,920 1,793 379 1,430 924 1,347 921 909 1,672 519 1,555 1,008 578 1,092 1,846 454 32,185

247,199,719 242,751,149 199,446,827 191,263,063 180,837,866 170,896,993 158,821,424 146,274,826 140,442,298 135,374,737 134,452,384 132,289,534 114,127,980 106,360,585 100,338,915 88,822,254 78,654,742 76,117,153 63,806,651 62,435,965 46,944,323 49,528,953 154,913,754 57,741,652 3,079,843,747

224,999,719 237,712,649 194,704,827 187,297,063 177,702,766 167,273,993 154,952,424 142,612,826 120,312,298 131,624,737 131,130,853 130,303,534 95,559,980 88,290,585 81,341,915 78,884,754 77,800,220 74,656,155 55,785,651 59,505,254 34,171,998 34,893,953 151,058,754 25,121,652 2,857,698,560

Pemahaman ini untuk mengetahui performance gen di kromosom dengan karakter yang diekspresikan, dan yang terpenting dalam penjelasan kromosom dengan gambar menjadi ada panduan misalnya gambar kromosom no 1 ya pasti berbeda dengan gambar no 23 Y . OK

METHODE ILMIAH Biologi merupakan cabang sains yang mempelajari berbagai permasalahan makhluk hidup, dan untuk mempelajari melalui proses dan sikap ilmiah ini sebagai konsekuensi biologi. Dengan menggunakan proses dan sikap ilmiah akan memperoleh produk ilmiah. Dalam mempelajari sains terdiri dari 3 komponen yaitu : 1. Sikap ilmiah Merupakan sikap yang harus dimiliki untuk berlaku obbyektif dan jujur saat mengumpulkan dan menganalisa data. 2. Proses ilmiah Merupakan perangkat ketrampilan kompleks yang digunakan dalam melakukan kerja ilmiah.

Dari gambaran informasi diatas proses ilmiah yang di tentukan dengan melakukan pendekatan ketrampilain proses dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu: Ketrampilan proses meliputi: 1. Mengobservasi Mencari gambaran atau informasi tentang objek penelitian melalui indera. Dalam biologi hasil observasi seringkali dibuat dalam bentuk gambar (misal gambar dunia dll), bagan (missal bagan siklus hidup kupu-kupu), tabel (misal tabel pertumbuhan penduduk suatu wilayah), grafik (misal grafik hubungan antara tabel pertumbuhan kecambah), penentuan variabel , deskripasi antar variabel. 2. Menggolongkan Untuk mempermudah dalam mengidentifikasi suatu permasalahan. 3. Menafsirkan Memberikan arti sesuatu fenomena/kejadian berdasarkan atas kejadian lainnya. 4. Mempraktikkan/meramalkan Memperkirakan kejadian berdasarkan kejadian sebelumnya serta hukum-hukum yang berlaku. Prakiraan dibedakan menjadi dua macam yaitu prakiraan intrapolasi yaitu prakiraan berdasarkan pada data yang telah terjadi; kedua prakiraan ekstrapolasi yaitu prakiraan berdasarkan logika di luar data yang terjadi. 5. Mengajukan pertanyaan Berupa pertanyaan bagaimana, karena pertanyaan ini menuntut jawaban yang diperoleh dengan proses. Langkah sistematis dalam proses ilmiah/metode ilmiah meliputi: 1. merumuskan masalah 2. 3. 4. 5. 6. 7. 1) Merumuskan menyusun kerangka berfikir merumuskan hypothesis melakukan experimen analisis data menarik kesimpulan publikasi masalah

Ada tiga cara dalam merumuskan permasalahan yaitu: 1. 2. 3. Apakah variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat objek eksperimen? Bagaimana pengeruh variabel bebas terhadap variabel terikat objek eksperimen? Apakah ada hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat objek eksperimen kerangka berfikir

2) Menyusun

Kerangka berfikir dicari melalui kepustakaan atau fakta empiris. hipotesis

3) Merumuskan

Hipotesis merupakan suatu dugaan yang merupakan jawaban sementara terhadap masalah sebelum dibuktikan. Ada 2 macam hipotesis dalam eksperimen, yaitu: 1. 2. 4) Melakukan

