Vous êtes sur la page 1sur 4

Ingin Mengurusi Orang Banyak

Oleh Administrator Minggu, 05 Agustus 2012 11:38 -

Prof. Dr. Djohermansyah Djohan, MA

Ingin Mengurusi Orang Banyak

Ilmu politik itu adalah ilmu kekuasaan dan kekuasaan itu adalah fenomena yang pasti ditemukan di dalam masyarakat manapun. Tidak perlu di negara, di rumah tangga, di RT, dan di lingkungan ada pembinaan kekuasaan. Kalau paham ilmu politik, kita dapat menggunakan ilmu kekuasaan itu di masyarakat dan di negara untuk mengurus orang banyak. Politik itu ilmu netral, yang tidak beres itu praktek politiknya.

Jika kebanyakan anak kecil bercita-cita menjadi dokter atau pilot, Djohermansyah Djohan kecil sudah bercita-cita ingin menjadi pegawai pemerintah seperti Ayahandanya. Sebagai Pegawai di Kantor Walikota Padang saat itu, Ayahanda Djohermansyah selalu berinteraksi dengan berbagai kalangan masyarakat. Ditambah lagi aktivitasnya sebagai ketua organisasi pemuda, membuat Djohermansyah kecil terinspirasi menjadi seperti ayahnya. Waktu kecil saya sering dibawa ke tempat bapak saya bertemu banyak orang, ke rapat-rapat dan pertemuan. Secara memori ini berkesan. Saya bertanya, ini pekerjaan apa? Bapak saya bilang ini pekerjaan mengurus orang banyak. Itu yang menginspirasi saya suatu hari nanti saya ingin menjadi orang pemerintahan, kenang Direktur Jenderal Otonomi Daerah Prof. Dr. Djohermansyah Djohan, MA.

Prinsip yang selalu dipegang Djohermasyah Djohanakrab disapa Pak Djoadalah segera mengkonkretkan niat. Niatnya mengurusi orang banyak dengan menjadi pegawai pemerintahan diwujudkan dengan masuk Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) Bukittinggi atau dulu sering disebut Sekolah Camat. Di APDN, Pak Djo belajar semua ilmu yang terkait masyarakat, mulai dari pertanian, hukum, sosiologi, kesehatan masyarakat, politik, dan ilmu lainnya.

1/4

Ingin Mengurusi Orang Banyak


Oleh Administrator Minggu, 05 Agustus 2012 11:38 -

Tertarik Ilmu Politik

Dari berbagai cabang ilmu yang dipelajarinya di APDN, Pak Djo sangat tertarik dengan ilmu politik. Lulus dari APDN, Pak Djo mendalami ilmu politik di Institut Ilmu Pemerintahan (IIP) di Jakarta. Menurutnya, ilmu politik itu adalah ilmu kekuasaan dan kekuasaan itu adalah fenomena yang pasti ditemukan di dalam masyarakat manapun. Tidak perlu di negara, di rumah tangga, di RT, dan di lingkungan ada pembinaan kekuasaan. Kalau paham ilmu politik, kita dapat menggunakan ilmu kekuasaan itu di masyarakat dan di negara untuk mengurus orang banyak. Politik itu ilmu netral, yang tidak beres itu praktek politiknya, ujarnya.

Saat kuliah di IIP, dahaga Pak Djo terhadap ilmu pemerintahan khususnya ilmu politik terobati. Intelektualitasnya bersemai di sini. Tak heran, pada 1984, Pak Djo menjadi lulusan berprestasi dengan nilai akademik terbaik (cum luade) dan mendapat penghargaan Adi Praja Nugraha dari Supardjo Rustam (Menteri Dalam Negeri saat itu). Sebuah penghargaan yang cukup bergengsi karena tidak banyak yang mendapatkannya. Salah satu lulusan IIP yang pernah mendapat penghargaan ini adalah Mantan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Ryaas Rasyid.

Ditawari Jadi Camat

Lulus dari IIP, Pak Djo, ditawari menjadi dosen di almamaternya. Sebuah profesi yang sangat disenanginya. Tetapi, oleh Azwar Anas (Gubernur Sumatera Barat saat itu), Pak Djo, diwajibkan kembali ke Padang untuk mengabdi. Setiba di Padang, Pak Djo langsung ditawari menjadi Camat oleh Pak Syahrul Ujud (Walikota Padang saat itu). Tapi oleh Pak Azwar Anas saya disuruh mengajar di APDN Bukittinggi, karena beliau tahu saya lulusan terbaik. Jadilah saya mengajar Ilmu Politik di APDN, ujar Guru Besar Ilmu Pemerintahan IPDN ini. Dedikasinya kepada ilmu politik tidak hanya diwujudkan dengan menjadi dosen, Pak Djo juga aktif Asosiasi Ilmu Politik Indonesia (AIPI) yang didirikan Dr. Alfian. Saya mendalami ilmu politik tidak hanya sekedar untuk sekolah di jurusan ilmu politik, mengajarkan ilmu politik, tetapi juga untuk meningkatkan profesionalitas saya dalam ilmu politik. Jadi saya masuk asosiasi, kata mantan Deputi Sekretaris Wakil Presiden RI Bidang Politik ini.

