Vous êtes sur la page 1sur 17

PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA ORDE LAMA

Oleh : Moh. Mujib Zunun @lmisri I PENDAHULUAN Eksistensi pendidikan Islam di Indonesia adalah suatu kenyataan yang sudah berlangsung sangat panjang dan sudah memasyarakat. Pada masa penjajahan Belanda dan pendudukan Jepang, pendidikan Islam diselenggarakan oleh masyarakat sendiri dengan mendirikan pesantren, sekolah dan tempat latihan-latihan lain. Setelah merdeka, pendidkan Islam dengan ciri khasnya madrasah dan pesantren mulai mendapatkan perhatian dan pembinaan dari pemerintah Republik Indonesia. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, mewujudkan generasi penerus bangsa yang siap melanjutkan estafet perjuangan bangsa Indonesia. Dalam perkembangan sejarah, pendidikan di Indonesia telah berlangsung sejak sebelum Proklamasi Kemerdekaan RI. Dalam banyak referensi desbutkan bahwa tonggak-tonggak sejarah pendidikan di Indonesia dimulai dari munculnya organisasi Budi Utomo (1908) Kebangkitan Nasional (1928), masa kemerdekaan (1945-1955), masa orde lama (1955-1967), masa orde baru (1967-1997) hingga masa reformasi saat ini. Pada masa pra-kemerdekaan, pendidikan Islam lebih banyak didominasi atau diselenggarakan dan diadakan di pesantren-pesantren. Setelah Indonesia merdeka, dunia pendidikan Islam semakin menunjukkan eksistensinya, dan bahkan dalam beberapa hal mengalami perubahan-perubahan. Sehingga dunia pendidikan Islam yang berkembang saat ini, tidak sepatutnya melupakan atau menafikan keberadaan pendidikan Islam pada masa Orde Lama. Pemerintah pada masa Orde Lama yang dalam tulisan ini dimaksudkan kepada rentang waktu 1950 sampai dengan 1966 diberi tugas oleh Undang-Undang Dasar 1945 untuk mengusahakan agar terbentuknya suatu system pendidikan dan pengajaran yang bersifat nasional. Oleh karena itu, pastilah sejarah mencatat

Revisi Makalah Sejarah Pendidikan Islam Smt IIB, oleh Moh. Mujib Zunun @l -Misri@2008 1

bagaimana pemerintah Orde Lama memberikan sumbangsih yang signifikan terhadap perkembangan pendidikan Islam. Makalah ini dengan segala kekurangannya dimaksudkan untuk memaparkan sejauh mana perkembangan pendidikan Islam pada masa Orde Lama.

II PEMBAHASAN

Pendidikan Islam pada masa Orde Lama


Penyelenggaraan pendidikan agama mendapat perhatikan serius dari pemerintah setelah Indonesia merdeka, baik di sekolah negeri maupun swasta. Usaha untuk itu dimulai dengan memberikan bantuan terhadap lembaga tersebut sebagaimana yang dianjurkan oleh Badan Pekerja Komite Nasional Pusat (BPKNP) tanggal 27 Desember 1945, yang menyebutkan bahwa : Madrasah dan pesantren pada hakekatnya adalah satu alat dan sumber pendidian dan pencerdasan rakyat jelata yang sudah berurat berakar dalam masyarakat Indonesia umumnya, hendaklah pula mendapat perhatian dan bantuan nyata berupa tuntunan dan bantuan dari pemerintah.1 Kenyataan ini timbul karena kesadaran umat Islam yang dalam, setelah sekian lama mereka terpuruk di bawah kekuasaan penjajah. Sebab pada zaman penjajahan Belanda pintu masuk pendidikan modern bagi umat Islam terbuka secara sangat sempit. Dalam hal ini minimal ada dua hal yang menj adi penyebabnya, yaitu : Sikap dan kebijaksanaan pemerintah kolonial yang amat diskriminatif terhadap kaum muslimin.