Hipotesis nol (H0) : tidak ada pengnaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Hipotesis alternatif (H1) : ada pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat eksperimen

Untuk mendukung atau menyangkal hipotesa itu perlu dibuktikan melalui eksperimen. Dalam melakukan eksperimen melalui tahapan-tahapan sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5) Analisis

Taraf perlakuan Pengendalian faktor lain Ulangan Pengukuran data

Analisa data dapat menggunakan statistik atau secara deskriptif. kesimpulan

6) Menarik

Ada dua kemungkinan dalam kesimpulan yaitu hipotesis diterima (dugaan sementara sesuai dengan eksperimen) atau ditolak (dugaan sementara tidak sesuai dengan eksperimen). 7) Publikasi

Hasil penelitian di publikasikan ke kalayak melalui jurnal penelitian, seminar atau lewat internet.

CONTOH PENULISAN ILMIAH JUDUL : Pengaruh suhu terhadap pertumbuhan kacang tanah * Arachis hypogaea

UJI KUALITAS AIR SEDERHANA


LAPORAN BIOLOGI UJI KUALITAS AIR BERSIH TUJUAN : Mengetahui kualitas air bersih DASAR TEORI : Definisi air bersih Air yang memenuhi persayaratan kesehatan untuk kebutuhan minum, masak, mandi dan energi. Air sebagai salah satu faktor essensial bagi kehidupan sangat dibutuhkan dalam kriteria sebagai air bersih. Air dikatakan bersih bila memenuhi syarat sebagai berikut:Air dikatakan bersih bila memenuhi 3 ketentuan 1. Memenuhi faktor fisika : tidak berwarna tidak berasa tidak berbau 2. Memenuhi faktor kimia tidak mengandung bahan kimia ( mineral an organik ) berlebihan pH netral = 6,8 s/d 7 , 2 kesadahan air normal 3. Memnuhi faktor biologis tidak mengandung organisme : mikro maupun makroorganisme Air dengan ketentuan diatas sudah disebut air besih , namun belum tentu bisa langsung dikonsumsi untuk kebutuhan tubuh , karena secara psikologis / kebiasaan. air bersih itu masih harus di proses dengan direbus , disaring dan banyak ragam yang dilakukan . Secara umum pemerintah telah menyediakan kebutuhan air bersih untuk masyarakat lewat Perusahaan Air Minum ( PAM) dengan sistem yang ditetapkan sebagai berikut : Air bersih adalah air yang memenuhi ketentuan baku mutu air besih yangberlaku Air baku adalah air yang yang memenuhi ketentuan baku mutu air baku yang dapat diolah menjadi air minum Air minum adalah Air yang memenuhi ketentuan baku mutu air minum yang berlaku Dari dasar ketentuan inilah kami lakukan suatu percobaan kecil kecilan tentang kualitas air bersih, dengan memanfaatkan ketersediaan air yang ada dilingkungan. dan alat serta bahan yang ada secara konvensional dan methode uji yang sederhana yang diharapkan bisa memberikan hasil yang cukup yang tentu harus memenuhi beberapa parameter baku mutu air minum berdasarkan PERMENKES /No. 907/MENKES/ SK/ VI I / 2002. ALAT DAN BAHAN 1. ALAT Gelas Loupe Ember alat penyaring sederhana Kertas Lakmus 2. BAHAN

Air teh, PAM , AIR Hujan , Air bekas Material penyaring : Arang , kerikil , batu besar , pasir LANGKAH KERJA 1. Menentukan Methode uji sederhana yang digunakan 2. Menentukan Variable percobaaan 3. Melakukan Uji air secara kimia , fisika dan Biologis dengan perlakukan air yang berbeda 4. Mengamati perubahan yang terjadi , dengan mencatat hasil sebelum dan sesudah Percobaan 5. merasakan dengan tester ujung lidah , membahu dan melihat kekruhan ( dibantu Loupe) untuk memenuhi sifat fisika 6. menguji pH air dengan mengamati perubahan kertas lakmus 7. mengamati ada tidaknya lendir ( akibat sekresi bakteri , dan organisme lain patogen ) EXPERIMEN 1. Untuk menentukan sifat fisika kami lakukan penyaringan sederhana 2. Untuk uji kimia kami gunakan kertas lakmus 3. Untuk uji biologi kami gunakan pengamatan busa , lendir , sebaiknya dengan mikroskop kalau ada 4. Menentukan Air yang digunakan untuk diamati ditentukan sebagai Variabel bebas Air yang baik (Aqua) / teh fresh ditentukan sebagai Variable kontrol

