Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
I A
Landasan Teori Pengertian Kolelitiasis (kalkuli/kalkulus, batu empedu) merupakan suatu keadaan dimana terdapatnya batu empedu di dalam kandung empedu (vesica fellea) yang memiliki ukuran,bentuk dan komposisi yang bervariasi(brunner and suddarth).Kolelitiasis lebih sering dijumpai pada individu berusia diatas 40 tahun terutama pada wanita dikarenakan memiliki faktor resiko,yaitu: obesitas, usia lanjut, diet tinggi lemak dan genetik. Sinonimnya adalah batu empedu,gallstones, biliary calculus. Istilah kolelitiasis dimaksudkan untuk pembentukan batu di dalam kandung empedu. Batu kandung empedu merupakan gabungan beberapa unsur yang membentuk suatu material mirip batu yang terbentuk di dalam kandung empedu. Kolelitiasis adalah pembentukan batu empedu yang biasanya terbentuk dalam kandung empedu dari unsur-unsur padat yang membentuk cairan empedu (Brunner dan Suddarth, 2001). Kolesthiasis adalah terdapatnya batu pada kandungan empedu dengan komposisi 3 golongan besar yaitu : batu kolesterol, batu bilirubinat dan batu pigmen hitam (Sareono Waspadj, 2001:380). Batu empedu merupakan endapan satu atau lebih komponen empedu kolesterol, bilirubin, garam empedu, kalsium, protein, asam lemak dan fosfolipid (Price dan Wilson, 2005). Kolelitiasis (kalkulus/kalkuli, batu empedu) biasanya terbentuk dalam kandung empedu dari unsur-unsur padat yang membentuk cairan empedu; batu empedu memiliki ukuran, bentuk dan komposisi yang sangat bervariasi. Batu empedu tidak lazim dijumpai pada anak-anak dan dewasa muda tetapi insidensnya semakin sering pada individu berusia di atas 40 tahun. Sesudah itu, insidens kolelitiasis semakin meningkat hingga suatu tingkat yang diperkirakan bahwa pada usia 75 tahun satu dari tiga orang akan memiliki batu empedu.
Patofisiologi Kolelitiasis merupakan batu saluran empedu, yang unsur pokok utamanya adalah kolesterol dan pigmen, dan sering mengandung campuran komponen empedu. Manifestasi batu empedu timbul bila batu bermigrasi dan menyumbat duktus koledukus. Obstruksi menyebabkan nyeri dan menyumbat ekskresi empedu.
Nyeri viseral di perkirakan oleh kontraksi bilier dan di sebut kolik bilier. Nyeri ini tidak seperti kolik, tetapi biasanya di rasakan menetap, sangat sakit atau ada tekanan di epigastrium. Patofisiologi Kolelitiasis dimulai dengan adanya gabungan material mirip batu yang terbentuk didalam kandung empedu, pada keadaan normal, asam empedu, lesitin dan fosfolipid membantu dalam menjaga stabilitas empedu. Bila empedu menjadi bersaturasi tinggi (Supersaturated) oleh substansi berpengaruh (kolestrol, kalsium, birirubin), akan berkristalisasi dan membentuk nidus untuk pembentukan batu kristal yang terbentuk dalam kandung empedu, kemudian lama kelamaan Kristal tersebut bertambah ukuran, ukuran, beragregasi, melebur dan membentuk batu.(Yayan, 2008).
Manifestasi Klinik Batu empedu bisa terjadi secara tersembunyi karena tidak menimbulkan rasa nyeri dan hanya menyebabkan gejala gastrointestinal yang ringan. Batu tersebut mungkin ditemukan secara kebetulan pada saat dilakukan pembedahan atau evaluasi untuk gangguan yang tidak berhubungan sama sekali. Penderita penyakit kandung empedu akibat batu empedu dapat mengalami dua jenis gejala: gejala yang disebabkan karena penyakit pada kandung empedu itu sendiri dan gejala yang terjadi akibat obstruksi pada lintasan empedu oleh batu empedu. Gejalanya bisa bersifat akut atau kronis. Gangguan epigastrium seperti rasa penuh distensi abdomen dan nyeri yang samar pada kuadran kanan atas abdomen , dapat terjadi. Gangguan ini dapat terjadi setelah individu mengkonsumsi makanan yang berlemak atau yang digoreng. Rasa Nyeri dan Kolik Bilier. Jika duktus sistika tersumbat oleh batu empedu, kandung empedu akan mengalami distensi dan akhirnya infeksi. Pasien akan menderita panas dan mungkin teraba massa padat pada abdomen. Pasien dapat mengalami kolik biller disertai nyeri hebat pada abdomen kuadran kanan atas yang menjalar ke punggung atau bahu kanan; rasa nyeri ini biasanya disertai dengan mual dan muntah dan bertambah hebat dalam waktu beberapa jam sesudah makan makanan dalam porsi besar. Pasien akan membolak-balik tubuhnya dengan gelisah karena tidak mampu menemukan posisi yang nyaman baginya. Pada sebagian besar pasien, rasa nyeri bukan bersifat kolik melainkan persisten. Serangan kolik biller semacam ini disebabkan oleh kontraksi kandung empedu yang tidak dapat mengalirkan empedu keluar akibat tersumbatnya saluran oleh batu. Dalam keadaan distensi, bagian fundus kandung empedu akan menyentuh dinding abdomen pada daerah kartilago kosta sembilan dan sepuluh