1 A. Timur Djaelani, Peningkatan Mutu Pendidikan dan Pembangunan Perguruan Agama , (Jakarta : Dermaga, 1980), hal. 135.

Revisi Makalah Sejarah Pendidikan Islam Smt IIB, oleh Moh. Mujib Zunun @l -Misri@2008 2

Politik non kooperatif para ulama terhadap Belanda yang memfatwakan bahwa ikut serta dlam budaya Belanda, termasuk pendidikan modernnya adalah suatu bentuk penyelewengan agama.2 Demikianlah diantara beberapa factor yang menyebabkan mengapa kaum muslimin Indonesia amat tercecer dalam segi intelektualitas ketimbang golongan lain. Akan tetapi keadaan berbah secara radikal setelah kemerdekaan Indonesia tercapai, seakan-akan merupakan ganjaran untuk para pahlawan nasional sepanjang sejarah yang umumnya terdiri dari para ulama atau yang dijiwai oleh keislaman itu, kemerdekaan membuahkan sesuatu yang luar biasa besar manfaatnya bagi kaum muslimin, terutama di bidang pendidikan modern. Dasar Negara yag telah disepakati bersama saat mendirikan Negara adalah pancasila, yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 dan merupakan kesatuan yang tak terpisahkan dengan Batang Tubuh UUD 1945. pancasila dan UUD 1945 inilah yang kemudian dijadikan pangkal tolak pengelolaan Negara dalam membangun bangsa Indonesia. Tujuan nasional bangsa Indonesia adalah seperti yang dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945, yang berbunyi sebagai berikut : Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social.3 Sesuai dengan sila pertama dari Pancasila Ketuhanan Yang Maha Esa, dengan demikian berarti bahwa kehidupan beragama di Indonesia secara konstitusional dijamin keberadaannya seperti termaktub pada pasal 29 UUD 1945. Sebagai jaminan konstitusional ini membaa konsekuensi bahwa pemerintah tidak haya menjamin kebebasan tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadah
2 A. Ridwan Saidi, Pemuda Islam dalam Dinamika Pokitik Bangsa 1925-1984, (Jakarta : CV. Rajawali, 1984), hal. 6 3 Endang Sudardja, UUD RI 45 dalam hubungannya dengan Pendidikan Moral Pancasila, (Bandung : Ghalia Indonesia, 1984), hal 83.

Revisi Makalah Sejarah Pendidikan Islam Smt IIB, oleh Moh. Mujib Zunun @l -Misri@2008 3

menurut agamanya dan kepercaannya itu yang secara kongkret telah disebutkan pada pasal tersebut, melainkan juga sekaligus menjamin, melindungi, membina dan mengembangkan serta memberi bimbingan dan pengarahan agar kehidupan beragama lebih berkembang, bergairah dan semarak, serasi dengan kebijaksanaan pemerintah dalam membina kehidupan berbangsa dan bernegara berdasarkan pancasila.4 Meskipun Indonesa baru memproklamirkan kemerdekaannya dan tengah menghadapi revolusi fisik, pemerintah Indonesia sudah berbenah diri turutama memperhatikan masalah pendidikan yang dianggap cukup vital dan menentukan, untuk itu dibentuklah Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan (PP dan K). Dengan terbentuknya Kementerian Pendidikan tersebut maka diadakanlah berbagai usaha, terutama mengubah system pendidikan dan menyesuaikannya dengan keadaan yang baru. Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan (PP dan K) pertama, Ki Hajar Dewantara mengeluarkan Instruksi Umum yang isinya memrintahkan kepada semua Kepala Sekolah dan guru, yaitu :5 Mengibarkan Sang Merah Putih tiap-tiap hari di halaman sekolah Melagukan lagu Keangsaan Indonesia Raya Menghentikan pengibaran bendera Jepang dan menghapuskanyanyian Kimigayo lagu kebangsaan Jepang Menghapuskan pelajaran Bahasa Jepang serta segala ucapan yang berasal dari pemerintah Balatentara Jepang Memberi semangat kebangsaan kepada semua murid-murid. Seirama dengan perjalanan sejarah bangsa dan Negara Indonesia sejak Proklamasi Kemerdekaan Indonesia hingga sekarang, maka sejarah kebijakan pendidikan di Indonesia termasuk di dalamnya pendidikan Islam, memang tidak bisa
Proyek Pembinaan Kerukunan Hidup Beragama Depag RI., Pedoman Dasar Kerukunan Hidup Beragama, (Jakarta : tp., 1983/1984), hal. 4. 5 I. Djumhur dann Danasaputra, Sejarah Pendidikan, (Bandung : CV. Ilmu, 1979), hal. 200. Lihat juga : H. A. Mustofa dan Abdullah Aly, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Bandung : Pustaka Setia, 1998), 111.
4

