Vous êtes sur la page 1sur 38

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Berat badan lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang 2.500 gram,tanpa memandang usia kehamilan. BBLR dibedakan menjadi dua bagian yaitu BBL sangat rendah bila berat badan lahir kurang dari 1.500 gram dan BBLR bila berat badan lahir antara 1.501-2.499 gram. (Marmi, S.ST, Kukuh Rahardjo, 2012). Berat badan lahir rendah (kurang dari 2.500 gram) merupakan salah satu faktor utama yang berkontribusi terhadap kematian perinatal dan neonatal. Berat badan lahir rendah (BBLR) di bedakan dalam 2 kategori yaitu : BBLR karena prematur (usia kandungan kurang dari 37 minggu) atau BBLR karena intrauterin growth retardation(IUGR) yaitu bayi cukup bulan tetapi berat kurang untuk usiannya. Banyak BBLR di negara berkembang dengan IUGR sebagai akibat ibu dengan status gizi buruk, anemia, malaria, dan menderita penyakit menular seksual (PMS) sebelum konsepsi atau ketika hamil. (www.balitbang.depkes.go.id). Menurut badan kesehatan (WHO), salah satu penyebab kematian bayi adalah bayi berat lahir rendah (BBLR), persoalan pokok pada BBLR adalah angka kematian perinatalnya sangat tinggi dibanding angka kematian perinatal pada bayi normal. Penelitian Puffer (1993)

menunjukkan bahwa resiko kematian perinatal bayi dengan berat badan

lahir kurang dari 2.000 gram adalah 10 kali lebih besar, kematian bayi dengan berat badan antara 2.000 gram sampai 2.399 gram 4 kali lebih besar dibanding dengan kematian perinatal bayi dengan berat badan normal. Angka kejadian BBLR dianggap sebagai indikator kesehatan masyarakat karena erat hubunganya dengan angka kematian, kesakitan dan kejadian gizi kurang di kemudian hari. Menurut WHO, BBLR merupakan penyebab dasar kematian dari dua pertiga kematian neonatus. Sekitar 16% dari kelahiran hidup atau 20 juta bayi pertahun dilahirkan dengan berat badan kurang dari 2.500 gram dan 90% berasal dari Negara berkembang. Peneliti lainya menyebutkan bahwa dinegara berkembang di perkirakan setiap 10 detik terjadi satu kematian bayi akibat dari penyakit atau infeksi yang berhubungan dengan BBLR. (Siza, 2002). Keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia masih belum memuaskan, terbukti dari masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Indikator kesehatan yang berhubungan dengan kesejahteraan anak adalah Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator penting untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat dan menilai keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan. Angka kejadian BBLR di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah Multicenter diperoleh angka BBLR dengan rentan 2,1%17,2%, Secara nasional berdasarkan analisa, Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks menghisapnya masih lemah.

Berdasarkan estimasi dari Survei Demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI). Pada tahun 1992-1997 yaitu secara nasional proporsi bayi dengan berat badan lahir rendah yaitu 7,7% untuk perkotaan 6,6%. Dari data tersebut terlihat bahwa selama kurun waktu tiga tahun memperlihatkan adanya masalah BBLR di rumah sakit Al-fatah (Ardiansyah, 2010). Berdasarka servey nasional AKI di Provinsi Jawa Timur, pada lima tahun terakhir, dari tahun 2007 2011, menunjukkan kecenderungan yang meningkat. Laporan Kematian Ibu (LKI) kab/kota se-Jatim, menunjukkan AKI Jawa Timur pada tahun 2009 adalah 90.70 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2010 adalah 101.40 per 100.000 kelahiran hidup dan pada tahun 2011 adalah 104.3 per 100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut sudah melampaui dari target MDGs sebesar 102 per 100.000 Kelahiran Hidup. Data yang diperoleh dari BPS Provinsi Jawa Timur menunjukkan bahwa AKB selama sepuluh tahun terakhir ini relatif menunjukkan angka yang menurun. AKB pada tahun 2011 adalah 29.24 per 1000 kelahiran hidup, menunjukkan angka yang menurun dari tahun sebelumnya yang sebesar 29.99 per 1.000 kelahiran hidup, namun tersebut masih jauh dari target MDGs tahun 2015, yaitu sebesar 23 per 1.000 Kelahiran Hidup. Medical Record RSUD Gambiran Kota Kediri BBLR pada tahun 2010 mencapai 337 kasus dengan berat badan lahir (<2.500) gram, tahun 2011 mencapai 363 kasus dengan berat badan lahir (<2.500) gram, dan pada tahun 2012, angka kejadian BBLR berjumlah 336 dari 1.888