kanan. Sentuhan ini menimbulkan nyeri tekan yang mencolok pada kuadran kanan atas ketika pasien melakukan inspirasi dalam, dan menghambat pengembangan rongga dada. Nyeri pada kolesistitis akut dapat berlangsung sangat hebat sehingga diperlukan preparat analgesik yang kuat seperti meperidin. Pemberian morfin dianggap dapat meningkatkan spasme sfingter Oddi sehingga perlu dihindari. Ikterus. Ikterus dapat dijumpai di antara penderita penyakit kandung empedu dengan presentase yang kecil dan biasanya terjadi pada obstruksi duktus koledokus. Obstruksi pengaliran getah empedu ke dalam duodenum akan menimbulkan gejala yang khas, yaitu: getah empedu yang tidak lagi dibawa ke dalam duodenum akan diserap oleh darah dan penyerapan empedu ini membuat kulit dan membran mukosa berwarna kuning. Keadaan ini sering disertai dengan gejala gatal-gatal yang mencolok pada kulit. Perubahan Warna Urin dan Feses. Ekskresi pigmen empedu oleh ginjal akan membuat urin berwarna sangat gelap. Feses yang tidak lagi diwarnai oleh pigmen empedu akan tampak kelabu, dan biasanya pekat yang disebut clay-colored. Defisiensi Vitamin. Obstruksi aliran empedu juga mengganggu absorpsi vitamin A, D, E dan K yang larut lemak. Karena itu, pasien dapat memperlihatkan gejala defisiensi vitamin-vitamin ini jika obstruksi biller berjalan lama. Defisiensi vitamin K dapat mengganggu pembekuan darah yang normal. Bilamana batu empedu terlepas dan tidak lagi menyumbat duktus sistikus, kandung empedu akan mengalirkan isinya keluar dan proses inflamasi segera mereda dalam waktu yang relatif singkat. Jika batu empedu terus menyumbat saluran tersebut, penyumbatan ini akan mengakibatkan abses, nekrosis dan perforasi disertai periraitis generalisata.
D
1.
Penatalaksanaan Medis Non Pembedahan (farmakoterapi, diet) a. Penatalaksanaan pendukung dan Diet adalah: istirahat, cairan infus, NGT, analgetik dan antibiotik, diet cair rendah lemak, buah yang masak, nasi, ketela, kentang yang dilumatkan, sayur non gas, kopi dan teh. b. Untuk makanan yang perlu dihindari sayur mengandung gas, telur, krim, daging babi, gorengan, keju, bumbu masak berlemak, alkohol. c. Farmakoterapi asam ursedeoksikolat (urdafalk) dan kenodeoksiolat (chenodiol, chenofalk) digunakan untuk melarutkan batu empedu radiolusen yang berukuran kecil dan terutama tersusun dari kolesterol. Jarang ada efek
sampingnya dan dapat diberikan dengan dosis kecil untuk mendapatkan efek yang sama. Mekanisme kerjanya menghambat sintesis kolesterol dalam hati dan sekresinya sehingga terjadi disaturasi getah empedu. Batu yang sudah ada dikurangi besarnya, yang kecil akan larut dan batu yang baru dicegah pembentukannya. Diperlukan waktu terapi 6 12 bulan untuk melarutkan batu. d. Pelarutan batu empedu tanpa pembedahan : dengan cara menginfuskan suatu bahan pelarut (manooktanoin / metil tersier butil eter ) kedalam kandung empedu. Melalui selang / kateter yang dipasang perkuatan langsung kedalam kandung empedu, melalui drain yang dimasukkan melalui T-Tube untuk melarutkan batu yang belum dikeluarkan pada saat pembedahan, melalui endoskopi ERCP, atau kateter bilier transnasal. e. Ektracorporeal shock-wave lithotripsy (ESWL). Metode ini menggunakan gelombang kejut berulang yang diarahkan pada batu empedu dalam kandung empedu atau duktus koledokus untuk memecah batu menjadi sejumlah fragmen. Gelombang kejut tersebut dihasilkan oleh media cairan oleh percikan listrik yaitu piezoelektrik atau muatan elektromagnetik. Energi disalurkan kedalam tubuh lewat rendaman air atau kantong berisi cairan. Setelah batu pecah secara bertahap, pecahannya akan bergerak perlahan secara spontan empedu peroral. 2. Pembedahan a. Intervensi bedah dan sistem drainase. b. Kolesistektomi : dilakukan pada sebagian besar kolesistitis kronis atau akut. Sebuah drain ditempatkan dalam kandung empedu dan dibiarkan menjulur keluar lewat luka operasi untuk mengalirkan darah, cairan serosanguinus, dan getah empedu kedalam kassa absorben. c. Minikolesistektomi : mengeluarkan kandung empedu lewat luka insisi selebar 4 cm, bisa dipasang drain juga, beaya lebih ringan, waktu singkat. d. Kolesistektomi laparaskopi e. Kolesistektomi endoskopi: dilakukan lewat luka insisi kecil atau luka tusukan melalui dinding abdomen pada umbilikus dari kandung empedu atau duktus koledokus dan dikeluarkan melalui endoskop atau dilarutkan dengan pelarut atau asam