Revisi Makalah Sejarah Pendidikan Islam Smt IIB, oleh Moh. Mujib Zunun @l -Misri@2008 4

lepas dari kurun waktu tertentu, yang ditandai dengan peristiwa-peristiwa penting dan tonggak-tonggak sejarah sebagai pengingat. Oleh karena itulah perjalanan sejarah Pendidikan Islam di Indonesia sejak merdeka sampai tahun 1965 yang lebih dikenal dengan nama masa Orde Lama. Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, sebagaimana dikemukakan perubahan-perubahan di berbagai aspek telah terjadi, tidak hanya dalam bidang pemerintahan, tetapi juga dalam pendidikan. Perubahan yang terjadi dalam bidang pendidikan merupakan perubahan yang bersifat mendasar, yaitu perubahan yang menyagkut penyesuaian kebijakan pendidikan dengan dasar dan cita-cita bangsa Indonesia yang merdeka. Untuk mengadakan penyesuaian dengan cita-cita tersebut, maka bidang pendidikan mengalami perubahan terutama dalam landasan idiilnya, tujuan pendidikan. System persekolahan dan kesempatan belajar yang diberikan kepada rakyat Indonesia. Tindakan pertama yang diambil oleh pemerintah Indonesia ialah menyesuaikan pendidikan dengan tuntutan dan aspirasi rakyat, sebagaimana tercantum dalam UUD 1945 pasal 31 yang berbunyi : Tiap-tiap warga Negara berhak mendapat pengajaran Pemerintah mengusahakan suatu system pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. Oleh sebab itu, pembatasan pemberian pendidikan disebabkan perbedaan agama, social, ekonomi dan golongan yang ada di masyarakat tidak dikenal lagi. Dengan demikian, setiap anak Indonesia dapat memilih kemana dia akan belajar sesuai dengan kemampuan, bakat dan minatnya.6 Pada periode Orde Lama ini, berbagai peristiwa dialami oleh bangsa Indonesia dalam dunia pendidikan, yaitu :7
6

7 Ibid,

Zahara Idris, Dasar-dasar Kependidikan, (Bandung : Angkasa, 1981), hal. 30 hal. 31.

Revisi Makalah Sejarah Pendidikan Islam Smt IIB, oleh Moh. Mujib Zunun @l -Misri@2008 5

Dari tahun 1945-1950 landasan idiil pendidikan ialah UUD 1945 dan falsafah Pancasila. Pada permulaan tahun 1949 dengan terbentuknya Negara Republik Indonesia Serikat (RIS) di Negara bagian timur dianut suatu system pendidikan yang diwari zaman pemerintahan Belanda Pada tanggal 17 Agustus 1950 dengan terbentuknya kembali Negara Kesatuan RI, landasan idiil pendidikan UUDS RI Pada tahun 1959 Presiden mendekritkan RI kembali ke UUD 1945 dan menetapkan Manifesto politik RI menjadi Haluan Negara. Di bidang Pendidikan ditetapkan Sapta Usaha Tama dan Panca Wardhana. Pada tahun 1965 sesudah peristiwa G 30 S / PKI kita kembali lagi melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Perkembangan pendidikan Islam pada masa Orde Lama sangat terkait dengan peran Departemen Agama yang mulai resmi berdiri 3 Januari 1946. lembaga ini secara intensif memperjuangkan politik pendidikan Islam di Indonesia. Secara lebih spesifik, usaha ini ditangani oleh suatu bagian khusus yang mengurusi masalah pendidikan agama8 Dalam salah satu nota Islamic education in Indonesia yang disusun oleh bagian pendidikan Departemen Agama pada tanggal 1 September 1956, tugas bagian pendidikan agama ada tiga, yaitu memberi pengajaran agama di sekolah negeri dan partikulir, memberi pengetahuan umum di Madrasah, dan mengadakan Pendidikan Guru Agama serta Pendidikan Hakim Islam Negeri. Tugas pertama dan kedua dimaksudkan untuk upaya konvergensi pendidikan dualistis, sedangkan tugas yang ketiga dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pegawai Departemen Agama itu sendiri9.

Maksum, Madrasah : Sejarah dan Perkembangannya , (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm 123 Karel A. Steenbrink, Pesantren Madrasah Sekolah, (Jakarta : PT. Puasaka LP3ES, 1994), hlm. 87
8

Revisi Makalah Sejarah Pendidikan Islam Smt IIB, oleh Moh. Mujib Zunun @l -Misri@2008 6