kelahiran hidup, dan 46 bayi yang tercatat meninggal dunia dengan berat badan lahir (<2.500) gram. [ Faktor yang mempengaruhi terjadinya persalinan dengan BBLR antara lain kemiskinan merupakan akar dari masalah yang menimbulkan kondisi kurang gizi pada kaum perempuan selain ketersediaan pangan dan konsumsi makanan yang kurang jumlahnya maupun nilai gizinya menimbulkan kurang energi kronik (KEK) dan anemia. Kondisi tersebut lazim didapatkan pada kaum ibu di desa yang sudah sejak kecil menderita kurang kalori dan protein (KKP) dan anemia. Nilai budaya setempat seringkali belum menempatkan kaum perempuan dalam kesetaraan gender, sehingga pembagian makanan dalam keluarga tidak mendapat prioritas. Beban pekerjaan yang berat pada perempuan desa menambah buruknya gizi dan kesehatan kaum perempuan. Kondisi tersebut seorang perempuan memasuki masa kehamilan yang menambah buruk kesehatan dan gizinya. Kelahiran yang terlalu muda, terlalu rapat, terlalu banyak dan terlalu tua menambah buruknya kondisi kesehatan dan gizi ibu hamil yang merupakan salah satu faktor yang menyebabkan timbulnya BBLR (Mitayani, 2009). Penyuluhan harus diberikan pada ibu dan keluarga pada saat masa kehamilan terutama tentang nutrisi yang baik saat kehamilan, pola hidup yang sehat dan deteksi dini atas kehamilan dengan resiko tinggi. Dari berbagai upaya baik peningkatan pelayanan dari petugas kesehatan maupun dari pihak ibu beserta keluarga, hal ini akan membantu mencegah

dan mengurangi kelahiran bayi dengan resiko tinggi terutama bayi dengan BBLR. Tingginya angka kematian bayi baru lahir dengan resiko tinggi, terutama pada bayi dengan BBLR, merupakan tanggung jawab tenaga kesehatan untuk memfasilitasi proses adaptasi bayi dengan BBLR pada masa transisi karena adanya masalah pada jam jam pertama kehidupan luar rahim. Dengan mengetahui masalah masalah potensial yang akan terjadi pada bayi dengan BBLR, maka akan membantu tenaga kesehatan mengetahui tindakan apa yang harus segera dilakukan, seperti ; penanganan bayi BBLR dengan menggunakan metode kanguru (PMK), merujuk bayi BBLR ke rujukan yang lebih lengkap fasilitasnaya. Melihat tingginya angka kesakitan dan kematian pada bayi dengan BBLR, Maka peneliti tertarik untuk membahas dan mempelajari lebih dalam tentang penyakit berat badan lahir rendah pada bayi baru lahir.

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mempelajari dan mempraktikkan asuhan keperawatan pada klien dengan kasus Berat Badan Lahir Rendah di RSUD Gambiran Kota Kediri. 2. Tujuan Khusus

Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan mahasiswa mampu : a. Pengkajian dan analisa data prioritas klien untuk kasus BBLR b. Merumuskan diagnosa atau masalah keperawatan dari kasus BBLR c. Melakukan rencana asuhan keperawatan untuk kasus BBLR d. Menyusun segera implementasi (dependen, independen,

interdependen) kasus BBLR e. Mengevaluasi efektifitas asuhan yang diberikan dan memperbaiki tindakan yang dipandang perlu diperbaiki dengan kasus BBLR

C. MANFAAT PENELITIAN Hasil studi kasus dapat dimanfaatkan oleh institusi maupun profesi dalam upaya penyempurnaan asuhan keperawatan pada kasus Berat Badan Lahir Rendah.

1. Pendidikan

Hasil studi kasus ini dapat dimanfaatkan sebagai masukan penyempurnaan penanganan kasus Berat Badan Lahir Rendah.

2. Perawat

Sebagai sumbangan teoritis maupun aplikatif bagi profesi keperawatan dalam asuhan keperawatan pada kasus Berat Badan Lahir Rendah.

3. Penulis

Menambah wawasan, pengetahuan dan pengelaman dalam melakukan penelitian di Rumah sakit

D. PENGUMPULAN DATA Teknik Pengambilan Data : 1. Dengan melakukan wawancara yaitu, melakukan pengkajian pada klien atau keluarga. 2. Dengan observasi langsung keadaan umum klien saat pengkajian. 3. Dengan studi dokumentasi rekam medis berupa hasil-hasil

pemeriksaan dan dokumentasi klien selama di rawat di rumah sakit sampai saat pengkajian dilakukan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1. Pengertian Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badanya saat lahir kurang dari 2.500 gram (sampai dengan 2.499 gram). (Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Pelayanan Kesehatan Nasional Maternal Dan Neonatal, ed. 1,2010). Berat badan lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang 2.500 gram,tanpa memandang usia kehamilan. BBLR dibedakan menjadi dua bagian yaitu BBL sangat rendah bila berat badan lahir kurang dari 1.500 gram dan BBLR bila berat badan lahir antara 1.501-2.499 gram. (Marmi, S.ST, Kukuh Rahardjo, 2012). Berat badan lahir rendah dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu : 1) Bayi berat lahir rendah (BBLR), berat lahir 1.500-2.500 gram. 2) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), berat lahir 1.000-1.500 gram. 3) Bayi berat lahir ekstrem rendah (BBLER), berat lahir < 1.000 gram. (A.B Saifuddin, 2000). Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga di sebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilanya,

yaitu tidak mencapai 2.500 gram. (Atika Proverawati, dkk. Berat Badan Lahir Rendah, 2010)