Etiologi Menurut Mansjoer (2006) terdapat beberapa faktor yang menyebabkan Kolelitiasis yaitu: diantara jenis kelamin, umur, berat badan, makanan, faktor genetik,
aktifitas fisik dan infeksi. Berikut ini akan dijelaskan tentang faktor-faktor penyebab Kolelitiasis, antara lain: a. Jenis Kelamin Wanita mempunyai resiko 3 kali lipat untuk terkena Kolelitiasis dibandingkan dengan pria, ini dikarenakan oleh hormon Estrogen berpengaruh terhadap peningkatan ekskresi kolestrol oleh kandung empedu, penggunaan pil kontrasepsi dan terapi hormon (Estrogen) dapat meningkatkan kolestrol dalam kandung empedu dan penurunan aktifitas pengosongan kandung empedu. b. Umur Resiko untuk terkena Kolelitiasis meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Orang dengan usia > 60 tahun lebih cenderung untuk terkena Kolelitiasis dibandingkan dengan orang yang usia lebih muda. c. Berat Badan Orang dengan berat badan tinggi mempunyai resiko lebih tinggi untuk terjadi Kolelitiasis, ini dikarenakan dengan tingginya Body Mass Index (BMI) maka kadar kolestrol dalam kandung empedu pun tinggi, dan juga mengurangi garam empedu serta mengurangi kontraksi atau pengosongan kandung empedu. d. Makanan Intake rendah klorida, kehilangan berat badan yang cepat mengakibatkan gangguan terhadap unsur kimia dari empedu dan dapat menyebabkan penurunan kontraksi kandung empedu e. Faktor Genetik Orang dengan riwayat keluarga Kolelitiasis mempunyai resiko lebih besar dibandingkan dengan tanpa riwayat keluarga f. Aktifitas Fisik Kekurangan aktifitas fisik berhubungan dengan peningkatan resiko terjadinya Kolelitiasis, ini mungkin disebabkan oleh kandung empedu lebih sedikit berkontraksi. g. Infeksi
Bakteri dalam saluran empedu dapat berperan dalam pembentukan batu, mucus meningkatkan viskositas empedu dan unsur sel atau bakteri dapat berperan sebagai pusat presipitasi. Menurut Mansjoer Arif (2001, hlm. 510) Beberapa faktor resiko terjadinya batu empedu antara lain jenis kelamin, umur, hormon wanita, infeksi (kolesistitis), kegemukan, paritas, serta faktor genetik. Terjadinya batu kolesterol adalah akibat gangguan hati yang mengekskresikan kolesterol berlebihan hingga kadarnya di atas nilai kritis kelarutan kolesterol dalam empedu. Menurut Price, (2005, hlm. 502) Penyebab batu empedu masih belum di ketahui sepenuhnya, akan tetapi tampaknya faktor predisposisi terpenting adalah gangguan metabolisme yang menyebabkan terjadinya perubahan komposisi empedu, statis empedu, dan infeksi kandung empedu. Perubahan komposisi empedu kemungkinan merupakan faktor terpenting kimia, dan dalampembentukan batu empedu. Statis empedu dalam kandung empedu dapat mengakibatkan supersaturasi progresif, perubahan komposisi pengendapan unsur tersebut. Gangguan kontraksi kandung empedu, atau spasme sfingter Oddi, atau keduanya dapat menyebabkan terjadinya statis. Faktor hormonal (terutama selama kehamilan) dapat di kaitkan dengan perlambatan pengosongan kandung empedu dan menyebabkan tingginya insidensi dalam kelompok ini. Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat berperan dalam pembentukan batu. Mukus meningkatkan viskositas empedu, dan unsur sel atau bakteri dapat berperan sebagai pusat presipitasi. Akan tetapi, infeksi mungkin lebih sering timbul sebagai akibat dari terbentuknya batu empedu, di bandingkan sebagai penyebab terbentuknya batu empedu.
Tanda dan Gejala Menurut Price (2005, 503) Sebanyak 75% orang yang memiliki batu empedu tidak memperlihatkan gejala. Sebagian besar gejala timbul bila batu menyumbat aliran empedu, yang seringkali terjadi karena batu yang kecil melewati ke dalam duktus koledokus. Penderita batu empedu sering memiliki gejala kolesistitis akut atau kronis.
1 a b c
Gejala Akut Nyeri hebat mendadak pada epigastrium atau abdomen kuadran kanan atas, nyeri dapat menyebar ke punggung dan bahu kanan. Penderita dapat berkeringat banyak dan Gelisah Nausea dan muntah sering terjadi.