Mengkonkretkan Niat Kuliah di Amerika

Walau sudah menjadi dosen ilmu politik di APDN, Pak Djo merasa pengetahuannya masih

2/4

Ingin Mengurusi Orang Banyak


Oleh Administrator Minggu, 05 Agustus 2012 11:38 -

kurang. Kesempatan menimba ilmu datang saat Badan Diklat Departemen Dalam Negeri saat itu memberi kesempatan kepada para dosen APDN se-Indonesia untuk kursus singkat di Amerika untuk belajar local governance dan planning development. Saat kursus singkat inilah Pak Djo bertekad untuk kembali lagi berkuliah di Amerika. Tiga bulan di Amerika, saya ketemu banyak orang Indonesia di sana yang kuliah S2 dan S3. Ada orang Mataram, Medan. Terbersit dalam pikiran saya, suatu hari nanti saya mau sekolah di Amerika. Itu yang menginspirasi saya, kenang peraih Satya Lencana Karya Satya 30 Tahun ini.

Niat kuliah di Amerika segera dikonkretkan. Saat masih di Amerika, Pak Djo mencari informasi bagaimana caranya bisa kuliah di sana. Ternyata harus tes TOEFL. Saat itu saya nggak tahu apa itu tes TOEFL. Saya tanya biayanya berapa, saya langsung ambil tes TOEFL sebelum saya pulang ke Indonesia, ujarnya. Sebenarnya, lanjut Pak Djo, kesadaran untuk sekolah lebih tinggi dan menguasai ilmu lebih banyak sudah bersemai saat berkuliah di IIP. Semester awal kuliah di IIP, Pak Djo langsung kursus bahasa Inggris di LIA (Lembaga Indonesia Amerika) yang saat itu masih satu-satunya di Jakarta. Dari Cilandak saya naik bis ke Pramuka. Saat itu dalam pikiran saya, jika kita ingin mengusai ilmu, referensi yang paling banyak itu dari buku yang berbahasa Inggris, kata mantan Konsultan Desentralisasi dan Otonomi Daerah pada The Partnership For Governance Reform-UNDP ini.

Dikenal Karena Tulisan

Sejak menjadi dosen di APDN, tulisan atau opini Pak Djo sudah menghiasi koran-koran lokal utama di Sumatera Barat. Saat itu, setiap fenomena pemerintahan di provinsi ini seperti fenomena Nagari jadi Desa atau kinerja camat yang tidak maksimal, tidak lepas dari pengamatannya yang kemudian dirangkum dalam berbagai tulisan dan dikirim ke surat kabar. Awalnya selalu ditolak, tetapi saya kirim terus aja. Akhirnya setiap fenomena pemerintahan di Sumbar saya angkat, ujarnya. Kumpulan tulisannya ini sudah diterbitkan dalam buku Problematik Pemerintahan dan Politik Lokal: Sebuah Kasus dari Daerah Sumatera Barat, yang diterbitkan Bumi Aksara (1990).

Karena tulisannya sering muncul di surat kabar, Pak Djo mulai dikenal banyak orang, terutama para jurnalis dan pimpinan media di Sumbar. Kegemaran menulis inilah yang mengantarkannya menjadi Kepala Bagian Penerangan dan Pemberitaan Kantor Gubernur Sumbar (1988-1989). Saat itu kantor gubernur mencari orang yang bisa menulis dan kenal jurnalis, ujarnya. Namun, walau telah menjadi dosen di IIP, Pak Djo, masih rutin mengirim tulisannya ke surat kabar di Sumbar. Sumbar adalah laboratorium saya. Karena pengetahuan saya dalam tentang Sumbar, sehingga koran selalu meminta saya menulis, kata Media Adviser KPU pada Pemilu 2004 ini. Kegemaran menulis inilah yang juga mengantarkannya dipercaya oleh Rudini (Menteri Dalam

3/4

Ingin Mengurusi Orang Banyak


Oleh Administrator Minggu, 05 Agustus 2012 11:38 -

Negeri saat itu) menjadi Kepala Biro Humas KPU pada Pemilu 1999, pemilu pertama di era reformasi. (Lewat tulisan) Orang menjadi kenal saya. Kalau nggak, saya hanya jadi birokrat biasa saja, ujarnya.

Berkomunikasi dengan Masyarakat

Berbekal pengalaman menulis dan berteman dengan banyak wartawan membuat Pak Djo terbiasa berkomunikasi menyampai opini pribadi maupun kebijakan lembaga yang dipimpinnya. Menurutnya, salah satu fungsi seorang pejabat publik adalah terus berkomunikasi dengan masyarakat untuk menyampaikan kebijakan-kebijakan dan merespon persoalan-persoalan publik yang diangkat media. Masyarakat akan kehilangan informasi jika pejabat publik tidak cepat merespon persoalan. Kalau kita tidak bisa berkomunikasi dan ada berita yang negatif, akan tidak terespon terus menerus. Kalau kita bisa berkomunikasi dengan publik akan sangat membantu, papar Pak Djo yang hingga saat ini masih tetap mengajar di Universitas Indonesia ini.oa

4/4

Vous aimerez peut-être aussi