Berdasarkan keterangan di atas, ada dua hal yang penting berkaitan dengan pendidikan islam pada masa Orde Lama, yaitu pengembangan dan pembinaan madrasah dan pendidikan Islam di sekolah umum. Perkembangan Madrasah Mempelajari perkembangan madrasah terkait erat dengan peran Departemen Agama sebagai andalan politis yang dapat mengangkat posisi madrasah sehingga memperoleh perhatian yang terus menerus dari kalangan pengambil kebijakan. Tentunya, tidak juga melupakan usaha-usaha keras yang sudah dirintis oleh sejumlah tokoh seperti Ahmad Dahlan, Hasyim Asyari dan Mahmud Yunus. Dalam hal ini, Departemen Agama secara lebih tajam mengembangkan program-program perluasan dan peningkatan mutu madrasah. Madrasah sebagai lembaga penyelenggara pendidikan diakui oleh negara secara formal pada tahun 1950. Undang-Undang No. 4 1950 tentang dasar-dasar Pendidikan dan Pengajaran di sekolah pasal 10 menyatakan bahwa belajar di sekolah agama yang telah mendapat pengakuan Departemen Agama, sudah dianggap memenuhi kewajiban belajar10. Untuk mendapat pengakuan dari Departemen Agama, madrasah harus memberikan pelajaran agama sebagai mata pelajaran pokok paling sedikit enam jam seminggu secara teratur disamping mata pelajaran umum11. Dengan persyaratan tersebut, diadakan pendaftaran madrasah yang memenuhi syarat. Pada tahun 1954, madrasah yang terdaftar di seluruh Indonesia berjumlah 13.849 dengan rincian Madrasah Ibtidaiyah 1057 dengan jumlah murid 1.927.777 orang, Madrasah Tsanawiyah 776 buah dengan murid 87.932 orang, dan Madrasah Tsanawiyah Atas (Aliyah) berjumlah 16 buah dengan murid 1.881 orang. 12 Jenjang pendidikan dalam system madrasah terdiri dari tiga jenjang. Pertama, Madrasah Ibtidaiyah dengan lama pendidikan 6 tahun. Kedua, Madrasah Tsanawiyah
Ibid., hlm 98 Tim Penyusun Departemen Agama, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia , (Jakarta : DEPAG RI, 1986), hlm. 77 12 Ibid., hlm. 78
10

11

Revisi Makalah Sejarah Pendidikan Islam Smt IIB, oleh Moh. Mujib Zunun @l -Misri@2008 7

Pertama untuk 4 tahun. Ketiga, Madrasah Tsanawiyah Atas untuk 4 tahun. Perjenjangan ini sesuai dengan gagasan Mahmud Yunus sebagai Kepala Seksi Islam pada Kantor Agama Provinsi.13 Sedangkan kurikulum yang diselenggarakan terdiri dari sepertiga pelajaran agama dan sisanya pelajaran umum. Rumusan kurikulum seperti itu bertujuan untuk merespon pendapat umum yang menyatakan bahwa madrasah tidak cukup mengajarkan agama dan untuk menjawab kesan tidak baik yang melekat kepada madrasah, yaitu pelajaran umum madrasah tidak akan mencapai tingkat yang sama bila dibandingkan dengan sekolah negeri/umum.14 Perkembangan madrasah yang cukup penting pada masa Orde Lama adalah berdirinya madrasah Pendidikan Guru Agama (PGA) dan Pendidikan Hakim Islam Negeri (PHIN). Tujuan pendiriannya untuk mencetak tenaga-tenaga profesional yang siap mengembangkan madrasah sekaligus ahli keagamaan yang profesional.
15

PGA

pada dasarnya telah ada sejak masa sebelum kemerdekaan. Khususnya di wilayah Minangkabau, tetapi pendiriannya oleh Departemen Agama menjadi jaminan strategis bagi kelanjutan madrasah di Indonesia. Sejarah perkembangan PGA dan PHIN bermula dari progam Departemen Agama yang ditangani oleh Drs. Abdullah Sigit sebagai penanggung jawab bagian pendidikan. Pada tahun 1950, bagian itu membuka dua lembaga pendidikan dan madrasah profesional keguruan: (1) Sekolah Guru Agama Islam (SGAI) dan Sekolah Guru Hakim Agama Islam (SGHAI). SGAI terdiri dari dua jenjang: (a) jenjang jangka panjang yang ditempuh selama 5 tahun dan diperuntukkan bagi siswa tamatan SR/MI, dan (b) Jenjang jangka pendek yang ditempuh selama 2 tahun diperuntukkan bagi lulusan SMP/Madrasah Tsanawiyah. Sedangkan SGHAI ditempuh selama 4 tahun diperuntukkan bagi lulusan SMP/Madrsah Tsanawiyah. SGHAI memilki empat bagian: Bagian a untuk mencetak guru kesusastraan
Deliar Noer, Administrasi Islam di Indonesia, (Jakarta : CV. Rajawali, 1983), hlm. 55 Karel A. Steenbrink, Pesantren ........................ ., hal. 97-98 15 Maksum, Madrasah ................... ., hlm. 124
13