Ikterus, dapat di jumpai di antara penderita penyakit kandung empedu dengan persentase yang kecil dan biasanya terjadi pada obstruksi duktus koledokus. Obstruksi pengaliran getah empedu ke dalam duodenum akan menimbulkan gejala yang khas, yaitu getah empedu yang tidak lagi di bawa ke dalam duodenum akan di serap oleh darah dan penyerapan empedu ini membuat kulit dan membran mukosa bewarna kuning. Keadaan ini sering di sertai dengan gejala gatal-gatal yang mencolok pada kulit.
Perubahan warna urine dan feses. Ekskresi pigmen empedu oleh ginjal akan membuat urine bewarna sangat gelap. Feses yang tidak lagi di warnai oleh pigmen empedu akan tampak kelabu, dan biasanya pekat.
Gejala kronis Gejala kolelitiasis kronis mirip dengan gejala kolelitiasis akut, tetapi beratnya nyeri dan tanda-tanda fisik kurang nyata. Pasien sering memiliki riwayat dispepsia, intoleransi lemak, nyeri ulu hati, atau flatulen yang berlangsung lama. Menurut Reeves ( 2001) tanda dan gejala yang biasanya terjadi adalah:
a b c d e f g h i II A 1
Nyeri di daerah epigastrium kuadran kanan atas Pucat biasanya dikarenakan kurangnya fungsi empedu Pusing akibat racun yang tidak dapat diuraikan Demam Urine yang berwarna gelap seperti warna teh Dispepsia yang kadang disertai intoleransi terhadap makanan berlemak Nausea dan muntah Berkeringat banyak dan gelisah Defisiensi Vitamin A,D,E,K
Proses Keperawatan
Pengkajian Keperawatan
Riwayat Kesehatan
a b
Identitas Pasien Keluhan Utama Klien datang dengan keluhan nyeri abdomen atas, menyebar ke punggung, kolik epigastrium tengah, mual muntah, anoreksia.
Riwayat Penyakit
Penyakit Sekarang Nyeri pada abdomen bagian atas dan dapat menyebar ke punggung atau bahu kanan, nyeri datang tiba-tiba dan biasanya memuncak dalam 30 menit, dapat disertai mual dan muntah.
Penyakit Dahulu Dikaji adanya riwayat kolelitiasis dan sering mengalami serangan kolik bilier atau kolesistitis akut, diabetes melitus, sirosis hati, pankreatitris dan reksi ileum.
Riwayat Keluarga Anggota keluarga tidak ada yang mengalami penyakit seperti yang dialami klien.
2 a
Data Pengkajian Pola Nutrisi Gejala : anoreksia, mual, muntah, tidak toleran terhadap lemak dan makanan pembentukan gas, regurgitasi berulang, nyeri epigastrium, tidak dapat makan, flatus, dyspepsia. Tanda : kegemukan, adanya penurunan berat badan.
Pola Eliminasi Gejala : perubahan warna urine dan feses. Tanda : distensi abdomen, teraba massa pada kuadran kanan atas, urine gelap, pekat, feses warna tanah liat, steatorea.
Pola Pernapasan Tanda : peningkatan frekuensi pernapasan, penapasan tertekan ditandai oleh napas pendek, dangkal.
Pola Aktivitas Istirahat Badan lemah, gelisah, dan klien hanya istirahat di tempat tidur, tidak bisa tidur karena nyeri hebat dan muntah.
e f g
Sirkulasi Takikardi, berkeringat Personal Hygiene Klien kurang mampu merawat kebersihan dirinya. Keamanan Tanda : demam, menggigil, ikterik, dan kulit berkeringat dan gatal (pruritus), kecendrungan perdarahan (kekurangan vit. K).
Kenyamanan Gejala : nyeri abdomen atas berat, dapat menyebar ke punggung atau bahu kanan, kolik epigastrium tengah sehubungan dengan makan, nyeri mulai tiba-tiba dan biasanya memuncak dalam 30 menit. Tanda : nyeri lepas, otot tegang atau kaku bila kuadran kanan atas ditekan, tanda Murphy positif.
3 a
Pemeriksaan Pemeriksaan Umum Keadaan umum lemah, suhu normal atau meningkat, pernafasan meningkat kadang-kadang chinestoke, nadi meningkat (takikardi), tekanan darah normal.
Pemeriksaaan Fisik Konjungtiva pucat, kadang-kadang ikterik pada mucosa, bibir kering, dada: pernafasan cepat dan dangkal (chinestoke), perut terdapat nyeri tekan dan terasa kaku pada kuadran kanan atas, dispesia, teraba massa pada abdomen kanan atas.
Pemeriksaan Penunjang
1 2 3 4 5 6 7
Ultrasonografi : menyatakan kalkuli dan distensi empedu atau duktus empedu. Pemeriksaan Laboratorium Darah lengkap : Leukositis sedang (akut). Billirubin dan amilase serum : meningkat. SGOT, SGPT, LDH : agak meningkat, alkalin fosfat dan S nukleotidase, ditandai peningkatan obstruksi bilier. Kadar protombin : menurun bila obstruksi aliran empedu dalam usus menurunkan absorpsi vitamin K. Kolangiopankreatografi retrograd endoskopik : memperlihatkan percabangan bilier dengan kanulasi duktus koledukus melalui duodenum.
transhepatik
perkutaneus
pembedaan
10 11 12
Scan hati : menunjukkan obstruksi percabangan bilier Kolesistogram : memgetahui seberapa besar batu pada sistem empedu. Foto polos abdomen : Mengetahui letak batu dan perkiraan besarnya batu.