2. Etiologi Berat badan lahir seorang bayi dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik dari ibu maupun dari bayi itu sendiri. Faktor-faktor tersebut adalah : 1) Status gizi ibu hamil Kualitas bayi lahir sangat bergantung pada asupan gizi ibu hamil. Gizi yang cukup akan menjamin bayi lahir sehat dengan berat badan cukup. Namun, kekurangan gizi yang adekuat dapat menyebabkan Berat Badan Lahir Rendah. (Pilliteri, 2002). Status gizi ibu sebelum hamil berperan dalam pencapaian gizi ibu saat hamil. Penelitian Rosmeri (2000) menunjukkan bahwa status gizi ibu sebelum hamil mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap kejadian BBLR. Ibu dengan status gizi kurang (kurus) selama hamil mempunyai resiko 4,27 kali untuk melahirkan bayi BBLR dibandingkan dengan ibu yang mempunyai status gizi baik (normal). (Lubis, 2005). 2) Umur ibu saat hamil Kehamilan dibawah usia 20 tahun dapat menimbulkan banyak permasalahan karena bisa mempengaruhi organ tubuh seperti rahim, bahkan bayi bisa prematur dan berat badan lahir kurang. Hal ini disebabkan karena wanita yang hamil muda belum

bisa memberikan suplai makanan dengan baik dari tubuhnya untuk janin di dalam rahimnya. Selain itu, wanita tersebut juga bisa menderita anemia karena sebenarnya ia sendiri masih

membutuhkan sel darah merah tetapi sudah harus dibagi dengan janin yang ada dalam kandunganya. (Teresa S, 2002). 3) Umur kehamilan Umur kehamilan dapat menentukan berat badan janin, semakin tua kehamilan maka berat badan janin akan semakin bertambah. Pada umur kehamilan 28 minggu berat janin 1.000 gram, sedangkan pada kehamilan 37-42 minggu berat janin diperkirakan mencapai 2.500-3.500 gram. (Wiknjosastro, 2002). 4) Kehamilan ganda Pada kehamilan kembar dengan distensi uterus yang berlebihan dapat menyebabkan persalinan prematur dengan BBLR. Kebutuhan ibu untuk pertumbuhan hamil kembar lebih besar sehingga terjadi defisiensi nutrisi seperti anemia hamil yang dapat mengganggu pertumbuhan janin dalam rahim. 5) Tingkat pendidikan Tingkat pendidikan berkaitan dengan pengetahuan tentang masalah kesehatan dan kehamilan yang akan berpengaruh pada perilaku ibu, baik pada diri maupun perawatan kehamilanya serta pemenuhan gizi saat hamil. (Bobak, Irene M.,dkk, 2004).

10

6) Penyakit ibu Beberapa penyakit yang dapat mempengaruhi berat badan lahir bayi jika diderita oleh ibu yang sedang hamil,misalnya : a. Jantung b. Hipertensi c. Pre-Eklamsi dan Eklamsi d. Diabetes Melitus e. Carcinoma Penyakit tersebut dapat menimbulkan retardasi

pertumbuhan intrauterine (IURG) janin, yang menyebabkan janin menjadi jauh lebih kecil dan lemah dari pada yang diharapkan untuk tahap kehamilan bersangkutan. (Datta, 2004). 7) Faktor kebiasaan ibu Kebiasaan ibu sebelum atau selama hamil yang buruk seperti merokok, minum minuman beralkohol, pecandu obat dan pemenuhan nutrisi yang salah dapat menyebabkan anomaly plasenta karena plasenta tidak mendapat nutrisi yang cukup dari arteri plasenta ataupun karena plasenta tidak mampu mengantar makanan ke janin. Selain itu, aktifitas yang berlebihan jug adapt merupakan faktor pencetus terjadinya masalah Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).

11

3. Klasifikasi Ada beberapa cara dalam mengelompokkan bayi BBLR yaitu : 1. Menurut harapan hidupnya : a. Bayi berat lahir rendah (BBLR) berat lahir 1500 2500 gram b. Bayi barat lahir sangat rendah (BBLSR) berat lahir 100 1500 gram c. Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) berat lahir kurang dari 100 gram. 2. Menurut masa gestasinya : a. Prematuritas murni : masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badanya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi berat atau biasa di sebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB - SMK). b. Dismaturitas : bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu. berat bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilanya (KMK). ( Atika Proverawati, dkk. Berat Badan Lahir Rendah, 2010).

12

4. Manifestasi Klinis Pasien dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sering mengalami beberapa masalah, yaitu :

1) Gangguan tumbuh kembang Tingginya angka ibu hamil yang mengalami kurang gizi, seiring dengan hiduprisiko tinggi untuk melahirkan bayi BBLR dibandingkan ibu hamil yang tidak menderita kekurangan gizi. Apabila tidak meninggal pada awal kelahiran, bayi BBLR akn tumbuh dan berkembang lebih lambat, terlebih lagi apabila mendapat ASI ekslusif yang kurang dan makanan pendamping ASI yang tidak cukup. Oleh karena itu bayi BBLR cenderung besar menjadi balita dengan status gizi yang rendah. (Herry, 2004).

2)

Hipotermi Hal ini terjadi karena peningkatan penguapan akibat kurangnya jaringan lemak dibawah kulit dan permukaan tubuh yang lebih luas dibandingkan dengan bayi yang memiliki berat badan lahir normal. Hipotermi pada BBLR juga terjadi karena pengaturan suhu yang belum berfungsi dengan baik dan produksi panas yang berkurang karena lemak coklat (brown fat) yang belum cukup. (Winkjosastro, 2002: 776).

13

3) Asfiksia Asfiksia atau gagal bernafas secara spontan saat lahir atau beberapa menit setelah lahir sering menimbulkan penyakit berat pada BBLR. Hal ini disebabkan oleh kekurangan surfaktan (ratio lesitin atau sfingomielin kurang dari 2), pertumbuhan dan pengembangan yang belum sempurna, otot pernafasan yang masih lemah dan tulang iga yang mudah melengkung atau pliable thorak. (Winkjosastro, 2002).