14

Revisi Makalah Sejarah Pendidikan Islam Smt IIB, oleh Moh. Mujib Zunun @l -Misri@2008 8

Bagian b untuk mencetak guru Ilmu Alam/Ilmu Pasti Bagian c untuk mencetak guru agama Bagian d untuk mencetak guru pendidikan agama.16 Pada tahun 1951, sesuai dengan Ketetapan Menteri Agama 15 Pebruari 1951, kedua madrasah keguruan tersebut di atas diubah namanya. SGAI menjadi PGA (Pendidikan Guru Agama) dan SGHAI menjadi SGHA (Sekolah Guru Hakim Agama). Pada tahun ini, PGA Negeri didirikan di Tanjung Pinang, Kotaraja, Padang, Banjarmasin, Jakarta, Tanjung Karang, Bandung dan Pamekasan.17 Jumlah PGA pada tahun ini sebanyak 25 dan tiga tahun kemudian, 1954, berjumlah 30. sedangkan SGHA pada tahun 1951 didirikan di Aceh, Bukit Tinggi dan Bandung.18 Pada masa H. M. Arifin Tamyang menjadi kepala Jawatan Pendidikan Agama adalah badan yang merupakan pengembangan dari bagian pendidikan di Departemen Agama.Ketentuan-ketentuan tentang PGA dan SGHA diubah. PGA yang 5 tahun diubah menjadi 6 tahun, terdiri dari PGA Pertama 4 tahun dan PGA Atas 2 tahun. PGA jangka pendek dan SGHA dihapuskan. Sebagai pengganti SGHA bagian d didirikan PHIN ( Pndidikan Hakim Islam Negeri) dengan waktu belajar 3 tahun dan diperuntukkan bagi lulusan PGA pertama.19 Perguruan Tinggi Islam khusus terdiri dari fakultas-fakultas keagamaan mulai mendapat perhatian pada tahun 1950. Pada tanggal 12 Agustus 1950, fakultas agama UII dipisahkan dan diambil alih oleh pemerintah. Pada tanggal 26 September 1951 secara resmi dibuka perguruan tinggi baru dengan nama PTAIN ( Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri) dibawah pengawasan Kementerian Agama. Pada tahun 1957, di Jakarta didirikan Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA). Akademi ini bertujuan sebagai sekolah latihan bagi para pejabat yang berdinas di penerintahan (
Ibid. Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia , (Jakarta : Mutiara Sumber Widya, 1968), h., 361 18 Maksum, Madrasah ...................... ., hlm. 125-126 19 Mahmud Yunus, Sejarah .............................. , hlm. 363-365
16 17

Revisi Makalah Sejarah Pendidikan Islam Smt IIB, oleh Moh. Mujib Zunun @l -Misri@2008 9

Kementerian Agama) dan untuk pengajaran agama di sekolah. Pada tahun 1960 PTAIN dan ADIA disatukan menjadi IAIN.20

Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum Khusus untuk mengelola pendidikan agama yang diberikan di sekolah-sekolah umum tersebut, maka pada bulan Desember 1946 dikeluarkanlah Surat Keputusan Bersama (SKB) antara Menteri PP dan K dengan Menteri Agama, yang mengatur pelaksanaan pendidikan agama pada sekolah-sekolah umum (negeri dan swasta), yang berada di bawah kementerian PP dan K. Maka sejak itulah terjadi semacam dualisme pendidikan di Indonesia, yaitu Pendidikan Agama dan Pendidikan Umum. Di satu pihak Depertemen Agama mengelola semua jenis pendidikan agama baik di sekolah-sekolah agama maupun di sekolah-sekolah umum. Dan di pihak lain Departemen Pendidkan Pengajaran dan Kebudayaan mengelola pendidikan pada umumnya dan mendapatkan kepercayaan untuk melaksanakan system pendidikan nasional. Keadaan seperti ini sempat ipertentangkan oleh pihak-pihak tertentu yang tidak senang dengan adanya pendidikan agama terutama golongan komunis, sehingga ada kesan seakan-akan pendidikan agama khususnya Islam, terpisah dari pendidikan. Selanjutnya pendidikan agama ini diatur secara khusus dalam UU Nomor 4 Tahun 1950 pada Bab XII padal 20, yaitu :21 Dalam sekolah-sekolah negeri diadakan pelajaran agama, orang tua murid menetapkan apakah aaknya akan mengikuti pelajaran tersebut. Cara penyelenggaraan pengajaran agama di sekolah-sekolah negeri diatur dalam peraturan yang ditetapkan oleh Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan, bersama-sama dengan Menteri Agama.
20

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2001), hlm.