B 1
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3 x 24 jam tingkat nyeri klien berkurang Kriteria Hasil : Klien menyatakan nyeri berkurang dengan skala 2-3 Ekspresi wajah tenang Klien dapat istirahat dan tidur Tanda vital normal Intervensi :
Observasi dan catat lokasi, beratnya (skala 0-10) dan karakter nyeri (menetap, hilang, timbul atau kolik ) Rasional: Memberikan informasi tentang kemajuan/perbaikan penyakit, komplikasi dan keefektifan intervensi.
Catat repons terhadap obat dan laporkan bila nyeri tidak hilang Rasional: Nyeri berat yang tidak hilang dapat menunjukkan adanya komplikasi
Tingkatkan tirah baring, biaran pasien melakukan posisi yang nyaman Rasional: Posisi yang nyaman fowler rendah menurunkan tekanan intraabdomen
Gunakan sprei yang halus/katun; minyak kelapa; minyak mandi(alpha keri) Rasional: Menurunkan iritasi kulit dan sensasi gatal
10
Rasional: Meningkatkan istirahat dan memusatkan kembali perhatian, dapat menurunkan nyeri
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti nyeri Rasional: Membantu dalam mengatasi nyeri yang hebat
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan insisi bedah abdomen (jika akan dilakukan bedah kolesistektomi tradisional) Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, pasien mempunyai status pernapasan: pertukaran gas tidak akan terganggu. Kriteria hasil: Dispnea pada saat istirahat tidak ada PaO2, PaCO2, pH arteri dan SaO2 dalam batas normal Tidak ada gelisah, sianosis dan keletihan Intervensi:
Kaji bunyi paru, frekuensi napas, kedalaman dan usaha napas serta produksi sputum Rasional: Memberikan informasi tentang kemajuan/perbaikan penyakit, komplikasi dan keefektifan intervensi
Pantau hasil gas darah, misalnya PaO2 dan PaCO2 Rasional: Memberikan informasi tentang kemajuan/perbaikan penyakit, komplikasi dan keefektifan intervensi
Ajarkan teknis napas dalam dan batuk efektif minimal 2 jam sekali Rasional: Paru-paru dapat berkembang penuh dan terjadinya atelaktasis dapat dicegah
Gunakan spirometer insentif setiap jam saat terjaga, dan mulai pergerakan setidaknya empat kali sehari Rasional: Mencegah komplikasi paru disamping komplikasi lain seperti tromboflebitis
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan drainase bilier sesudah dilakukan tindakan bedah (jika dipasang T-tube karena batu berada dalam duktus koledokus)
11
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam gangguan integritas kulit berkurang atau menunjukkan penyembuhan Kriteria hasil: Kondisi luka menunjukkan adanya perbaikan Tidak ada infeksi Intervensi:
Fiksasi selang dengan kasa pembalut atau alas bokong dan beri cukup ruang Rasional: Fiksasi selang membuat pasien dapat bergerak tanpa membuat kateter tersebut terlepas atau tertekuk
Ganti pakaian klien, higiene kulit, disekitar luka insisi Rasional: Menjaga kebersihan kulit disekitar insisi dapat meningkatkan perlindungan kulit terhadap ulserasi
c d
Beri antibiotik sesuai indikasi Rasional: Untuk mengurangi infeksi atau abses Monitor hasil lab: Leukosit Rasional: Peningkatan leukosit sebagai gambaran adanya proses inflamasi contohnya abses atau terjadinya peritonitis/pankeatitis
Gangguan nutrisi berhubungan dengan sekresi getah empedu yang tidak adekuat Tujuan: Pemenuhan kebutuhan nutrisi adekuat Kriteria hasil: Melaporkan mual/muntah hilang. Menunjukkan kemajuan mencapai BB individu yang tepat. Makanan habis sesuai porsi yang diberikan. Intervensi:
12
Kaji distensi abdomen Rasional: Adanya ketidaknyamanan karna gangguan percernaan,nyeri gaster
b c
Timbang BB tiap hari Rasional: Mengidentifikasi kekurangan/kebutuhan nutrisi Diskusikan dengan klien makanan kesukaan dan jadwal makan yang disukai Rasional: Melibatkan klien dalam perencanaan, klien memiliki rasa kontrol dan mendorong untuk makan
Berikan suasana yang menyenangkan pada saat makan, hilangkan rangsangan yang berbau Rasional: Untuk meningkatkan nafsu makan/ menurunkan mual
e f