4) Kematian Pada saat kelahiran maupun sesudah kelahiran, bayi dengan berat badan lahir rendah kecenderungan untuk terjadinya masalah lebih besar jika dibandingkan dengan bayi yang berat badan lahirnya normal. Hal ini dikarenakan organ tubuhnya belum berfungsi sempurna seperti bayi normal. Oleh karena itu, ia mengalami banyak kesulitan untuk hidup di luar uterus ibunya. Semakin pendek masa kehamilannya maka semakin kurang sempurna pertumbuhan organ-organ dalam tubuhnya, sehingga mudah terjadi komplikasi serta meningkatkan angkat kematian pada bayi. (Winkjosastro, 2002).

14

5. Penatalaksanaan Dengan memperhatikan gambaran klinis dan berbagai

kemungkinan yang dapat terjadi pada bayi prematuritas maka perawatan dan pengawasan ditunjukan pada pengaturan suhu,pemberian makanan bayi, ikterus, pernapasan, hipoglikemi dan menghindari infeksi. 1. Pengaturan suhu badan bayi prematuritas atau BBLR Bayi prematur dengan cepat akan kehilangan panas badan dan menjadi hipotermi kaena pusat pengaturan panas belum berfungsi dengan baik, metabolisme rendah dan permukaan badan relatif luas. Oleh karena itu bayi prematur harus dirawat dalam inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim, apabila tidak ada inkubator bayi dapat dibungkus dengan kain dan di sampingnya ditaruh botol berisi air panas sehingga panas badannya dapat dipertahankan. Cegah kehilangan panas pada bayi dengan upaya antara lain : 1) Segera setelah lahir, keringkan permukaan tubuh sebagai upaya untuk mencegah kehilangan panas akibat evaporasi cairan ketuban pada permukaan tubuh bayi. 2) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat. 3) 4) Tutup kepala bayi. Anjurkan ibu untuk memeluk dan memberikan ASI.

15

5) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir. 6) 7) 8) tempatkan bayi dilingkungan hangat. Rangsang taktil. Manfaatkan metode kanguru Secara klinis, dengan cara ini detak jantung bayi stabil dan pernapasan lebih teratur, sehingga penyebaran oksigen ke seluruh tubuhnya pun lebih baik. 2. Makanan bayi premature Alat pencernaan bayi belum sempurna, lambung kecil enzim pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr/kg BB dan kalori 110 kal;/kg BB sehingga pertumbuhan dapat meningkat. Pemberian minum bayi setelah 3 jam setelah lahir dan didahului dengan menghisap cairan lambung, reflek masih lemah sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit dengan frekwensi yang lebih sering. ASI merupakan makanan yang paling utama sehingga ASI-lah yang paling dahulu diberikan, bila faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan diberikan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang sonde. Permulaan cairan yang diberikan 50-60 cc/kgBB/hari terus dinaikan sampai mencapai sekitar 200 cc/kgBB/hari.

16

3. Ikterus Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya belum matur dan bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara efisien sampai 4-5 hari berlalu. Ikterus dapat diperberat oleh polisetemia, memar hemolisias dan infeksi karena hiperbilirubinemia dapat menyebabkan kenikterus maka warna bayi harus sering dicatat dan bilirubin diperiksa, bila ikterus muncul dini atau lebih cepat bertambah coklat. 4. Pernapasan Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada penyakit ini tanda-tanda gawat pernapasan selalu ada dalam 4 jam. Bayi harus dirawat terlentang atau tengkurap dalam incubator, dada abdomen harus dipaparkan untuk mengobservasi pernapasan. 5. Hipoglikemi `Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berberat badan rendah, harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan pemeriksaan gula darah secara teratur. 6. Menghindari infeksi Bayi prematur mudah sekali mengalami infeksi karena daya tahan tubuh masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan antibodi belum sempurna. Oleh karena itu tindakan

17

prefentif sudah dilaksanakan sejak antenatal sehingga tidak terjadi persalinan dengan prematuritas (BBLR). 6. Pemeriksaan diagnostik 1) Jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.000-24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis ). 2) Hematokrit ( Ht ) : 43%- 61 % ( peningkatan sampai 65 % atau lebih menandakan polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragic prenatal/perinatal ). 3) Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia atau hemolisis berlebihan ). 4) Bilirubin total : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari, dan 12 mg/dl pada 3-5 hari. 5) Destrosix : tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rata-rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga. 6) Pemantauan elektrolit ( Na, K, Cl ) : biasanya dalam batas normal pada awalnya. 7) Pemeriksaan Analisa gas darah.