5. Air gambar AIR yang diamati 1. Air sumur 2. Air bekas cuci piring 3. Air kolam lele

.disaring secara sederhaba seperti pada

Khusus Air teh, dibiarkan 5 hari kemudian diamati setiap gari (sore dan pagi )

KESIMPULAN 1. Air teh yang basi , dengan ditandai ada busa dan berlendir serat aprl dipastikan tidak layak dikonsumsi karena tidak memenuhi kriteria air bersih 2. Air kolam , air hujan dan air cucian sesudah disaring , sebenarnya masih bisa digunakan untuk keperluan mandi namun bukan untuk minum karena belum memnuhi kriteria biologi dan khemis 3. Air sumur di rumah selayaknya bisa langsung diminum karena sangat jernih , tidak berasa , tidak berbau , pH netrak dan sepertinya tidak ada organisme namun karena psikologis somatis dan kepantasan jadi belum layak di konsumsi. 4 Air Aqua mineral , yang sebenarnya sama dengan air sumur hanya melalui penyaringan ozonisasi layak dikonsumsi

CYCLUS HIDUP AVERTEBRATA


PORIFERA (HEWAN BERPORI)

Sel Arkeosit di bagian lapisan endodermis Sel arkeosit membentuk sperma dan ovum Sperma dan Ovum segera bergerak di air Pertemuan Sperma dan ovum di mesoglea Di mesoglea terjadi fertilisasi eksternal terbentuk zigot (2n) Zygot di telur tersebut kemudian berkembang dan menetas membentuk larva

Setelah itu larva bersilia menempel , membalik lapisan tubuhnya - sel-sel berflagel berada di bagian dalam dan berubah menjadi sel koanosit - tunas (kuncup) di bagian kaki membesar tinggal bersama induknya membentuk koloni (Prosesi ini bisa berupa gemulae)

Ciri-ciri porifera secara umum adalah


Tubuh simetrik radial / asimetris Bentuk tubuh seperti jambangan bunga, pipih serupa bola atau cabang cabang Mmemiliki endoskeleton berbentuk spikul atau sponging Permukaan tubuhnya banyak pori pori yang berhubungan dengan suatu system kanal Dengan ruang ruang yang di batasi oleh sel sel leher ( choanocyte ) Pencernaan makanan berlangsung di dalam sel, Hidup melekat pada obyek / dasar, didalam air laut Hanya 1 famili yang hidup di dalam air tawar yaitu Spongilidae,

Porifera mempunyai dua fase hidup 1. Fase polip 2. Fase sesil Fase sesilis terjadi pada saat porifera masih larva dan bisa bergerak dengan bebas Fase polip mereka menempel pada tempat tertentu hingga dewasa.

Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut ini

Tempat hidupnya dalam air maka porifera menyerap dan mengeluarkan air di seluruh bagian tubuhnya melalui jutaan pori-pori kecil yang dia miliki. Pori-pori yang berfungsi sebagai pintu masuk air kedalam tubuh bunga karang disebut dengan Ostium Air yang masuk kedalam bagian tengah tubuh bunga karang akan disebarkan keseluruh bagian tubuh yang bagian itu disebut Spongocoel kemudian air dikeluarkan ke pori pori yang besar disebut Osculum. Jadi urutannya Laut - Ostium - Spongocoel - Osculum Secara umum Perkembangan siklus hidupnya sebagai berikut

COELENTERATA ( HEWAN BERONGGA ) KLASIFIKASI MELIPUTI 1. 2. 3. Kelas : Hydrozoa : Hydra , Obelia Kelas : Anthozoa : Metridium ( Mawar Laut) Kelas : Schypozoa: Aurelia aurita ( Ubur ubur )

CYCLUS HIDUP Obelia

Fertilisasi sperma dan ovum di air - zigot - morula - planula (larva berenang bebas) koloni muda - tunas (fase polip) - medusa - medusa dewasa melepaskan diri dari polip (terdiri dari jantan dan betina) CYCLUS HIDUP Aurelia aurita Kelas Scyphozoa : Aurelia auria

Fertilisasi sperma dan ovum di air - zigot planula (larva bersilia) - skifistoma (fase polip) strobila (kuncup) - efira - medusa - medusa jantan dan betina Cyclus Aurelia aurita ( ubur ubur) SCHYPOZOA

PLATYHELMINTHES ( CACING PIPIH ) KLASIFIKASI MEKIPUTI

1. 2. 3.