Jaga kebersihan oral sebelum makan Rasional: Oral yang bersih meningkatkan nafsu makan Konsul dengan ahli diet/ tim pendukung nutrisi sesuai indikasi Rasional: Berguna untuk merencanakan kebutuhan nutrisi individual melalui rute yang paling tepat
Berikan diet sesuai toleransi biasanya rendah lemak, tinggi serat. Rasional: Memenuhi kebutuhan nutrisi dan meminimalkan ransangan pada kandung empedu
Kurang pengetahuan tentang kegiatan merawat diri sendiri setelah pulang dari rumah sakit Tujuan: Setelah diberikan pendidikan kesehatan selama 30 menit pengetahuan keluarga klien meningkat Kriteria hasil: Keluarga menjelaskan tentang penyakit, perlunya pengobatan dan memahami perawatan Keluarga kooperatif dan mau kerjasama saat dilakukan tindakan Intervensi:
Ajarkan pasien dan keluarganya mengenai cara-cara yang benar dalam merawat kateter drainase
13
Rasional: bantuan dalam pembalutan yang benar akan mengurangi kecemasan pasien yang akan pulang dengan drain atau kateter yang masih terpasang
b c d e f g
Kaji ulang proses penyakti atau prognosis Rasional: memberikan dasar pengetahuan dalam mengambil keputusan Berikan penjelasan atau alasan tes dan persiapannya Rasional: informasi menurunkan cemas dan rangsangan simpati Kaji ulang programobat Rasional: dosis harus sesuai indikasi pasien Anjurkan pasien untuk menghindari makanan atau minuman tinggi lemak Rasional: mencegah terulangnya serangan kandung empedu
14
Pengkajian Hari Tanggal Jam Tempat Sumber Oleh : Senin : 12 November 2012 : 11.00 WIB : RS. Dr Sardjito Yogyakarta : Klien dan Keluarga Klien : Dwi Agustin
1
Nama Umur Alamat
Identitas Pasien : Tn. P : 39 tahun : Gandok Jalan Kaliurang km 9,3 Ngaglik Sleman : Perempuan : SLTA : Ibu rumah tangga : Islam : Menikah : Jawa : Kolelitiasis : 68 98 02 : 12 November 2012
Jenis kelamin Pendidikan terakhir Pekerjaan Agama Status Suku Diagnosa medis No RM Tanggal Masuk
15
Penanggung Jawab Nama Umur Alamat Jenis Kelamin Pendidikan Pekerjaan Hubungan : Tn S : 42 tahun : Gandok Jalan Kaliurang km 9,3 Ngaglik Sleman : Laki laki : Sarjana : Swasta : Suami pasien
Keluhan Utama pasien Klien mengeluh nyeri pada perut bagian atas dan menyebar terasa mules mual muntah. sampai punggung. Klien mengeluh nyeri timbul setelah melahirkan. Klien menyatakan bahwa perut
3 a
Riwayat Kesehatan Riwayat Penyakit sekarang Klien mengatakan nyeri sejak 3 bulan yang lalu sebelum masuk Rumah Sakit. Sebelum datang ke Rumah Sakit klien mengeluh nyeri kadang kala timbul. Klien menyatakan nyeri tersebut kian bertambah parah. Senin, 12 November 2012 pasien datang ke RSUP DR Sardjito masuk ke Poli Penyakit Dalam di bagian ruang Gastro. Klien diberi terapi:
Riwayat kesehatan dahulu Klien menyatakan nyeri pada perut bagian atas. Nyeri tersebut timbul 3 bulan yang lalu setelah klien melahirkan anak yang terakhir.
Riwayat kesehatan keluarga Klien mempunyai satu suami dan enam orang anak. Anak yang masih kecil kecil ada empat orang anak. Ada salah satu anggota keluarga klien yang mengidap penyakit kolelitiasis, yaitu ibu klien.
16
4 a 1 2
Pola kebiasaan Pola nutrisi Sebelum sakit : sebelum sakit klien makan 2-3 kali dengan nasi dan sayur. Klien minum 8 gelas per hari. Selama sakit : klien mengatakan ada mual muntah dan mules selama sakit. Klien mengkonsumsi bubur sudah 1 minggu.Klien minum air putih kurang lebih 5-6 gelas perhari. Kadang klien juga minum air teh. Klien tidak mengonsumsi vitamin. Nafsu makan klien berkurang, dan klien mengatakan bahwa berat badannya akhir akhir ini menurun. Klien kontrol di poli penyakit dalam ruang Gastro.
b 1
Pola eliminasi Sebelum sakit : klien menyatakan buang air besar setiap pagi, BAK 34 kali perhari . Klien mengatakan biasanya buang air besar dan buang air kecil di toilet.
Selama sakit : Klien mengatakan bahwa buang air besarnya biasa saja. Terjadi perubahan warna urine dan feses. Warna feses cenderung ke warna tanah liat.
Pola oksigenasi
Sebelum sakit : klien menyatakan nafas seperti biasa ketika belum sakit. Klien bernafas dengan menggunakan hidung.