313
21 Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia : Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1999), hal. 77

Revisi Makalah Sejarah Pendidikan Islam Smt IIB, oleh Moh. Mujib Zunun @l -Misri@2008 10

Sementara itu pada Peraturan Bersama Menteri PP dan K dan Menteri Agama Nomor : 1432/Kab.tanggal 20 Januari 1951 (Pendidikan), Nomor K 1/652 tanggal 20 Januari 1951 (Agama), diatur tentang Peraturan Pendidikan Agama di sekolahsekolah, yaitu :22 Pasal 1 Di tiap-tiap sekolah rendah dan sekolah lanjutan (umum dan kejuruan) diberi pendidikan agama. Pasal 2 Di sekolah-sekolah rendah pendidikan agama dimulai pada kelas 4, banyaknya 2 jam dalam satu minggu. Di lingkungan yang istimewa, Pendidikan Agama dapat dimulai pada kelas 1, dan jamnya dapat ditambah menurut kebutuhan. Tetapi tidak melebihi 4 jam seminggu, dengan ketentuan bahwa mutu pengetahuan umum bagi sekolah-sekolah rendah itu tidak boleh dikurangi dibandingkan dengan sekolahsekolah rendah di lain-lain lingkungan. Pasal 3 Di sekolah-sekolah lanjutan tingkatan pertama dan tingkatan atas, baik sekolah-sekolah umum maupun sekolah-sekolah kejuruan, diberi pendidikan agama 2 jam dalam tiap-tiap minggu. Pasal 4 Pendidikan Agama diberikan menurut agama murid masing-masing Pendidikan Agama baru diberikan pada sesuatu kelas yang mempunyai murid sekurang-kurangnya 10 orang, yang menganut satu macam agama. Murid dalam satu kelas yang memeluk agama lain daripada agama yang sedang diajarkan pada suatu
22 Ibid,

hal. 77-78

Revisi Makalah Sejarah Pendidikan Islam Smt IIB, oleh Moh. Mujib Zunun @l -Misri@2008 11

waktu,boleh meninggalkan kelasnya selama pelajaran itu.

Di bidang kurikulum pendidikan agama diusahakan penyempurnaanpernyempurnaan, dalam hal ini telah dibentuk suatu kepanitiaan yang dipimpin oleh KH. Imam Zarkasyi dari Pondok Gontor Ponorogo. Kurikulum tersebut disahkan oleh Menteri Agama pada tahun 1952. Pada Ketatanegaraan Republik Indonesia dinyatakan bahwa Negara berdasarkan UUD 1945. Kedaulatan di tangan rakyat yaitu di tangan MPR. Sebelum dibentuknya MPR menurut UUD 1945 di Indonesia pernah dibentuk MPRS pada tahun 1959. Pada bulan Desember 1960 saat sidang pleno MPRS, diputuskan sebagai berikut : Manipol Usdek di bidang Mental/Agama/Kebudayaan dengan syarat spiritual dan material agar setiap warga Negara dapat mengembangkan kepribadiannya dan kebangsaan Indonesia, serta menolak pengaruh-pengaruh buruk kebudayaan asing (Bab II pasal 2 ayat 1). Dalam ayat 3 dari pasal tersebut dinyatakan bahwa pendidikan agama menjadi mata pelajaran di sekolah-sekolah umum, mulai Sekolah Rendah (Dasar) sampai Universitas, dengan pengertian bahwa murid berhak tidak ikut serta dalam pendidikan agama jika wali murid atau murid dewasa menyatakan keberatannya.23 Peraturan resmi pertama tentang pendidikan agama di sekolah umum, dicantumkan dalam Undang-Undang Pendidikan tahun 1950 No. 4 dan UndangUndang Pendidikan tahun 1954 No. 20, (tahun 1950 hanya berlaku untuk Republik Indonesia Serikat di Yogyakarta). Undang-Undang Pendidikan tahun 1954 No. 20 berbunyi : a. Pada sekolah-sekolah negeri diselenggarakan pelajaran agama, orang tua murid menetapkan apakah anaknya mengikuti pelajaran tersebut atau tidak.
23

Zuhairini dkk., Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 2006), 155.