TREMATODA ( CACING HATI ) CESTODA ( CACING PITA ) TURBELLARIA ( CACING PLANARIA)

CYCLUS HIDUP KELOMPOK TREMATODA 1. Fasciola hepatica ( Cacing hati Ternak ) 2. Ckonorsis sinensis ( cacing hati Ikan ) 3. Schistoma ( Cacing hati kulit Manusia ) Fasciola hepatica Telur keluar dari kotoran

Tekur menetas di air membentuk larva bersilia (mirasidium) Karva Mirasidium menempel kemudian masuk ketubuh siput air ( Lymnea truncatulla) Larva Mirasidium berubah menjadi larva Sporosista Larva Sporosista melakukan PAEDOGENESIS membentuk banyak larva Redia Larva Redia juga melakukan Paedogenesis membentuk Larva Cerkaria

Larva Cercaria muncul ekor keluar dari siput berenang kerumput membentuk Larva Metaserkaria Larva MetaCerkaria pada tumbuhan sekitar perairan tersebut membentuk kista

Tanaman yang mengandung MetaCercaria dimakan hewan ternak

Larva Metacercaria pecah dari kistanya masuk ke usus ternak - menerobos menuju hati ternak Larva Mrtacercaria kemudian berkembang menjadi Cacing Dewasa Fasciola hrpatica

Chlonorsis sinensis

Telur keluar dari kotoran Tekur menetas di air membentuk larva bersilia (mirasidium) Karva Mirasidium menempel kemudian masuk ketubuh siput air ( Lymnea truncatulla) Larva Mirasidium berubah menjadi larva Sporosista Larva Sporosista melakukan PAEDOGENESIS membentuk banyak larva Redia Larva Redia juga melakukan Paedogenesis membentuk Larva Cerkaria Larva Cercaria muncul ekor keluar dari siput berenang ketubuh ikan Di tubuh ikan Larva Cercaria membentuk Larva Metaserkaria Larva MetaCerkaria masuk ke usus ikan - menerobos menuju hati ikan Larva Mrtacercaria kemudian berkembang menjadi Cacing DewasaChlonorsis sinensis

Clonorchis sinensis

Clonorcis sinensis merupakan cacing hati yang hidup pada manusia. Mereka bereproduksi seperti halnya fasciola hanya hospes pemindahnya Ikan

Kelompok cacing Schistoma


Telur dikeluarkan bersama kotoran dan urine ke lingkungan

Dalam kondisi lingkungan yang yang optimal telur menetas menjadi larva mirasidiumLarva mirasidium berenang mencari siput air ( Lymnea truncatula) Larva segera masuk ketubuh siput sebagai inang sementara (host intermediate)

Tahapan selanjutnya di tubuh siput , Mirasidium tumbuh menjadi larva disebut sporocyst

Larva sporosis melakukan Paedogenesis (masih larva mampu menurunkan keturunan) membentuk Redia Begitu pula larva Redia melakukan Paedogenesis kembali membentuk serkaria

Setelah itu, Larva serkaria tumbuh ekor untuk berenang keluar dari tubuh inang Siput Laeva sercaria menjadi metacercaria ketika ketemu kulit manusia di tubuh manusia menjadi cacing Schistoma dewasa di tubuh manusia

Ciri karakter cacing ini ekornya bercabang


Cacing Schistosoma segera mencari inang tetap manusia dengan menembus kulit Schistosoma masuk melalui beberapa jaringan menuju vena Cacing dewasa pada manusia berada di venula mesenterika di berbagai lokasi