Selama dirawat : klien menyatakan ada rasa tertekan ketika bernafas, terutama ketika nyeri timbul dan ketika kecapean setelah beraktivitas seharian di sore hari.
d 1 2
Pola aktivitas istirahat Sebelum sakit : klien menyatakan tidur 10 jam perhari. Klien kadang tidur dari jam 20.00 WIB sampai pagi. Selama dirawat : Klien mengatakan bahwa badannya lemah dan cepat lelah dan lemas. Aktivitas keseharian klien adalah merawat ke-empat anaknya yang masih kecil kecil. Ketika di sore hari klien merasakan keletihan akibat aktivitas yang padat tersebut.
Sebelum sakit : Klien adalah seorang ibu rumah tangga yang mengurusi anak anaknya di rumah. Ketika sebelum sakit klien ngatakan merawat anak anaknya adalah hal yang biasa.
17
Selama dirawat : klien hanya melakukan kegiatan keseharianya di rumah untuk merawat anak anaknya yang masih kecil yang tinggal bersama dengan suaminya juga.
Aspek pendukung
1 2
Aspek sosial ekonomi Klien berasal dari keluarga menengah. Intelektual Klien dan keluarga mengetahui penyakit hanya sebatas penyakit pencernaan dalam tubuh. Tentang lebih mendalamnya klien dan keluarga kurang begitu memahami.
Mekanisme koping Setiap kali sakit atau ada masalah klien berdoa. Klien terlihat religius. Klien memakai jilbab dengan mode jilbab panjang.
Support sistem Keluarga klien terutama suami klien selalu menyuporteri klien demi mencapai kesembuhan.
Aspek spiritual Karena klien beragama islam, klien rajin beribadah kepada Tuhan YME.
5 a b c
TD N RR T
Pemeriksaan fisik Keadaan umum Kesadaran Tanda tanda vital. : 100/65 mmHg : 64 kali /menit : 22 kali/menit : 36 C Kesan Status nutrisi TB BB : 156 cm : 45 kg : Klien tampak kurus. : sedang : composmentis
d e
Keadaan Spesifik Kulit putih pucat, turgor kulit tidak efektif, efloresensi (-), scar (-), pigmentasi normal, sianosis(-), spider nevi (-).
Kepala
18
Inspeksi terlihat.
: Wajah terlihat bersih. Kulit tangan bersih. Tidak ada bekas luka yang : mesosephal.
Bentuk kepala
Mata Inspeksi : konjungtiva pucat, mata simetris, sclera tampak merah,reflek cahaya normal, pergerakan ke segala arah.
i j
Telinga Inspeksi inspeksi Inspeksi : Pendengaran sebelah kanan kiri tidak ada kelainan. : Pernapasan tampak dangkal dan tidak ada polip di bagian hidung. : bibir kering, tidak ada sianosis, tidak ada bau mulut, Membran Hidung dan sinus
Leher Inspeksi : tidak ada perbesaran tyroid. Tidak ada penggunaan otot tambahan ketika bernafas.
kulit inspeksi palpasi : tidak ada sianosis. : Terjadi penurunan turgor kulit,kulit tampak kering dan pucat, capilary
m n
jari dan kuku inspeksi : tidak ada sianosis thoraks / dada 1. Paru-paru inspeksi homogen. : Bentuk dada tampak terangkat ketika kembang kempis bernafas, Tidak terdapat otot bantu pernafasan, tidak ada jejas luka, kulit
Abdomen 1. inspeksi : tidak ada spider nevi, tidak ada massa pada abdomen kanan atas, tidak ada lesi. 2. Palpasi : terdapat nyeri tekan pada abdomen kuadran kanan atas, nyeri lepas tekan (-), hepar tidak teraba, tidak teraba massa pada keempat kuadran abdomen. 3. Perkusi : timpani pada lapang abdomen dengan batas hepar pada ICS VI hingga subcostalis dekstra.
19
6 a b c 7
Data Psikologis Kecemasan Temperamen Tingkat Responsi Mekanisme koping Klien mengatakan bahwa ketika mendapatkan masalah klien akan lebih sering berdoa. : Klien tampak cemas. : tidak mudah marah. :Klien responsif dalam menjawab pertanyaan.
8 a 1 2 3 4 5 6 7
Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan USG upper dan lower abdomen Hepar VF Lien Ren Dextra Ren Sinistra : Ukuran dan echostructure normal, permukaan licin, : Ukuran membesar, dinding tampak menebal, tampak : Ukuran dan echostructure normal, tak tampak massa, : Ukuran dan echostructure normal, batas cortex dan : Ukuran dan echostructure normal, batas cortex dan
sistema bilier dan vaskular intraheptal tak prominen, tak tampak massa/ nodul sludge di VF dan ductus choledokus dengan accoustic shadow (+) hillus lienalis tak prominent medulla tegas dan tak tampak massa/batu. medulla tegas dan tak tampak massa/batu. Vesika Urinaria: Terisi cairan, dinding tampak reguler tak tebal, tak tampak batu maupun massa. Uterus massa. Kesan : : Ukuran dan echostructure normal, tidak tampak
Sludge di vesikula felea dan ductus choledocus dengan cholecystitis. Hepar, ren bilateral, lien, pankreas dan VV dalam batas normal.
b
No
20
Normal 1 2 3 4 5 6 7 HGB HCT MCV MCH RDW MPV SGOT/AST 11,5 35,5 69,8 22,7 21 7,2 136 g/dL % fL pg % tL u/L rendah rendah rendah rendah tinggi rendah tinggi 14-18 42-52 80-94 27-31 11,5-15,5 7,4-10,4 M: <40 F:<32 8 SGPT/ALT 170 u/L tinggi M:<41 F:<33 9 Gamma GT 167 u/L tinggi M: 8-61 F:5-36
21
ANALISA DATA
MASALAH PENYEBAB Gangguan rasa Agen injury fisik nyaman nyeri (obstruksi)
1 2
6.