18

7. Komplikasi 1) Sindrom aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum, sindrom distres respirasi, penyakit membran hialin 2) Dismatur preterm terutama bila masa gestasinya kurang dari 35 minggu 3) Hiperbilirubinemia, patent ductus arteriosus, perdarahan ventrikel otak 4) Hipotermia, Hipoglikemia, Hipokalsemia, Anemi, gangguan

pembekuan darah 5) Infeksi, retrolental fibroplasia, necrotizing enterocolitis (NEC) 6) Bronchopulmonary dysplasia, malformasi konginetal

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN Di dalam memberikan asuhan keperawatan digunakan system atau metode proses keperawatan yang dalam pelaksanaannya dibagi menjadi 5 tahap, yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi I. Pengkajian 1) Masalah yang berkaitan dengan ibu. Penyakit seperti hipertensi, toksemia, plasenta previa,abrupsio plasenta, inkompeten servikal, kehamilan kembar, malnutrisi dan diabetes mellitus. 2) Bayi pada saat kelahiran. Umur kahamilan biasanya antara 24 sampai 37 minggu, rendahnya berat badan pada saat kelahiran, SGA, atau terlalu besar dibanding umur kehamilan; berat biasanya kurang dari 2.500 gram; kurus, lapisan lemak subkutan sedikit atau

19

tidak ada; kepala relativ lebih besar dibanding badan, 3 cm lebih besar dibanding lebar dada; kelainan fisik yang mungkin terlihat; nilai Apgar pada 1 sampai 5 menit, 0 sampai 3 menunjukkan kegawatan yang parah, 4 sampai 6 kegawatan sedang, dan 7 sampai 10 normal. 3) Kardiovaskular. Denyut jantung rata-rata 120 sampai 160 per menit pada bagian aikal dengan ritme yang teratur pada saat kelahiran, kebisingan jantung terdengar pada seperempat bagia interkostal, yang menunjukkan aliran darah dari kanan ke kiri karena hipertensi atau atelektasis paru. 4) Gastrointestinal. Penonjolan abdomen; pengeluaran mekonium biasanya terjadi dalam waktu 12 jam; reflek menelan dan menghisap yang lemah; ada atau tidak ada anus; ketidaknormalan congenital lain. 5) Integumen. Kulit yang berwarna merah muda atau merah, kekuning-kuningan, sianosis, atau campuran bermacam warna, sedikit vernik kaseosa dengan rambut lanugo disekujur tubuh, kurus, kulit tampak transparan, halus dan mengilap, edema yang menyeluruh atau dibagian tertentu yang terjadi pada saat kelahiran, kuku pendek belum melewati ujung jari, rambut jarang atau mungkin tidak ada sama sekali, petekie atau ekimosis.

20

6) Muskuloskeletal. Tulang kartilago telinga belum tumbuh dengan sempurna, lembut dan lunak, tulang tengkorak dan tulang rusuk lunak; gerakan lemah dan tidak aktif atau latergik. 7) Neurologis. Reflek dan gerakan pada tes neurologis tampak tidak resisten, gerak reflek hanya berkembang sebagian, menelan, menghisap dan batuk sangat lemah atau tidak efektif; tidak ada atau menurun tanda neurologis,mata mungkin tertutup atau mengatup apabila umur kehamilan belum mencapai 26 minggu; suhu tubuh tidak stabil, biasanya hipotermia, gemetar, kejang dan mata berputar, biasanya bersifat sementara, tapi mungkin juga ini mengindikasikan adanya kelainan neurologis. 8) Paru. Jumlah pernafasan rata-rata 40-60 per menit diselingi dengan periode apnea; pernafasan yang tidak teratur, dengan flaring nasal (nasal melebar), dengkuran, retraksi (interkosta, suprasternal, substernal); terdengar suara gemerisik. 9) Ginjal. Berkemih terjadi setelah 8 jam kelahiran; ketidakmampuan untuk melarutkan ekskresi ke dalam urine. 10) Reproduksi. Bayi prematur; klitoris yang menonjol dengan labia mayora yang belum berkembang; bayi laki-laki skrotum yang belum berkembang sempurna,testis tidak turun kedalam skrotum. 11) Temuan sikap. Tangis yang lemah, tidak aktif, dan tremor.

21

II. Patofisiologi Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang. Pada bayi BBLR sebagian fungsi organ belum matang. Sindrom gangguan pernapasan pada bayi BBlr adalah perkembangan matur pada system pernapasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan pada paru-paru, defisiensi surfaktan menyebabkan gangguan paru untuk memprtahankan stabilitasnya, alveolus akan kembali kolaps setiap akhir ekspirasi sehingga untuk pernapasan berikutnya dibutuhkan tekanan negative intrathorak yang lebih besar dan disertai usaha inspirasi yang kuat. Bayi prematur relativ belum sanggup membentuk antibodi, dan daya fagositosis serta reaksi terhadap infeksi belum baik. Karena sistem kekebalan tubuh bayi BBLR belum matang. Selain itu, karena kulit dan selaput lendir membrane tidak memiliki perlindungan seperti bayi cukup bulan. Resiko bayi BBLR terkena infeksi sangat tinggi.

22

Bayi BBLR memiliki lemak subkutan kurang atau sedikit, struktir kulit yang belum matatng dan rapuh, sensitivitas yang kurang akan memudahkan terjadinya kerusakan integritas kulit, terutama pada daerah yang sering tertekan pada waktu lama, selain itu pengaturan suhu bayi prematur dengan cepat akan kehilangan panas badan, karena pusat pwngaturan panas badan belum berfungsi dengan baik. Permukaan badan relatif lebih luas dan jaringan lemak subkutan tipis. Jaringan lemak subkutan yang tipis bisa juga mengakibatkan malnutrisi pada bayi dan menyebabkan bayi mengalami hipoglikemia. Bayi dengan BBLR juga mengalami kerusakan pada otak yang mungkin terjadi dan salah satunya akan mengalami periventrikular leukomalaria (PVL). Kerusakan bagian dalam otak yang

menstransmisikan informasi antara sel-sel saraf dan sumsum tulang belakang,juga dari satu bagian otak ke otak yang lain, jaringan otak yang rusak mempengaruhi sel-sel saraf yang mengendalikan gerak, bayi PVL berisiko mengalami gangguan mengendalikan otot (cerebral palsy). (ATIKA PROV) Saluran pencernaan pada bayi BBLR juga belum berfungsi sempurna sehingga penyerapan makanan dengan lemah atau kurang baik. Aktivitas otot masih belum semprna, sehingga pengosongan lambung berkurang. Bayi BBLR mudah kembung, hal ini disebabkan oleh stenosis anorektal. (ASUHAN NEONATUS) Semua bayi premature menjadi ikterus karena enzim hatinya belum matur dan bilirubin tak berkonjugasi, tidak dikonjugasikan secara