Spesifik untuk species Schistosoma japonicum lebih sering ditemukan di vena mesenterika superior pada usus halus sedang Schistosoma mansoni lebih sering terjadi di pembuluh darah mesenterika superior pada usus besar Namun itupun tidak selalu tetap di tempat tersebut karena ia bisa bergerak bisa juga ditemukan di tempat lainnya sehingga tidak mungkin untuk mengatakan secara tegas bahwa suatu spesies hanya terjadi di satu lokasi Schistosoma haematobium paling sering terjadi pada pleksus vena kandung kemih, tetapi juga dapat ditemukan dalam venula dubur cacing Schistoma jenis Betina berukuran lebih besar (ukuran 7-20 mm) dibanding yang jenis jantan Telur dalam venula kecil dari sistem portal dan perivesical bisa bergerak pindah kearah lumen pada usus pada cacing jenisSchistosoma mansoni dan Schistosoma japonicum) dan pada cacingSchistosoma haematobium telur bisa berada dikandung kemih dan ureter sehingga telur pada kelompok cacing Schistoma ini bisa dikeluarkan melalui kotoran atau urine kontak manusia dengan air sehingga diperlukan untuk infeksi oleh schistosomes.

Juga berbagai binatang seperti anjing, kucing, tikus, babi, kuda dan kambing bisa menjadi inang untuk Schistosoma japonicum . Distribusi Geografis: Schistosoma mansoni ditemukan di beberapa bagian Amerika Selatan dan Karibia, Afrika, dan Timur Tengah Schistosoma haematobium dapat ditemukan di Afrika dan Timur Tengah

Sedang Schistosoma. japonicum ditemukan di jepang

Schistosoma mekongi , Schistosoma intercalatum serta Schistosoma focally ditemukan di Asia Tenggara dan Afrika Barat

Kelas Cestoda : Taenia ( CACING PITA)


Proglotid dikeluarkan, berisi ribuan telur .Di dalam telur ada larva (onkosfer) - tertelan babi/sapi Onkosfer tumbuh kait sebanyak 6 (Hexa) membentu Hexacant

Hexacant dengan kaitnya keluar menembus dinding usus menuju saluran limfe dan ikut aliran darah otot sapi/babi di otot ternak tersebut larva bertahan membentuk kista disebut larva Cistiserkus / Cacing gelembung Cystycercus di otot / daging itu termakan manusia karena pengolahannya tidak matang

Cystycercus tumbuh membentuk scolex dalam perjalanan menuju usus

Kemudian Scolex menempel di dinding usus membentuk Proglotid ( ruas ruas ) terbetuklah cacing pita Cacing pita dewasa yang diusus ini tumbuh terus hingga membentuk pita yang panjang ( bisa 20 m) di usus Cacing Pita yang ada di usus itu menyerap sari makanan secara osmosis meleluia seluruh permukaan proglotidnya sehingga penderita (Taeniasis) tubuhnya kurus

Life cycle of Taenia saginata and Taenia solium:


Humans are the only definitive hosts for Taenia saginata and Taenia solium .Eggs or gravid proglottids are passed with feces

the eggs can survive for days to months in the environment. Cattle (T. saginata) and pigs (T. solium) become infected by ingesting vegetation contaminated with eggs or gravid proglottids In the animal's intestine,

the oncospheres hatch , invade the intestinal wall, and migrate to the striated muscles, where they develop into cysticerci. A cysticercus can survive for several years in the animal. Humans become infected by ingesting raw or undercooked infected meat . In the human intestine, the cysticercus develops over 2 months into an adult tapeworm, which can survive for years. The adult tapeworms attach to the small intestine by their scolex and reside in the small intestine . Length of adult worms is usually 5 m or less for T. saginata (however it may reach up to 25 m) and 2 to 7 m for T. solium. The adults produce proglottids which mature, become gravid, detach from the tapeworm, and migrate to the anus or are passed in the stool (approximately 6 per day). T. saginata adults usually have 1,000 to 2,000 proglottids, while T. solium adults have an average of 1,000 proglottids. The eggs contained in the gravid proglottids are released after the proglottids are passed with the feces. T. saginata may produce up to 100,000 and T. solium may produce 50,000 eggs per proglottid respectively. Geographic Distribution: Both species are worldwide in distribution. Taenia solium is more prevalent in poorer communities where humans live in close contact with pigs and eat undercooked pork, and in very rare in Muslim countries NEMATHELMINTHES ( CACING GILIG ) 1. CACING PERUT ( Ascaris lumbricoides )