Revisi Makalah Sejarah Pendidikan Islam Smt IIB, oleh Moh. Mujib Zunun @l -Misri@2008 12

b. Cara menyelenggarakan pengajaran agama di sekolah-sekolah negeri diatur melalui ketetapan Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan (PPK) bersama dengan Menteri Agama. Penjelasan pasal ini antara lain menetapkan bahwa pengajaran agama tidak mempengaruhi kenaikan kelas para murid .24 Sebelumnya, telah ada ketetapan bersama Departemen PKK dan Departemen Agama yang dikeluarkan pada 20 Januari 1951. ketetapan itu menegaskan bahwa pendidikan agama diberikan mulai kelas IV Sekolah Rakyat selama 2 jam per minggu. Di lingkungan yang istimewa, pendidikan agama dapat dimulai pada kelas I dan jam pelajarannya boleh ditambah sesuai kebutuhan, tetapi tidak lebih dari 4 jam per minggu, dengan syarat bahwa mutu pengetahuan umum di sekolah rendah itu tidak boleh kurang bila dibandingkan dengan sekolah-sekolah di lingkungan lain.
25

Di

Sekolah Menengah Pertama, pelajaran agama diberikan 2 jam per minggu, sesuai dengan agama para murid. Untuk pelajaran ini, harus hadir sekurang-kurangnya 10 orang murid untuk agama tertentu. Selama berlangsungnya pelajaran agama, murid yang beragama lain boleh meninggalkan ruang belajar. Sedangkan kurikulum dan bahan pelajaran ditetapkan oleh Menteri Agama dengan persetuan Menteri PKK.26 Pada tahun 1960, sidang MPRS menetapkan bahwa pendidikan agama diselenggarakan di perguruan tinggi umum dan memberikan kebebasan kepada mahasiswa untuk mengikuti ataupun tidak. Namun, pada tahun 1967 (periode awal Orde Baru), ketetapan itu diubah dengan mewajibkan mahasiswa mengikuti mata kuliah agama dan mata kuliah ini termasuk kedalam system penilaian.27 Beginilah keadaan pendidikan Islam dengan segala kebijaksanaan pemerintah pada zaman Orde Lama. Pada akhir Orde Lama tahun 1965 lahir semacam kesadaran baru bagi umat Islam, dimana timbulnya minat yang mendalam terhadap masalahmasalah pendidikan yang dimaksudkan untuk memperkuat umat Islam, sehingga
Karel A. Steenbrink, Pesantren ..................... , 91-92 Mahmud Yunus, Sejarah ......................... .., hlm. 358 26 Karel A. Steenbrink, Pesantren ......................, hlm. 92 27 Ibid., hlm. 93
24 25

Revisi Makalah Sejarah Pendidikan Islam Smt IIB, oleh Moh. Mujib Zunun @l -Misri@2008 13

sejumlah organisasi Islam dapat dimantapkan. Dalam hubungan ini Kementerian Agama telah mencanangkan rencana-rencana program pendidikan yang akan dilaksanakan dengan menunjukkan jenis jenis pendidikan serta pengajaran Islam sebagai berikut :28 Pesantren Indonesia Klasik, semacam sekolah swasta keagamaan yang menyediakan asrama, yang sejauh mungkin memberikan pendidikan yang bersifat pribadi, sebelumnya terbatas pada pengajaran keagamaan serta pelaksanaan ibadah. Baik guru maupun para muridnya merupakan suatu masyarakat yang hidup serta bekerja sama, mengerjakan tanah milik pesantren agar dapat memenuhi kebutuhan sendiri. Madrasah Diniyah, yaitu sekolah-sekolah yang memberikan pengajaran tambahan bagi murid sekolah negeri yang berusia 7 ampaai 20 tahun. Pelajaran berlangsung di dalam kelas, sekitar 10 jam dalam seminggu, di waktu sore, pada Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah (4 tahun pada Sekolah Dasar dan 3 sampai 6 tahun pada Sekolah Menengah). Setelah menyelesaikan pendidikan menengah negeri, murid-murid ini akan dapat diterima pada pendidikan agama tingkat akademi. Madrasah-madrasah swasta, yaitu pesantren yang dikelola secara modern, yang bersamaan dengan pengajran agama juga diberikan pelajaran umum. Biasanya tujuannya adalah menyediakan 60%-65% dari jadwal waktu untuk mata pelajaran umum, dan 35%-40% untuk mata pelajaran agama. Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN), yaitu Sekolah Dasar Negerienam tahun, dimana perbandingan umum kira-kira 1:2. Pendidikan selanjutnya dapat diikuti pada MTsN, atau (sekolah tambahan tahun ketujuh) murid-murid dapat mengikuti pendidikan ketrampilan, misalnya pendidikan Guru Agama untuk Sekolah Dasar Negeri, setelah itu dapat diikuti latihan lanjutan dua tahun untuk menyelesaikan Kursus Guru Agama untuk Sekolah Menengah.