23

efisien sampai 4-5 hari berlalu. Ikterus dapat diperberat oleh polisetemia, memar hemolisias dan infeksi karena hiperbilirubinemia dapat

menyebabkan kenikterus maka warna bayi harus sering dicatat dan bilirubin diperiksa,bila ikterus muncul dini atau lebih cepat bertambah coklat. (MARMI DAN RAHAJO)

24

III. PHATWAY Etiologi (faktor ibu, faktor plasenta, faktor janin) Berat Badan Lahir Rendah sebagian fungsi organ tubuh belum matang jaringan lemak subkutan tipis periventrikular leukomalaria permukaan tubuh relatif luas kehilangan panas melalui klit Hipertermia strukrut tubuh belum matang sensitivitas kurang Resiko Kerusakan integritas Kulit malnutrisi Hipoglikemia reflek menelan dan menghisap belum sempurna Gangguan pemenuhan nutrisi Paru Usus Dinding Lambung Lunak Mudah Kembung peristaltik belum sempurna pengosongan lambung belum baik Ikterus ketidak efektifan pola nafas Hati konjugasi bilirubin belum baik hiperbilirubin penurunan daya tahan tubuh Paru tidak dapat Resiko infeksi mempertahankan stabilitasnya sistem kekebalan Tubuh perkembangan pada sistem pernapasan gangguan mengendalikan otot kekurangan cadangan energy kerusakan sel saraf (gerak motorik) otak

25

IV. Diagnosa keperawatan yang muncul 1.

26

C. KONSEP BAYI BARU LAHIR `Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir selama satu jam pertama kelahiran. (Saifudin 2002). Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai usia 4 minggu. Lahirnya biasanya dengan usia gestasi 38-42 minggu. (Donna L. Wong 2003). Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37-42 minggu, dan berat lahir 2500-4000 g. (Dep. Kes. RI 2005). Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2.500-4.000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan konginental (cacat bawaan) yang berat. Pada waktu kelahiran, sejumlah adaptasi psikologik mulai terjadi pada tubuh bayi baru lahir, karena perubahan dramatis ini, bayi memerlukan pemantauan ketat untuk menentukan bagaimana ia membuat suatu transisi yang baik terhadap kehidupan diluar uterus. Bayi baru lahir juga membutuhkan perawatan yang dapat meningkatkan kesempatan

menjalani transisi dengan berhasil. (Patricia W. Ladewig. 2006). berdasarkan definisi bayi baru lahir normal tersebut, dapat diperoleh cirri-ciri bayi baru lahir normal sebagai berikut : 1. Berat badan 2500-4000 g. 2. Panjang badan 48-52 cm. 3. Lingkar dada 30-38 cm.

27

4. Lingkar kepala 33-35 cm. 5. Frekuensi jantung 120-160 kali/menit. 6. Pernapasan 40-60 kali/menit. 7. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup. 8. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna. 9. Kuku agak panjang dan lemas. 10. Genetalia: perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora. Laki-laki testis sudah turun, skrotum sudah ada. 11. Refleks isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik. 12. Refleks morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik. 13. Refleks graps atau menggenggam sudah baik. 14. Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama, mekonium berwarna hitam kecokelatan. Itulah beberapa ciri bayi baru lahir normal. Jika ternyata seorang bayi yang baru lahir tidak memiliki semua ciri tersebut, berarti ia lahir tidak normal, atau biasa disebut bayi baru lahir bermasalah. (Sitiatava Rizema Putra 2012).

28

D.

KONSEP TUMBUH KEMBANG 1. Pengertian pertumbuhan dan perkembangan Manusia hidup tidaklah secara permanen,melainkan terus berubah-ubah. Mulai dari pertumbuhan, menjadi janin, bayi, lahir, dewasa, dan akhirnya mati. Saat bayi lahir, belum memiliki kemampuan apapun kecuali menangis. Dengan cara berinteraksi secara terus-menerus dengan lingkungan sekitar, bayi akan lebih

menyempurnakan diri, hingga bayi tersebut mengalami perubahan fisik sampai menjadi lebih seimbang. Namun, perubahan yang dialami setiap individu tidak selamanya dikatakan sebagai perkembangan. Perubahan dalam arti perkembangan mempunyai maksud dan arti yang berbeda-beda antara lain : 1) Perkembangan adalah bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tubuh kematangan dan belajar. (Whalley dan Wong, 2000). 2) Pertumbuhan adalah bertambah jumlah dan besarnya sel diseluruh bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur. (Whalley dan Wong, 2000). Perkembangan tidak hanya mencangkup evolusi, tetapi juga mencangkup involusi atau penurunan dan perusakan kea rah kematian. Sedangkan pertumbuhan terbatas pada perubahan yang bersifat evolusi atau perubahan yang menuju kea rah yang lebih maju.