Usus manusia - cacing - telur cacing keluar bersama feses - tersebar menempel pada makanan termakan - menetas - larva menembus usus - aliran darah - jantung - paru-paru - kerongkongan tertelan - usus manusia - cacing dewasa

Adult worms live in the lumen of the small intestine.\ A female may produce approximately 200,000 eggs per day, which are passed with the Unfertilized eggs may be ingested but are not infective

feces

.Fertile eggs embryonate and become infective after 18 days to several weeks , depending on the environmental conditions (optimum: moist, warm, shaded soil). After infective eggs are swallowed , the larvae hatch , invade the intestinal mucosa, and are carried via the portal, then systemic circulation to the lungs . The larvae mature further in the lungs (10 to 14 days), penetrate the alveolar walls, ascend the bronchial tree to the throat, and are swallowed . Upon reaching the small intestine, they develop into adult worms .

Between 2 and 3 months are required from ingestion of the infective eggs to oviposition by the adult female. Adult worms can live 1 to 2 years.

Geographic Distribution: The most common human helminthic infection. Worldwide distribution. Highest prevalence in tropical and subtropical regions, and areas with inadequate sanitation. Occurs in rural areas of the southeastern United States

2. CACING TAMBANG ( Ankylostoma duodenale) Usus manusia - cacing - telur keluar bersama feses - tempat becek - menetas - hidup lama menempel pada kaki manusia - menembus kaki - aliran darah - jantung - paru-paru kerongkongan - tertelan - usus manusia - cacing dewasa

Eggs are passed in the stool , and under favorable conditions (moisture, warmth, shade), larvae hatch in 1 to 2 days. The released rhabditiform larvae grow in the feces and/or the soil , and after 5 to 10 days (and two molts) they become become filariform (third-stage) larvae that are infective . These infective larvae can survive 3 to 4 weeks in favorable environmental conditions.

On contact with the human host, the larvae penetrate the skin and are carried through the veins to the heart and then to the lungs. They penetrate into the pulmonary alveoli, ascend the bronchial tree to the pharynx, and are swallowed . The larvae reach the small intestine, where they reside and mature into adults. Adult worms live in the lumen of the small intestine, where they attach to the intestinal wall with resultant blood loss by the host . Most adult worms are eliminated in 1 to 2 years, but longevity records can reach several years

CACING KREMI (Oxyuris vermicularis )


Eggs are deposited on perianal folds .

Self-infection occurs by transferring infective eggs to the mouth with hands that have scratched the perianal area . Person-to-person transmission can also occur through handling of contaminated clothes or bed linens. Enterobiasis may also be acquired through surfaces in the environment that are contaminated with pinworm eggs (e.g., curtains, carpeting). Some small number of eggs may become airborne and inhaled.

These would be swallowed and follow the same development as ingested eggs.

Following ingestion of infective eggs, the larvae hatch in the small intestineand the adults establish themselves in the colon . The time interval from ingestion of infective eggs to oviposition by the adult females is about one month. The life span of the adults is about two months.

Gravid females migrate nocturnally outside the anus and oviposit while crawling on the skin of the perianal area . The larvae contained inside the eggs develop (the eggs become infective) in 4 to 6 hours under optimal conditions .

Retroinfection, or the migration of newly hatched larvae from the anal skin back into the rectum, may occur but the frequency with which this happens is unknown. Geographic Distribution: Worldwide, with infections more frequent in school- or preschool- children and in crowded conditions. Enterobiasis appears to be more common in temperate than tropical countries. The most common helminthic infection in the United States (an estimated 40 million persons infected)

ARTHROPODA ( HEWAN BERUAS RUAS )


Telur - larva (ulat) - kepompong (pupa) - dewasa (imago) kupu-kupu (kelas Lepidoptera)Metamorfosis sempurna (Holometabola) Capung , Belalang , Jangkrik dll Metamorfosis tak sempurna (hemimetabola)

Vous aimerez peut-être aussi