28

Ibid, hal. 79-80

Revisi Makalah Sejarah Pendidikan Islam Smt IIB, oleh Moh. Mujib Zunun @l -Misri@2008 14

Suatu percobaan baru telah ditambahkan pada Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 6 tahun, denganmenambahkan kursus selama dua tahun, yang memberikan latihan ketrampilan sederhana. MIN 8 tahun ini merupakan pendidikan lengkap bagi para murid yang biasanya akan kembali ke kampungnya masing-masing. Pendidkan Teologi tertinggi, pada tingkat Universitas diberikan sejak tahun 1960 pada IAIN. Pada saat itu pendidikan Teologi diberikan di dua Fakultas IAIN Yogyakarta dan dua Fakultas di Jakarta.

III PENUTUP
Dengan paparan di atas, dapatlah diambil kesimpulan bahwa pendidikan Islam pada masa Orde Lama terfokus kedalam dua hal: Perkembangan dan peningkatan mutu madrasah sehingga diharapkan mampu sejajar dengan sekolah umum dan memperluas jangkauan pengajaran agama, tidak terbatas pada madrasah, tetapi menjangkau sekolah umum bahkan perguruan tinggi umum. Kedua hal ini terkait erat dengan upaya pemerintah dalam hal ini diwakili oleh Departemen Agama melakukan konvergensi dualisme pendidikan yang telah tumbuh sejak masa kolonial. Jenis jenis pendidikan Islam pada masa orde lama adalah sebagai berikut : Pesantren Indonesia Klasik, semacam sekolah swasta keagamaan yang menyediakan asrama. Madrasah Diniyah, yaitu sekolah-sekolah yang memberikan pengajaran tambahan bagi murid sekolah negeri yang berusia 7 sampai 20 tahun. Madrasah-madrasah swasta, yaitu pesantren yang dikelola secara modern, yang bersamaan dengan pengajaran agama juga diberikan pelajaran umum yang menyediakan 60%-65% dari jadwal waktu untuk mata pelajaran umum, 35%-40% untuk mata pelajaran agama.

Revisi Makalah Sejarah Pendidikan Islam Smt IIB, oleh Moh. Mujib Zunun @l -Misri@2008 15

Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN), yaitu Sekolah Dasar Negeri enam tahun, dimana perbandingan umum kira-kira 1:2. Suatu percobaan baru telah ditambahkan pada Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 6 tahun, dengan menambahkan kursus selama dua tahun, yang memberikan latihan ketrampilan sederhana. Pendidkan Teologi tertinggi, pada tingkat Universitas diberikan sejak tahun 1960 pada IAIN. Demikian makalah ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan penulis. Oleh karena itu, tambahan dari semua pihak demik kesempurnaan makalah ini sangat penulis harapkan.

DAFTAR PUSTAKA
Djaelani, A. Timur, Peningkatan Mutu Pendidikan dan Pembangunan Perguruan Agama, Jakarta : Dermaga, 1980. Djumhur dan Danasaputra, Sejarah Pendidikan , Bandung: CV. Ilmu, 1979. Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia : Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999.

Idris, Zahara, Dasar-dasar Kependidikan, Bandung: Angkasa, 1981.

Maksum, Madrasah : Sejarah dan Perkembangannya, Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999. Mustofa, A dan Aly, Abdullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Bandung : Pustaka Setia, 1998. Noer, Deliar A., Administrasi Islam di Indonesia , Jakarta : CV. Rajawali, 1983. Proyek Pembinaan Kerukunan Hidup Beraga Depag RI, Pedoman Dasar Kerukunan Hidup Beragama, Jakarta: tp., 1983/1984. Saidi, A. Ridwan, Pemuda Islam dalam Dinamika Politik Bangsa 1958-1984, Jakarta: CV. Rajawali, 1984. Steenbrink, Karel A., Pesantren Madrasah Sekolah, Jakarta : PT. Pustaka LP3ES, 1994. Sudardja, Endang, UUD RI 45 dalam Hubungannya dengan Pendidikan Moral Pancasila, Badung : Ghalia Indonesia, 1984. Tim Penyusun Departemen Agama, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta : DEPAG RI, 1986 Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2001. Yunus, Mahmud, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta : Mutiara Sumber Widya, 1968. Zuhairini, dkk., Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 2006.

Vous aimerez peut-être aussi