29

Dalam pertumbuhan dan perkembangan anak terdapat suatu peristiwa yang di alaminya yaitu masa percepatan dan perlambatan. Masa tersebut akan berlainan dalam suatu organ tubuh, percepatan dan perlambatan tersebut merupakan suatu kejadian yang berbeda dalam setiap organ tubuh akan tetapi masih saling berhubungan satu dengan yang lain. Peristiwa pertumbuhan pada anak dapat terjadi perubahan tentang besarnya, jumlah, ukuran di dalam tingkat sel, organ maupun individu, sedangkan peristiwa perkembangan pada anak dapat terjadi pada perubahan bentuk dan fungsi pematangan organ mulai dari aspek sosial, emosional, dan intelektual. Pertumbuhan dan perkembangan pada anak terjadi mulai dari pertumbuhan dan perkembangan secara fisik, intelektual maupun emosional. Peristiwa pertumbuhan dan pertembangan secara fisikdapat terjadi dalam perubahan ukuran besar kecilnya fungsi organ mulai daritingkat sel hingga perubahan organ tubuh. Pertumbuhan dan perkembangan secara intelektualanak dapat di lihat dari kemampuan secara symbol maupun abstrak seperti berbicara, bermain, berhitung, membaca dan lain-lain, sedangkan perkembangan emosional anak dapat di lihat dari perilaku sosial di lingkungan anak.

2.

Pola Pertumbuhan dan Perkembangan Merupakan peristiwa yang terjadi selama proses pertumbuhan dan perkembangan pada anak, baik terjadi percepatan maupun perlambatan yang saling berhubungan antara satu organ dengan organ lain. Dalam

30

peristiwa tersebut dapat mengalami beberapa pola pertumbuhan dan perkembangan pada anak, diantaranya: 1) Pola pertumbuhan fisik yang terarah 2) Pola perkembangan dari umum ke khusus 3) Pola perkembngan berlangsung dalam tahap perkembangan 4) Pola perkembangan dipengaruhi oleh kematangan dan latihan (Belajar)

3. Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Dan Perkembangan 1) Faktor herediter Merupakan faktor pertumbuhan yang dapat diturunkan yaitu suku, ras, dan jenis kelamin. Jenis kelamin ditentukan sejak dalam kandungan. Anak laki-laki setelah lahir cenderung lebih besar dan tinggi dari pada anak perempuan, hal ini akan nampak saat anak sudah mengalami masa pra-pubertas. (Marlow, 1988 dalam supartini, 2004). 2) Faktor lingkungan : faktor yang memegang peranan penting dalam menentukan tercapai dan tidaknya potensi yang sudah dimiliki.

31

4. Prinsip Pertumbuhan Dan Perkembangan Neonatus, Bayi, Balita Dan Anak Proses tumbuh kembang anak juga mempunyai prinsipprinsip yang saling berkaitan. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut : 1) Tumbuh kembang adalah proses yang continue dimulai sejak konsepsi sampai maturitas, atau dewasa. 2) Dalam periode tersebut terdapat adanya masa percepatan atau perlambatan. Tiga periode pertumbuhan percepatan : a) Masa janin b) Masa bayi (0-1 tahun) c) Masa puberitas 3) Pola perkembangan dapat diramalkan. Pola perkembangan anak adalah sama pada semua anak, tetapi kecepatan berbeda antara anak satu dengan anak yang lainya. Dengan demikian perkembangan seorang anak dapat diramalkan. Contoh : anak akan belajar duduk sebelum belajar berjalan. 4) Perkembangan erat hubunganya dengan maturitas sistem susunan saraf. Contoh : tidak ada latihan yang dapat menyebabkan anak dapat berjalan sampai saraf siap untuk itu.

32

5) Aktifitas seluruh tubuh diganti respon individu yang khas. Contoh : bayi akan menggerakkan seluruh tubuhnya bila melihat sesuatu yang menarik. 6) Arah perkembangan anak adalah Cepalakaudal Contoh : menggerakkan kepala dulu, mengangkan dada, menggerakkan ekstremitas bagian bawah. 7) Reflek primitive seperti reflek menggenggam dan melangkah akan menghilang sebelum gerakan volunteer tercapai. Contoh : melangkah atau berjalan akan menghilang pada usia 5-6 tahun. Prinsip tumbuh kembang menurut (Potter dan Perry 2005) a. Perkembangan merupakan hal yang teratur dan mengikuti rangkaian tertentu. b. Perkembangan adalah sesuatu yang terarah dan berlangsung terus menerus. c. Perkembangan merupakan hal yang kompleks, dapat

diprediksi, terjadi dengan pola yang konsisten dan kronologis.