Klien mengeluh nyeri pada perut bagian kanan atas. Klien menyatakan nyeri pada skala Klien menyatakan nyeri menyebar sampai ke punggung. Klien mengatakan nyeri timbul sejak 3 bulan yang lalu setelah melahirkan
3 4
1 2 3
Ekspresi wajah klien terlihat pucat. Klien terlihat menahan rasa sakit Klien tampak kurang bersemangat, karena terkesan letih.
cairan
1 2
Klien mengatakan sering mual dan didalam tubuh muntah Klien mengatakan minum hanya 5-6 gelas per hari
berlebihan
1 2
Mukosa klien tampak kering Turgor kulit klien tidak elastis. Ketidakseimbangan keditakmampuan
22
1 2
Klien Klien
mengatakan mengatakan
untuk
ingesti
dan
absorbsi makanan
BB
klien
ketika
sakit
mengalami penurunan. BB sebelum sakit adalah 49 kg, BB setelah akit adalah 45 kg.
2 3
23
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan agen injury fisik (obstruksi) ditandai dengan: Data Subjektif (DS):
1 2 3 4
Klien mengeluh nyeri pada perut bagian kanan atas Klien menyatakan nyeri pada skala 6. Klien menyatakan nyeri menyebar sampai ke punggung. Klien mengatakan nyeri timbul sejak 3 bulan yang lalu setelah melahirkan
1 2 3 1
Ekspresi wajah klien terlihat pucat. Klien terlihat menahan rasa sakit Klien tampak kurang bersemangat, karena terkesan letih.
Defisit volume cairan didalam tubuh berhubungan dengan Kehilangan cairan yang berlebihan (mual,muntah) ditandai dengan: Data Subjektif (DS):
1 2
Klien mengatakan sering mual dan muntah Klien mengatakan minum hanya 5-6 gelas per hari
1 2
24
Ketidakseimbangan nutrisi berhubungan dengan keditakmampuan untuk ingesti dan absorbsi makanan ditandai dengan: Data Subjektif (DS):
1 2 1 2 3
Klien mengatakan nafsu makan berkurang Klien mengatakan makan tidak terlalu banyak. BB klien ketika sakit mengalami penurunan. BB sebelum sakit adalah 49 kg, BB setelah akit adalah 45 kg. Klien tampak letih dan lesu Klien tampak kurang bersemangat.
PERENCANAAN KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN Senin, 12 November 2012 Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan agen injury fisik (obstruksi) ditandai dengan: Data Subjektif (DS): TUJUAN Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x8 jam gangguan rasa nyaman nyeri klien dapat efektif dengan kriteria hasil:
1 2
3.
6 7
25
4 5 6 7
Klien melaporkan bahwa nyeri terkontrol Klien melaporkan skala nyeri berkurang Klien melaporkan frekuensi nyeri berkurang. Ekspresi wajah klien tidak tampak menahan nyeri.
Klien mengatakan nyeri timbul sejak 3 bulan yang lalu setelah melahirkan
4 5 6
Ekspresi wajah klien terlihat pucat. Klien terlihat menahan rasa sakit Klien tampak kurang bersemangat, karena terkesan letih.
Ajarkan teknik
nonfarmakologik (misalnya
26
analgesik, antikolinergik da
Defisit volume cairan didalam tubuh berhubungan dengan Kehilangan cairan yang berlebihan (mual,muntah) ditandai dengan: Data Subjektif (DS):
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x8 jam defisit volume cairan didalam tubuh dapat efektif dengan kriteria hasil:
Awasi tanda/gejala mual/muntah, kram abdomen, kelemahan kejang, kejang ringan, depresi pernapasan.
peningkatan/berlanjutny
; ;
Hindarkan dari
3 4
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x8 jam ketidakseimbangan nutrisi dapat efektif dengan kriteria hasil :
27
; ; ;
Mampu memenuhi kebutuhan nutrisi Menyatakan pemahaman kebutuhan nutrisi Menyiapkan pola diet dengan masukan kalori adekuat untuk meningkatkan berat badan yang tepat
BB klien ketika sakit mengalami penurunan. BB sebelum sakit adalah 49 kg, BB setelah akit adalah 45 kg.
5
lesu
Tambahkan diet sesuai toleransi, biasanya rendah lemak, tinggi serat, batasi makanan penghasil gas dan makanan/minuman tinggi lemak (contoh mentega, makanan gorengan, kacang).
28
29