5. Tahap Pencapaian Tumbuh Kembang Anak Dalam tahap pencapaian pertumbuhan dan perkembangan, anak dapat di kelompokkanke dalam dua kelompok besar yakni kelompok usia 0-6 tahun yang di bagi menjadi tahap prenatal yang terdiri dari masa embrio (mulai konsepsi-8 minggu) dan masa fetus

33

(9 minggu-lahir), tahap post natal yang terdiri dari masa neonates (0-28 hari) dan masa bayi (29 hari-1 tahun), tahap prasekolah (3-6 tahun), dan kelompok usia 6 tahun ke atas yang terbagi dalam masa pra remaja (6-10 tahun) dan masa remaja (10-18/20 tahun) 6. Cara Deteksi Tumbuh Kembang Anak 1. Penilaian Pertumbuhan anak Dalam melakukan penilaian terhadap pertumbuhan anak terdapat beberapa cara yang dapat di gunakan untuk mendeteksi tumbuh kembang pada anak di antaranya adalah : a) Pengukuran Antropometrik Pengukuran antropometrik ini dapat meliputi

pengukuran tinggi badan (Panjang badan), berat badan, lingkar kepala dan lingkar lengan atas. Dalam pengukuran antropometrik terdapat dua cara dalam pengukuran yaitu pengukuran yang berdasarkan umur dan pengukuran tidak berdasarkan umur. b) Pemeriksaan Fisik Dalam melakukan penilaian terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak dapat ditentukan

denganmelakukan pemeriksaan fisik, dengan melihat bentuk tubuh, perbandingan bagian tubuh dan anggota gerak lainnya, menentukan jaringan otot dengan memeriksa lengan atas, pantat dan paha, menentukan jaringan lemak

34

dilakukan

pada

pemeriksaan

triseps,

menentukan

pemeriksaan rambut dan gigi geligi. c) Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan ini di lakukan guna menilai keadaan pertumbuhan dan perkembangan dengan status keadaan penyakit, adapun pemeriksaanyang dapat di lakukan adalah sebagai berikut pemeriksaan kadar hemoglobin,

pemeriksaan serum protein (albumin dan globulin), hormonal dan lain-lain. d) Pemeriksaan Radiologi Pemeriksaan ini di gunakan untuk menilai umur tumbuh kembang seperti umur tulang, apabila di curiga adanya gangguan pertumbuhan.

E.

KONSEP HOSPITALISASI Hospitalisasi adalah suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana atau darurat mengharuskan anak untuk tinggal di RS, menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah. Perasaan yang sering muncul pada anak adalah cemas, marah, sedih, takut dan rasa bersalah (Wong, 2000). Timbul karena : a) Menghadapi sesuatu yang baru dan belum pernah di alaminya b) Rasa tidak aman dan nyaman

35

c) Perasaan kehilangan sesuatu yang biasa di alaminya dan sesuatu yang di rasakan menyakitkan. Reaksi tahap hospitalisasi Reaksi anak terhadap hospitalisasi : a) Kecemasan karena perpisahan, kehilangan, perlukaan tubuh dan rasa nyeri masa bayi (0-1 tahun) b) Perpisahan dengan orang tua : gangguan pembentukan rasa percaya dan kasih sayang c) Terjadi stranger anxiety (usia 6 bulan) : cemas apabila berhadapan dengan orang asing dan perpisahan d) Reaksinya : menangis, marah, banyak melakukan gerakan Masa Toddler (2-3 tahun) a) Sumber stress yang utama : cemas akibat perpisahan b) Respon : tahap protes, putus asa dan pengingkaran c) Tahap protes : menangis kuat, menjerit memanggil orang tua atau menolak perhatian yang di berikan orang lain d) Tahap putus asa : menangis berkurang, anak tidak aktif, kurang menunjukkan minat bermain dan makan, sedih dan apatis. e) Tahap pengingkaran : mulai menerima perpisahan, membina hubungan secara dangkal, anak mulai terlihat menyukai

lingkungannya.

36

Masa prasekolah a) Perawatan di RS : anak untuk berpisah dari lingkungan yang di rasakannya aman, penuh kasih saying, dan menyenangkan. b) Reaksi terhadap perpisahan : menolak makan, sering bertanya, menangis, secara perlahan dan tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan. Masa sekolah a) Timbul kecemasan : berpisah dengan lingkungan yang di cintainya b) Kehilangan control karena adanya pembatasan aktifitas c) Kehilangan kontrol : perubahan peran dalam keluarga d) Anak kehilangan kelompok sosialnya karena ia biasa melakukan melakukan kegiatn bermain atau pergaulan sosial, perasaan takut mati dan adanya kelemahan fisik e) Reaksi terhadap perlukaan atau rasa nyeri f) Sudah mampu mengontrol prilaku jika merasa nyeri : menggigit bibir atau memegang sesuatu dengan erat Masa remaja a) Timbul perasaan cemas : harus berpisah dengan teman sebaya b) Pembatasan aktivitas di RS : anak kehilangan control terhadap dirinya dan menjadi terganggu pada keluarga atau petugas kesehatan c) Reaksi yang sering muncul : menolak perawatan atau tindakan yang di lakukan, anak tidak maukooperatif dengan petugas

37

kesehatan atau menarik diri dari keluarga sesame pasien dan petugas kesehatan d) Perasaan sakit : respon anak bertanya-tanya, menarik diri dari lingkungan atau menolak kehadiran orang lain Reaksi orang tua terhadap respon hospitalisasi anak 1. Perasaan cemas dan takut : mendapat prosedur menyakitkan, menunggu informasi tentang diagnose penyakit anaknya, takut kehilangan anak pada kondisi sakit terminal 2. Perasaan sedih : muncul pada saat anak dalam kondisi terminal 3. Perasaan fristasi : anak yang telah di rawat cukup lama dan tidak mengalami perubahan, tidak ada adekuatnya dukungan psikologis.

38

Vous aimerez peut-être aussi